Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Salah satu upaya konkret mewujudkan transparansi dan akuntabilitas

pengelolaan keuangan daerah adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban

keuangan pemeritah daerah yang tepat waktu, dan disusun berdasarkan standar

akuntansi pemerintahan (SAP). Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2003

tentang Keuangan Negara mengamanatkan kepada Pemerintah mulai presiden,

gubernur, walikota/bupati untuk menyampaikan laporan pertanggungjawaban

pelaksanaan APBN/APBD berupa laporan keuangan. Laporan keuangan

setidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Perubahan

Saldo Anggaran Lebih (LPSAL), Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan

Ekuitas (LPE), Neraca, Laporan Arus Kas (LAK) dan Catatan atas Laporan

Keuangan (CaLK) yang dilampiri dengan laporan keuangan BUMN/BUMD.

Sejak terjadi reformasi keuangan yang dimulai dengan lahirnya UU No. 17 Tahun

2003 diikuti dengan terbitnya PP No. 58 Tahun 2005 dan PP No. 71 Tahun 2010

yang menegaskan bahwa penerapan SAP berbasis akrual paling lambat di Tahun

2015, laporan keuangan yang disusun tidak berdasarkan SAP berbasis akrual tidak

akan memperoleh opini dari Badan Pemeriksa Keuangan (Disclaimer

Opinion). Tidak berhenti hingga disini kedua PP tersebut juga melahirkan

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 64 Tahun 2013 yang merupakan pedoman

bagi pemerintah daerah dalam menerapkan SAP berbasis akrual.

1
SAP berbasis akrual adalah SAP yang mengakui pendapatan, beban, aset,

utang, dan ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta mengakui

pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anggaran

berdasarkan basis yang ditetapkan dalam APBN/APBD. SAP berbasis akrual

tercantum dalam Lampiran I PP 71 Tahun 2010.

Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan berbasis akrual paragraf 60

menyatakan bahwa laporan keuangan pemerintah terdiri dari laporan pelaksanaan

anggaran (budgetary reports), laporan finansial, dan Catatan atas Laporan

Keuangan. Laporan pelaksanaan anggaran terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran

dan Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih. Laporan finansial terdiri dari

Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Laporan Arus Kas.

CaLK merupakan laporan yang merinci atau menjelaskan lebih lanjut atas pos-pos

laporan pelaksanaan anggaran maupun laporan finansial dan merupakan laporan

yang tidak terpisahkan dari laporan pelaksanaan anggaran maupun laporan

finansial.

Karena Laporan pemerintah daerah sebagaimana disebutkan di atas

dihasilkan dari penggabungan laporan berbagai SKPD dan BUD maka agar

pemerintah daerah dapat menghasilkan LRA dan LO sebagaimana dijelaskan di

atas, Satuan Kerja Perangkat Daerah harus menyusun LRA dan LO. Laporan

Realisasi Anggaran SKPD menyajikan informasi mengenai pendapatan dan

belanja baik anggaran maupun realisasinya yang pengakuannya menggunakan

dasar pengakuan sesuai dokumen anggaran. Sementara itu Laporan Operasional

menyajikan pendapatan dan beban yang pengakuannya berdasarkan dasar akrual.

2
Dari uraian di atas, dapat kita pahami bahwa bahwa akuntansi pendapatan

terbagi menjadi akuntansi pendapatan LRA berbasis kas dan akuntansi

pendapatan-LO berbasis akrual. Basis akrual akuntansi pendapatan-LO mengakui

pengaruh transaksi penghasil pendapatan atau peristiwa lain penghasil pendapatan

pada saat transaksi atau peristiwa penyebab timbulnya hak atas pendapatan terjadi,

tanpa memerhatikan saat pendapatan tersebut diterima dalam bentuk tunai atau

bentuk penerimaan lain. Pendapatan-LO adalah hak pemerintah pusat/daerah yang

diakui sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang

bersangkutan dan tidak dibayar kembali oleh entitas penerima pendapatan (KSAP,

2011). Pendapatan-LO menyebabkan munculnya piutang pajak dan piutang bukan

pajak berasal dari pendapatan dalam neraca.

Beban didefinisikan sebagai penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa

dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa

pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban. Dari pengertian

tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan beban menurut PP 71

Tahun 2010 tidak selalu melibatkan keluarnya uang dari kas Negara atau daerah.

