Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring perkembangan ilmu pengetahuaan secara tidak langsung
menuntut perkembangan pendidikan yang meningkat. Pendidikan memiliki
peranan penting dalam pembentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh
karena itu, pemerintah berupaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia Indonesia melalui pendidikan. Pemerintah berusaha
mengembangkan berbagai cara dalam pendidikan untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia, salah satunya dengan memperbaharui
kurikulum. Kurikulum yang terbaru saat ini adalah kurikulum 2013 (K13).
Dalam kurikulum ini menuntut siswa agar lebih aktif dalam proses KBM.
Pada kurikulum ini, mata pelajaran fisika diharapkan terdapat sains proses
tidak hanya guru yang aktif mengajar akan tetapi siswa diminta aktif dalam
pembelajaran. Dalam standar isi diuraikan bahwa ilmu fisika berkaitan
dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga
fisika bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-
fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu
proses penemuan pengembangan melalui metode eksperimen..
Pengembangan metode eksperimen adalah salah satu metode yang
dapat digunakan dalam proses pembelajaran yang dapat membuat siswa lebih
aktif dalam belajar. Dalam metode ini siswa dapat melakukan praktikum pada
setiap materi yang dipelajari. Untuk menunjang metode ini diperlukan sebuah
alat peraga atau alat praktikum yang dapat membantu pelaksanaan praktikum.
Tetapi terkadang ada beberapa materi yang masih dijelaskan dengan cara
konvensional. Hal ini dikarnakan kurangnya alat peraga atau alat praktikum
yang dimiliki. Salah satu materi yang sering dijelaskan dengan cara
konvensional adalah materi gelombang bunyi.
Sarojo (2011:42) bunyi adalah gelombang mekanis elastik longtudinal
yang berjalan. Berarti untuk perambatannya dibutuhkan medium. Sumber
gelombang bunyi adalah benda-benda yang begetar pada frekuensi batas

1
dengar. Konsep bunyi ini sehari-hari kita hubungkan dengan indara
pendengaran. Daerah fekuensi yang dapat didengar adalah 16 Hz - 20.000
Hz, di luar daerah ini bunyi tidak dapa didenar. Identitas bunyi dinyatakan
dalam tiga hal yaitu, intensitas bunyi, frekuensi bunyi, dan warna bunyi atau
timbre.
Gelombang merupakan rambatan energi getaran yang merambat
melalui medium atau tanpa melalui medium (Halliday, 2010). Berdasarkan
mediumnya gelombang dibedakan menjadi dua yaitu gelombang mekanik dan
elektromagnetik. Gelombang mekanik adalah gelombang yang arah
rambatannya memerlukan medium perantara sedangkan gelombang
elektromagnetik adalah gelombang yang arah rambatannya tanpa
menggunakan medium. Berdasarkan rambatannya gelombang dibagi menjadi
dua yaitu gelombang transversal dan longitudinal.
Gelombang transversal merupakan gelombang yang rambatan sejajar
dengan getaran dan mediumnya sedangkan gelombang longitudinal adalah
gelombang yang rambatannya sejajar dengan getaran dan
mediumnya(Bambang, 2008). Resonansi merupakan fenomena yang terjadi
apabila sebuah sistem berosilasi dipengaruhi oleh sederet pulsa periodik yang
sama atau hampir sama dengan salah satu frekuensi alami dari osilasi sistem.
Sistem tersebut akan berosilasi dengan amplitudo yang relatif besar atau
amplitudo maksimal (Sugiyanto, 2011).
Resonansi merupakan peristiwa ikut bergetarnya suatu benda karena
ada benda lain bergetar dengan frekuensi yang sama atau frekuensi yang
benda yang satu merupakan kelipatan dari frekuensi benda yang lain. Jika
gelombang suara merambat dalam suatu tabung berisi udara, maka antara
gelombang datang dan gelombang yang dipantulkan oleh dasar tabung akan
terjadi superposisi, sehingga dapat timbul resonansi gelombang berdiri.
Peristiwa resonansi pada tabung resonansi digunakan untuk mengukur
cepat rambat bunyi di udara. Ada faktor-faktor yang mempengaruhi resonansi
diantaranya panjang gelombang dan frekuensi sumber bunyi.Oleh karena itu,
dibuatlah makalah ini bertujuan untuk mengetahui pengertian alat resonansi,
kegunaan, bagian-bagian, prinsip kerja, cara dan hasil pengukuran, kalibrasi

