PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sistem pelayanan kesehatan merupakan suatu yang sangat penting di dalam dunia
kesehatan melalui sistem ini diharapkan kualitas kesehatan khususnya di Negara negara yang
sementara berkembang dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi setiap warganya. Melalui
sistem ini tujuan pembangunan kesehatan dapat tercapai dengan cara efektif dan tepat sasaran.
Keberhasilan sistem pelayanan kesehatan tergantung dari berbagai komponen yang masuk dalam
pelayanan kesehatan diantaranya perawat, dokter, atau tim kesehatan lain yang saling
menunjang.
Salah satu Negara yang di akui oleh WHO mengenai system pelayanan kesehatan yang
terbaik adalah Singapura. Layanan medis di Singapura memang telah mendapat reputasi baik di
tingkat internasional. Baik buruknya layanan medis sangat mempengaruhi kualitas kesehatan
publik di suatu negara.
Kualitas ini bisa dilihat pada tingkat kematian bayi dan harapan hidup. Data Organisasi
Kesehatan Internasional (WHO) mengungkapkan bahwa Singapura pada 2000 sudah menempati
peringkat enam dalam daftar terbaik sistem kesehatan dunia. Dalam statistik 2007, WHO juga
menyebutkan baiknya sistem layanan kesehatan menyebabkan tingkat kematian bayi di
Singapura terendah di dunia - dan hanya bisa disaingi oleh Islandia. Selain itu Singapura
termasuk kelompok negara yang memiliki tingkat harapan hidup tertinggi.
Pemerintah Singapura kini lebih banyak mengawasi layanan medis di semua rumah sakit,
terutama di rumah sakit swasta, sesuai standar rata-rata dan kualitas harus selalu terjamin.
Pemerintah juga memberikan kemudahan izin dan pajak bagi sektor swasta memperbaiki kualitas
layanan dan fasilitas medis sehingga pasien menerima pelayanan yang menyeluruh tanpa harus
mengeluarkan tambahan biaya. Itulah sebabnya, dalam suatu survei, biaya medis di Singapura
relatif lebih murah dari sesama negara maju lainnya. Bahkan untuk bedah medis, termasuk
operasi plastik, tarif di Singapura bisa dua, atau tiga kali lipat lebih murah dari Amerika Serikat.
Reputasi inilah yang membuat Singapura percaya diri menjadikan layanan medis dan
kesehatan menjadi salah satu industri andalan menambah pendapatan. Pengelola rumah sakit
pemerintah maupun swasta berani berinvestasi membeli peralatan medis canggih, dan merekrut
tenaga-tenaga unggulan dari luar negeri.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan sistem pelayanan kesehatan?
2. Bagaiman Gambaran Umum Negara singapura ?
3. Bagaimana sistem pelayanan kesehatan di NegaraSingapura?
4. Bagaimana perbedaan system pelayaan kesehatan di Indonesia dengan singapura?
C. TUJUAN
1. Tujuan umum
Mengetahui sistem pelayanan kesehatan di Negara Singapura
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui apa yang di maksud system pelayanan kesehatan
b. Untuk mengetahui bagaiamana gambaran umum negara Singapura
c. Mengetahui bagaimana system pelayanan kesehatan di Negara singapura
d. Untuk mengetahui bagaimana perbedaan system pelayaan kesehatan di Indonesia dengan
singapura
D. MANFAAT
1. Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan pengetahuan bagi mahasiswa (i) fakultas ilmu kesehatan UMPAR.
2. Bagi Pembaca
Memberikan wawasan tentang Sistem pelayanan kesehatan, sertas ebagai bahan refrensi dalam
pemenuhan tugas tugas yang terkait dengan pelayanan kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Singapura memiliki sistem non-dimodifikasi kesehatan universal di mana pemerintah
menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan dalam sistem kesehatan masyarakat, terutama
melalui sistem tabungan wajib, subsidi dan kontrol harga. Sistem Singapura menggunakan
kombinasi tabungan wajib dari pemotongan gaji untuk memberikan subsidi dalam rencana
asuransi kesehatan dinasionalisasi dikenal sebagai Medisave. Dalam Medisave, setiap warga
negara terakumulasi dana yang secara individual dilacak, dan dana tersebut dapat dikumpulkan
di dalam dan melintasi seluruh keluarga. Sebagian besar warga Singapura memiliki tabungan
besar dalam skema ini. Salah satu dari tiga tingkat subsidi dipilih oleh pasien pada saat episode
kesehatan.
