Anda di halaman 1dari 97

ANALISA RESIKO BAHAYA KEBAKARAN DAN LEDAKAN

TERHADAP PENGEMBANGAN LAPANGAN PADA ANJUNGAN


PENGOLAHAN PUSAT LEPAS PANTAI DENGAN METODE
ANALISA RESIKO KUANTITATIF

TESIS
Karya tulis sebagai salah satu syarat
Untuk memperoleh gelar magister dari
Institut Teknologi Bandung

Oleh
EDI JUNIARTO
NIM : 23014021
(Program Studi Magister Teknik Kimia)

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG


Juni 2017

i
ABSTRAK

ANALISA RESIKO BAHAYA KEBAKARAN DAN LEDAKAN


TERHADAP PENGEMBANGAN LAPANGAN PADA ANJUNGAN
PENGOLAHAN PUSAT LEPAS PANTAI DENGAN METODE
ANALISA RESIKO KUANTITATIF

Oleh
Edi Juniarto
NIM : 23014021
(Program Studi Teknik Kimia)

Kapasitas sumur minyak dan gas bumi secara alamiah akan mengalami penurunan
seiring dengan berjalannya waktu, oleh karenanya agar tetap menjaga kesinambungan
produksi melalui Plan of Development (POD) yang telah disetujui SKK Migas, maka
diadakanlah pengembangan lapangan (field development) pada sebuah anjungan
pengolahan pusat lepas pantai di Laut Natuna (Offshore Central Processing
Platform/CPP).

Pengembangan tersebut berupa peningkatan kapasitas produksi gas yang berasal dari
sumur bawah laut (subsea well). Fluida sumur bawah laut itu akan melalui slug catcher
dan gas metering scrubber yang merupakan peralatan tambahan di cellar deck CPP.

Dalam tesis ini dikaji resiko bahaya kebakaran dan ledakan yang akan ditimbulkan
apabila terjadi kebocoran gas di area cellar deck CPP dengan metode analisa resiko
kuantitatif melalui pemodelan konsekuensi dispersi gas dengan menggunakan piranti
lunak PHAST (Process Hazard Analysis Software Tool).

Berdasarkan analisa resiko kualitatif di area cellar deck CPP didapatkan hasil bahwa
Gas Pig Receiver dan Gas Pig Launcher dikategorikan beresiko signifikan bila terjadi
kebocoran gas. Dari hasil analisa kuantitatif terkait skenario terjadinya flash fire, jet fire
dan ledakan maka dapat disimpulkan bahwa semua konsekuensi kejadian tersebut masih
dalam kategori dapat diterima resikonya karena frekuensi konsekuensinya masih di
bawah 10-4 kejadian per tahun yang berarti masih dalam batas aman untuk beroperasi di
cellar deck CPP. Sedangkan untuk resiko dispersi yang dapat menyebabkan asfiksia
termasuk dalam kategori resiko yang dapat ditolerir atau ALARP (As Low As
Reasonable Practicable) di mana berpotensi terjadi di bawah 10-2 kejadian per tahun..
Untuk menambah tingkat keselamatan pekerjanya dan menurunkan resiko ke kategori
dapat diterima maka perlu ditambahkan kabinet berisi peralatan EEBA (Emergency
Escape Breathing Apparatus) di area cellar deck sehingga bila terjadi kebocoran gas
mereka akan dapat menggunakan alat bantu pernafasan tersebut untuk bisa menuju ke
tempat berkumpul yang aman (muster station).

Kata kunci: kebocoran gas, pemodelan konsekuensi dispersi gas, analisa resiko
kebakaran dan ledakan, analisa resiko kuantitatif, PHAST.
ii
ABSTRACT

FIRE AND EXPLOSION RISK ANALYSIS FOR FIELD


DEVELOPMENT OF OFFSHORE CENTRAL PROCESSING
PLATFORM WITH QUANTITATIVE RISK ANALYSIS METHODE

By
Edi Juniarto
NIM : 23014021
(Chemical Engineering Department)

Oil and gas well capacity will have depletion naturally. To maintain a production
continuity through Plan of Development (POD) that has been agreed by SKK Migas,
field development of Offshore Central Processing Platform/ CPP in Natuna sea has
been performed.

The development is to increase gas production capacity that comes from subsea well.
The subsea well fluid will flow to the slug catcher and gas metering scrubber, that are
some additional equipments in cellar deck CPP.

In this thesis, it has been assessed the fire and explosion risk if there is gas leak in cellar
deck CPP with quantitaive risk analysis through gas dispersion model by the means of
PHAST (Process Hazard Analysis Software Tool).

Based on qualitative risk analysis in CPP cellar deck area, it is notified that Gas Pig
Receiver and Gas Pig Launcher were categorized as a significant risk if there is a gas
leak. From the result of quantitative analysis related scenario of flash fire, jet fire and
explosion, it can be concluded that all the consequences of the incident is still in the
category of acceptable risk because the frequency of the consequences is still below 10-4
incidents per year which means it is still within safe limits to operate in the CPP cellar
deck. As for the risk of dispersion which may lead to asphyxia belonging to the tolerable
risk category or ALARP (As Low As Reasonable Practicable) where potentially occurs
below 10-2 incident per year. To increase the safety level of the worker and lower the
risk to the acceptable category it is necessary to add a cabinet containing EEBA
equipment (Emergency Escape Breathing Apparatus) in the cellar deck area so that
when a gas leak occurs they will be able to use the breathing apparatus to get to the
safe assembly point (muster station).

Keywords: gas leak, consequences of gas dispersion model, fire and explosion risk
analysis, quantitaive risk analysis, PHAST.

HALAMAN PENGESAHAN

iii
ANALISA RESIKO BAHAYA KEBAKARAN DAN LEDAKAN
TERHADAP PENGEMBANGAN LAPANGAN PADA ANJUNGAN
PENGOLAHAN PUSAT LEPAS PANTAI DENGAN METODE
ANALISA RESIKO KUANTITATIF

Oleh :
Edi Juniarto
NIM : 23014021
(Program Studi Magister Teknik Kimia)
Institut Teknologi Bandung

Menyetujui
Pembimbing
Tanggal 8 Juni 2017

(Prof. Ir. Yazid Bindar, M.Sc., Ph.D.)

iv
PEDOMAN PENGGUNAAN TESIS

Tesis S2 yang tidak dipublikasikan terdaftar dan tersedia di Perpustakaan Institut


Teknologi Bandung, dan terbuka untuk umum dengan ketentuan bahwa hak cipta
ada pada pengarang dengan mengikuti aturan HaKI yang berlaku di Institut
Teknologi Bandung. Referensi kepustakaan diperkenankan dicatat, tetapi
pengutipan atau peringkasan hanya dapat dilakukan seizin pengarang dan harus
disertai dengan kebiasaan ilmiah untuk menyebutkan sumbernya.

Sitasi hasil penelitian Tesis ini dapat ditulis dalam bahasa Indonesia
sebagai berikut:

Juniarto, E. (2017). Analisa resiko bahaya kebakaran dan ledakan terhadap


pengembangan lapangan pada anjungan pengolahan pusat lepas pantai dengan
metode analisa resiko kuantitatif, Tesis Program Magister, Institut Teknologi
Bandung.

dan dalam bahasa Inggris sebagai berikut:

Juniarto, E. (2017). Fire and explosion risk analysis for field development of
offshore central processing platform with quantitative risk analysis methode,
Master’s Program Thesis, Institut Teknologi Bandung.

Memperbanyak atau menerbitkan sebagian atau seluruh tesis haruslah seizin


Dekan Sekolah Pascasarjana Institut Teknolog Bandung.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah atas segala rahmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini. Penulis
menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
tidaklah mudah bagi penulis untuk menyelesaikan karya tulis ini. Untuk
itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Ir. Yazid Bindar, M.Sc., Ph.D selaku dosen pembimbing yang
telah banyak memberikan bimbingan dan masukan selama proses
penulisan laporan ini.
2. Dr Ronny Purwadi selaku dosen wali dan seluruh staf pengajar
yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis selama
belajar di program studi teknik kimia ITB.
3. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan doa dan dukungan
semangat bagi saya selama masa perkuliahan.

Semoga karya tulis ini dapat menjadi referensi dan bermanfaat


bagi pengembangan ilmu.

Bandung, 31 Mei 2017

Edi Juniarto

vi
DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................................. ii
ABSTRACT .............................................................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... iii
PEDOMAN PENGGUNAAN TESIS ........................................................................ v
KATA PENGANTAR .............................................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. x
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG .......................................................... xiii
BAB I Pendahuluan ........................................................................................... 1
I.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
I.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
I.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2
I.4 Lingkup Penelitian .................................................................................... 3
I.4.1 Fasilitas Process “XYZ” ....................................................................... 3
BAB II Tinjauan Pustaka ................................................................................... 9
II.1 Kebocoran Hidrokarbon .......................................................................... 9
II.2 Kebakaran dan Ledakan ........................................................................ 12
II.3 Analisa Resiko Kuantitatif..................................................................... 18
II.4 Tingkat Resiko Kecelakaan ................................................................... 23
II.5 DNV PHAST ......................................................................................... 26
BAB III Metodologi Penelitian ......................................................................... 28
III.1 Tahapan Penelitian ............................................................................... 28
III.2 Perangkat Penelitian ............................................................................. 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 33
IV.1 Analisa Resiko Kualitatif ..................................................................... 33
IV.2 Evaluasi Konsekuensi Kecelakaan ....................................................... 36
IV.2.1 Dispersi .............................................................................................. 39

vii
IV.2.2 Flash Fire ........................................................................................... 43
IV.2.3 Jet Fire ................................................................................................ 47
IV.2.4 Vapour Cloud Explosion ................................................................. 50
IV.2.5 Fire Ball ............................................................................................. 55
IV.3 Analisa Frekuensi Kecelakaan ............................................................. 56
IV.4 Penghitungan Tingkat Resiko .............................................................. 60
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 66
VI.1 Kesimpulan .......................................................................................... 66
VI.2 Saran ..................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 68
LAMPIRAN ............................................................................................................. 70

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Perhitungan PLL (Potential Loss of Life)…..............................71


Lampiran B Flow Diagram Gas Pig Receiver................................................75
Lampiran C Input Data di DNV PHAST.......................................................76
Lampiran D Persamaan Dispersi dalam DNV PHAST...................................79
Lampiran E Diagram Event Tree Konsekuensi Kebocoran Gas di Gas Pig
Receiver dan Gas di Pig Launcher..............................................80

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar I.1 Tata letak fasilitas “XYZ”....................................................3


Gambar I.2 Gambar CPP fasilitas “XYZ”..............................................4
Gambar I.3 Tata letak CPP fasilitas “XYZ”............................................5
Gambar I.4 Tata letak cellar deck CPP fasilitas “XYZ”........................6
Gambar II.1 Gambar puff dan plume yang terbentuk............................10
Gambar II.2 Aliran cairan melalui lubang di tangki..............................11
Gambar II.3 Kebocoran gas ekspansi bebas secara isentropik..............12
Gambar II.4 Gambar segitiga api...........................................................13
Gambar II.5 Pool fire.............................................................................15
Gambar II.6 Jet fire.................................... ...........................................16
Gambar II.7 Flash fire............................................................................16
Gambar II.8 Fire ball.............................................................................17
Gambar II.9 Diagram bow tie................................................................22
Gambar II.10 Diagram event trees...........................................................23
Gambar II.11 Skenario kasus dalam diagram event trees........................24
Gambar II.12 Kerangka kerja metode ALARP...................................... 26
Gambar II.13 Kurva diagram F-N yang menunjukkan frekuensi kejadian
per tahun, F, dan jumlah kematian ,N................................27
Gambar III.1 Tampilan lay out cellar deck di dalam DNV PHAST dan
skenario kebocoran gas pada diameter lubang kebocoran
yang berbeda......................................................................30
Gambar III.2 Tampilan konsekuensi dalam bentuk kontur.....................30
Gambar III.3 Tampilan konsekuensi dalam bentuk grafik......................31
Gambar III.4 Diagram alir metodologi penelitian........ ..........................32
GambarIV.1 Isolated section Gas Pig Receiver atau Gas Pig
Launcher............................................................................35
Gambar IV.2 Skema sistem ESD pada Gas Pig Receiver.......................35
Gambar IV.3 Luas terdampak dispersi kebocoran gas dari Gas Pig
Receiver atau Gas Pig Launcher dengan arah angin dari
utara timur laut...................................................................38
Gambar IV.4 Konsentrasi garis pusat terhadap jarak pada kebocoran gas
di Gas Pig Receiver pada berbagai ukuran lubang
kebocoran dan pada kategori cuaca 1.5/F dan
5/D.....................................................................................39
Gambar IV.5 Konsentrasi garis pusat terhadap jarak pada kebocoran gas
di Gas Pig Launcher pada berbagai ukuran lubang
kebocoran dan pada kategori cuaca 1.5/F dan
5/D.....................................................................................40
Gambar IV.6 Luas terdampak flash fire pada kebocoran gasdi Gas Pig
Launcher dengan iameter kebocoran 0,25”.......................42
Gambar IV.7 Radius potensi terjadinya flash fire pada kebocoran gas di
Gas Pig Receiver pada berbagai ukuran lubang kebocoran
dan pada kategori cuaca 1.5/F dan 5/D .............................43

