Makalah
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Kasus Hukum
Keluarga Islam
Dosen pengampu
Disusun oleh :
Kelompok III
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt atas berkat dan rahmat, hidayah dan
karunia-Nya kepada kami. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan
terhadap junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Sehingga kami bisa
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Pemenuhan Nafkah Batin di
Dunia Cyber“.
Syukur alhamdulillah kami panjatkan atas selesainya nya penyusunan
makalah ini. Karena itu, kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Dosen, buku
perpustakaan, dan teman-teman yang sudah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan
kekurangan baik dalam segi tulisan maupun kata-kata, oleh karena itu kami. Oleh
karena itu kami menerima segala kritik dan saran yang berguna untuk perbaikan
makalah ini. Jika ada kesalahan itu murni dari kami akan, tetapi jika ada kebaikan
itu datangnya dari Allah Swt.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah……………..…………………………………………..2
C. Tujuan…………………….……………………………………………….2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA…………..……………………..……………………...….17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Cyber Sex?
2. Bagaimana Pengertian Alat Bantu Seks Online?
3. Bagaimana Ketentuan Pemenuhan Kewajiban Suami Istri dan Alasan
Perceraian Dalam KHI?
1
4. Bagaimana Cyber Sex Suami Istri Dalam Perspektif Hukum Keluarga Islam?
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Cyber sex adalah bukan lagi tentang seni bercinta akan tetapi melihat,
mendengar, dan merasakan tanpa harus berhubungan badan/ terjadi kontak fisik.
Pada intinya hanya menggunakan imajinasi dalam meraih kepuasan seksual.
Meskipun tidak terjadi kontak fisik selama melakukan cyber sex, namun pelaku
cyber sex ini dapat mengeluarkan semua fantasi seksual kepada orang lain. Pada
dasarnya cyber sex ini dibagi menjadi tiga kategori, yaitu :
Cyber sex ini juga diibaratkan seperti dua mata pisau yang tajam karena
memiliki keuntungan dan potensi yang berbahaya. Cyber sex ini memiliki
keuntungan seperti :
1. Hubungan suami istri yang terpisahkan oleh jarak dan waktu. Melakukan
cyber sex dengan pasangan yang sah mungkin masih bisa digolongkan
1
Didik M. Arif Mansur dkk, Ciber Law Aspek Hukum Teknologi, (Bandung : PT Rafika Aditama,
2006, cet. Ke-1), hlm 25
3
sebagai salah satu inovasi seks yang memanfaatkan dunia maya sebagai
alat perantara. Suami istri ini tetap dapat memanjakan hubungan seksual
yang nyata tanpa harus bertemu satu sama lain, mereka melakukan
hubungan seksual melalui dunia maya yang diyakini dapat meningkatkan
keeratan dalam hubungan.
2. Kegiatan cyber sex ini tidak menularkan penyakit seksual seperti kegiatan
seksual lainnya. Kegiatan ini dilakukan sebagai penyalur hasrat seksual
berupa obrolan seksual via chat, saling mengirim foto ataupun video.
Disisi lain hal yang merugikan yang dapat diakibatkan oleh kegiatan cyber
sexual ini adalah seperti :
Cyber sex merupakan media atau alat komunikasi yang dibuat menyampaikan
apapun tentang sex atau pornografi melalui internet. Cyber sex itu sendiri erat
kaitannya dengan pornografi. Jaringan globalisasi global interaktif melalui
relaychat (chatting) dapat digunakan untuk menyebarluaskan informasi tentang
carita ataupun gambar pornografi, hal ini lah yang disebut dengan cyber sex.
Kata- kata yang diketik pada keyboard untuk menggambarkan interaksi seksual
pasangan chatting di internet hingga membuat kedua belah pihak terstimulasi
2
https://www.kompasiana.com/wisnuadisaputraa/5a17034afcf681072f4b7e34/cyber-sex-
innovation-in-sexuality (diakses Kamis, 27 Februari2 2020, pukul 20.54)
4
secara seksual adalah definisi dari sex chat, sebagai salah satu aktifitas cyber sex.
3
Ada dua bentuk cyber sex dalam ruangan chatting, yaitu computer mediated
interactive masturbation in real time dan computer mediated telling of interactive
sexual stories (in real time) with the intent of arousal (Robin Hamman, 1996).4
Alat bantu seks online ialah sebuah alat yang digunakan untuk mencari sebuah
kepuasan seksual atau alat yang digunakan untuk penyalur nafsu birahi yang
bersifat naluri. Alat bantu tersebut bisa berupa bentuk melalui sebuah aplikasi,
maupun sebuah bentuk alat yang memang di desain khusus secara otomatis
memberikan suatu reaksi tertentu.