Jenis jenis asuransi kesehatan di Singapura di antaranya adalah :
1. Singapore Asuransi Kesehatan Pribadi
2. Singapore Fa
3. mily Asuransi Kesehatan
4. Singapore Medical Group Asuransi
5. Singapore Travel Medical Insurance
6. Singapore Guru Asuransi Kesehatan
Kemudian kalau kita melihat kembali system pelayanan kesehatan di negara Indonesia ini
ternyata masih banyak kekurangan kekurangan yang dimilikinya salah satu contohnya
adalah rasio dokter per 100.000 penduduk pada tahun 2012 menurut Konsil Kedokteran
Indonesia (KKI) mencapai 33:100.000 sedangkan di Singapura Rasio dokter per 1.000 populasi
di negara Singapura mencapai 1.9 dokter atau 190:100.000 hal ini jelas menunjukkan bahwa
pemerataan tenaga kesehatan ( dokter ) di Indonesia ini belumlah merata.
B. SARAN
Saran kami adalah sebagaimana yang kita ketahui bahwa negara singapura sangat sangat
berorientasi pada kualitas serta profesionalisme tenaga kesehatannya oleh karenanya itu maka
sebaiknya Indonesia pun seperti itu minimal Indonesia memfasilitasi dan memberikan akses
terhadap calon calon tenaga kesehatan yang berkualitas untuk melanjutkan karir mereka di
bidangnya masing masing agar menciptakan tenaga kesehatan yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Dua orang sahabat lulusan sebuah fakultas kedokteran yang cukup terkemuka di Indonesia bertemu disebuah
acara temu alumni beberapa tahun setelah kelulusannya. Dokter yang pertama adalah putra daerah
yang sekarang bekerja di puskesmas. Dokter yang kedua berasal dari Malaysia dan sekarang sedang
memperdalam spesialisasi di negaranya. Setelah acaranya usai, ada adik kelas yang tertarik
mewawancarai mereka berdua. Dok terimakasih sudah mau meluangkan waktu, saya tertarik
mengangkat masalah Pelayanan Kesehatan Indonesia vs Malaysia. Menurut Departemen Kesehatan
dalam setahun orang Indonesia setidaknya menghabiskan sekitar 100 Trilyun untuk berobat di Malaysia
atau Singapura. Salah satu hal yang mendorong terjadinya hal tersebut adalah adanya anggapan kalau
kualitas dokter Indonesia lebih buruk dibandingkan dokter Malaysia / Singapura, apa betul pandangan
seperti itu? Dokter Malaysia: Saya rasa tidak demikian ya. Saya adalah lulusan Fakultas Kedokteran di
Indonesia, ketika saya kembali ke Malaysia saya dapat menyesuaikan diri dengan mudah. Saya rasa dari
segi ilmu lulusan dokter di Malaysia tidak jauh berbeda dengan lulusan Indonesia karena banyak tenaga
pengajar di Malaysia adalah dokter-dokter Indonesia yang dulu direkrut untuk mengajar di
Malaysia. Alasan lainnya adalah pelayanan kesehatan yang diberikan dirasakan jauh lebih memuaskan
disana, kira-kira apa rahasia-nya sampai orang Indonesia mau datang berobat berulang kali
disana? Dokter Malaysia: Menyangkut kepuasan pasien kita harus bicara 3 hal penting. Pertama adalah
pelayanan / service yang diberikan, Kedua: Fasilitas, Ketiga: Harga. Maaf bila saya katakan dalam ketiga
aspek tersebut Pelayanan Kesehatan di Malaysia lebih unggul dibandingkan Indonesia. Bisa tolong
dijelaskan lagi dok bagaimana bisa lebih unggul di Malaysia? Dokter Malaysia: Mengenai pelayanan
contohnya, saya selalu diingatkan untuk meluangkan waktu berkomunikasi baik-baik dengan setiap
pasien. Untuk memungkinkan hal tersebut jumlah pasien yang bisa saya tangani dalam seharinya
dibatasi. Hal ini sangat mungkin dilakukan di Malaysia karena jumlah dokter dibandingkan jumlah
penduduk jauh lebih banyak dibandingkan Indonesia. Pasien Indonesia yang datang berobat ke Malaysia
umumnya datang ke RS Swasta dan mereka sangat mengutamakan kualitas pelayanan yang diberikan.