Sebagai salah contoh adalah beban penyusutan atas aset atau barang milik

negara/daerah. Angka yang dicantumkan dalam Laporan Operasional tidak selalu

berdasarkan sejumlah kas yang dikeluarkan dari rekening kas umum

negara/daerah atau kas di Bendahara Pengeluaran. Sesuai basis akrual, pengakuan

beban tidak selalu berkaitan dengan keluarnya kas dari rekening kas umum

negara/daerah, tapi beban tersebut harus diakui ketika timbul kewajiban, telah

terjadi konsumsi aset, atau terjadi penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa.

3
Dengan demikian pengukuran kinerja pemerintah dapat dihitung lebih akurat dan

dapat dibandingkan dengan berapa besarnya pendapatan yang diperoleh selama

tahun anggaran yang bersangkutan.

Dalam hal penerapan SAP berbasis akrual, memang tidak dapat diterapkan

secara instant, pemerintah perlu persiapan yang matang baik dari segi sumber

daya manusia berupa pemahaman SDM tentang akuntansi berbasis akrual,

teknologi informasi dan ketersediaan sumber dana. Hal ini sesuai dengan apa

dikatakan Kusuma (2014) bahwa keberhasilan atau kegagalan penerapan

akuntansi berbasis akrual pada pemerintah tidak terlepas dari peran satuan kerja

dan pengaruh dari faktor-faktor yang ada pada satuan kerja tersebut, mulai dari

sumber daya manusia seperti tingkat pendidikan staf, pelatihan yang diberikan dan

latar belakang pendidikan pimpinan, faktor organisasional seperti kualitas

teknologi informasi dan dukungan konsultan, maupun faktor situasional lainnya

seperti pengalaman satuan kerja dalam menjalankan basis kas menuju akrual dan

ukuran satuan kerja tersebut.

Permasalahan dalam penerapan basis kas (cash basis) ke basis akrual

(accrual basis) bukan sekedar masalah teknis akuntansi belaka, namun hal lainnya

perlu menjadi perhatian adalah bagaimana menentukan kebijakan akuntansi

(accounting policy), perlakuan akuntansi untuk suatu transaksi (accounting

treatment), pilihan akuntansi (accounting choice) dan mendesain atau

menganalisa sistem akuntansi yang ada.

Demi memenuhi tuntutan peraturan perundang-undangan tentang

pengelolaan keuangan negara seperti yang telah penulis sebutkan sebelumnya dan

4
lebih khusus lagi mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 58 Tahun

2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, kemudian diatur secara teknis

melalui ketentuan yang diterbitkan oleh Kementerian Dalam Negeri dalam bentuk

Pemendagri Nomor 13 Tahun 2006 yang kemudian diubah terakhir dengan

Permendagri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan

Daerah, maka Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman semenjak Tahun

Anggaran 2007 telah menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Manajemen

Daerah (SIMDA) Keuangan yang dirancang dan dikembangkan oleh Badan

Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

Dengan berlakunya aturan tentang SAP berbasis akrual yang harus

dilaksanakan di Tahun 2015, BPKP juga terus berusaha untuk mengakomodir

ketentuan tersebut agar dapat diaplikasikan dalam Aplikasi SIMDA Keuangan

yang ditandai dengan diluncurkannya Aplikasi SIMDA Keuangan versi 2.7.0.2.

Seiring dengan perkembangan dan kajian yang masih terus terjadi dalam hal

mencari “bentuk” yang tepat untuk memenuhi prinsip akuntansi secara akrual baik

dari segi pengakuan dan pencatatan transaksi maupun dari segi pelaporan, maka

sampai dengan sekarang Aplikasi SIMDA Keuangan telah beberapa kali

mengalami update versi, terakhir sampai pada Aplikasi SIMDA Keuangan versi

2.7.0.9.

Pengembangan yang terus dilakukan oleh Tim Pengembang Aplikasi

SIMDA BPKP terhadap Aplikasi SIMDA Keuangan dilakukan semata-mata

untuk dapat mengakomodir dan terwujudnya SAP berbasis akrual secara penuh

bagi pemerintah daerah, terutama dalam hal pengakuan dan pencatatan atas

5
transaksi finansial, sedangkan untuk tranksaksi yang bersifat statutori telah

diakomodir di versi-versi sebelumnya. Sebagaimana dikatakan Suhairi (2015)

bahwa transaksi finansial merupakan proses awal dari transaksi akuntansi berbasis

akrual, sedangkan transaksi statutori merupakan transaksi yang pencatatannya

dilakukan setelah adanya kas masuk atau keluar.