x
Gambar IV.8 Radius potensi terjadinya flash fire pada kebocoran gas di
Gas Pig Launcher pada berbagai ukuran lubang kebocoran
dan pada kategori cuaca 1.5/F dan 5.................................44
Gambar IV.9 Gambar dampak radiasi panas jet fire akibat kebocoran gas
di Pig Launcher.................................................................45
Gambar IV.10 Tingkat radiasi jet fire pada kebocoran gas di Gas Pig
Receiver pada berbagai ukuran lubang kebocoran dan pada
kategori cuaca 1.5/F dan 5/D.............................................47
Gambar IV.11 Tingkat radiasi jet fire pada kebocoran gas di Gas Pig
Receiver pada berbagai ukuran lubang kebocoran dan pada
kategori cuaca 1.5/F dan 5/D.............................................48
Gambar IV.12 Dampak overpressure 0,201 bar akibat ledakan di Gas Pig
Launcher............................................................................49
Gambar IV.13 Overpressure ledakan susulan pada kebocoran gas di Gas
Pig Receiver pada berbagai ukuran lubang kebocoran dan
pada kategori cuaca 1.5/F dan 5/D ...................................51
Gambar IV.14 Overpressure ledakan susulan pada kebocoran gas di Gas
Pig Receiver pada berbagai ukuran lubang kebocoran dan
pada kategori cuaca 1.5/F dan 5/D....................................52
Gambar IV.15 Tingkat radiasi fire ball akibat pecahnya bejana Gas Pig
Receiver pada kategori cuaca 5/D.....................................53
Gambar IV.16 Tingkat radiasi fire ball akibat pecahnya bejana Gas Pig
Launcher pada kategori cuaca 5/D....................................54
Gambar IV.17 Cloud footprint DNV PHAST untuk dispersi kebocoran
gas......................................................................................55
Gambar IV.18 Diagram event trees analysis.............................................56
Gambar IV.19 Kerangka kerja penentuan tingkat resiko..........................61
Gambar IV.20 Emergency Escape Breathing Apparatus (EEBA)............62
Gambar IV.21 Analisa F-N diagram dispersi kebocoran gas....................63
Gambar IV.22 Penempatan kabinet EEBA di cellar deck.........................64
Gambar IV.23 Analisa F-N diagram dispersi kebocoran gas setelah
penambahan kabinet..........................................................64

xi
DAFTAR TABEL

Tabel I.1 Keterangan gambar tata letak Cellar Deck CPP Fasilitas
“XYZ”........................................................................................7
Tabel I.2 Spesifikasi peralatan di Cellar Deck..........................................8
Table II.1 Risk rank matriks dari OSHA................................................20
Tabel IV.1 Tingkat kemungkinan dan keparahan dalam analisa
kualitatif.................................................................................32
Tabel IV.2 Hasil analisa resiko kualitatif peralatan di Cellar Deck..........32
Tabel IV.3 Laju alir kebocoran.................................................................36
Tabel IV.4 Komposisi gas di Gas Pig Receiver dan Gas Pig Launcher....37
Tabel IV.5 Hasil konsekuensi flash fire....................................................41
Tabel IV.6 Hasil konsekuensi jet fire........................................................44
Tabel IV.7 Hasil konsekuensi VCE..........................................................47
Tabel IV.8 Tabel data frekuensi kebocoran gas........................................50
Tabel IV.9 Tabel data probabilitas.................................................. .........51
Tabel IV.10 Hasil analisa event tree..........................................................52
Tabel IV.11 Distribusi paparan pekerja di cellar deck ...........................54
Tabel IV.12 Hasil analisa F-N diagram.....................................................57

xii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

Pemakaian
Singkatan Nama pertama kali
pada halaman

ALARP As Low As Reasonable 2


Practicable
BDV Blow Down Valve 23
BLEVE Boiling Liquid Expanding 18
Vapor Explosio
BMKG Badan Meteorologi, 37
Klimatologi dan Geofisika
BST Baker-Strehlow-Tang 17
CCPS Center for Chemical Process 20
Safety
CMPT Center for Maritime and 9
Petroleum Technology
CPP Central Processing Platform 3
CSB Chemical Safety Board 35
DNV Det Norske Veritas 9
EEBA Emergency Escape Breathing 58
Apparatus
ESD Emergency Shut Down 35
HVAC Heat, Ventilation and Air 5
Conditioning
ID Inside Diameter 8
KKKS Kontraktor Kontrak Kerja 1
Sama
LC50 Lethal Concentration 50 38
LFL Lower Flammable 13
LimitHydrotreating
LQ Living Quarter 4
MLO Main Lube Oil 7
MSDS Material Safety Data Sheet 38
OGP Association Of Oil & Gas 51
Producers
OREDA Offshore Relaibility-Data 52
Handbook
OREM Obstructed Region Explosion 19
Model
OSHA Occupational Safety and 21
Health Administration
PFP Passive Fire Protection 5

xiii
PHAST Process Hazard Analysis 2
Software Tool
POD Plan of Development 1
SDV Shut Down Valve 23
SKK Migas Satuan Kerja Khusus 1
Pelaksana Kegiatan Usaha
Hulu Minyak dan Gas Bumi
TNO The Netherland Organization 17
UFL Upper Flammable 13
LimitHydrotreating
UKOOA UK Offshore Operation 26
Association
VCE Vapor Cloud Explosion 18
WHP Wellhead Platform 3

xiv
xv
BAB I Pendahuluan

I.1 Latar Belakang


Pemerintah melalui Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak
dan Gas Bumi (SKK Migas) telah menetapkan target produksi minyak dan gas
bumi (migas) per tahunnya. Target tersebut merupakan hasil kesepakatan antara
SKK Migas dengan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS). KKKS akan
berusaha memenuhi target tersebut melalui pengembangan lapangannya untuk
menjaga kesinambungan produksi melalui Plan of Development (POD) yang telah
disetujui SKK Migas, karena secara alamiah kapasitas sumur minyak dan gas
bumi akan mengalami penurunan seiring dengan berjalannya waktu.

Karakteristik pengembangan lapangan migas yang berada di fasilitas lepas pantai


(offshore) akan berbeda dengan di darat (onshore). Fasilitas lepas pantai
mempunyai tingkat resiko yang lebih tinggi karena lokasi yang terisolir pada saat
tanggap darurat, tata letak peralatan yang padat akibat dari keterbatasan area
fasilitas serta terkadang kondisi cuaca yang kurang bersahabat. Untuk
pembangunan fasilitas baru di lepas pantai akan mempunyai nilai investasi yang
lebih mahal bila dibandingkan dengan di darat ditambah dengan tingkat resiko
yang lebih tinggi, sehingga untuk pengembangan lapangannya akan diusahakan
bisa tie in (penyambungan jaringan pipa baru dengan jaringan pipa lama) ke
fasilitas yang sudah ada dengan penambahan beberapa peralatan. Setiap
penambahan peralatan di fasilitas yang sudah ada dan perubahan kondisi operasi
akan mempengaruhi penilaian resiko (risk assessment) dari fasilitas tersebut,
sehingga wajib dikaji ulang potensi bahaya bagi personal, aset dan lingkungan
serta pengendalian resikonya, sebagaimana yang diatur dalam Keputusan Menteri
Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor KEP.187/MEN/1999 tahun 1999
tentang pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja. Kecelakaan yang
sering menimbulkan dampak kerusakan yang besar di industri pengolahan kimia
atau migas adalah kebakaran dan ledakan, yang dimulai dengan adanya kebocoran

1
hidrokarbon dari primary containment (sistim penyimpanan utama, seperti bejana,
pipa, tangki dan sebagainya).

Dalam karya tulis ini akan dinilai ulang resiko bahaya kebakaran dan ledakan di
fasilitas lepas pantai XYZ di laut Natuna atas pengembangan lapangan berupa
peningkatan kapasitas produksi gas yang berasal dari sumur bawah laut (subsea
well). Pengembangan lapangan ini menyebabkan perubahan kondisi operasi, yaitu
penambahan kapasitas gas yang diolah di central processing platform (CPP),
penambahan slug catcher dan gas metering scrubber di cellar deck serta
bertambahnya frekuensi kegiatan pigging karena karakteristik fluida di sumur
subsea tersebut yang mempunyai kandungan air yang cukup tinggi. Penilaian
ulang resiko di fasilitas tersebut dilakukan dengan metode analisa resiko
kuantitatif (quantitative risk analysis). Keunggulan analisa resiko kuantitatif
karena merupakan cara sistimatis yang handal untuk memperkirakan resiko dari
kecelakaan sehingga dapat memberikan pedoman untuk meminimalisir
dampaknya (Crowl, D. A., 2002).

I.2 Rumusan Masalah


Resiko bahaya kebakaran dan ledakan di dalam karya tulis ini dilakukan dengan
melakukan analisa resiko kuantitatif melalui simulasi dispersi gas dengan
memakai piranti lunak PHAST (Process Hazard Analysis Software Tool) apabila
terjadi kebocoran gas hidrokarbon. Resiko yang timbul akan dianalisa apakah
dapat dikendalikan pada tingkat serendah cukup praktis mungkin atau biasa
disebut ALARP (as low as reasonable practicable), sehingga aman untuk
dioperasikan.

I.3 Tujuan Penelitian


Analisa resiko kuantitatif pada karya tulis ini dimaksudkan sebagai alat untuk
menganalisa ulang resiko kebakaran dan ledakan di cellar deck terkait
pengembangan lapangan migas. Dengan dilakukannya analisa ini akan dapat
memitigasi resiko apabila terjadi kebakaran dan ledakan sehingga dapat
dikendalikan ke tingkat yang dapat ditolerir.

2
I.4 Lingkup Penelitian
Analisa resiko kebakaran dan ledakan pada karya tulis ini dibatasi hanya pada
area cellar deck, karena pada area tersebut merupakan area yang terdampak paling
besar terkait pengembangan lapangan ini. Konsekuensi yang ditimbulkan dari
kebocoran gas bersifat tunggal dan tidak menyebabkan konsekuensi lanjutan
karena semua peralatan keselamatan yang terpasang di fasilitas XYZ berfungsi
dan terpelihara dengan baik. Data operasi yang digunakan untuk melakukan
pemodelan dispersi diambil dari sebuah fasilitas migas di Laut Natuna dan
disimulasikan dengan menggunakan piranti lunak PHAST (Process Hazard
Analysis Software Tool).

I.4.1 Fasilitas Process “XYZ”


Fasilitas “XYZ” terletak di Laut Natuna terdiri dari remote wellhead platform
(anjungan sumur yang jauh) WHP-X dan anjungan pengolahan pusat atau central
processing platform (CPP) yang terhubung dengan jembatan ke wellhead platform
WHP-Y. WHP-X terletak sekitar 10 km dari CPP dan terhubung dengan 22 inch
multiphase pipeline (jalur perpipaan multifasa). Pada tahun 2014 fasilitas “XYZ”
melakukan pengembangan lapangan dengan melakukan pengeboran subsea well Z
(sumur bawah laut) untuk menambah kapasitas produksi. Aliran dari subsea well
Z akan tie in ke CPP yang dihubungkan dengan 14 inch multiphase pipeline
dengan laju desain adalah 140 MMscfd gas, 500 bpd kondensat dan 2500 bpd air.

Gambar I.1. Tata letak fasilitas “XYZ”.

3
Pada Gambar I.2 terlihat gambar CPP Fasilitas “XYZ” dan dibuat tata letaknya
seperti terlihat pada gambar I.3, terlihat bahwa CPP terdiri empat tingkat area,
yaitu top deck, main deck, cellar deck dan sub-cellar deck ditambah empat lantai
living quarter (LQ) sebagai sarana akomodasi. Peralatan yang ditambahkan terkait
pengembangan lapangan di fasilitas “XYZ” terletak di area cellar deck yaitu
dengan ditambahkannya slug catcher dan gas metering scrubber. Slug catcher
adalah jenis separator (pemisah) yang dibuat untuk menangani fluida dari subsea
well. Selain berfungsi sebagai separator tiga fasa juga berfungsi untuk menangani
slug (akumulasi air atau pasir di pipa gas). Gas yang telah dipisahkan di slug
catcher akan dialirkan ke gas metering scrubber untuk diukur jumlah kontribusi
gas dari subsea well sebelum digabung dengan gas yang berasal dari WHP-X dan
WHP-Y untuk diolah lebih lanjut menjadi sales gas (gas yang memiliki kualitas
tertentu yang memenuhi spesifikasi perusahaan transmisi perpipaan atau
perusahaan penyaluran). Gas umpan yang akan diolah di CPP dimana berasal dari
WHP-X, WHP-Y dan subsea well Z.

Gambar I.2. Gambar CPP fasilitas “XYZ”.

4
Gambar I.3. Tata letak CPP Fasilitas “XYZ”.
LQ-4: Living Quarter (bangunan akomodasi) level 4; LQ-3: Living
Quarter level 3; LQ-2: Living Quarter level 2; LQ-3: Living Quarter level
1; MCR: Main Control Room (ruang kendali utama); WS: Work shop dan
ware house.

Luas cellar deck sekitar 79 m x 48 m dan untuk keseluruhan alas serta batas
dengan tingkat di atasnya (main deck) menggunakan plat besi dengan ketebalan
10 mm yang dilengkapi dengan Passive Fire Protection (PFP) J30 pada struktur
pendukungnya untuk melindungi dari bahaya overpressure akibat ledakan hingga
1,5 bar. Cellar deck terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian area proses dan
bagian area utilitas, diantara keduanya dibatasi oleh dinding fire wall yang
mempunyai standar rating H60, yang didesain untuk ketahanan terhadap
kebakaran dan overpressure akibat ledakan hingga 2 bar.

Di dalam area utilitas juga terdapat bangunan yaitu workshop, warehouse dan
ruangan peralatan elektrik, yang disebut main switch gear room, seperti tampak
pada Gambar I.3. Semua bangunan di CPP dilengkapi dengan sistim HVAC
(Heat, Ventilation, and Air Conditioning), selain sebagai pengatur suhu ruangan
juga untuk memastikan bahwa tekanan udara di dalam bangunan lebih tinggi dari

5
tekanan udara sekitar sehingga bila ada kebocoran gas di area proses maka tidak
akan dapat masuk ke dalam bangunan. Di cellar deck juga dilengkapi dengan gas
detector dan flame detector. Untuk sistim pemadaman api terdapat deluge system
(sprinkler), yang akan aktif secara otomatis apabila flame detector aktif, dan fire
hydrant, seperti terlihat dalam Gambar I.4 di bawah ini.

54 m

48 m

79 m

Gambar I.4. Tata letak cellar deck CPP Fasilitas “XYZ”.

Keterangan gambar tata letak cellar deck CPP Fasilitas “XYZ” ditunjukkan pada
Tabel I.1 berikut.