Keadaannya sangat berbeda jauh dengan apa yang terjadi di banyak Rumah Sakit di Indonesia yang
pasiennya selalu membludak dan tidak boleh ditolak. Coba tanya seniormu yang kerja di puskesmas
berapa pasien yang dia tangani dalam seharinya. Dokter Indonesia: Hehe, kalo beruntung sekitar 50
pasien sehari… Seringkali diatas 100 pasien sehari dek. Bayangkan kalo saya harus meluangkan waktu 15
menit untuk masing-masing pasien… Bisa-bisa saya ngga pulang-pulang ke rumah saya. Kadang kalo saya
terlalu lama menangani satu pasien, pasien lainnya yang menunggu giliran malah marah-
marah. Mengenai Fasilitas-nya dok, mengapa disana bisa lebih baik? Dokter Malaysia: Salah satu
kompenen biaya terbesar penyelenggaraan pelayanan kesehatan adalah obat dan alat kesehatan yang
banyak diantaranya masih kami Impor. Untuk menekan pembiayaan kesehatan di Malaysia obat dan alat
kesehatan tidak dikenakan pajak. Karenanya Rumah Sakit (RS) dapat menyediakan beragam alat
kesehatan untuk keperluan diagnostik / terapi dengan biaya yang relatif jauh lebih murah dibandingkan
di Indonesia. Sehingga wajar bila RS kami pada umumnya memiliki fasilitas yang lebih baik. Biaya
pengobatan pada akhirnya juga akan lebih murah dibandingkan di Indonesia. Harga stent jantung atau
pen untuk operasi orthopedi (tulang) misalnya jauh lebih murah di Malaysia. Selain itu karena fasilitas
diagnostik / terapi yang juga lengkap pasien-pasien itu tidak perlu dirujuk kesana kemari untuk
pemeriksaan / terapi.. pelayanan one stop service yang relatif lebih murah ini turut menunjang
kepuasan pasien yang berobat kemalaysia. Sehingga akhirnya banyak orang Indonesia yang memilih
berobat ke Malaysia, kamu tahu mayoritas pasien-pasien yang berobat ke RS Swasta di Penang adalah
pasien-pasien dari Indonesia. Dokter Indonesia: Menyela sebentar, di Indonesia lebih dari 90% alat
kesehatan masih di impor dari luar negeri. Saat masuk Indonesia kebanyakan alat kesehatan tersebut
kena bea masuk sebesar 30%, saat alat itu dijual ke RS kena lagi pajak penjualan 10%. Kita bicara
mengenai banyak hal loh, mesin X-Ray / Roetgen, CT-Scan, MRI, Cathlab, USG, Mesin pemeriksaan
Laboratorium, reagen yang digunakan untuk pemeriksaan lab, dan beragam alat medis lainnya yang
semuanya masih di impor kena bea masuk dan pajak penjualan. Tanpa pajak, harganya bisa 30% lebih
murah. Kira-kira pada akhirnya siapa yang harus membayar semuanya itu? Pasien Dokter
Indonesia: Iya... sangat tragis dek. Bayangkan keluarga keluarga kamu ada yang kena serangan jantung
dan harus pasang stent / ring jantung yang menelan biaya 100 juta. Biayanya bisa lebih murah 30% kalo
saja pemerintahmu tidak menerapkan pajak untuk alat kesehatan. Yang ironis dek, di banyak RS
pemerintah pengadaan alat yang semakin mahal cenderung lebih mudah disetujui, gosipnya karena
ingin kebagian komisi yang besar. Setelah alatnya ada, alat yang sudah dibeli mahal itu justru dihargai