2
alat, perawatan alat resonansi, dan keuntungan dan kerugian adanya
resonansi.
Penulis tertarik utuk membuat sebuah alat peraga atau alat praktikum
sederhana yang berkaitan dengan materi gelombang bunyi. Dengan membuat
alat peraga yaitu alat peraga resonansi padakotak garputala kita bisa
mengetahi hubungan frekuensi yang dihasilkan pada petikan senar, beban,
dan graputala.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah diatas dapat diidentifikasikan masalah
yaitu alat praktikum untuk menunjukkan hubungan antara resoanasi kotak
garputala yang dihasilkan oleh dua garputala digunakan sebagai media untuk
memberikan pengayaan terhadap siswa ?
C. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana cara mendesain rancang bangun alat ukur resonansi untuk
mengukurgetaran pada dua kotak garputala?
2. Bagaimana prinsip kerja dari alat ukur kotak resunansi garputala untuk
menunjukkan hubungan antaradua buah kotak garputala yang bergetar?
3. Bagaimana uji kelayakan alat ukur kotak resonans untuk menunjukkan
resonansi pada dua kotak garputala?
D. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan tersebut, maka
dapat dibuat tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui cara mendesain rancang bangun alat ukur resonansi
untuk mengukurgetaran pada dua kotak garputala.
2. Untuk mengetahui kerja dari alat ukur kotak resunansi garputala untuk
menunjukkan hubungan antaradua buah kotak garputala yang bergetar.
3. Untuk mengetahui uji kelayakan alat ukur kotak resonans untuk
menunjukkan resonansi pada dua kotak garputala.

3
E. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat digunakan
sebagai media pembelajaran fisika atau alat peraga untuk menjelaskan materi
Gelombang Bunyi. Serta memberikan pengalaman dan pengetahuan yang
baru bagi tim peneliti.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kajian teori
1. Resonansi
Dua buah gelombang yang merambat dalam medium dapat
dipandang sebagai resultan dari penjumlahan kedua gelombang
tersebut (superposisi gelombang). Hasil dari superposisi ini
menimbulkan berbagai fenomena yang menarik, seperti adanya
gelombang diam, pelayangan, interferensi, difraksi dan resonansi.
Superposisi dari suatu gelombang datang dengan gelombang
pantulnya dapat menghasilkan suatu gelombang yang dikenal dengan
gelombang diam/stasioner. Jika gelombang tersebut datang secara
terus menerus maka superposisi antara gelombang datang dan
pantulan akan terus menerus terjadi dan akhirnya terjadi resonansi.
Resonansi umumnya terjadi jika gelombang mempunyai frekuensi
yang sama atau mendekati frekuensi alamiah sehingga terjadi
amplitudo maksimum. Resonansi sering juga diartikan dengan ikut
bergetarnya molekul udara dalam kolom udara akibat getaran benda
lain apabila frekuensi dari benda tersebut sama.
Di dalam tabung resonansi terjadi gelombang longitudinal diam
(stasioner), dengan sasarannya yaitu permukaan air sebagai simpul
gelombang dan untuk mulut tabung sebagai perut gelombang.
Sebenarnya letak perut berada di sedikit di atas tabung. Jaraknya kira-
kira 0,3 kali diameter tabung. Resonansi terjadi jika frekuensi nada
dasar atau nada atas dari kolom udara sama dengan frekuensi sumber
bunyi.

Bila resonansi terjadi pada nada dasar, maka terdapat satu simpul
dan satu perut pada saat itu berarti berlaku :
1
l 1= λ ………………………………………………….(1.1)
4

5
kolom udara

Dengan
l1 : panjang
kolom udara di dalam tabung minimum ketika terjadi resonansi
untuk yang pertama kali
λ : panjang gelombang bunyi di udara.

Bila yang beresonansi adalah nada atas pertama maka akan terdapat
dua simpul dan dua perut, maka berlaku :
3
l 2= λ ………………………………………………….(1.2)
4

l2 : panjang kolom udara yang kedua setelah panjang minimum saat


terjadi resonansi, atau panjang kolom udara ketika terjadi resonansi
untuk kedua kalinya.
Selanjutnya untuk untuk nada dasar yang ke-n, terdapat n simpul
dan juga n perut, akan memberikan panjang kolom udara ln dengan (n
= 1,2,3,…) akan memenuhi persamaan :
(2 n−1)
l n= λ .................................................................................................(1.3)
4
dimana n=1,2,3,...
Dengan demikian λ rata-rata dapat dihitung jika setiap terjadi
resonansi panjang kolom udara diukur. Jika cepat rambat bunyi di
udara adalah v sedangkan frekuensi garpu tala f dan panjang λ akan
berlaku hubungan :
v = λ f............................................................................................................ (1.4)

6
kombinasi antara persamaan (1.3) dan (1.4) akan memberikan
hubungan :
( 2 n−1 )
l n= λ
4
( 2 n−1 ) v
l n= ................................................................................................(1.5)
4 f
dimana n = 1,2,3,… adalah orde resonansi
Cepat rambat bunyi pada percoban ini adalah cepat rambat bunyi
ketika suhunya t°C atau T Kelvin yaitu suhu pada saat percobaan.
Karena cepat rambat
bunyi di udara berbanding lurus dengan akar suhu mutlaknya, maka
cepat rambat
bunyi pada suhu 0°C atau 273 K (vo) dapat dicari dari hubungan
vt T T
vo
=
To √ √
=
273
.........................................................................................(1.6)

Cepat rambat bunyi pada suhu kamar atau 27° C dapat dihitung
dengan mengacu ke vo.