6
Tabel I.1. Keterangan gambar tata letak Cellar Deck CPP Fasilitas “XYZ”
Keterangan Gambar
No Peralatan No Peralatan
Emergency Diesel Export Compressor MLO
1 15
Generator Enclosure Skid train 1
Export Compressor MLO
2 Main Switch Gear Room 16
Skid train 2
High Pressure Flare
3 Workshop dan ware house 17
Knock Out Drum
Export Compressor MLO
4 Electrochlorinator Unit 18
Skid train 3
5 Fire Pump A 19 Inlet Gas Separator

6 Fire Pump B 20 Gas Pig Receiver

7 Lube oil storage 21 Gas Pig Launcher


8 Sewage System 22 Fire Wall
Slug Catcher (instalasi
9
baru)
Gas Booster Compressor
10 Gas Detector
Discharge Scrubber
Low Temperature
11 Fire Hydrant
Separator
Turbo Expander Suction
12 Deluge System (sprinkler)
Scrubber
13 Glycol Separator Flame Detector
Gas Metering Scrubber
14
(instalasi baru)

Spesifikasi dan kondisi operasi pada peralatan yang ada di area proses cellar deck
CPP diterangkan dalam Tabel I.2 berikut:

7
Tabel I.2. Spesifikasi peralatan di Cellar Deck
Spesifikasi Peralatan
Tekanan Suhu
No Nama Ukuran Operasi Operasi Tipe
(psig) (oF)
1 Gas Pig Receiver 26" (ID) x 22' 252 110 horisontal
Inlet Gas
2 10' (ID) x 35' 242 108 vertikal
Separator
Gas Booster
Compressor
3 8' (ID) x 21' 1050 120 vertikal
Discharge
Scrubber
20" (ID) x 16'
4 Gas Pig Launcher 1858 120 horisontal
10"
Turbo Expander 7' 8" (ID) x
5 785 68 vertikal
Suction Scrubber 18'
Low Temperature
6 8' (ID) x 20' 609 46 vertikal
Separator
7 Glycol Separator 8' (ID) x 20' 550 115 vertikal
High Pressure
8 Flare Knock Out 10' x 30' 95 77 horisontal
Drum
10' 1" (ID) x
9 Slug Catcher 214 83 horisontal
20' 6"
Gas Metering 8' 7" (ID) x
10 209 82 vertikal
Scrubber 13' 4"

8
BAB II Tinjauan Pustaka

II.1 Kebocoran Hidrokarbon


Kebocoran hidrokarbon sering terjadi di industri migas, bisa berupa gas atau
liquid (cairan) baik dalam kondisi atmosferis atau bertekanan. Bahaya kebocoran
gas dianggap lebih signifikan karena bersifat mudah menyala dan tersebar, dan
juga bisa menimbulkan vapour cloud yang dapat menimbulkan kerusakan yang
lebih besar bila dibandingkan dengan kebakaran yang diakibatkan oleh cairan
dimana umumnya bersifat lokal dan mudah terkendali. Penyebab kebocoran
antara lain disebabkan oleh cacat metalurgi, kesalahan pengoperasian, korosi
internal dan eksternal. (Nolan, 1996).

Skenario kebocoran dapat terjadi pada lubang yang kecil hingga lubang yang
besar, karena tidak mungkin untuk mempertimbangkan semua ukuran kebocoran,
maka dipilihlah empat ukuran kebocoran berdasarkan yang dianggap mewakili
untuk mencakup bebagai ukuran yang ada. Ukuran lubang kebocoran dalam
pemodelan konsekuensi menggunakan diameter 0,25” untuk kategori kebocoran
kecil, diameter 1” untuk kebocoran sedang, diameter 4” untuk kebocoran besar
dan diameter 12” untuk kebocoran akibat peralatan yang pecah (leak rupture).
(DNV Technica, CMPT, 1999).

Pemodelan dispersi kebocoran gas menggunakan model disperse buoyant netral


untuk menentukan konsentrasi pelepasan menurut arah angin dimana gas yang
bocor tersebut akan bercampur dengan udara di atmosfer dan menghasilkan
neutrally buoyant. Dua jenis model neutrally buoyant yang sering digunakan
adalah model plume dan model puff, seperti terlihat pada Gambar II.1. Model
plume untuk menjelaskan keadaan konsentrasi material secara steady state (tunak)
yang terlepaskan dari sumber yang terus-menerus, contoh kebocoran gas pada
pipa atau bejana. Adapun model puff, untuk menjelaskan konsentrasi material
secara sementara yang terlepaskan sejumlah tertentu material dari sumber secara

9
seketika, contoh terlepasnya gas akibat sebuah bejana yang pecah (Crowl, D. A.,
2002).

Gambar II.1. Gambar puff dan plume yang terbentuk.

Untuk menentukan konsekuensi kecelakaan yang diakibatkan oleh kebocoran


hidrokarbon maka perlu dibuat source model. Source model menggambarkan
proses pelepasan (release) material, termasuk di dalamnya laju alir pelepasan,
jumlah yang dilepaskan dan keadaan fisik material. Source model yang dipakai
dalam karya tulis ini ada dua jenis kemungkinan, yaitu source model aliran cairan
melalui lubang di tangki (bejana) dan source model aliran uap atau gas melalui
lubang.

Untuk source model aliran cairan melalui lubang di tangki (bejana) dapat dilihat
pada Gambar II.2. Lubang berada di ketinggian hL di bawah batas cairan, tekanan
gauge pada tangki adalah Pg sedangkan tekanan gauge eksternal adalah atmosferis
atau 0 atm.

10
Gambar II.2. Aliran cairan melalui lubang di tangki.

Maka laju alir massanya dapat ditentukan dengan persamaaan berikut :


𝑔𝑐 𝑃𝑔
𝑄𝑚 = 𝜌 𝐴 𝐶𝑜 √2 [ + 𝑔 ℎ𝐿 ] (II.1)
𝜌

Kebocoran gas atau uap diklasifikasikan sebagai pelepasan ekspansi bebas yang
sebagian besar energi tekanannya dirubah menjadi energi kinetik. Sedangkan
untuk source model aliran uap atau gas melalui lubang, biasanya diasumsikan
sebagai keadaan isentropik.

Gambar II.3. Kebocoran gas ekspansi bebas secara isentropik melalui lubang.

11
Laju alir massanya ditentukan melalui persamaan berikut :

𝛾 𝑔𝑐 𝑀 2 (𝛾+1)⁄𝛾−1
𝑄𝑚 = 𝐶𝑜 𝐴 𝑃𝑜 √ [ ] (II.2)
𝑅𝑔 𝑇𝑜 𝛾+1

dengan :
Qm = laju alir massa (kg/s)
ρ = densitas fluida (kg/m3)
γ = rasio kapasitas panas (Cp/Cv)
A = luas permukaan kebocoran (m2)
Co = konstanta koefisien pelepasan
gc = konstanta gravitasi (m/s2)
g = percepatan (m/s2)
hL = ketinggian lubang kebocoran
M = berat molekul fluida
Pg = tekanan gauge (atm)
Po = tekanan sumber (atm)
Rg = konstanta gas ideal
To = suhu sumber (K)
(Crowl, 2002)

Awalnya konsentrasi gas yang bocor akan berada di atas batas atas yang dapat
terbakar atau Upper Flammable Limit (UFL) tetapi karena pengaruh dispersi dan
turbulensi konsentrasi gas tersebut akan dengan mudah masuk ke dalam batas
yang mudah terbakar (flammable limit). Jika tidak ada pemicunya dan diberikan
ruang yang cukup maka gas tersebut akan menyebar di batas bawah yang dapat
terbakar atau Lower Flammable Limit (LFL).

II.2 Kebakaran dan Ledakan


Bahan kimia dan hidrokarbon memiliki potensi bahaya yang besar yang dapat
menimbulkan kebakaran dan ledakan. Reaksi kimia antara sumber nyala (seperti
percikan api, panas dan elektrostatis), oksigen, dan bahan yang mudah terbakar

12
akan dapat menghasilkan api bila ketiga unsur tersebut saling bereaksi satu
dengan yang lainnya, dengan kata lain api tidak akan dapat hidup terus tanpa
adanya reaksi pembakaran (Ramli, 2010). Gambaran ini disebut sebagai segitiga
api atau fire triangle.

Gambar II.4. Gambar segitiga api (Safety108, 2011).

Bila ketiga elemen tersebut berada pada tingkat yang tepat maka akan dapat
menimbulkan kebakaran. Hal ini berarti kebakaran tidak akan timbul bila bahan
bakar tidak ada atau tidak mempunyai jumlah yang cukup, oksigen tidak ada atau
tidak mempunyai cukup konsentrasi untuk menimbulkan kebakaran dan sumber
nyala tidak cukup untuk dapat menimbulkan kebakaran. Adapun potensi bahaya
untuk jenis-jenis kebakaran yang mungkin terjadi di fasilitas pengolahan migas
yang dimaksud dalam karya tulis ini adalah pool fire, jet fire, flash fire dan fire
ball.

Pool fire adalah jenis api yang terbakar di atas genangan cairan bahan bakar yang
menguap di mana bahan bakar tersebut mempunyai momentum awal nol atau
sangat kecil. Besarnya api ditentukan oleh jumlah dan karakteristik bahan bakar
serta kondisi cuaca seperti kecepatan dan arah angin. Untuk menentukan tinggi
nyala api dapat ditentukan dengan persamaan berikut:
0,67
𝑚
𝐻 = 55 𝐷 [ ] (𝑢∗ )−0,21 (II.3)
𝜌𝑎 √𝑔 𝐷

dengan:
H = tinggi nyala api (m)
D = diameter genangan (m)

13
m = laju alir pembakaran (kg/m2/s)
ρa = densitas bahan bakar (kg/m3)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
u* = non-dimesional kecepatan angin
𝑔 𝑚 𝐷 −1⁄3
𝑢∗ = 𝑢𝑎 [ ] (II.4)
𝜌𝑣

dengan:
ua = kecepatan angin (m/s)
ρv = densitas uap bahan bakar (kg/m3)

Gambar II.5. Pool fire (MohdSuhaimi6, 2012).

Jet fire yaitu jenis api yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar yang terus
terlepas dengan momentum pada arah tertentu. Jet fire mengeluarkan radiasi
panas yang berbahaya, oleh karena itu evaluasi potensi bahaya yang ditimbulkan
oleh jet fire harus memperhitungkan jumlah radiasi panas yang diterima oleh
obyek dari sumber api. Radiasi panas yang ditimbulkan di sekitar area permukaan
sumber api didapatkan berdasarkan Persamaan II.5 berikut:
𝐹𝑠 𝑚 𝐻𝐶𝑂𝑀𝐵
𝑊𝑠𝑢𝑟𝑓𝑎𝑐𝑒 = II.5
𝐴

dengan:
Wsurface = radiasi panas pada sumber permukaan (W/m2)
Fs = Fraksi panas yang diradiasikan dari permukaan api
m = laju alir massa (kg/s)
HCOMB = panas pembakaran dari campuran bahan bakar (J/kg)

14
A = luas area permukaan api (m2)
(DNV, 2012).

Gambar II.6. Jet fire (MohdSuhaimi6, 2012).

Sedangkan flash fire merupakan jenis api yang dihasilkan dari pembakaran uap
bahan bakar yang terlepas ke udara. Jika pelepasan gas yang mudah terbakar tidak
segera menyala maka akan terbentuk awan uap atau disebut vapour cloud. Jika
awan uap tersebut menyala tetapi tidak meledak maka akan timbul flash fire, di
mana seluruh awan uap akan terbakar dengan sangat cepat menuju pusat apinya
dan biasanya berlangsung singkat. Jenis api ini akan mengeluarkan energi panas
yang tinggi. (Nolan, 1996).

Gambar II.7. Flash fire. (MohdSuhaimi6, 2012)

Fire ball disebabkan oleh gas yang mengembang dengan cepat ke udara dan tiba-
tiba terbakar, biasanya melibatkan bejana bertekanan yang pecah. Radius fire ball
dapat dihitung dengan persamaan berikut :
0,333
𝑟𝐹𝑙𝑎𝑚𝑒 = 2,9 𝑀𝐹𝑙𝑎𝑚𝑚𝑎𝑏𝑙𝑒 (II.6)

15
dengan:
r Flame = radius fire ball (m)
Mflammable = massa bahan bakar (kg)

Gambar II.8. Fire ball (Disaster Management Institute, 2013).

Perbedaan mendasar dari kebakaran dan ledakan terletak pada kecepatan


pelepasan energinya. Kebakaran mempunyai kecepatan pelepasan energi yang
lambat, sedangkan ledakan kecepatannya sangat cepat. Ada dua mekanisme
ledakan yang perlu dipertimbangkan ketika mengevaluasi potensi bahaya uap
yang mudah terbakar yaitu detonasi dan deflagrasi. Detonasi adalah reaksi kejutan
dimana api bergerak pada kecepatan supersonik (lebih cepat dari suara),
gelombang detonasi akan merambat dengan kecepatan 1500 – 2000 m/s. Detonasi
menghasilkan tekanan jauh lebih tingi dari ledakan biasa. Sedangkan deflagrasi
merupakan reaksi kejutan dimana api bergerak pada kecepatan subsonik (di
bawah kecepatan suara), kecepatan nyala api sekitar 1 – 1000 m/s.

Untuk memprediksi efek dari ledakan dapat menggunakan metode ekuivalen TNT
(tri-nitro toluene), metode multi energi TNO (The Netherland Organization) dan
metode Baker-Strehlow-Tang (BST). Metode ekuivalen TNT menggunakan
hubungan yang proporsional antara massa yang mudah terbakar di awan setara
dengan berat TNT dan hanya mempertimbangkan satu ledakan yang biasanya
untuk detonasi. Sedangkan metode multi energi TNO memperlakukan potensi
ledakan awan setara dengan fuel-air charges (bobot bahan bakar dan udara) dan

16
metode Baker-Strehlow mempertimbangkan variabilitas kekuatan ledakan dengan
menyatakan ledakan itu sebagai jumlah fuel-air charges. Baik metode multi
energi TNO dan BST mengasumsikan ledakan terdiri dari beberapa sub ledakan,
bedanya intensitas hembusan ledakan pada metode BST berdasarkan kecepatan
perambatan api (Dian Sartika, 2012).