sangat kecil oleh pemerintah. Coba kamu lihat mesin CT yang ada di RS tempat kamu belajar, pasien
umum harus bayar sangat mahal sementara yang ditanggung pemerintah melalui BPJS hanya 600 ribu
sekali periksa. Sekarang saya dengar alatnya rusak dan RS tidak sanggup memperbaikinya. Bicara sistem
Jaminan Kesehatan, Malaysia dipuji WHO memiliki salah satu sistem kesehatan terbaik di Dunia. Kira-
kira apa yang memungkinkan terwujudnya hal tersebut? Dokter Malaysia: Kalo boleh berpendapat
menurut saya salah satu alasan mengapa kesehatan begitu diperhatikan di Malaysia adalah kerena jasa
Perdana Menteri kami Mahathir Muhamad yang juga seorang dokter. Terlepas dari segala kontroversi
yang menyertainya beliau berhasil memajukan Malaysia, terutama di bidang kesehatan. Di Malaysia
sejak lama Kesehatan setiap warga negara dijamin oleh negara. Penduduk yang sakit hanya harus
membayar 1 RM atau sekitar Rp 3600,- biaya rawat jalan dan 10 RM atau Rp. 36.000,- untuk tiap hari
perawatan, biaya sisanya ditanggung pemerintah. Hampir seluruh tindakan medis dapat dikerjakan di
Malaysia. Program transplantasi di Malaysia juga ditanggung pemerintah dan sudah berjalan rutin. Kamu
tahu alat Left Ventricular Assist Device yang dipasang mantan Wapres Amerika Dick Chaney? Di Amerika
sendiri saking mahalnya alat itu tidak semua orang bisa mendapatkan-nya. Di Malaysia kalau memang
ada warga yang memerlukan alat tersebut ya kami pasang. Salah satu alasan yang memungkinkan
terwujudnya hal tersebut adalah biaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang bisa ditekan lebih
murah tadi. Bayangkan, pengeluaran Malaysia di bidang Kesehatan saat ini diperkirakan sebesar 5%
Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dalam setahun, padahal pengeluaran kesehatan negara lain dengan
standar pelayanan serupa umumnya sudah diatas 10% PDB. Dokter Indonesia: Kalau di Indonesia aneh
dek, walau masalah kesehatannya ada banyak pengeluaran kita dibidang kesehatan selalu konsisten
rendah dibawah 2% PDB. Menurut saya jadinya hanya ada bisa 2 kemungkinan, pertama memang orang
Indonesia lebih sehat dari penduduk kebanyakan negara lain di dunia atau… banyak tindakan yang tidak
bisa dikerjakan / diberikan disini. Bisa jadi pasien di Indonesia tidak mendapatkan terapi yang
seharusnya diberikan karena obat / terapinya mahal dan tidak ditanggung atau memilih berobat
alternatif dan ke berobat ke luar negeri seperti Malaysia. 100 Trilyun setahun itu tidak kecil loh dek,
hampir 3 kali anggaran kesehatan negara ini. Jadi bisa dikatakan terabaikannya kesehatan bangsa
selama ini = “bocor, bocor, bocor” Mengenai anggaran kesehatan negara dok, bagaimana anggaran
kesehatan di Malaysia jika dibandingkan Indonesia? Dokter Malaysia: Ditahun 2014 anggaran kesehatan
Malaysia sekitar 22 Milyar Ringgit… atau sekitar 81 Trilyun. Penduduk Malaysia sekitar 30 juta orang.