1. Osiloskop
Osiloskop adalah sebuah alat untuk menampilkan tingkah laku
dari besaran listrik yang berubah-rubah terhadap waktu yang hendak
dianalisa. Osiloskop sering disebut juga CRO (Catoda Ray
Oscilloscope) karena komponen utama didalamnya adalah tabung
sinar katoda untuk visualisasi dari gejala listrik yang diukur. Tabung
sinar katoda tersebut terdiri atas: tabung vakum, senapan elektron,
lensa fokus, keping pembelok, layer pendar. Selain itu juga dilengkapi
dengan seperangkat peralatan elektronik antara lain: penguat,
tegangan, unit sumber tegangan tinggi, switch pemutus/ pengatur.
Dalam analisa terhadap perilaku suatu rangkaian, osiloskop ini
dilengkapi dengan generator isyarat. Alat ini memiliki spesifikasi
yaitu: jenis tegangan AC, frekuensi dapat divariasi, variasi deatenuasi
(pelemahan) sinyal, dan dapat menampilkan bentuk gelombang

7
persegi, kotak, maupun gergaji. Untuk mengoperasikan osiloskop
harus mengetahui panel-panel yang ada pada osiloskop antara lain :
a. Power
Digunakan untuk menghidupkan dan mematikan osiloskop dengan
memutus sumber catu dayanya.
b. Time/ div
Tombol ini berfungsi menentukan besar waktu setiap skala
horizontal dari gambar yang ditampilkan di layer. Sehingga jika
dilakukan pengubahan skala ini, maka yang berubah hanya panjang
gelombangnya, sedangkan amplitudonya tetap.
c. Volt/ div
Berfungsi untuk menentukan besar tegangan setiap skala vertical.
d. Mode Switch
Digunakan untuk memilih masukan pada osiloskop antara lain
CH1 : masukan adalah chanel 1
CH2 : masukan adalah chanel 2
ADD : masukan adalah penjumlahan CH1 dan CH2
DUAL :kedua masukan ditampilkan bersama
e. AC-GND-DC
Switch ini untuk memilih jenis sinyal yang diukur AC atau DC.
Sedangkan GND adalah membawa masukan keawal (nol).
f. Position
Knop ini berfungsi untuk menggeser-geser posisi gambar kearah
sumbu x
g. Position
Knop ini berfungsi untuk menggeser-geser posisi gambar kearah
sumbu y
h. Inten
Knop ini berfungsi untuk mengatur intensitas cahaya atau tebal
tipisnya gelombang yang terbentuk pada layar
i. Focus
Berfungsi untuk memfokus kan gambar

8
j. Cal 2Vpp
Merupakan fasilitas untuk melakukan kalibrasi. Jika input
dihubungkan ke panel ini harus menghasilkan tegangan 2 volt dari
puncak kepuncak jika tidak sesuai harus dilakukan kalibrasi CRO
sampai bisa digunakan.
k. Trace rotation
Lubang ini digunakan untuk membenarkan posisi gambar jika
miring dengan mengunakan obeng.

2. Audio Frequency Generator (AFG)


Function Generator adalah instrument ukur elektronik untuk
menghasilkan berbagai jenis bentuk gelombang sinyal dengan
frequensi tertentu.. Panel-panel generator isyarat :Bagian-bagian dari
generator isyarat antara lain:
a. Power
Saklar untuk menghidupkan dan mematikan generator.
b. Wave form
Berfungsi sebagai switch pemilih bentuk gelombang (kotak,
segitiga, sinusoidal).
c. Variator frekuensi
Knop yang berfungsi untuk memilih frekuensi keluaran sesuai
skala yang ditunjukkan.
d. Frequency range
Switch yang berfungsi sebagai pelipat frekuensi dari skala yang
ditunjukkan oleh variator frequency.
e. Attenuator (dB)
Knop ini berfungsi untuk memperlemah sinyal yang dikeluarkan
oleh generator pada skala dB.
f. Amplitudo
Berfungsi untuk mengatur tegangan keluaran dari generator
isyarat.