Pada karya tulis ini potensi bahaya ledakan yang dibahas adalah jenis ledakan
mekanik, yaitu ledakan yang dihasilkan oleh kandungan energi dalam bahan itu
bukan berasal dari reaksi kimia bahan tersebut. Ledakan dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis, yaitu: Boiling Liquid Expanding Vapor Explosion (BLEVE) -
ledakan yang terjadi akibat pecahnya suatu vessel yang memuat suatu liquid
dengan temperatur di atas titik didih normalnya dan Vapor Cloud Explosion
(VCE) - ledakan yang dihasilkan dari pelepasan mendadak bahan yang mudah
terbakar, gas tersebut terdispersi dan bercampur dengan udara, terkumpul hingga
akhirnya kontak dengan sumber pengapian (Crowl, D. A., 2002).

Gelombang ledakan BLEVE dihitung berdasarkan perbedaan antara energi


internal kondisi awal dan akhir yang diasumsikan ekspansi isentropik. Energi
ledakannya dapat didapatkan dari persamaan berikut.
𝐸𝐸𝑋 = 𝑀 (𝑢1 − 𝑢2 ) (II.7)
𝑢 = 𝑥𝐿 ℎ𝐿 + (1 − 𝑥𝐿 ) ℎ𝐺 − 𝑥𝐿 𝑃 𝑣𝐿 − (1 − 𝑥𝐿 ) 𝑃 𝑣𝐺 (II.8)

dengan:
EEX = energi ledakan (J)
M = massa fluida (kg)
u = energi internal spesifik (J/kg)
x L= fraksi massa cairan
h L = entalphi spesifik dari cairan jenuh (J/kg)
h G = entalphi spesifik dari uap jenuh (J/kg)
P = tekanan absolut (Pa)
v L = volume spesifik dari cairan jenuh (m3/kg)
v G = volume spesifik dari uap jenuh (m3/kg)

17
BLEVE dapat menghasilkan bola api besar (fire ball). Biasanya BLEVE terjadi
setelah sebuah bejana dari logam mendapatkan panas di atas 538oC atau 100oF,
dima na logam tersebut sudah tidak mampu menahan tegangan internal (Nolan,
1996).

Model ledakan telah dikembangkan pada penggunaan piranti lunak DNV yang
dinamakan OREM (Obstructed Region Explosion Model). OREM memperkirakan
efek VCE menggunakan metode multi energi TNO dan BST, serta
memperkirakan konsekuensi VCE dalam bentuk overpressure, yaitu tekanan pada
suatu obyek yang lebih besar dari tekanan atmosfir sebagai akibat dari gelombang
ledakan. Untuk menentukan overpressure digunakan persamaan berikut:
𝑉𝐵𝑅 𝐿𝑝 2,25
𝑃0 = 3,38 [ ] 𝑆𝐿2,7 𝐷0,7 (II.9)
𝐷

dimana:
P0 = overpressure puncak pada pusat ledakan (atm)
VBR = volume blocked ratio (ratio volume penghalang dan total volume)
Lp = panjang jalur api (m)
D = diameter tipikal penghalang (m)
SL = kecepatan pembakaran laminar bahan bakar (m/s)

II.3 Analisa Resiko Kuantitatif


Analisa resiko kuantitatif adalah cara untuk membuat analisa resiko secara
sistematis dari aktivitas operasi yang melibatkan bahan-bahan berbahaya,
dievaluasi tingkat resikonya guna menyediakan informasi untuk proses
pengambilan keputusan (CCPS, 2009). Metode ini mempunyai keunggulan
sebagai cara yang handal untuk memperkirakan resiko dari kecelakaan dan
memberikan pedoman untuk meminimalisir dampaknya, terutama ketika metode
kualitatif tidak memberikan pemahaman yang cukup tentang evaluasi resiko
potensial (Crowl, D. A., 2002). Langkah utama studi analisa resiko kuantitatif
meliputi:
i. penentuan skenario kejadian yang berpotensi menimbulkan kecelakaan,
ii. evaluasi konsekuensi kecelakaan,

18
iii. penentuan frekuensi potensi kecelakaan dengan menggunakan analisa
event trees atau fault trees,
iv. penentuan pengaruh kecelakaan pada manusia, lingkungan dan aset,
v. penetuan tingkat resiko dengan menggabungkan probabilitas
(probabilities) dan konsekuensi (consequence) kecelakaan.

Pada saat skenario sudah ditentukan, maka perlu ditentukan tingkat resikonya
secara kualitatif dengan menggunakan risk matriks dari OSHA (Occupational
Safety and Health Administration), yang umum digunakan untuk menentukan
tingkat resiko pada proses identifikasi bahaya. Risk matriks merupakan hasil
perkalian dari severity (tingkat keparahan) dan likely (tingkat kemungkinan) yang
ditimbulkan dari suatu skenario sehingga tingkat resikonya dapat ditentukan.
Tingkat keparahan dan kemungkinan tersebut didapat berdasarkan data-data yang
pernah terjadi di suatu industri.

Tabel II.1. Risk rank matriks dari OSHA


Likely
Parameter
1 2 3
1 1 2 3
Severity

2 2 3 4
3 3 4 5
.
Di mana untuk parameter likely adalah rare (jarang) dengan poin 1 - kecelakaan
yang dimaksud pernah terjadi di industri, likely (kemungkinan) dengan poin 2 -
kecelakaan yang dimaksud telah terjadi beberapa kali di industry, dan most likely
(kemungkinan besar) - kecelakaan yang dimaksud telah terjadi beberapa kali di
satu daerah. Sedangkan untuk parameter severity yaitu low (rendah) dengan poin 1
- untuk kasus kecelakaan yang tergolong pertolongan pertama (first aid case) atau
perawatan medis (medical treatment case), medium (menengah) dengan poin 2 -
untuk kasus kecelakaan yang tergolong pembatasan hari kerja (restricted workday
case) atau kehilangan hari kerja (lost work day case), dan high (tinggi) dengan
poin 3 - untuk kasus kecelakaan yang tergolong mengalami cacat tetap

19
(permanent disability) atau kematian (fatality). Dari hasil perkalian antara poin
severity dan likely tersebut di atas didapatkan tingkat resiko sebagai berikut : low
risk (resiko rendah) dengan poin 1 atau 2 - resiko dapat diterima, medium risk
(resiko menengah) dengan poin 3 - resiko dapat ditolerir bila dapat dikendalikan,
significant risk (resiko besar) dengan poin 4 - resiko dapat ditolerir bila dapat
ditekan ke tingkat ALARP (as low as reasonable practicable), dan high risk
(resiko tinggi) dengan poin 5 - resiko tidak dapat ditolerir serta aktivitas tidak
boleh dilanjutkan hingga resiko dapat dikurangi.

Frekuensi potensi kecelakaan yang diakibatkan oleh kebocoran gas dapat


ditentukan dengan menggunakan analisa event trees atau fault trees. Terkadang
akan rancu tentang perbedaan kedua analisa tersebut, sebenarnya kedua analisa
tersebut saling melengkapi dan sering digunakan bersamaan, tetapi mempunyai
fokus yang berbeda pada kejadian yang tidak dinginkan (undesired event). Agar
lebih memahaminya dapat dilihat dari Gambar II.9 di bawah ini, yang
menggambarkan model bow-tie, yaitu sebuah diagram yang menggambarkan
penyebab kejadian yang tidak diinginkan beserta pencegahannya (pada sisi kiri
diagram), dan juga menggambarkan kemungkinan konsekuensi yang mungkin
terjadi serta pengendaliannya untuk mengurangi atau menghentikan
konsekuensinya (pada sisi kanan diagram). Dalam gambar tersebut ditunjukkan
undesired event, dalam karya tulis ini adalah kebocoran gas yang merupakan
terlepasnya gas hidrokarbon dari primary containment atau sistim penyimpanan
utama seperti pipa, tangki, bejana dan lain-lain.

20
Gambar II.9. Diagram Bow Tie.

Analisa fault trees menganalisa kesalahan-kesalahan yang dapat menimbulkan


kebocoran gas dan cara mencegahnya, sedangkan analisa event trees lebih fokus
untuk menganalisa cara menghentikan peningkatan konsekuensinya bila terjadi
kebocoran gas. Oleh karenanya, metode analisa yang dipilih adalah event trees,
disamping itu data dari departemen Asset Integrity, bagian yang bertangung jawab
tentang integritas peralatan, menyatakan bahwa tingkat korosi peralatan di
fasilitas XYZ masih dalam kategori yang dapat diterima. Adapun langkah untuk
melakukan analisa event trees adalah:
i. identifikasi kejadian yang tidak diinginkan (undesired event),
ii. penentuan sistim pengendalian undesired event, seperti safety system
(blow down valve, gas detector, sistim pemadaman api), intervensi
operator terhadap alarm dan sebagainya,
iii. pembuatan event trees yang dimulai dengan undesired event sebagai
kejadian awal (initiating event),
iv. identifikasi frekuensi kegagalan dari sistim pengendalian undesired event
yang perlu ditangani,
v. penentuan frekuensi konsekuensi sebagai akibat kegagalan sistim
pengendalian.

21
Event trees dibuat dari kiri ke kanan di mana iniating event ditulis pertama kali di
tengah, dalam karya tulis ini ditentukan kebocoran gas sebagai iniating event.
Kemudian ditarik garis dari iniating event ke safety function (sistim fungsi
pengendalian keselamatan) pertama, dimana sistim tersebut bisa berhasil atau
gagal. Apabila safety function tidak diaplikasikan maka garis horizontal
diteruskan lewat safety function tanpa adanya cabang. Gambar II.10
menggambarkan secara ringkas skema event trees.

Gambar II.10. Diagram event trees.

Dari diagram event trees di atas kemudian dikembangkanlah skenarionya untuk


karya tulis ini, seperti terlihat pada Gambar II.11. Pertimbangan safety function
sebagai sistem pengendaliannya yaitu: gas detector, SDV (shut down valve) atau
BDV (blow down valve), intervensi operator untuk melakukan blow down bila ada
kegagalan pada sistim blow down valve otomatis, dan sistim pemadaman api
berupa deluge system yang akan aktif secara otomatis bila flame detector aktif.

22
Gambar II.11. Skenario kasus digambarkan dalam diagram event trees.

II.4 Tingkat Resiko Kecelakaan


Resiko kecelakaan meliputi analisa probabilitas dan konsekeuensi. Probabilitas
menjelaskan seberapa kemungkinan kecelakaan itu akan terjadi, sedangkan
konsekuensi menjelaskan akibat yang akan ditimbulkan bila kecelakaan itu
terjadi, termasuk di dalamnya kematian (fatality), kerusakan pada asset atau
lingkungan.

Salah satu keunggulan analisa resiko kuantitatif adalah dapat menghasilkan


pemahaman yang lebih rinci dan obyektif mengenai resiko. Untuk menunjukkan
tingkat resiko yang berhubungan dengan lingkungan kerja di dalam analisa resiko
kuantitatif, maka digunakanlah acuan resiko area (area risk), resiko individu
(individual risk) dan resiko grup (group risk).

Resiko area digunakan untuk menggambarkan frekuensi kehilangan jiwa per


tahun untuk area di suatu modul atau sistem proses di fasilitas lepas pantai. Tidak
mungkin bila dianggap bahwa seorang pekerja akan berada di suatu modul atau

23
area terentu terus menerus, oleh karenanya resiko area tidak cukup mewakili
perhitungan dan hanya akan digunakan untuk basis perhitungan resiko individu.

Ra = Σ (FS x PF) per tahun (II.10)

dengan:
Ra = resiko area
FS = frekuensi skenario yang terjadi
PF= probabilitas kematian

Resiko individu menyatakan frekuensi kematian seorang pekerja yang terpapar


bahaya pada waktu tertentu dan pada area yang berbeda. Resiko ini biasanya
dinyatakan dalam resiko individu per tahun.

Ri = Σ (Ra x PL) per tahun (II.11)

dengan:
Ri = resiko individu
PL = waktu yang dihabiskan pekerja di suatu area secara proporsional

Resiko grup menyatakan jumlah kematian sejumlah pekerja per tahun yang
terpapar bahaya di area kerjanya. Resiko ini dikenal juga sebagai Potensial Loss
of Life (PLL).

PLL = Σ (FS x PF x PL x NL) per tahun (II.12)

dengan:
NL = jumlah pekerja di suatu area

Pada saat akan mengajukan suatu proyek, perusahaan harus dapat menentukan
apakah resiko yang ditimbulkan masih bisa diterima atau ditolerir sebagai salah
satu keunggulan dari proyek itu. Salah satu metode untuk menilai tingkat resiko
yang masih bisa diterima adalah, metode ALARP (As Low As Reasonable
Practicable). Kerangka kerjanya, berdasarkan Industry Guidelines on a
Framework for Risk Related Decision Support, (UK Offshore Operators
Association / UKOOA), dapat dilihat dari gambar berikut:

24
Gambar II.12. Kerangka kerja metode ALARP.

Dari kerangka kerja di atas tingkat resiko dibagi menjadi tiga kategori yaitu :
intolerable (dapat ditolerir) - resiko yang ditimbulkan tidak dapat diterima dan
tidak ada keuntungan yang didapat dengan diambilnya resiko tersebut, acceptable
(dapat diterima) - resiko yang ditimbulkan tidak signifikan dan tidak
membutuhkan pengurangan resiko, dan tolerable (dapat ditolerir) - resiko yang
diambil dapat diterima dengan mempertimbangkan untuk mengurangi resiko tapi
dengan tidak meniadakan keuntungan yang didapat, tingkat resiko inilah yang
biasa disebut ALARP (As Low As Reasonable Practicable – serendah cukup
praktis mungkin).

Idealnya, sebuah aktivitas atau proyek harus bisa dihilangkan resiko yang dapat
membahayakan pekerja, akan tetapi hal ini tidak memungkinkan sehingga yang
bisa dilakukan adalah menekan resikonya hingga ke tingkat ALARP. Standar
diterimanya resiko di tingkat ALARP adalah berdasarkan tingkat kematian 10-4 –
10-2 orang per tahun, atau terjadi kematian satu orang setiap 100 – 10.000 tahun.
Bila terjadi kematian lebih dari sekali dalam 100 tahun maka akan menjadi resiko
yang tidak dapat ditolerir sehingga dikategorikan tidak aman untuk dioperasikan.

