Anda di halaman 1dari 4

Tugas Kelompok ke-1

(Minggu 3/ Sesi 4)

Buatlah sebuah deskripsi minimal 1 halaman Font: Times New Roman, ukuran: 12,
spasi:1,5.

Fakta bahwa kemajuan ilmu dan teknologi, terutama di era informasi ini, memang
membawa dampak negatif di samping dampak positifnya. Hal inilah yang disebut dengan
ambivalensi ilmu dan teknologi itu terjadi. Apalagi akhir-akhir ini.

Akhir-akhir ini hoax ‘terserak’, caci-maki dan ‘sumbu pendek’ banyak terjadi dan cukup
membuat resah. Tak mengherankan bila Keminfo mulai mengeluarkan ancaman-ancaman
tertentu berkenaan dengan hal ini.

Berdasarkan deskrispsi kasus di atas, analisal pertannyaan berirkut;

Apa pandangan anda mengenai praktik-praktik hoax dan hate speech tersebut? Pandangan
anda harus mencerminkan nilai-nilai Pancasila.

Anggota Kelompok :
 Cicilia – 2301957710
 Agung Priangga –
 Azwar Anas Fadlilah – 2301955440
 Fadhilah Nisa M– 2301952735
 Mursalim –

Jawaban :
Hate speech menurut surat edaran Polri No. SE/6/X/2015 berarti sebuah ujaran kebencian
dalam bentuk tindak pidana yang dapat ditemui dalam praktek penghinaan, pencemaran

CHAR6019–Character Building: Pancasila


nama baik, penistaan, perbuatan tidak menyenangkan, memprovokasi, menghasut,
penyebaran berita bohong dan semua tindakan tersebut memiliki tujuan atau bisa
berdampak pada tindak diskriminasi, kekerasan, penghilangan nyawa dan atau konflik
sosial. Pandangan kami mengenai praktik-praktik hoax dan hate speech tersebut sangat
disayangkan dan menimbulkan keresahan serta ketidakharmonisan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Sebagai masyarakat Indonesia yang memiliki karakter
berdasarkan kepada nilai – nilai yang terkandung dalam Pancasila, kita harus membuka
wawasan dan memiliki edukasi mengenai alur informasi dan berita – berita yang
berkembang di sekitar kita. Praktik-praktik hoax dan hate speech memanfaatkan ruang
kebebasan berpendapat bahwa setiap orang bebas berbicara tentang apa saja dan mengenai
siapa saja tanpa mengindahkan norma – norma yang berlaku dalam kehidupan
bermasyarakat dan hanya mementingkan kepentingan pribadi serta tidak lain dan tidak
bukan hanya memiliki satu tujuan yaitu adu domba. Kenyataannya praktik-praktik hoax
dan hate speech ini sangatlah merugikan dan tidak mendidik bagi generasi muda. Pada
hakekatnya setiap warga Negara memiliki kebebasan untuk mengemukakan pendapat
namun harus tetap ada batasan – batasan yang jelas serta dapat dipertanggungjawabkan dan
sesuai dengan nilai – nilai luhur Pancasila sebagai ideologi Negara. Praktik – praktik hoax
dan hate speech tidak sejalan dan sesuai dengan budaya luhur bangsa Indonesia karena
mengabaikan tanggung jawab dan dilakukan semata mata hanya untuk mengutamakan
kepentingan pribadi atau kelompok. Perilaku ini tentunya bukan perilaku yang terpuji dan
sangat disayangkan bahkan dilakukan oleh segelintir orang – orang yang memiliki
kekuasaan dan pendidikan bahkan dalam tanda kutip terkadang mereka memanfaatkan
kekuasaannya tersebut untuk mempengaruhi orang lain.
Di Indonesia, praktik hoax ini merupakan ancaman yang berbahaya karena dapat
mempengaruhi kondisi atau kestabilan bangsa. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya berita
atau informasi hoax (issue) yang menyebar di masyarakat yang belum jelas tentang
kebenarannya. Peranan media online memang sangat besar dalam era modern saat ini.
Orang tidak perlu menunggu berhari-hari untuk menerima update berita yang sedang terjadi.
Bahkan setelah orang meng-klik “POSTING”, saat itu juga berita tersebut akan tersebar luas
di media online. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan Undang-undang ITE untuk
menanggulangi hal-hal tersebut. Undang-undang tersebut berisi mengenai berita kecemasan
atau membuat kecemasan atau kejahatan dapat dijatuhi tindak pidana. Pasal 28 ayat 2
Undang -undang ITE menyatakan bahwa setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak
menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau
permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama,
ras dan antar golongan (SARA). Kemudian juga pasal 45 undang undang no 19 tahun 2016

