Anda di halaman 1dari 5

Laporan Tugas Mandiri

Nama : Nabila Najma Tanggal : 16 Februari 2020

NPM : 1806150124 Paraf Asisten :

Kelompok :3

Topik : Kultur Jaringan

A. Outline
1. Kelebihan dan kekurangan kultur jaringan
2. Media kultur jaringan

B. Isi
1. Kelebihan dan kekurangan kultur jaringan
Kultur jaringan disebut juga dalam bahasa asing yaitu tissue culture.
Tissue berarti jaringan atau kumpulan dari sel-sel yang mempunyai fungsi
yang sama, sedangkan culture berarti budidaya. Pengertian kultur jaringan
berarti membudidayakan suatu potongan jaringan pada media in vitro secara
aseptik hingga membentuk individu baru berdasarkan totipotensi
(Mulyaningrum, 2018).
Adapun kelebihan kultur jaringan adalah menghasilkan tanaman baru
yang seragam dan sejenis dalam jumlah yang banyak serta memiliki
karakteristik yang sesuai dengan keinginan, menghemat lahan karena melalui
kultur jaringan bibit tanaman dapat dikembangkan dalam laboratorium
menggunakan wadah berupa kontainer berbahan dari kaca, umur bibit tanaman
yang digunakan dalam kultur jaringan dapat ditelusuri sehingga mudah untuk
memperkirakan waktu untuk memperbaharui bibit, bibit yang dihasilkan bebas
dari penyakit dan hama karena diperlakukan dalam keadaan aseptik, dan
dengan kultur jaringan penyediaan bibit dilakukan secara in vitro sehingga
dapat dilakukan secara kontinu tidak tergantung pada kondisi alam (Daud dan
Mulyaningrum, 2014).
Sedangkan kekurangannya adalah alat dan fasilitas untuk menunjang
kultur jaringan cukup mahal, memerlukan tenaga ahli yang terampil dan
sangat berpengalaman dalam bidang kultur jaringan karena harus bekerja
dalam keadaan yang aseptik dan harus mengetahui masa tumbuh bibit
sehingga tahu kapan harus dipindahkan ke media yang segar (subkultur),
rawan terkontaminasi oleh bakteri dan kontaminan lainnya sehingga akan
kehilangan bibit tanaman yang potensial, dibutuhkan metode khusus untuk
perbanyakan secara efisien dan untuk menjaga kestabilan genetik, dan bibit
tanaman yang dihasilkan masih cukup mahal (Lindsey dan Jones, 1989).

2. Media kultur jaringan


Media kultur jaringan merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan dalam perbanyakan tanaman secara in vitro (Yusnita, 2003).
Media kultur jaringan adalah tempat bagi bibit tanaman untuk tumbuh dan
menyediakan nutrisi yang mendukung kehidupan bibit tersebut (Ode, 2018).
Media tanam pada kultur jaringan berisi kombinasi asam amino esensial,
garam-garam anorganik, vitamin, larutan buffer, dan sumber energi berupa
glukosa (Ryugo, 1988).
Media kultur jaringan dibagi menjadi dua jenis, yaitu media padat dan
cair. Media cair digunakan untuk tahap awal eksplan hingga tumbuh PLB
(protocorm like body) yaitu eksplan yang akan tumbuh jaringan seperti kalus
berwarna putih. Media padat digunakan untuk menumbuhkan PLB sampai
terbentuk planlet (Rahardja dan Wahyu, 2003).
Media kultur jaringan yang biasa digunakan adalah Murashige dan
Skoog, karena media ini dapat digunakan untuk semua jenis kultur. Dalam
media ini juga terkandung unsur makro dan unsur mikro yang dapat berguna
untuk tanaman yang akan dikultur karena masing-masing unsur makro dan
mikro memiliki peranan yang berbeda-beda.