25
Untuk menunjukkan hasil dari analisa resiko dapat menggunakan kurva diagram
F-N, seperti terlihat di Gambar II.13. Kurva ini merupakan standar resiko grup
yang terpapar resiko di sekitar area kerja, di mana menunjukkan data frekuensi
kecelakaan per tahun, F, yang melibatkan sejumlah N kematian (UK Offshore
Operators Association / UKOOA).

II.5 DNV PHAST


PHAST (Process Hazard Analysis Software Tool) adalah salah satu produk dari
DNV (Det Norske Veritas), merupakan piranti lunak yang paling komprehensif di
dunia untuk menganalisa potensi bahaya yang berlaku untuk semua tahap desain
dan operasi di berbagai sektor industri. DNV PHAST mengkaji perkembangan
insiden proses kimia dari pelepasan awal dalam bentuk awan (cloud) atau
genangan (pool) ke dispersi akhir, kemudian menentukan konsekuensi dari
insiden tersebut dengan menghitung konsentrasi pelepasan, panas radiasi
kebakaran, toksisitas dan overpressure ledakan.

26
Gambar II.13. Kurva diagram F-N yang menunjukkan frekuensi kejadian
per tahun, F, dan jumlah kematian ,N (UKOOA, 2007).

27
BAB III Metodologi Penelitian

III.1 Tahapan Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian analisa resiko kuantitatif untuk menganalisa
ulang resiko kebakaran dan ledakan dengan memperhitungkan tingkat resiko
menggunakan pemodelan dengan piranti lunak DNV PHAST, sehingga tidak akan
ada aktifitas yang sifatnya mengambil data dari penelitian laboratorium. Semua
data yang dilibatkan dalam perhitungan berasal dari kondisi operasi sebuah
fasilitas migas lepas pantai di Laut Natuna. Untuk pengumpulan data pendukung
didapatkan dari studi literatur baik dari buku, jurnal ilmiah atau situs di internet.

Penelitian ini ditempuh dengan analisa resiko kuantitatif. Sesuai dengan diagram
pada Gambar III.4, metodologinya dijelaskan sebagai berikut: pertama
mengidentifikasi potensi resiko kecelakaan di area cellar deck memakai analisa
kualitatif, dengan menetapkan skenario kebocoran hidrokarbon pada peralatan
atau bejana. Dari analisa kualitatif dibagi menjadi empat kategori: low risk,
medium risk, significant risk, dan high risk. Penentuan kategori tersebut
berdasarkan risk rank matrix yang merupakan hasil perkalian dari tingkat
keparahan (severity) dan kemungkinan (likely).

Peralatan yang berkategori significant risk atau high risk akan dievaluasi
konsekuensi kecelakaannya (incident cosequences) dengan menggunakan
pemodelan memakai piranti lunak DNV PHAST, sehingga bisa diperkirakan
dampak yang diakibatkan oleh kejadian kebocoran gas. Konsekuensi kecelakaan
tersebut adalah dispersi gas, flash fire, jet fire, vapour cloud explosion dan fire
ball. Sedangkan untuk peralatan yang berkategori low risk atau high risk tidak
akan dievaluasi lebih lanjut karena sudah cukup aman untuk tetap beroperasi.

Potensi kecelakaan yang diakibatkan dari kebocoran hidrokarbon tersebut


kemudian dianalisa frekuensi konsekuensi kecelakaannya dengan menggunakan
diagram analisa event trees. Dari diagram ini akan dapat ditentukan kemungkinan
terjadinya konsekuensi kecelakaan per tahunnya.

28
Langkah selanjutnya adalah memperhitungkan tingkat resiko dengan
menggabungkan antara frekuensi terjadinya konsekuensi kecelakaan per tahun
dengan jumlah kematian yang diakibatkan kecelakaan itu dengan memakai kurva
diagram F – N. Diagram F – N memiliki tiga tingkat resiko, yaitu tingkat resiko
yang tidak dapat ditolerir, tingkat resiko ALARP (As Low As Reasonable
Practicable) dan tingkat resiko yang dapat diterima.

Bila tingkat resiko dari konsekuensi skenario sudah berada pada tingkat ALARP
maka hal ini menunjukkan bahwa konsekuensi tersebut masih dalam tingkat yang
dapat ditolerir. Akan tetapi bila tingkat resiko yang didapatkan tidak berada pada
tingkat ALARP maka harus diberikan usulan penambahan sistim agar dapat
diturunkan ke tingkat ALARP.

Usulan penambahan sistim tersebut dianalisa kembali untuk membuktikan bahwa


tingkat ALARP sudah tercapai. Hal ini menunjukkan konsekuensi baru dari
skenario tersebut dapat ditolerir.

III.2 Perangkat Penelitian


Penelitian ini berdasarkan simulasi pemodelan konsekuensi kecelakaan dengan
menggunakan piranti lunak DNV PHAST. DNV PHAST merupakan piranti lunak
yang telah umum digunakan di industri minyak dan gas bumi untuk menganalisa
potensi bahaya di semua tahap desain dan operasi.

DNV PHAST dapat memasukkan peta atau lay out yang kita inginkan dan
melakukan simulasi skenario kebocoran gas pada peralatan dengan diameter
kebocoran yang berbeda, seperti terlihat di Gambar III.1. Konsekuensi yang akan
disimulasikan bisa ditampilkan dalam bentuk kontur seperti pada Gambar III.2
atau dalam bentuk grafik seperti yang terlihat pada Gambar III.3.

29
Gambar III.1. Tampilan lay out cellar deck di dalam DNV PHAST dan skenario
kebocoran gas pada diameter lubang kebocoran yang berbeda.

Gambar III.2. Tampilan konsekuensi dalam bentuk kontur.

30
Gambar III.3. Tampilan konsekuensi dalam bentuk grafik.

Penulis memakai DNV PHAST versi 7.11 dengan lisensi dari tempat penulis
bekerja, di Medco Natuna E&P Ltd. Diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi
Medco Natuna E&P Ltd dan terutama untuk penulis pribadi.

31
Mulai

Analisa resiko
kualitatif

Tidak
Kategori significant
risk atau high risk?

Ya

Evaluasi konsekuensi kecelakaan


dengan DNV PHAST

Analisa frekuensi kecelakaan


dengan diagram event trees

Penghitungan tingkat
resiko dengan kurva F-N

Ya
ALARP
??
Tidak

Usulan penambahan sistim agar


tercapai ALARP

Selesai

Gambar III.4. Diagram alir metodologi penelitian.

32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dan pembahasan dari analisa resiko bahaya kebakaran dan ledakan akan
dibahas pada bagian berikut yang meliputi analisa resiko kualitatif, evaluasi
konsekuensi kecelakaan, analisa frekuensi kecelakaan dan penghitungan tingkat
resiko.

IV.1 Analisa Resiko Kualitatif


Setelah skenario kebocoran gas pada peralatan yang ada di cellar deck sudah
ditentukan, maka langkah pertama adalah mengadakan penyaringan sesuai dengan
tingkat resikonya, hanya yang berkategori significant risk dan high risk yang akan
dievaluasi konsekuensi kecelakaannya. Risk rank matrix 3x3 dari OSHA akan
dipakai karena dengan kategori tingkat resiko yang lebih sedikit akan lebih mudah
untuk memilih tingkat keparahan (severity) dan kemungkinan (likely) yang sesuai
dengan kondisi faktual secara kualitatif (Dejan Ristic, 2013).

Berdasarkan ISO 17776 section 5.4 untuk penentuan tingkat resiko dari skenario
potensial memperhitungkan safety barrier yang ada (safeguard in place). Dalam
skenario kebocoran gas ini, fire and gas system dan emergency shut down system
yang telah terpasang di fasilitas ini dapat mengurangi tingkat keparahan apabila
terjadi kecelakaan. Di sisi lain jenis bahan yang mudah terbakar, yang mempunyai
flash point (titik nyala) kurang dari 100 oF, kondisi operasi yang makin besar
(tekanan dan suhu) dapat juga menambah tingkat keparahan. Untuk lebih
memudahkan menentukan tingkat keparahan dan kemungkinan dalam analisa
kualitatif maka dibuatlah Tabel IV.1. sehingga nantinya tingkat resiko juga akan
dapat ditentukan. Hasil analisa kualitatif untuk menentukan tingkat resiko dari
kebocoran gas pada peralatan di area cellar deck dapat dilihat di Tabel IV.2.

33
Tabel IV.1. Tingkat kemungkinan dan keparahan dalam analisa kualitatif
Tingkat likely
Nilai Kategori Keterangan

1 Rare Kecelakaan yang dimaksud pernah terjadi di industri


Kecelakaan yang dimaksud telah terjadi beberapa kali di
2 Likely
industri
Kecelakaan yang dimaksud telah terjadi beberapa kali di
3 Most likely
satu daerah
Tingkat severity
Nilai Kategori Keterangan
1 Low First aid case, medical treatment case
2 Medium Restricted workday case, lost work day case
3 High Permanent disability, fatality

Tabel IV.2. Hasil analisa resiko kualitatif peralatan di Cellar Deck


Safety Barrier
Bahan Sistem Tingkat
No Peralatan Sistem Severity Likely
kimia Fire Resiko
Pemadam
and
Api
Gas
1 Gas Pig hidro Gas 4 (resiko
- 3 2
Receiver karbon detector signifikan)
Gas dan deluge
2 Inlet Gas hidro 3 (resiko
flame valve/ 2 2
Separator karbon medium)
detector sprinkler
Gas Gas dan deluge
3 hidro 3 (resiko
Booster flame valve/ 2 2
karbon medium)
Scrubber detector sprinkler
Gas Pig hidro Gas 4 (resiko
4 - 3 2
Launcher karbon detector signifikan)
Turbo
Gas dan deluge
Expander hidro 3 (resiko
5 flame valve/ 2 2
Suction karbon medium)
detector sprinkler
Scrubber
Low
Gas dan deluge
Temperat hidro 3 (resiko
6 flame valve/ 2 2
ure karbon medium)
detector sprinkler
Separator

34
Tabel IV.2. Hasil analisa resiko kualitatif peralatan di Cellar Deck (lanjutan)

Safety Barrier

Bahan Fire Tingkat


No Peralatan Sistem Severity Likely
kimia and Resiko
Pemadam
Gas
Api
System

deluge
Glycol hidro Gas dan 3 (resiko
7 valve/ 2 2
Separator karbon flame medium)
sprinkler
detector
High
Pressure Gas dan deluge
hidro 3 (resiko
8 Flare flame valve/ 2 2
karbon medium)
Knock detector sprinkler
Out Drum

deluge
Slug hidro Gas dan 3 (resiko
9 valve/ 2 2
Catcher karbon flame medium)
sprinkler
detector

Gas dan deluge


Gas hidro 3 (resiko
10 flame valve/ 2 2
Metering karbon medium)
detector sprinkler
Scrubber
Export
Compress lube
Gas 1 (resiko
11 or MLO oil - 1 1
detector rendah)
Skid train sintetis
1, 2 dan 3
Electrochl sodiu
Gas 2 (resiko
12 orinator m hipo - 1 1
detector rendah)
Unit klorit

Berdasarkan hasil analisa tersebut didapatkan tingkat resiko kebakaran dan


ledakan yang signifikan apabila terjadi kebocoran gas pada Gas Pig Receiver dan
Gas Pig Launcher. Sesuai dengan desain, pada saat proses berjalan normal tidak
akan ada aliran yang menuju ke Gas Pig Receiver dan Gas Pig Launcher. Aliran
akan menuju ke peralatan tersebut pada saat terdapat aktivitas pigging, yaitu
aktivitas pembersihan bagian dalam pipeline dari scale, debris atau wax yang akan
dapat mengganggu laju alir pipa atau merusak bagian dalamnya.

35
Sebelum ada pengembangan lapangan, kegiatan pigging berlangsung setiap 6
bulan sekali, akan tetapi setelah mengalir fluida dari subsea well, maka kegiatan
pigging dilakukan setiap bulan sekali untuk menghilangkan scale di pipa karena
kecenderungan karakteristik fluida di sumur subsea tersebut yang mempunyai
kandungan air yang cukup tinggi. Frekuensi aliran ke Gas Pig Receiver dan Gas
Pig Launcher makin sering, sedangkan di satu sisi dari tata letak peralatan di
Gambar II.3 terlihat kedua peralatan itu tidak mempunyai safety barrier berupa
flame detector yang akan dapat mengaktifkan secara otomatis sistim pemadaman
api deluge valve atau sprinkler bila terdeteksi nyala api, sehingga jika terjadi
kebakaran akan dapat menyebabkan cacat tetap akibat luka bakar atau bahkan
kematian. Hal inilah yang menyebabkan tingkat keparahannya berada di nilai
tertinggi, yaitu 3, sedangkan untuk tingkat kemungkinan, kebakaran yang berawal
dari kebocoran hidrokarbon pernah terjadi di industri migas, misalnya pada
tanggal 6 Agustus 2012 terjadi kebakaran di Chevron Richmond Refinery –
California akibat kebocoran gas (CSB, 2015), sehingga mendapatkan nilai 2.
Hasil perkalian nilai kemungkinan dan keparahan itulah yang menyebabkan
peralatan Gas Pig Receiver dan Gas Pig Launcher berada di tingkat resiko
signifikan.

IV.2 Evaluasi Konsekuensi Kecelakaan


Dari hasil analisa resiko kualitatif, Gas Pig Receiver dan Gas Pig Launcher
mempunyai tingkat resiko kebakaran dan ledakan yang signifikan sehingga akan
dievaluasi konsekuensinya dengan menggunakan piranti lunak DNV PHAST versi
7.11. Data inventori massa dibutuhkan untuk menentukan laju alir kebocoran.
Inventori massa dari sumber kebocoran didapatkan dengan menjumlahkan volume
Gas Pig Receiver atau Gas Pig Launcher dengan volume jalur pipa yang diisolasi
oleh Shut Down Valve (SDV) dan Blow Down Valve (BDV), atau disebut dengan
istilah isolated section seperti terlihat pada Gambar IV.1.