Artinya pemerintah Malaysia mengalokasikan anggaran sekitar 2.7 juta/orang. Kalau Indonesia? Dokter
Indonesia: Tahun 2014 karena ada JKN anggaran kesehatan Indonesia naik sedikit dibandingkan tahun
2013 menjadi 46,5 Trilyun. Jika penduduk Indonesia saat ini 253 juta orang, maka dapat dikatakan
pemerintah menganggarkan Rp. 184.000/orang. Kalau dihitung-hitung bisa dikatakan anggaran
kesehatan Malaysia saat ini 15x lebih besar dibandingkan Indonesia. Waduh, timpang sekali
anggarannya, apa datanya valid dok? Bagaimana jika dibandingkan dengan negara lain di
dunia? Dokter Indonesia: Saya ambil datanya dari website Kemenkeu dek. Soal anggaran kesehatan
negara kita yang sangat rendah itu sudah bukan rahasia lagi, sudah dipermasalahkan sejak lama. Tapi
pemerintah kita dari jaman Orde Baru sampai sekarang tidak ada yang menggubris. Hingga kini tidak ada
yang perduli kesehatan. Coba kamu cari tahu anggaran kesehatan Indonesia dari tahun ke tahun, tidak
berubah dari kisaran 2-3% APBN. Padahal anggaran kesehatan rata-rata negara lain sudah diatas 10%
APBN. Jadi wajar kalo kesehatan bangsa ini dari dulu tidak berubah banyak. Angka kematian Ibu tetap
tinggi. Penyebaran penyakit menular seperti TBC bahkan HIV/AIDS termasuk yang tertinggi di asia.
Sementara itu penyakit metabolik seperti Diabetes, Hipertensi, Penyakit Jantung terus meningkat.
Fasilitas pelayanan kesehatannya? Masih serba kekurangan seperti dulu. Alat kesehatannya kurang,
obatnya kurang, dokternya juga kurang… masih serba terbelakang deh. Bahkan pak Direktur BPJS nyuruh
kita jangan gunakan CT-scan, cukup pake senter saja kalo ada pasien stroke, biar ngirit. Nanti kamu akan
alami sendiri kalo sudah bekerja, yang sabar dan iklas ya. Iklas karena akan banyak sekali pasien yang
tidak bisa kita tolong karena sistemnya yang bobrok. Dokter selalu bilang penyelenggaraan kesehatan di
Malaysia bisa ditekan semurah mungkin, apakah artinya dokternya juga dihargai murah oleh
Pemerintah? Dokter Malaysia: Jika dibandingkan mereka yang bekerja di sektor swasta tentunya
berbeda jauh, tapi Dokter Malaysia yang bekerja untuk pemerintah juga dihargai cukup, tidak cukup
untuk hidup kaya raya tapi cukup untuk bisa mulai nyicil rumah, mobil atau liburan tiap tahun. Gaji
beserta eloun (allowances / tunjangan) saya saat pertama bekerja sebagai dokter magang sekitar 4100
RM atau sekitar 15 juta/bulan, nilanya ini bertahap akan naik, kalo proses magang sudah selesai akan
tambah besar lagi. Dokter Indonesia: Nah ini juga menarik untuk disoroti dek, di Indonesia kita
mengenal sistem fee for service, artinya dokter dibayar untuk konsultasi medis yang diberikan. Di
Malaysia dokter dibayar dengan gaji tetap. Gajinya seperti yang diutarakan teman tadi saya cukup besar,
baru lulus sudah digaji 15 juta. Karenanya dokter disana tidak ada yang buka praktek lagi diluar RS. Gaji
yang didapatnya sudah cukup untuk bisa hidup nyaman. Di Indonesia keadaannya sangat berbeda. Gaji
dokter umum yang baru lulus hanya dihargai 2,5 juta. Spesialis yang bekerja di RS pemerintah hanya
dapat gaji sekitar 5 juta-an. Akibatnya dokter dituntut untuk buka praktek diluar RS untuk bisa hidup
sejahtera. Semakin banyak pasien semakin sejahtera sang dokter, hal tersebut tentunya dibayar dengan
menurunnya kualitas pelayanan. Besar sekali gajinya dok, jauh lebih besar dari gaji rata-rata dokter
