Anda di halaman 1dari 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Plumbum (Pb)

Plumbum (Pb) termasuk kedalam kelompok logam-logam golongan IV–A

pada tabel Periodik unsur kimia. Mempunyai nomor atom (NA) 82 adalah suatu

logam berat yang lunak berwarna abu-abu kebiruan (Palar, 1994). Plumbum

merupakan bahan kimia golongan logam yang sama sekali tidak dibutuhkan oleh

tubuh, jika masuk ke dalam tubuh organisme hidup dalam jumlah yang berlebihan

akan menimbulkan efek negatif terhadap fungsi fisiologis tubuh. Logam berat yang

masuk ke dalam tubuh dalam jumlah kecil akan berakumulasi di dalam tubuh,

sehingga pada suatu saat juga dapat menimbulkan efek negatif dan gangguan

kesehatan (Ardyanto, 2005).

Keberadaan plumbum di dalam tubuh adalah sebagai radikal bebas yang akan

melakukan metabolisme pemecahan hidroperoksida dengan melibatkan katalisis ion

logam transisi. Lemak merupakan biomolekul yang paling rentan terhadap serangan

radikal bebas. Membran sel kaya akan sumber Poly Unsaturated Fatty Acid (PUFA)

oleh karena itu, membran sel mudah dirusak oleh bahan-bahan pengoksidasi termasuk

ion logam. Proses oksidasi pada lemak disebut dengan peroksidasi lemak (Arief,

2008).

Menurut Palar (2008), senyawa organometalik yang terpenting adalah

plumbum tatreil (tetra ethyl lead /TEL) dan plumbum titrame tril lead (tetra metril

lead/TML) yang tidak larut dalam air tetapi mudah larut dalam pelarut organik dan

6
7

lemak. Public Health Service Amerika Serikat menetapkan bahwa sumber-sumber air

untuk masyarakat tidak boleh mengandung timbal lebih dari 0,05 mg/L, sedangkan

WHO menetapkan batas timbal di dalam air sebesar 0,1 mg/L. Dalam

mengkontaminasi sumber air, hampir semua timbal terdapat dalam sedimen, dan

sebagian lagi larut dalam air (Fardiaz, 2001).

2.2 Patofisiologi Keracunan Plumbum (Pb)

Menurut Palar (2008) dalam Sitohang (2011), keracunan yang ditimbulkan

oleh plumbum terjadi karena masuknya plumbum kedalam tubuh melalui makanan,

minuman dan udara. Plumbum merupakan logam berat yang bersifat kumulatif di

dalam tubuh. Gejala keracunan akan timbul jika akumulasi Pb telah terbentuk dalam

jumlah yang besar atau dalam waktu lama. Plumbum akan terakumulasikan ke

berbagai organ dan diabsorbsi oleh duodenum. Kemudian akan berikatan dengan

eritrosit (Palar, 2008). Pb yang berikatan dengan darah akan didistribusikan ke

jaringan lunak seperti sumsum tulang, sistem saraf, sistem pencernaan, ginjal dan hati

(Goldstein, 1994).

2.3 Buah Pepaya (Carica Papaya)

Buah pepaya sebagai pensuplai nutrisi terutama vitamin A dan C. Vitamin C

yang terkandung di dalam buah pepaya berperan sebagai anti oksidan yang dapat

mencegah peroksidasi lipid dan pembentukan radikal bebas (Wahyuningrum, 2012).

Tingkat kematangan buah dapat mempengaruhi banyaknya kadar vitamin C pada

buah. Semakin masak buah maka semakin tinggi kadar vitamin C, hal ini disebabkan
8

karena selama proses pemasakan buah mengalami peningkatan kadar vitamin C

(Gull, 2012).

Kandungan dalam 100 gr buah pepaya masak adalah: kalori 46 kal, vitamin A

365 SI, vitamin B1 0,04 mg, vitamin C 78 mg, kalsium 23 mg, hidrat arang 12,2 gr,

fosfor 12 mg, besi 1,7 mg, protein 0,5 mg, dan air 86,7 gr (Kumalaningsih, 2007).

Sedangkan menurut Mayawati dkk., (2014), mengatakan bahwa pepaya (carica

papaya) merupakan buah tropis yang banyak mengandung vitamin C yaitu 78

mg/100 gr buah pepaya. Kandungan vitamin C dalam buah pepaya lebih tinggi

dibandingkan dengan buah jeruk yang dikenal sebagai sumber vitamin C yaitu 49

mg/100 gr buah jeruk. Komponen yang terkandung di dalam buah pepaya antara lain

α-tokoferol, asam askorbat (vitamin C), beta karoten, flavonoid, vitamin B1 dan

niasin.

Taksonomi buah pepaya diklasifikasikan sebagai berikut: (Yuniwati, 2008).

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledone

Ordo : Caricales

Famili : Caricaceae

Genus : Carica

Spesies : Carica papaya


9

Gambar 2.1 Pepaya jingga (Carica papaya) (Yuniwati, 2008).