36
Gambar IV.1. Isolated section Gas Pig Receiver atau Gas Pig Launcher

: manual block valve ; : SDV ; : BDV; : isolated section

Bila gas detector mendeteksi kebocoran gas hidrokarbon hingga mencapai tingkat
Lower Flammable Limit (LFL), yaitu tingkat di mana konsentrasi gas di dalam
udara dapat terbakar, akan menyebabkan emergency shut down (ESD). Pada saat
ESD, berdasarkan sistem secara otomatis SDV akan menutup untuk mengisolasi
Gas Pig Receiver atau Gas Pig Launcher dan pada saat yang bersamaan BDV
akan membuka untuk membuang gas yang terisolasi tersebut ke sistem flare untuk
dibakar, seperti terlihat pada Gambar IV.2. Bila SDV atau BDV gagal bekerja
secara otomatis maka operator akan dapat mengoperasikannya secara manual
melalui panel kontrol.

Gambar IV.2. Skema sistem ESD pada Gas Pig Receiver

37
Komposisi gas di dalam Gas Pig Receiver atau Gas Pig Launcher, seperti terlihat
pada Tabel IV.4, merupakan data yang diperlukan untuk menentukan laju alir
kebocoran, disamping juga suhu dan tekanan operasi. Tabel IV.3 di bawah ini
menunjukkan laju alir kebocoran untuk setiap diameter lubang dengan memakai
program DNV PHAST.

Tabel IV.3. Laju alir kebocoran


Diameter Laju Durasi
Kondisi Inventori
No Peralatan lubang alir kebocoran
operasi (kg)
(in) (kg/s) (menit)
252
1 Gas Pig psig 363,03 0,25 0,10 58,2
Receiver 110 0F 363,03 1 1,66 3,6
363,03 4 26,61 0,2
363,03 12 239,53 0,0
1858
2 Gas Pig psig 1282,49 0,25 0,71 29,9
Launcher 120 0F 1282,49 1 11,43 1,9
1282,49 4 182,81 0,1
1282,49 12 1645,30 0,0

Kategori cuaca dalam pemodelan DNV PHAST dipilih yang mendekati kondisi
dominan cuaca di laut Natuna, yaitu kategori 1.5/F dan 5/D dengan arah angin
dari arah sudut 300 atau dari arah utara timur laut (www.maritim.bmkg.co.id).
Kategori 1,5/F diartikan kecepatan angin 1,5 m/s dengan stabilitas Pasquill stabil,
sedangkan kategori 5/D diartikan kecepatan angin 5 m/s dengan stabilitas Pasquill
netral. Stabilitas Pasquill adalah metode yang dikembangkan pada tahun 1961
oleh Frank Pasquill, seorang ahli meteorologi berkebangsaan Inggris. Frank
Pasquill membagi turbulensi atmosferis menjadi 6 kelas yaitu A, B, C, D, E, dan
F, dengan kelas A untuk paling tidak stabil atau paling turbulen dan kelas F untuk
paling stabil atau paling sedikit mengalami turbulen.

38
Tabel IV.4. Komposisi gas di Gas Pig Receiver dan Gas Pig Launcher
berdasarkan desain

Fraksi Mol
Komponen Gas Pig Gas Pig
Receiver Launcher

Karbon Dioksida CO2 0,0207 0,0224


Nitrogen N2 0,0041 0,0047
Metana CH4 0,6907 0,7601
Etana C2 0,0982 0,1066
Propana C3 0,0518 0,0565
Iso Butana iC4 0,0154 0,0159
Normal Butana nC4 0,0120 0,0112
Iso Pentana iC5 0,0058 0,0046
Normal Pentana nC5 0,0038 0,0028
Heksana C6 0,0054 0,0008
Heptana C7 0,0080 0,0040
Normal-Octana C8 0,0040 0,0010
n-Nonana plus C9 + 0,0083 0,0054
Aromatik 0,0054 0,0054
Air H2O 0,0664 0,0023
Total 1,00 1,00

Konsekuensi yang ditimbulkan akibat kebocoran gas di Gas Pig Receiver dan Gas
Pig Launcher disimulasikan dengan DNV PHAST. Berikut adalah hasil dari
simulasi konsekuensi dengan memasukkan skenario dispersi, flash fire, vapour
cloud explosion dan fire ball.

IV.2.1 Dispersi
Dispersi akan terjadi bila kebocoran gas dari Gas Pig Receiver dan Gas Pig
Launcher tidak tersulut oleh sumber nyala sehingga gas tersebut akan menyebar
sesuai dengan arah angin. Gas alam bersifat asfiksia, yaitu pada kondisi tertentu
akan menyebabkan kekurangan oksigen pada pernafasan yang berbahaya bagi
keselamatan. Sesuai dengan MSDS (Material Safety Data Sheet/Lembar Data

39
Keselamat Bahan), gas alam mempunyai LC50 pada batas 20.000 ppm. LC50 atau
Lethal Concentration 50 adalah konsentrasi yang menyebabkan kematian
sebanyak 50% dari organisme uji yang dapat diestimasi dengan grafik dan
perhitungan pada suatu waktu pengamatan tertentu. (ConocoPhillips, 2012). Dari
hasil simulasi didapatkan konsentrasi gas di sumber kebocoran mencapai 106
ppm, dan konsentrasi tersebut akan semakin berkurang seiring dengan semakin
jauh jaraknya dari pusat kebocoran karena terdispersi dengan udara sekitar, seperti
terlihat pada Gambar IV.4 untuk kebocoran di Gas Pig Receiver dan Gambar IV.5
untuk kebocoran di Gas Pig Launcher. Pada skenario terburuk kebocoran gas
dengan konsentrasi di atas ambang batas akan menyebar sesuai dengan arah angin
dari utara timur laut hingga keluar dari area cellar deck menuju ke laut.

Gambar IV.3. Luas terdampak dispersi kebocoran gas dari Gas Pig Receiver atau
Gas Pig Launcher dengan arah angin dari utara timur laut.

40
Gambar IV.4. Konsentrasi garis pusat terhadap jarak pada kebocoran gas di Gas
Pig Receiver pada berbagai ukuran lubang kebocoran dan pada
kategori cuaca. 1.5/F dan 5/D.

41
Gambar IV.5. Konsentrasi garis pusat terhadap jarak pada kebocoran gas di Gas
Pig Launcher pada berbagai ukuran lubang kebocoran dan pada
kategori cuaca 1.5/F dan 5/D.

42
IV.2.2 Flash Fire
Skenario flash fire berasal dari kebocoran gas di Gas Pig Receiver atau Gas Pig
Launcher yang menyebar sehingga membentuk kumpulan gas yang berada di
batas Lower Flammability Limit (LFL), yaitu batas terendah yang bisa terbakar
untuk campuran antara gas yang mudah terbakar di dalam udara. Apabila terdapat
sumber penyalaan pada jarak batas LFL tersebut maka akan timbul flash fire.
Sumber penyalaan dalam skenario kebakaran berasal dari gaya elektrostatis yang
berasal dari gesekan antara gas yang bocor dan permukaan peralatan yang ada di
cellar deck. Adapun untuk sumber penyalaan yang berasal dari pekerjaan yang
menimbulkan percikan api (hot work) tidak akan diperhitungkan karena pekerjaan
tersebut dilarang dilakukan pada saat proses operasi masih berjalan.

Parameter luas terdampak flash fire yang dipakai adalah jarak downwind (sesuai
arah angin) maksimum LFL. Jarak downwind LFL merupakan jarak yang
mempunyai potensi resiko terjadinya flash fire, dengan arah horisontal yang
merupakan kemungkinan terburuk terjadinya plume, karena campuran gas yang
mudah terbakar tersebut mempunyai kandungan metana yang terbesar dengan
berat molekul campuran lebih kecil dari udara.

Dari hasil simulasi didapatkan konsentrasi gas di batas LFL mencapai 18.058 ppm
di Gas Pig Receiver dan 20.411 ppm di Gas Pig Launcher. Hasil konsekuensi
untuk flash fire dapat dilihat di Tabel IV.5. Semakin besar tekanan di sistim,
semakin besar lubang kebocoran serta semakin besar kecepatan angin maka
semakin jauh pula radius sebaran konsentrasi LFL yang dapat menimbulkan flash
fire. Diameter kebocoran terkecil di Gas Pig Launcher, yaitu 0,25”, menghasilkan
luas terdampak flash fire sampai hampir meliputi seluruh area proses di cellar
deck, seperti ditunjukkan pada Gambar IV.6. Luas ini akan semakin bertambah
bila diameter kebocoran gas bertambah besar. Dinding fire wall yang mempunyai
standar rating H60, sebagai pemisah antara area proses dan area utilitas, akan
mampu menahan dampak kebakaran sehingga tidak merusak bangunan yang
berada di area utilitas.

43
Gambar IV.6. Luas terdampak flash fire pada kebocoran gas di Gas Pig Launcher
dengan diemeter kebocoran 0,25”.

Tabel IV.5. Hasil konsekuensi luas terdampak flash fire


Diameter Jarak LFL (m)
No Peralatan lubang
(in) 1,5/F 5/D
1 Gas Pig 0,25 4,5294 3,74568
Receiver 1 21,1465 17,0928
4 127,526 132,109
12 292,675 353,571
2 Gas Pig 0,25 14,0371 10,348
Launcher 1 89,2705 90,3397
4 402,293 466,067
12 554,69 685,922

44
Gambar IV.7. Radius potensi terjadinya flash fire pada kebocoran gas di Gas Pig
Receiver pada berbagai ukuran lubang kebocoran dan pada
kategori cuaca 1.5/F dan 5/D.

45
Gambar IV.8. Radius potensi terjadinya flash fire pada kebocoran gas di Gas Pig
Launcher pada berbagai ukuran lubang kebocoran dan pada
kategori cuaca 1.5/F dan 5/D.

46
IV.2.3 Jet Fire
Jet fire terjadi bila pada saat terjadi kebocoran gas di Gas Pig Receiver atau Gas
Pig Launcher, sebelum menyebar membentuk kumpulan gas di cellar deck sudah
bereaksi terlebih dahulu dengan sumber penyalaan, sehingga gas yang keluar
dengan kecepatan dan tekanan tinggi tersebut langsung terbakar. Sumber
penyalaan yang memungkinkan terjadinya hal itu berasal dari gaya elektrostatis
yang berasal dari gesekan antara gas yang bocor dan permukaan lubang kebocoran
di Gas Pig Receiver atau Gas Pig Launcher.

Skenario jet fire dimodelkan dengan arah horisontal karena memberikan dampak
radiasi panas yang terbesar. Hasil konsekuensi untuk jet fire dapat dilihat di Tabel
IV.6. Jet fire terjadi pada titik sumber kebocoran, meskipun begitu dampak yang
dihasilkan dari radiasi panasnya bisa mencapai jarak yang cukup jauh, tergantung
dari diameter lubang kebocoran dan tekanannya. Seperti terlihat pada Gambar
IV.9, dampak radiasi panas jet fire akibat kebocoran gas di Gas Pig Launcher
dengan diameter lubang kebocoran 1”.

IV.9. Gambar dampak radiasi panas jet fire akibat kebocoran gas di Pig Launcher.

47
Tabel IV.6. Hasil konsekuensi jet fire

1,5/F 5/D
Diameter
No Peralatan lubang Jarak radiasi panas (m) Jarak radiasi panas (m)
(in) 4 12,5 37,5 4 12,5 37,5
kW/m kW/m kW/m kW/m kW/m kW/m2
2 2 2 2 2

1 Gas Pig 0,25 4,02 - - - - -


Receiver 1 21,1 17,0 13,0 21,1 17,5 14,0
4 85,8 65,2 50,7 86,1 68,2 54,4
12 233,8 166,4 126,2 232,6 173,1 131,7
2 Gas Pig 0,25 13,9 10,8 - 13,8 11,0 -
Launcher 1 59,0 45,6 35,7 59,3 47,7 38,5
4 213,4 152,1 114,8 211,7 158,1 120,3
12 580,3 403,2 305,7 587,6 420,8 315,9

Dari Gambar IV.6 dan IV.7 terlihat setelah mencapai tingkat radiasi puncaknya
maka tingkat radiasi tersebut akan semakin menurun seiring dengan makin
jauhnya jarak downwind.

Gambar IV.10. Tingkat radiasi jet fire pada kebocoran gas di Gas Pig Receiver
pada berbagai ukuran lubang kebocoran dan pada kategori cuaca
1.5/F dan 5/D.

48
Gambar IV.10. Tingkat radiasi jet fire pada kebocoran gas di Gas Pig Receiver
pada berbagai ukuran lubang kebocoran dan pada kategori cuaca
1.5/F dan 5/D (lanjutan).

Gambar IV.11. Tingkat radiasi jet fire pada kebocoran gas di Gas Pig Receiver
pada berbagai ukuran lubang kebocoran dan pada kategori cuaca
1.5/F dan 5/D.

49
Gambar IV.11. Tingkat radiasi jet fire pada kebocoran gas di Gas Pig Receiver
pada berbagai ukuran lubang kebocoran dan pada kategori cuaca
1.5/F dan 5/D (lanjutan).

IV.2.4 Vapour Cloud Explosion


Skenario vapour cloud explosion (VCE) di cellar deck berawal dari kebocoran gas
di Gas Pig Receiver atau Gas Pig Launcher yang membentuk awan uap tunak
(steady state vapor cloud). Bila angin yang berhembus terhalang oleh padatnya
peralatan di cellar deck dan gas yang bocor tersebut terperangkap di dalam
kepadatan area cellar deck maka akan terbentuk awan uap. Awan uap itu akan
menjadi VCE jika bereaksi dengan sumber penyalaan yang berasal dari gaya
elektrostatis yang berasal dari gesekan antara gas yang bocor dan permukaan
peralatan yang ada di cellar deck. Pemodelan VCE dengan DNV PHAST

50
memakai perhitungan jumlah massa campuran gas yang mudah terbakar pada area
yang cukup padat dengan pemodelan TNO Multi-Energy. Gambar IV.12
menunjukkan radius yang terdampak ledakan di Gas Pig Launcher yang
menyebabkan overpressure sebesar 0,201 bar. Overpressure sebesar itu masih
dapat ditahan oleh dinding fire wall yang mempunyai standar rating H60 sehingga
tidak merusak bangunan yang berada di area utilitas.