Indonesia, apa memang biaya hidup di Malaysia sangat besar dok? Dokter Malaysia: Ngga juga, coba
deh mampir ke Kuala Lumpur, harga barang-barang disana saya rasa lebih murah dari di Jakarta. Kecuali
Rokok ya, harga rokok di Malaysia sangat mahal. Berapa harganya dok? Dokter Malaysia: Mungkin
sekarang sekitar 13RM sebungkus, sekitar 47 ribu dalam rupiah. Rokok di Malaysia sengaja dibuat mahal
agar penduduk kami enggan membelinya dan terlindung dari beragam penyakit yang timbul akibat
rokok. Bagimana dengan sistem pendidikan spesialis di Malaysia dok? Apa berbeda dengan di
Indonesia? Dokter Malaysia: Setiap dokter yang baru saja menyelesaikan studi, baik yang dididik di
Malaysia atau di luar negeri harus bekerja untuk pemerintah Malaysia selama 4-5 tahun. Ini
namanya Compulsary Service, 2 tahun pertama dokter bekerja magang sebagai Houseman Officer (HO)
dibawah supervisi dokter senior. Setelah itu bekerja sebagai dokter umum / Medical Officer (MO). Kalo
mau mengikuti program Residensi kamu harus sudah menempuh setidaknya 2 tahun HO dan 1 tahun
MO. Karena peminatnya cukup banyak bisa jadi dokternya harus melamar 2-3x baru diterima. Dokter
yang menempuh program residensi di Malaysia tidak harus mengeluarkan uang sepeserpun, kami
bahkan dibayar, tapi sesudahnya kami harus mengabdi di RS pemerintah selama setidaknya 7
tahun. Jadi residen di Malaysia dibayar? Apa betul seperti itu dok?? Dokter Malaysia: Oya, kami dibayar.
Ini bukan sesuatu yang aneh kok, dibanyak negara lain memperdalam spesialisasi kedokteran itu
dibayar. Prosesnya kan bekerja memperdalam pengalaman dibawah bimbingan konsulen yang lebih
berpengalaman, bukan belajar baca buku di perpustakaan atau belajar mengajar di kampus-kampus, jadi
wajar lah kalo memang dibayar. Saya justru heran kenapa di Indonesia jadi residen itu harus
bayar. Dokter Indonesia: Dek, sistem pendidikan profesi dokter spesialis di Indonesia itu agak berbeda
dengan yang menjadi kewajaran di negara lain. Sistemnya university based, jadi yang menyelenggarakan
hanya boleh universitas, peserta didik diharuskan membayar ke Universitas. Kalau di luar negeri yang
menyelenggarakan itu rumah sakit atau hospital based. Di negara asalnya program residensi pertama
lahir, pemerintah membayarkan gaji para residen, rumah Sakit kemudian berkewajiban melatih mereka.
Win-win solution, RS dapat dokter gratis yang dibiayai pemerintah, dokternya dapat pengalaman,
negara dapat dokter spesialis sesuai kebutuhan sekaligus menekan biaya kesehatan sehingga rakyatnya
bisa berobat dengan biaya relatif lebih murah. Karena yang menyelenggarakan rumah sakit, senter
pendidikan spesialisasi juga jumlahnya banyak, berbeda terbalik dengan di Indonesia. Jumlah universitas
yang mengadakan program spesialis hanya ada sekitar 14, setahunnya kursi yang tersedia hanya 300-
400 orang. Kasian dokter Indonesia mau memperdalam ilmu susahnya minta ampun biayanya juga
minta ampun. Dokter ada rencana mau ambil spesialisasi? Dokter Indonesia: Siapa yang ngga mau sih
dek, tapi darimana uangnya? Disparitas pendapatan antara dokter umum dan spesialis di Indonesia
sangat lebar. Saya bekerja sebagai dokter umum di puskesmas hanya dapat sekitar 3 juta/bulan. Untuk
memenuhi kebutuhan keluarga sebelum kerja saya praktek, pulang kerja malamnya saya praktek lagi.