2.4 Patofisiologi Stres Oksidatif

Efek lain dari stres oksidatif adalah berupa kerusakan mulai dari tingkat sel,

jaringan, hingga ke organ tubuh. Selain itu, keadaan ini juga dapat menyebabkan

penurunan fungsi biologis. keracunan yang ditimbulkan oleh plumbum terjadi karena

masuknya plumbum kedalam tubuh. Proses masuknya plumbum ke dalam tubuh

dapat melalui makanan, minuman dan udara. Plumbum yang masuk melalui minuman

akan dimetabolisme oleh tubuh. Antioksidan berperan sangat penting dalam proses

kerusakan tersebut karena antioksidan mampu menghambat oksidasi dari molekul

oksidan (Ardhie, 2011). Menurut Haris dalam Astuti dkk, (2008). antioksidan adalah

substansi yang dapat menetralisir dan mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh

radikal bebas melalui penghambatan oksidasi dengan cara bereaksi dengan radikal

bebas reaktif sehingga radikal bebas menjadi relatif stabil. Tubuh memiliki sistem

pertahanan terhadap radikkal bebas, yaitu antioksidan endogen intrasel yang terdiri

atas enzim-enzim yang disintesis oleh tubuh seperti superoksida dismutase (SOD),

katalase dan glutation peroksidase. Apabila radikal bebas dalam tubuh berlebihan
10

dapat menyebabkan penurunan aktivitas sumber antioksidan endogen. Sehingga,

dibutuhkan antioksidan eksogen yaitu antioksidan yang berasal dari bahan yang

dikonsumsi. Tuminah (2000). mengatakan bahwa SOD merupakan golongan enzim

antioksidan yang penting dalam pendekomposisi katalitik radikal superoksida

menjadi hidrogen peroksida dan oksigen. Katalase secara spesifik mengkatalisis

dekomposisi hidrogen peroksida. Glutation peroksidase merupakan golongan enzim

antioksidan mengandung selenium yang penting dalam mengurangi hidroperoksida

seperti hasil peroksidasi lipid.

2.5 Malondialdehida (MDA)

Malondialdehida merupakan produk akhir dari oksidasi lipid. Tingginya kadar

MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid dapat menggambarkan aktivitas

radikal bebas di dalam sel (Wresdiyati, 2005). Peroksidase lipid terjadi karena

adanya ikatan ROS (Reactive Oxygen Species) dengan PUFA (Poly Unsaturated

Fatty Acid). MDA dapat diukur dengan melalui uji TBA. Ikatan yang akan terbentuk

antara MDA dengan TBA akan menghasilkan warna merah muda. Pengukuran kadar

MDA merupakan cara pengukuran aktivitas radikal bebas secara tidak langsung,

sebab yang diukur adalah produk akhir dari reaksi radikal bebas bukan pengukuran

radikal bebas secara langsung (Mudassir, 2012).

2.6 Organ Duodenum

Duodenum, tersusun melingkar dengan panjang 3-5 cm secara ventro-

tranversal ke arah dinding abdomen lateral bagian kanan dan kemudian dari dorsal ke

bidang tengah melingkar disebut duodenum transversal yang berakhir di tepi kolon
11

transversal. Epitel yang melapisi vili usus halus adalah kolumner selapis dengan inti

terdapat di basal serta mempunyai mikrovili yang berbentuk seperti jari yang disebut

vili. Vili pada duodenum panjang dan berbentuk lembaran. Duodenum berfungsi

untuk mencerna dan mengabsorbsi nutrisi makanan dan air (Harjana, 2009).

Duodenum memiliki epitel simple kolumnar diantara sel kolumnar terdapat

sel goblet. Hewan mamalia memiliki vili yang pendek (Bacha, 2000), berfungsi untuk

memperluas permukaan penyerapan, sehingga proses absorbsi nutrisi dapat berjalan

baik. Duodenum tersusun atas empat lapisan, yaitu lapisan tunika mukosa, tunika

submucosa, muskularis eksterna, dan tunika serosa atau adventitia (Eroschenko,

2008). Histologi duodenum tampak struktur vili yang terdiri dari sel epitelium selapis

tersusun rapat dengan inti bulat sampai oval terletak agak basal (Abrahamsohn, 2005).

Gambar 2.2 Histologi duodenum tikus Rattus norvegicus (victor, 2005).


12

2.7 Tikus Putih (Rattus norvegicus)

Tikus (Rattus sp) termasuk binatang pengerat hewan ini sering digunakan

untuk percobaan laboratotium. Hal ini karena tikus putih memiliki kemiripan

anatomis, fisiologis, dan patologis dengan mamalia lainnya. Tikus putih juga

memiliki saluran pencernaan dengan tipe monogastrik, mudah dipelihara dan hewan

adaptif (Akbar, 2010).

Tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar adalah salah satu galur tikus

yang paling populer untuk digunakan dalam penelitian laboratorium karena sifatnya

yang lebih aktif dari pada galur-galur yang lain (Simbolon dkk., 2013). Galur Wistar

berkepala lebar, bertelinga kecil, berat badan antara 150-600 gram, panjang badan 18-

25, berumur 4-5 tahun dan memiliki panjang ekor yang selalu kurang dari panjang

tubuhnya. Tikus betina yang ditempatkan dalam kandang kelompok cenderung lebih

suka berkelahi daripada tikus jantan (Sirois, 2005).

Klasifikasi tikus putih (Rattus norvegicus) menurut Akbar, (2010). Sebagai

berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Ordo : Rodentia

Familia : Muridae

Genus : Rattus

Spesies : Rattus norvegicus


13

Gambar 2.3 Tikus putih (Rattus norvegicus) (Akbar, 2010).

Hewan percobaan adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan

untuk dipakai sebagai hewan model dalam mempelajari dan mengembangkan

berbagai bidang ilmu dalam skala penelitian atau pengamatan laboratorik (Adiyati,

2011). Spesies yang sering dipakai sebagai hewan model pada penelitian berkaitan

dengan pencernaan adalah Rattus norvegicus. Tikus putih (Rattus norvegicus)

digunakan sebagai uji dalam penelitian dan pelatihan medis pada pengolahan

obesitas, diabetes militus, paparan radikal bebas dan hipertensi (Sirois, 2005)

Anda mungkin juga menyukai