CHAR6019–Character Building: Pancasila


tentang ITE menyatakan pelakunya dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama enam
tahun dan/atau denda paling banyak 1 Milyar Rupiah. Aturan tersebut dibuat sedemikian
rupa agar masyarakat sadar akan hukum dan lebih selektif dalam membagikan segala
sesuatu di media online. Akan tetapi, dalam praktiknya memang masih banyak hal yang
perlu untuk dilakukan evaluasi karena ternyata masih banyak sekali celah yang dapat
dimanfaatkan untuk menyebar hoax dan hate speech.
Adapun contoh lainnya yaitu informasi hoax mengenai politik menjelang
berlangsungnya Pemilu 2019. Informasi-informasi yang tidak jelas kebenarannya ini dapat
memperkeruh kondisi dalam masyarakat yang beresiko menjadikan konflik dalam
masyarakat. Contoh lain yaitu hoax tentang SARA terkait pengusiran warga Papua di
Surabaya, yang beritannya sangat cepat menyebar di media sosial. Hal ini tentu sangat
berpengaruh terhadap kondisi kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia.
Menurut kelompok kami, ada beberapa hal yang menyebabkan mudahnya informasi atau
berita hoax ini menyebar di Indonesia :
a. Belum siapnya masyarakat menghadapi teknologi terutama pada sosial media. Belum
meratanya sebuah literasi atau pembelajaran bagi masyarakat, sehingga sebagian besar
masyarakat kurang mampu menyerap informasi dengan baik.
b. Masyarakat Indonesia cenderung lebih mudah menerima konten online, daripada konten
yang didasarkan pada data dan fakta yang terjadi. Kurangnya kesadaran masyarakat
terhadap informasi yang mereka dapatkan, sehingga mereka beranggapan bahwa
informasi yang mereka terima dalam media online sudah benar, walaupun tidak ada
dasar atau fakta yang jelas.
Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mengantisipasi atau mencegah agar berita
hoax tidak tersebar secara masif atau menyeluruh, antara lain sebagai berikut :
a. Pemberian literasi kepada masyarakat. Literasi yang dimaksudkan disini bisa berupa
proses belajar secara konvensional, sosialisasi dari lembaga masyarakat, sosialisasi dari
lembaga pemerintahan, serta adanya edukasi kepada masyarakat tentang bahaya hoax. Ini
dikarenakan hoax merupakan senjata utama dalam era informasi seperti sekarang yang
dapat memecahkan kesatuan dan persatuan bangsa. Literasi ini berguna agar masyarakat
mampu memilah dan mengolah informasi dengan baik.
b. Bijak dan selalu berhati-hati dalam menggunakan media sosial. Kita terlebih dulu
mengidentifikasi suatu informasi sebelum membagikannya ke orang lain.
c. Peran pro-aktif pemerintah melalui kebijakan berupa adanya Undang-Undang ITE yang
mengatur tentang informasi dan transaksi elektronik. Sehingga masyarakat harus
mematuhi suatu hukum yang berlaku tersebut.

CHAR6019–Character Building: Pancasila


Sudah seharusnya praktik hoax ini harus dihilangkan di dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, salah satunya adalah dengan melakukan pendidikan karakter agar masyarakat
terutama generasi muda tergugah dan memiliki pemahaman tentang nilai-nilai yang harus
dijunjung tinggi dalam kehidupan. Penanaman pendidikan karakter ini tidak bisa
dilakukan hanya sekali dua kali saja namun harus dilakukan secara terus menerus dan
dipraktikan dalam kehidupan sehari – hari. Penting bagi kita untuk terbuka terhadap nilai-
nilai baru kemajuan zaman dan teknologi, namun kita juga harus tetap memelihara identitas
dan jati diri kita sebagai bangsa dan tidak melupakan ciri khas bangsa Indonesia.

Referensi :
https://www.kompasiana.com/rresinta/57104c8fff22bda510831378/mengenal-lebih-jauh-
mengenai-hate-speech-dan-prakteknya-di-dunia-maya?page=2 (dilihat pada tanggal 11
Desember 2019)
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20171019112305-185-249426/alasan-hoax-
mudah-tersebar-di-indonesia (dilihat tanggal 12 Desember 2019)
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5c1a398108e40/daftar-konten-hoax-yang-curi-
perhatian-publik-di-2018/ (dilihat tanggal 14 Desember 2019)

CHAR6019–Character Building: Pancasila

Anda mungkin juga menyukai