Gambar IV.12. Dampak overpressure 0,201 bar akibat ledakan di Gas Pig
Launcher.

Radius area yang terdampak oleh overpressure tersebut dapat dilihat di Tabel
IV.7. Meskipun maksimum overpressure yang dihasilkan dari simulasi ini adalah
0,21 bar, akan tetapi DNV PHAST juga memberikan skenario kemungkinan
terburuk bila terjadi ledakan susulan yang mengakibatkan overpressure hingga 20
bar yang bisa mengakibatkan kerusakan parah di fasilitas tersebut, seperti
ditunjukkan dalam Gambar IV.8 dan IV.9. Hal ini akan terjadi bila terdapat
kegagalan pada sistim emergency shut down dan juga sistim pelepasan tekanan

51
berlebih di proses tidak berjalan (baik melalui blow down valve atau pressure
safety valve). Sehingga ledakan awal sebesar 0,21 bar akan dapat memicu ledakan
susulan di peralatan-peralatan di cellar deck.

Tabel IV.7. Hasil konsekuensi VCE

1,5/F 5/D
Diameter Jarak overpressure Jarak overpressure
No Peralatan lubang (m) (m)
(in) 0,021 0,138 0,201 0,021 0,138 0,201
bar bar bar bar bar bar
1 Gas Pig 0,25 - - - - - -
Receiver 1 44,2 24,7 23,5 31,6 14,2 13,2
4 241,3 143,6 137,7 239,2 151,2 145,9
12 349,8 199,9 197,5 348,5 208,8 206,6
2 Gas Pig 0,25 27,6 13,4 12,6 25,7 13,0 12,3
Launcher 1 163,9 96,3 92,2 165,5 104,7 101,0
4 517,0 276,0 272,0 519,1 297,3 293,0
12 591,8 433,7 432,7 607,4 483,9 480,4

Dari hasil simulasi hanya kebocoran dengan diameter 0,25 in yang terjadi di Gas
Pig Receiver yang tidak menimbulkan ledakan, karena kecilnya laju alir
kebocoran gas sehingga tidak sempat terbentuk awan uap disebabkan langsung
terdispersi di udara bebas.

52
Gambar IV.13. Overpressure ledakan susulan pada kebocoran gas di Gas Pig
Receiver pada berbagai ukuran lubang kebocoran dan pada
kategori cuaca 1.5/F dan 5/D.

53
Gambar IV.14. Overpressure ledakan susulan pada kebocoran gas di Gas Pig
Receiver pada berbagai ukuran lubang kebocoran dan pada
kategori cuaca 1.5/F dan 5/D.

54
IV.2.5 Fire Ball
Konsekuensi terjadinya fire ball hanya terjadi pada skenario pecahnya Gas Pig
Receiver atau Gas Pig Launcher (leak rupture). Gas dari leak rupture tersebut
mengembang dengan cepat dan terbakar seketika karena bereaksi dengan sumber
penyalaan yang berasal dari gaya elektrostatis yang berasal dari gesekan antara
gas yang bocor dan permukaan peralatan yang ada di cellar deck. Dari hasil
simulasi untuk tingkat radiasi terjadinya fire ball pada skenario pecahnya Gas Pig
Receiver mencapai 42 kW/m2, sedangkan untuk Gas Pig Launcher mencapai 72
kW/m2, seperti terlihat pada Gambar IV.10 dan IV.11 berikut. Radiasi panas
sebesar itu akan menyebabkan kematian semua pekerja yang berada di cellar
deck.

Gambar IV.15. Tingkat radiasi fire ball akibat pecahnya bejana Gas Pig Receiver.

Gambar IV.16. Tingkat radiasi fire ball akibat pecahnya bejana Gas Pig Launcher.

55
IV.3 Analisa Frekuensi Kecelakaan
Untuk mendapatkan nilai frekuensi dari skenario yang sudah ditentukan maka
digunakanlah Event Tree Analysis. Nilai frekuensi kebocoran gas pada kejadian
awal berdasarkan data dari International Association of Oil & Gas Producers
(OGP), seperti terlihat pada Tabel IV.8.

Tabel IV.8. Tabel data frekuensi kebocoran gas


Diameter kebocoran
Peralatan
5 mm 25 mm 100 mm Pecah

Filter 3,00E-03 5,20E-04 1,40E-04 1,20E-04


Fin fan cooler 1,49E-03 2,40E-04 6,00E-05 4,90E-05
Atmosheric storage tank 0,00E+00 2,80E-03 0,00E+00 3,00E-06
Pressure vessel 1,52E-03 3,50E-04 1,10E-04 1,70E-04

Nilai probabilitas penyalaan (ignition), penyalaan awal (early ignition) yang


memicu timbulnya jet fire serta probabilitas ledakan juga berdasarkan data dari
International Association of Oil & Gas Producers (OGP). Nilai probabilitas
tersebut berbanding lurus dengan laju alir kebocoran, seperti terlihat pada Tabel
IV.9 di bawah ini.

Tabel IV.9. Tabel data probabilitas

Laju alir Probabilitas Probabilitas Probabilitas


kebocoran (kg/s) penyalaan penyalaan awal ledakan

0-1 0,01 0,05 0,04


1-5 0,04 0,1 0,08
5 - 10 0,05 0,13 0,15
10 - 50 0,2 0,26 0,2
50 - 1000 0,3 0,34 0,3

Bila ada kebocoran gas di Gas Pig Receiver atau Gas Pig Launcher akan
terdeteksi oleh gas detector yang berada di sekitar area kebocoran tersebut. Sesuai

56
hasil pemodelan DNV PHAST, seperti terlihat pada Gambar IV.12, gas detector
yang terpasang sudah cukup mewakili untuk dapat mendeteksi kebocoran gas.

Gambar IV.17 Cloud footprint DNV PHAST untuk dispersi kebocoran gas.

Bila gas detector tersebut aktif maka sistem emergency shut down (ESD) akan
berfungsi yang menyebabkan shut down valve (SDV) akan menutup dan blow
down valve (BDV) akan membuka untuk membuang gas bertekanan yang telah
diisolasi oleh SDV ke flare system. Tingkat kegagalan (failure rate) dari gas
detector dan SDV atau BDV didapatkan dari data OREDA (Offshore Reliability-
Data Handbook). Bila BDV tidak bisa berfungsi secara otomatis maka operator
akan mengaktifkannya secara manual di panel ESD. Sesuai dengan sifatnya yang
mudah terbakar maka gas yang bocor tersebut akan dapat menyala bila ada
sumber energi yang menyulutnya. Jika penyalaan tersebut berlangsung seketika
maka akan terbentuk jet fire, bila penyalaannya tertunda akan dapat menimbulkan
flash fire atau bahkan ledakan, sebagaimana terlihat dalam skenario dalam
diagram event tree analysis pada Gambar IV.18.

Analisa event tree yang dilakukan menghasilkan frekuensi kejadian per tahun,
seperti terlihat pada Tabel IV.10. Dispersi gas akibat kebocoran memiliki
frekuensi kejadian terbesar.

57
Tabel IV.10. Hasil analisa event tree

Diameter Frekuensi konsekuensi


No Peralatan lubang (kejadian per tahun)
(in)
Jet fire Flash fire Ledakan Dispersi
1 Gas Pig 0,25 2,28E-10 4,16E-09 1,73E-10 1,52E-03
Receiver 1 4,20E-10 3,48E-09 3,02E-10 3,50E-04
4 1,72E-09 3,91E-09 9,77E-10 1,10E-04
12 5,20E-09 7,07E-09 3,03E-09 1,70E-04
2 Gas Pig 0,25 2,28E-10 4,16E-09 1,73E-10 1,52E-03
Launcher 1 5,46E-09 1,24E-08 3,11E-09 3,50E-04
4 3,37E-09 4,57E-09 1,96E-09 1,10E-04
12 8,16E-09 7,34E-09 4,90E-09 1,70E-04

Sedangkan untuk konsekuensi jet fire, flash fire dan ledakan gas akibat kebocoran
gas memiliki frekuensi kejadian yang sangat kecil. Sehingga walaupun berpotensi
terjadi konsekuensi tersebut akan tetapi kemungkinan terjadinya sangat kecil.

58
59
Gambar IV.18 Diagram event tree analysis
IV.4 Penghitungan Tingkat Resiko
Jumlah pekerja yang tinggal di CPP adalah 34 orang, mereka mempunyai tingkat
resiko yang berbeda tehadap konsekuensi skenario yang terjadi di cellar deck,
tergantung dari seberapa lama waktu paparan di area itu, seperti terlihat dalam
Table IV.11 berikut.

Tabel IV.11 Distribusi paparan pekerja di cellar deck

Jumlah jam Jumlah


Jumlah
Grup Pekerja di Living jam di
pekerja
Quarter cellar deck

Manager 1 21 3
Superintendent 2 20 4
Supervisor 4 18 6
Operator 6 16 8
Technician 6 16 8
Helper 6 16 8
Radio
1 24 0
Operator
Engineer 2 20 4
Catering 6 24 0
Total pekerja : 34

Oleh karena itu untuk perhitungan tingkat resiko memakai resiko grup yang
menyatakan jumlah kematian sejumlah pekerja per tahun yang terpapar bahaya di
area kerjanya. Resiko ini dikenal juga sebagai Potensial Loss of Life (PLL). Untuk
menentukan kriteria cidera dan tingkat kematian (fatality rate), digunakan standar
dari CCPS seperti terlihat pada Tabel IV.12.

60
Tabel IV.12. Kriteria cidera dan tingkat kematian
No Skenario Nilai Dampak
4,7 kW/m2 Luka bakar tingkat dua, tidak
1 Radiasi Panas menyebabkan kematian
dari jet fire 12,5 kW/m2 30% kemungkinan menyebabkan
kematian
37,5 kW/m2 100% menyebabkan kematian
1 psi (0,07 bar) Kemungkinan menyebabkan
2 cedera
Overpressure
3 psi (0,21 bar) Kemungkinan menyebabkan
dari ledakan
cedera berat
5 psi (0,35 bar) 15% kemungkinan menyebabkan
kematian
jarak ½ LFL 50% kemungkinan menyebabkan
3
Flash fire kematian
jarak LFL
100% menyebabkan kematian
4 Dispersi 50% kemungkinan menyebabkan
di atas 20.000 ppm
(vapor cloud) kematian

Berdasarkan hasil analisa event tree pada Tabel IV.10, skenario yang
memungkinkan mengakibatkan kematian adalah ledakan, jet fire, flash fire dan
dispersi gas. Adapun skenario ball fire sama dengan skenario jet fire hanya saja
terjadi pada kebocoran gas pada tingkat pecahnya peralatan Gas Pig Receiver atau
Gas pig Launcher.

Overpressure maksimum akibat ledakan yang ditimbulkan adalah 0,2 bar,


sehingga tidak menimbulkan resiko kematian bahkan tidak menyebabkan
kerusakan struktur dan bangunan di area utilitas karena masih bisa ditahan oleh
fire wall yang mempunyai rating H60. Akan tetapi overpressure akibat ledakan
susulan, sebesar 20 bar, dapat menimbulkan kematian bahkan kerusakan fasilitas
lepas pantai tersebut. Dari kerangka kerja UKOOA pada Gambar IV.19,
didapatkan bahwa kemungkinan kejadian yang termasuk dalam area yang dapat
ditolerir bila mempunyai nilai maksimum 10-2 kejadian per tahun. Konsekuensi
terjadinya ledakan, jet fire dan flash fire masuk dalam kategori area yang dapat

61
diterima, hanya konsekuensi dispersi masuk dalam area ALARP (As Low As
Reasoanble Practicable).

Gambar IV.19. Kerangka kerja penentuan tingkat resiko.

Pada prinsipnya kategori ALARP merupakan kategori yang dapat ditolerir karena
adanya usaha pengurangan resiko yang sudah dilakukan dengan memasang
beberapa peralatan penunjang keselamatan proses. Akan tetapi untuk menambah
tingkat keselamatan para pekerjanya maka perlu menambahkan cabinet yang
berisi peralatan EEBA (Emergency Escape Breathing Apparatus) di area cellar
deck untuk memastikan bahwa bila terjadi kebocoran gas maka para pekerja yang
ada di area sekitar kebocoran mempunyai proteksi terhadap asfiksia, sehingga
diharapkan resikonya dapat diturunkan ke area yang dapat diterima.

EEBA, seperti terlihat di Gambar IV.20, adalah alat bantu pernafasan dalam
keadaan darurat dengan menyediakan cadangan udara bersih yang tersimpan
dalam tabung udara bertekanan hingga 18 atm dan dilengkapi dengan masker
wajah yang memungkinkan pengguna menghirup udara bersih dari tabung udara
untuk menghindari defisiensi oksigen di tengah kebocoran gas. EEBA mampu
memberikan udara bersih sampai 10 menit kepada pemakainya sehingga mereka
bisa menuju tempat berkumpul yang aman (muster station).

62
Gambar IV.20. Emergency Escape Breathing Apparatus/ EEBA (Frontline Safety,
2009).

Analisa event tree yang dilakukan setelah penambahan EEBA, menghasilkan


frekuensi kejadian per tahun, seperti terlihat pada Tabel IV.12. Dalam tabel
tersebut frekuensi dispersi gas akibat kebocoran ternyata bisa diturunkan.
Frekuensi dispersi antara Gas Pig Receiver dan Gas Pig Launcher tidak berbeda
karena probabilitas kebocoran tidak bergantung pada besarnya tekanan bejana
akan tetapi bergantung pada laju korosi, yang biasanya dipengaruhi oleh jenis
fluida dan kondisi iklim atau lingkungan sekitarnya.