Gambar 1. Media Murashige dan Skoog


(sumber: phytotechlab.com)
Gambar 2. Komposisi media MS (sumber: researchgate.net)

Selain itu, keasaman (pH) juga dapat memengaruhi pertumbuhan bibit


tanaman, menurut Hendaryono dan Wijayani (1994) sel-sel tanaman
membutuhkan pH yang optimal pada pH 5,0 – 6,0.
Zat pengatur tumbuh (ZPT) juga diperlukan dalam kultur jaringan,
khususnya dalam mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Zat pengatur tumbuh (ZPT) mempengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis
kultur sel, organ, dan jaringan (Nursetiadi, 2008). Auksin dan sitokinin
termasuk ke dalam ZPT.
ZPT golongan auksin seperti NAA (Naphtaleine Acetic Acid), IAA
(Indole Acetic Acid), IBA (Indole Burytic Acid), dan 2,4-D
(Dichlorophenoxyacetic Acid) berfungsi dalam meningkatkan tekanan osmotik
dan permeabilitas sel, mengurangi tekanan pada dinding sel, meningkatkan
plastisitas dan mengembangkan dinding sel, serta meningkatkan sintesis
protein (Widiastoety, 2014)
Di samping itu auksin berperan untuk menstimulir pemanjangan dan
pembesaran sel, sedangkan ZPT golongan sitokinin seperti kinetin, BAP atau
BA berfungsi dalam pembelahan sel. Dalam hubungannya dengan
permeabilitas sel, auksin meningkatkan difusi masuknya air ke dalam sel.
Kombinasi auksin dengan sitokinin akan menstimulir pembelahan sel dan
memengaruhi lintasan diferensiasi (Widiastoety, 2014).

C. Daftar Pustaka

Hendaryono, Daisy P. S. dan Wijayani, Ari. 1994. Teknik Kultur Jaringan:


Pengenalan dan Petunjuk Perbanyakan Tanaman secara Vegetatif – Modern.
Yogyakarta: Kanisius.

Lindsey, Keith dan Jones, Michael. 1989. Plant Biotechnology in Agriculture. New
Jersey: Prentice Hall Inc.

Mulyaningrum, Sri Redjeki Hesti. 2018. Mengapa Perlu Kultur Jaringan Rumput
Laut?. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan.
[Online] Available at: http://bppbapmaros.kkp.go.id/wp-
content/uploads/Newsletter-kultur-jaringan_Januari_2.pdf. Accessed at
February 15, 2020.

Mulyaningrum, S. R. H. dan Daud, Rohama. 2014. Pengembangan Bibit Rumput Laut


Gracilaria sp. Hasil Kultur Jaringan. Media Akuakultur Vol. 9: 13-18. Sulawesi
Selatan: Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau. [Online]
Available at: http://ejournal-
balitbang.kkp.go.id/index.php/ma/article/download/2220/1796. Accessed at
February 15, 2020.

Nursetiadi, Eka. 2008. Kajian Macam Media dan Konsentrasi BAP terhadap
Multiplikasi Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.) Secara In Vitro.
Surakarta: Universitas Sebelas Maret. [Online] Available at:
https://core.ac.uk/download/pdf/12348087.pdf. Accessed at February 16, 2020.

Ode, Inem. 2018. Pertumbuhan Regenerasi Mikropropagul Rumput Laut


Kappaphycus alvarezii pada Kultur Jaringan dengan Media yang Berbeda.
Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan. 11. 31. 10.29239/j.agrikan.11.2.31-37.
[Online] Available at:
https://www.researchgate.net/publication/331227818_Pertumbuhan_Regenerasi
_Mikropropagul_Rumput_Laut_Kappaphycus_alvarezii_pada_Kultur_Jaringan
_dengan_Media_yang_Berbeda. Accessed at February 15, 2020.

Rahardja, P. C. dan Wahyu, W. 2003. Aneka Cara Memperbanyak Tanaman. Jakarta:


Agromedia Pustaka.

Ryugo, K. 1988. Fruit Culture: Its Science and Art. United States of America: John
Wiley and Sons, Inc.

Widiastoety, Dyah. 2014. Pengaruh Auksin dan Sitokinin Terhadap Pertumbuhan


Planlet Anggrek Mokara. Cianjur: Balai Penelitian Tanaman Hias. [Online]
Available at: https://media.neliti.com/media/publications/98313-ID-pengaruh-
auksin-dan-sitokinin-terhadap-p.pdf. Accessed at February 16, 2020.

Yusnita. 2003. Kultur Jaringan: Cara Memperbanyak Tanaman Secara Efisien.


Jakarta: Agro Media.

Anda mungkin juga menyukai