Ada beberapa penelitian yang secara garis besar mengangkat tema yang

sama dengan apa yang penulis teliti ini, antara lain Nugroho dan Astuti (2013)

yang menyatakan bahwa Aplikasi SIMDA Keuangan yang diterapkan oleh Dinas

Kesehatan Kabupaten Nganjuk sebagai aplikasi pengolah data keuangan

pemerintah daerah mulai dari proses penganggaran, penatausahaan, sampai

dengan pembukuan/akuntansi telah dapat menghasilkan Laporan keuangan dan

informasi keuangan lainnya dengan kualitas relevansi, akurasi dan ketepatan

waktu yang lebih baik daripada pengolahan dengan sistem manual. Sementara itu

menurut Dian M (2013) mengemukakan bahwa proses penggunaan SIMDA

Keuangan dapat mempermudah proses penyusunan laporan keuangan dan telah

sesuai dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006. Kemudian menurut Darea dan

Elim (2015) menyatakan bahwa dengan diterapkannya SIMDA Keuangan proses

penyajian laporan keuangan menjadi lebih cepat dan akurat.

Berdasarkan pemikiran yang telah penulis sampaikan di atas, untuk

memperoleh gambaran lebih jauh tentang kesesuaian penggunaan Aplikasi

SIMDA Keuangan pada Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman dibandingkan

dengan ketentuan yang terdapat dalam SAP berbasis akrual. Maka penulis tertarik

untuk menelaah lebih jauh hal tersebut terutama dalam hal pengakuan atas

6
transaksi finansial (pendapatan-LO, Beban dan Neraca) dengan menggunakan

bantuan Aplikasi SIMDA Keuangan.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah apakah Aplikasi SIMDA Keuangan yang digunakan

Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman sebagai alat bantu dalam penerapan SAP

Berbasis Akrual telah dapat mengakomodir pengakuan atas transaksi finansial

terutama Pendapatan-LO dan Beban secara akrual penuh (full accrual).

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kesesuain

penerapan SAP berbasis akrual pada Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman

yang menggunakan bantuan Aplikasi SIMDA Keuangan dalam hal pengakuan

Pendapatan-LO dan Beban secara akrual penuh (full accrual).

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang dilakukan adalah:

1. Manfaat bagi Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman.

Dengan adanya penelitian ini diharapkan Pemerintah Kabupaten Padang

Pariaman dapat terbantu mengetahui sejauh mana keselarasan pelaksanaan

SAP berbasis akrual yang diterapkan dengan menggunakan bantuan Aplikasi

SIMDA Keuangan.

7
2. Manfaat Bagi Akademis.

Penelitian diharapkan dapat menjadi salah satu bahan referensi untuk

penelitian-penelitian selanjutnya.

3. Manfaat bagi penulis.

Penelitian ini tidak hanya sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi Universitas Andalas dan sebagai

bentuk tanggungjawab atas beasiswa yang telah diberikan oleh Negara

melalui Star-BPKP, tapi hal yang penting bagi Penulis adalah pemahaman di

bidang ilmu Akuntansi Pemerintahan dan dapat lebih bermanfaat di intansi

asal Penulis.

1.5. Batasan Masalah

Penilitian ini hanya membahas penerapan akuntansi berbasis akrual pada

Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman yang telah menggunakan bantuan

Aplikasi SIMDA Keuangan berkenaan dengan transaksi finansial terutama

pengakuan Pendapatan-LO dan Beban dibandingkan dengan ketentuan yang

terdapat dalam SAP berbasis akrual.

1.6. Sistematika Penulisan

Hasil penelitian ini disusun dalam beberapa bagian dengan sistematika

penyajian sebagai berikut:

8
a. Bab I Pendahuluan: memberikan gambaran tentang latar belakang penelitian,

permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, batasan penelitian dan

sistematika penulisan.

b. Bab II Landasan Teori: berisi kajian teori yang berhubungan dengan topik

bahasan dan review penelitian terdahulu.

c. Bab III Metodologi Penelitian: berisi desain penelitian, objek dan waktu

penelitian, teknik pengumpulan data, sumber data dan teknik analisis data.

d. Bab IV Hasil dan Pembahasan: berisi hasil penelitian yang dilakukan dan

bahasan data yang diperoleh dari penelitian.

e. Bab V Kesimpulan dan Saran: berisi kesimpulan dari Bab IV dan saran untuk

perbaikan atas kekkurangan-kekurangan yang ditemukan selama penelitian

serta implikasinya bagi pengelolaan keuangan daerah.

Anda mungkin juga menyukai