Tabel IV.13. Tabel hasil analisa event tree dispersi gas

Frekuensi dispersi
Diameter (kejadian per tahun)
No Peralatan lubang
(in) Sebelum Setelah
penambahan penambahan
EEBA EEBA
1 Gas Pig 0,25 1,52E-03 8,49E-06
Receiver 1 3,50E-04 5,49E-06
4 1,10E-04 1,75E-05
12 1,70E-04 7,59E-05
2 Gas Pig 0,25 1,52E-03 8,49E-06
Launcher 1 3,50E-04 5,49E-06
4 1,10E-04 1,75E-05
12 1,70E-04 7,59E-05

Kurva F-N digunakan untuk mengetahui tingkat resiko grup yang terpapar
dispersi gas di cellar deck, kurva ini menunjukkan data frekuensi per tahun

63
skenario kebocoran gas untuk masing-masing diameter, F, yang didapatkan dari
tabel IV.12 dan sejumlah N kematian, yang merupakan resiko grup atau Potential
Loss of Life (PLL) yang didapatkan dari Persamaan II.12. Pada Gambar IV.21
terlihat dispersi gas akibat kebocoran di Gas Pig Receiver dan gas Pig Launcher
masuk kategori resiko ALARP.

Gambar IV.21. Analisa F-N diagram dispersi kebocoran gas.

Gambar IV.23 menunjukkan diagram F-N untuk dispersi kebocoran gas setelah
dilakukan penambahan kabinet yang berisi EEBA di cellar deck. Dari diagram
tersebut menunjukkan bahwa tingkat resiko dapat diturunkan ke kategori resiko
yang dapat diterima. Karena kecenderungan arah angin dalam setahun bertiup dari
arah utara timur laut (sudut 30o) maka kabinet tersebut ditempatkan di bagian
utara dan selatan cellar deck dengan tidak menghalangi jalur penyelamatan
(escape route), seperti terlihat pada Gambar IV.22. Masing-masing kabinet
tersebut berisi 10 set EEBA yang didasarkan pada jumlah pekerja maksimum
ketika mengambil pig dari Gas Pig Receiver atau memasukkan pig ke Gas Pig
Launcher. Oleh karena hanya terisi 10 set EEBA dalam tiap kabinet maka perlu
dibuat prosedur pembatasan pekerja yang berada di cellar deck sejumlah sepuluh
orang pada saat pigging berlangsung, sesuai dengan jumlah EEBA yang tersedia.

64
Gambar IV.22. Penempatan kabinet EEBA di cellar deck.

Gambar IV.23. Analisa F-N diagram dispersi kebocoran gas setelah penambahan
kabinet EEBA.

65
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa resiko kuantitatif terkait flash fire, jet fire dan ledakan
maka dapat disimpulkan bahwa semua konsekuensi kecelakaan masih dalam
kategori dapat diterima resikonya. Hal ini disebabkan frekuensi konsekuensinya
masih di bawah 10-4 kejadian per tahun yang berarti masih dalam batas aman
untuk beroperasi di cellar deck CPP karena walaupun konsekuensi tersebut
berpotensi terjadi akan tetapi kemungkinan terjadinya sangat kecil (tidak melebihi
sekali dalam 10.000 tahun).

Sedangkan untuk resiko dispersi yang dapat menyebabkan asfiksia, kekurangan


oksigen pada pernafasan yang berbahaya bagi keselamatan, termasuk dalam
kategori resiko yang dapat ditolerir atau ALARP (As Low As Reasonable
Practicable) dimana berpotensi terjadi di bawah 10-2 kejadian per tahun atau
sekali dalam 100 tahun. Kategori resiko dari skenario potensial ini
memperhitungkan safety barrier yang ada (safeguard in place). Dalam skenario
kebocoran gas, fire and gas system (gas detector, sprinkler) dan emergency shut
down system (SDV, BDV) yang telah terpasang dan berfungsi dengan baik di
fasilitas ini dapat mengurangi tingkat keparahan apabila terjadi kecelakaan.
Resiko ALARP ini dapat diterima dengan pertimbangan melakukan pengurangan
resiko.

VI.2 Saran
Untuk menambah tingkat keselamatan pekerjanya dan menurunkan resiko
menjadi kategori yang dapat diterima maka perlu ditambahkan kabinet berisi
peralatan EEBA (Emergency Escape Breathing Apparatus) di area cellar deck.
Sehingga bila terjadi kebocoran gas mereka akan dapat menggunakan alat bantu
pernafasan tersebut untuk agar dapat menuju ke tempat berkumpul yang aman
(muster station).

66
Oleh karena hanya terisi 10 set EEBA dalam tiap kabinet maka perlu dibuat
prosedur pembatasan pekerja yang berada di cellar deck sejumlah sepuluh orang
pada saat pigging berlangsung, sesuai dengan jumlah EEBA yang tersedia pada
tiap kabinet.

67
DAFTAR PUSTAKA

Crowl, D. A., dkk., (2002) : Chemical Process Safety Fundamentals with


Applications, Second Edition, Prentice-Hall, New Jersey.

CCPS, (2009) : Guideline for Chemical Process Quantitative Risk Analysis,


AIChe, New York.

ConocoPhillips Indonesia, (2012) : Operation Safety Case, Indonesia.

Dejan, Ristic, (2013) : a Tool for Risk Assessment, Faculty of Occupational Safety
University of Nis, Serbia.

DNV GL, (2014) : PHAST Technical Documentation, London

DNV Technica, CMPT, (1999) : a Guide to Quantitative Risk Assessment to


Offshore Installations, ISBN 1 870553 365.

Dony, Guntur Rhoma, dkk, (2013) : Penilaian Resiko Kebakaran pada FPSO,
Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Surabaya.

HSE UK, (2001) : Reducing Risk, Protecting People, ISBN 0 71 76 2151 0.

International Association of Oil & Gas Producers (OGP), (2010) : Risk


Assessment Data Directory, London.

Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia, (1999) : Kepmenaker Nomor Kep.


187/MEN/1999 tentang Pengendalian bahan Kimia Berbahaya di Tempat
Kerja, Jakarta

Nolan, Dennis P., (1996) : Handbook of Fire and Explosion Protection


Engineering Principles for Oil, Gas, Chemical and Related Facilities,
Noyes Publication, New Jersey.

OREDA, (2009) : Offshore Reliability Data, Norwegian Petroleum Directorate.

Ramli, Suhatman, (2010) : Petunjuk Praktis Manajemen Kebakaran, PT Dian


rakyat, Jakarta.

Sartika, Dian, (2012) : Analisis Konsekuensi Dispersi Gas, Kebakaran dan


Ledakan Akibat Kebocoran Gas tabung LPG 12 Kg, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Indonesia, Jakarta.

Seungkyu, Dan, dkk. (2013) : Study on Quantitative Risk Analysis for Fire and
Explosion in LNG-Liquefaction Process of LNG FPSO, Seoul National
University.

UK Offshore Operators Association (UKOOA), (2007) : Industry Guidelines on a


Framework for Risk Related Decision Support.

68
Disaster Management Institute, (2013) : www.hrdp-idrm.in, diakses tanggal 4
Maret 2017.

MohdSuhaimi6, (2012) : www.slideshare.net/MohdSuhaimi6/11-intro-


processsafety , diakses tanggal 4 Maret 2017.

Safety108, (2011) : www.safety108.blogspot.co.id, diakses tanggal 29 Mei 2017.

Frontline Safety, (2009) : www.frontline-safety.co.uk/drager-saver-pp15-


emergency escape-breathing-apparatus-soft-case, diakses tanggal 20 April
2017.

69
LAMPIRAN

70
Lampiran A Perhitungan PLL (Potential Loss of Life)

Kebocoran 0,25”

Jumlah jam di cellar deck

Jumlah jam per tahun di

Frekuensi skenario (FL)


Quarter area (safe area)

Probabilitas kematian
Jumlah jam di Living
Jumlah pekerja (NL)

cellar deck area (PL)


Grup Pekerja PLL

area (PL)

(PF)
Manager 1 21 3 45,63 0,00152 0,50 0,0347
Superintendent 2 20 4 60,83 0,00152 0,50 0,0925
Supervisor 4 18 6 91,25 0,00152 0,50 0,2774
Operator 6 16 8 121,67 0,00152 0,50 0,5548
Maintenance
6 16 8 121,67 0,50 0,5548
Technician 0,00152
Helper 6 16 8 121,67 0,00152 0,50 0,5548
Radio
1 24 0 0,00 0,50 0,0000
Operator 0,00152
Engineer 2 20 4 60,83 0,00152 0,50 0,0925
Catering 6 24 0 0,00 0,00152 0,50 0,0000
Total 34 2,1614

71
Kebocoran 1”

Probabilitas kematian (PF)


Jumlah jam di cellar deck

Jumlah jam per tahun di

Frekuensi skenario (FL)


Quarter area (safe area)
Jumlah jam di Living
Jumlah pekerja (NL)

cellar deck area (PL)


Grup Pekerja PLL

area (PL)
Manager 1 21 3 45,63 3,50E-04 0,50 0,0080
Superintendent 2 20 4 60,83 3,50E-04 0,50 0,0213
Supervisor 4 18 6 91,25 3,50E-04 0,50 0,0639
Operator 6 16 8 121,67 3,50E-04 0,50 0,1278
Maintenance
6 16 8 121,67 0,50 0,1278
Technician 3,50E-04
Helper 6 16 8 121,67 3,50E-04 0,50 0,1278
Radio
1 24 0 0,00 0,50 0,0000
Operator 3,50E-04
Engineer 2 20 4 60,83 3,50E-04 0,50 0,0213
Catering 6 24 0 0,00 3,50E-04 0,50 0,0000
Total 34 0,4977

72
Kebocoran 4”

Jumlah jam per tahun di cellar


Jumlah jam di cellar deck area
Jumlah jam di Living Quarter

Probabilitas kematian (PF)


Frekuensi skenario (FL)
Jumlah pekerja (NL)
Grup Pekerja PLL

area (safe area)

deck area (PL)


(PL)
Manager 1 21 3 45,63 1,10E-04 0,50 0,0025
Superintendent 2 20 4 60,83 1,10E-04 0,50 0,0067
Supervisor 4 18 6 91,25 1,10E-04 0,50 0,0201
Operator 6 16 8 121,67 1,10E-04 0,50 0,0402
Maintenance
6 16 8 121,67 0,50 0,0402
Technician 1,10E-04
Helper 6 16 8 121,67 1,10E-04 0,50 0,0402
Radio
1 24 0 0,00 0,50 0,0000
Operator 1,10E-04
Engineer 2 20 4 60,83 1,10E-04 0,50 0,0067
Catering 6 24 0 0,00 1,10E-04 0,50 0,0000
Total 34 0,1564

73
Kebocoran pecah (rupture)

Jumlah jam per tahun di cellar


Jumlah jam di cellar deck area
Jumlah jam di Living Quarter

Probabilitas kematian (PF)


Frekuensi skenario (FL)
Jumlah pekerja (NL)

Grup Pekerja PLL


area (safe area)

deck area (PL)


(PL)

Manager 1 21 3 45,63 1,70E-04 0,50 0,0039


Superintendent 2 20 4 60,83 1,70E-04 0,50 0,0103
Supervisor 4 18 6 91,25 1,70E-04 0,50 0,0310
Operator 6 16 8 121,67 1,70E-04 0,50 0,0621
Maintenance
6 16 8 121,67 0,50 0,0621
Technician 1,70E-04
Helper 6 16 8 121,67 1,70E-04 0,50 0,0621
Radio
1 24 0 0,00 0,50 0,0000
Operator 1,70E-04
Engineer 2 20 4 60,83 1,70E-04 0,50 0,0103
Catering 6 24 0 0,00 1,70E-04 0,50 0,0000
Total 34 0,2417

74
Lampiran B Flow Diagram Gas Pig Receiver

75
Lampiran C Input Data di DNV PHAST

Di bawah ini adalah gambaran singkat langkah memasukkan data di DNV


PHAST:

1. Memasukkan tata letak area yang akan kita analisa konsekuensinya.

2. Memasukkan komposisi material

76
3. Memasukkan parameter kondisi operasi dan batasan konsekuensi

4. Mensimulasikan konsekuensi untuk tiap skenario diameter kebocoran gas,


dapat berupa grafik atau kontur.

77
Tampilan konsekuensi dalam bentuk grafik:

Tampilan konsekuensi dalam bentuk kontur:

78
Lampiran D Persamaan Dispersi dalam DNV PHAST

DNV PHAST menggunakan teori Unified Dispersion Model (UDM) dalam


pemodelan konsekuensi dispersinya. UDM adalah pemodelan dispersi gas yang
diikuti pelepasan bertekanan dari permukaan tanah atau di atas permukaan tanah.

Untuk menentukan tinggi efektif dispersi menggunakan persamaan berikut:


1 ∞ ∞ 1
𝐻 eff = 𝑐(𝑥,𝑦,0)
∫0 𝑐(𝑥, 𝑦, 𝜗) 𝑑𝜗 = ∫0 𝐹v (𝜗)𝑑𝜗 = 𝛿 (1 + 𝑛) 𝑅𝑧 (𝑥) (D.1)
1 ∞ ∞ 1
𝐻 𝑒𝑓𝑓 = (𝑐(𝑥,0,𝜗)) ∫0 (𝑥, 𝑦, 𝜗)𝑑𝑦 = ∫0 𝐹h (𝑦)𝑑𝑦 = 𝛿 (1 + 𝑚) 𝑅𝑦 (𝑥) (D.2)

𝛿 = ∫0 𝑡 𝑧−1 𝑒 −1 𝑑𝑡 (D.3)

dengan:
Heff = tinggi efektif dispersi (m)

79
Weff = lebar dispersi (m)
c = konsentrasi (kg/m3)
Fv = fungsi distribusi vertikal untuk konsentrasi
Fh = fungsi distribusi horisontal untuk konsentrasi
Rz = profil konsentrasi vertikal (m)
Ry = profil konsentrasi haluan angin (m)
e = waktu pelepasan (detik)
x = arah berlawanan dengan arah angin horisontal
y = arah haluan angin
z = arah vertikal di atas tanah
ϑ = titik pusat plume
δ = fungsi gamma
m = eksponen fungsi distribusi horisontal untuk konsentrasi
n = eksponen fungsi distribusi vertikal untuk konsentrasi

Lampiran E Diagram Event Tree Konsekuensi Kebocoran Gas di Gas Pig


Receiver dan Gas di Pig Launcher

A.

80
B. Event Tree Konsekuensi Kebocoran Gas di Pig Launcher

81

Anda mungkin juga menyukai