Biaya untuk spesialisasi sekarang ini sangat besar, biaya masuk saja bervariasi dari 50 sampai 200 juta,
tergantung minatnya di bagian apa. Belum lagi kalo sudah keterima, dari mana penghasilannya? Kan
tidak digaji dan tidak boleh praktek, jadi harus punya banyak tabungan di bank. Sudah 5 tahun bekerja
modal saya belum cukup. Koneksi juga tidak ada, jadi saya tunggu giliran saja mudah-mudahan
kesempatan untuk disekolahkan datang nanti. Dokter Malaysia: Kamu ambil residensi di Malaysia saja,
tidak usah keluarkan biaya sepeserpun, bahkan nanti kamu dibayar. Sudah nanti kita ngobrol-ngobrol
lagi, saya bantu-bantu deh. Kakak kelasmu ini dek sangat pintar, dulu sangat rajin belajar. Beliau inilah
yang banyak bantu saya yang dulu kesulitan belajar kedokteran. Sayang kalo tidak dilanjutkan ambil
spesialisasi. Dokter Indonesia: Balik lagi ke sistem pelayanan kesehatan dok, saya simpulkan orang
Indonesia banyak yang memilih berobat ke Malaysia karena pelayanan kesehatan di sana lebih murah
dan lebih memuaskan dibandingkan Indonesia, sekarang Indonesia memasuki era Universal Health Care
dengan JKN, apa mungkin Indonesia menyusul ketertinggalan dari Malaysia di bidang
kesehatan? Dokter Indonesia: Tentu saja mungkin dek… Seperti apa yang dikatakan teman saya dari
Malaysia Kualitas Dokter Indonesia tidak berbeda dengan dokter Malaysia. Ilmu yang kami pelajari sama,
pelayanan yang kami berikan juga sama, masalahnya sistem yang ada saat ini tidak memungkinkan
dokter untuk bekerja dengan baik. Soal dokter Indonesia yang dibilang acuh, kurang komunikasi
misalnya, apa boleh kami membatasi jumlah pasien yang kami layani? Misalnya saya kerja di Puskesmas,
saya batasi pasien yang bisa saya tangani seharinya hanya 40, sisanya besok lagi. Waduh pasti banyak
yang ngamuk-ngamuk dan besoknya saya dimarahi pak bupati. Soal tarif pemeriksaan atau operasi yang
mahal bisa ditekan kalo saja pemerintah mau meniadakan pajak alat-alat kesehatan. Soal anggaran
kesehatan yang rendah pemerintah tinggal meningkatkan pajak rokok dan mengalokasikannya untuk
kesehatan sama dengan apa yang dilakukan di negara-negara lain. Masalahnya pemerintah mau atau
tidak? Siapa yang mau dibela disini? Pemilik perusahaan rokok atau jutaan rakyat Indonesia? Seperti apa
yang dikatakan calon presiden kita nanti: Masalahnya hanya satu, MAU atau TIDAK MAU. Dokter
Indonesia siap bekerja menyehatkan Indonesia, masalahnya pemerintah mau tidak mendukung
Dokter Indonesia? Penulis adalah seorang dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah di Bandung
yang prihatin terhadap pelayanan kesehatan di Indonesia. Tulisan ini dibuat setelah mewawancarai
sejawat Dokter Indonesia yang menempuh pendidikan spesialisasi di Institut Jantung Negara Malaysia
dan sejawat Dokter Malaysia lulusan Indonesia yang kini telah kembali ke negaranya. Mohon maaf bila
terdapat kekurangan. Semoga bisa membuka mata dan bermanfaat. Profil FB penulis dapat
ditemukan disini. Jika anda merasa orang sakit di Indonesia tidak sepatutnya membayar pajak yang
sangat besar untuk bisa hidup silahkan tanda-tangani petisi untuk menghapuskan pajak obat dan alat
kesehatan di www.change.org Wassalamualaikum Wr. Wb