9
B. Metode penelitian
1. Menyusun Konsep Perencanaan
Dalam pembuatan alat ini tahap awal yang dilakukan adalah
membuat sebuah perencanaan. Perencanaan yang dilakukan yaitu
merancang alat yang akan dibuat, mengumpulkan reverensi dan acuan
dari berbagai sumber. Selain itu juga menentukan konsep fisika yang
digunakan dalam alat ini dan mengumpulkan reverensi tentang konsep
yang digunakan dalam pembuatan alat ini. Selanjutnya dilakukan proses
pembuatan alat yang telah direncanakan sebelumnya. Setelah alat selesai
dibuat, maka selanjutnya melalukan uji coba. Hasil rancangan ini nantinya
dapat digunkan untuk dijadikan sebuah media pembelajaran atau sebuah
alat peraga dalam melakukan praktikum. Serta alat rancangan ini dapat
dijadikan contoh untuk membuat sebuh media yang lebih baik lagi dalam
materi geombang bunyi.
2. Estimasi Alat Dan Bahan

No Alat dan Bahan Jumlah Ukuran


1 Garputala 2
2 Papan/kayu
3 gergaji
4 Mur

3. Desain Rancangan Bangun Alat


a. Alat Tampak Atas

Gambar 4. Alat jadi tampak atas


b. Alat Tampak Samping

Gambar 5. Alat Jadi Tampak Samping


c. Alat Tampak Depan
Gambar 6. Alat Jadi Tampak Depan
d. Alat Tampak Belakang

Gambar 7. Alat Jadi Tampak Belakang

10
4. Sekesta Alat

Gambar 8. sketsa rangkaian alat modifikasi yang akan dibuat


Sumber: httpss://image.netxgurukul.com
5. Sekema Alat Percobaans

Gambar 9. Skema alat percobaan


Sumber: htpps://image.seratusinsitit.com
6. Cara Pembuatan Alat
Pertama potong kayu dan buat kayu tersebut menjadi kotak segi empat
dengan di atasnya buat

7. Prinsip Kerja Alat

8. Cara Kerja Alat

11
C. Pengujian kelayakan alat Sonometer
Setelah melakukan pembuatan alat selama kurang lebih 9 hari mulai
dari pengumpulan alat dan bahan,pengukuran, perakitan, dan pengecatan
akhirnya pembuatan alat pun dapat diselesaikan dengan baik. Dari alat yang
kami buat yaitu alat ukur koefisien gesek statis dan dinamika rotasi kami
telah melakukan uji coba dan alat yang telah dibuat dilakukan uji kelayakan
pakai sebelum di seminarkan. Setelah dilakukannya uji kelayakan alat oleh
yang kami anggap sebagai ahli media dengan cara mengisi Lembar evaluasi
yang terdiri dari aspek kebahasaan, efek media terhadap strategi pembelajaran
dan tampilan media secara menyeluruh diperoleh hasil yaitu alat yang kami
gunakan layak untuk selanjutnya di gunakan dalam pembelajaran. Dari
validasi yang telah dilakukan terdapat beberapa revisi dari saran yang telah
diberikan.
D. Pembahasan hasil percobaan
1. Percobaan pertama , frekuensi gerputala berbeda, panjang benang nilon
E. Pembahasan Hasil Percobaan

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari kegiatan pembuatan sebuah media pembelajaran berupa alat


peraga yang telah dilakukan dapat dikatan berjalan dengan baik, dan dipatkan
hasil sesuai dengan yang diinginkan. Kita dapat membuat suatu alat peraga dari
materi gelombang bunyi yang dapat membantu kita sebagai calon guru
menjelaskan kepada peserta didik tentang materi gelombang bunyi. Jadi,
kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan tersebut yaitu:

1. Desain rancangan bangun alat ukur Frekuensi pada dawai dibuat dengan
baik dan diberi warna yang menarik. Serta memiliki komponen yang
lenggkap dan mudah digunakan.

2. Berdasarkan uji kelayakan alat ukur gelombang bunyi yang telah dilakukan
dapat dikatakan bahwa alat yang telah dibuat layak digunakan sebagai alat
peraga.

B. Saran
Sebagai seorang calon guru harus lebih inovatif dalam proses
pembelajaran. Untuk pengoptimalkan alat ini, diharapkan seorang yang lebih
memahami lagi tentang konsep gelombang bunyi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Giancoli, Douglas C. 2005. FISIKA konsep dan penerapannya. Jakarta: Erlangga

Priyambodo, Tri Kunto.2009. Fisika Dasar Untuk Mahasiswa Ilmu Komputer &
Informatika. Yogyakarta:ANDI

Sarjono, Ganijati Aby. 2011. Gelombang dan Optika. Jakarta: Salemba Teknika

Saripudin, Ahmad. 2008. Fisika. Bandung: Grafindo Media Pratama

14

Anda mungkin juga menyukai