1. Vibrator
Salah satu alat bantu seks online ini, salah satunya adalah vibrator.
Vibrator pintar ini diciptakan untuk gaya hidup modern. Yang ditujukan
untuk bermain sendiri atau bermain dengan pasangannya. Vibrator terbuat
silicon premium. Vibrator getaran dirancang agar sesuai dengan kontur
bagian intim wanita untuk memberikan kesenangan maksimal. Vibrator ini
berbentuk kecil, kuat namun diam. vibrator dapat dipakai. Dengan
memasukkannya ke celana Anda dan Anda tidak harus memegangnya.
5
vibrator bergetar pelan, ketika suara mengatakan "Aku menyentuh keras"
vibrator bergetar keras. Dan getaran tersebut menghidupkan fantasi
pengguna.5
2. Durex Fundawear
Aplikasi yang memungkinkan berhubungan seks via internet, aplikasi
‘Fundawear’yang kabarnya membuat penggunanya dapat menyentuh
bagian sensitif pasangan lewat bantuan koneksi internet. Tak sampai di
situ, Fundawear adalah produk terbaru untuk menikmati foreplay jarak
jauh via internet.
Cara kerja aplikasi ini terbilang sederhana. Ada alat yang ditanam
di pakaian dalam yang bisa menghasilkan getaran (vibrate). Getaran itu
bisa ditimbulkan lewat aplikasi yang tertanam di smartphone. Dengan
memainkan aplikasi ini, seseorang bisa menggoda pasangannya dari jarak
jauh. Cukup bermodalkan pakaian dalam produksi Durex, pengguna dapat
menikmati ‘rangsangan’ yang dilakukan pasangan atau sebaliknya.6
BAB XII
HAK DAN KEWJIBAN SUAMI ISTERI
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 77
5
https://www.touchofmodern.com/sales/vibease-74eb8d75-98a0-4e1d-b8aa-
21bdf23cdb6e/vibease-smart-vibrator?wall=1 (diakses pada 28-02-2020, pukul 22.13)
6
http://khairinajasman1029.blogspot.com/2016/ (diakses pada 29-02-2020,pukul 20.15)
6
(1) Suami isteri memikul kewjiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga
yang sakinah, mawaddah dan rahmah yang menjadi sendi dasar dan susunan
masyarakat
(2) Suami isteri wajib saling cinta mencintai, hormat menghormati, setia dan
memberi bantuan lahir bathin yang satui kepada yang lain;
(3) Suami isteri memikul kewajiban untuk mengasuh dan memelihara anak-anak
mereka, baik mengenai pertumbuhan jasmani, rohani maupun kecerdasannya dan
pendidikan agamanya;
Bagian Ketiga
Kewajiban Suami
Pasal 80
(1) Suami adalah pembimbing, terhadap isteri dan rumah tangganya, akan tetap
mengenai hal-hal urusan rumah tangga yang penting-penting diputuskan oleh
sumai isteri bersama.
(2) Suami wajib melidungi isterinya dan memberikan segala sesuatu keperluan
hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya
(3) Suami wajib memberikan pendidikan agama kepada isterinya dan memberi
kesempatan belajar pengetahuan yang berguna dan bermanfaat bagi agama, nusa
dan bangsa.
(5) Kewajiban suami terhadap isterinya seperti tersebut pada ayat (4) huruf a dan
b di atas mulai berlaku sesudah ada tamkin sempurna dari isterinya.
7
(6) Isteri dapat membebaskan suaminya dari kewajiban terhadap dirinya
sebagaimana tersebut pada ayat (4) huruf a dan b.
(7) Kewajiban suami sebagaimana dimaksud ayat (5) gugur apabila isteri nusyuz.
Bagian Keenam
Kewajiban Isteri
Pasal 83
(1) Kewajibn utama bagi seoarang isteri ialah berbakti lahir dan batin kepada
suami di dalam yang dibenarkan oleh hukum islam.
Pasal 84
(1) Isteri dapat dianggap nusyuz jika ia tidak mau melaksanakan kewajiban-
kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 83 ayat (1) kecuali dengan alasan
yang sah
(2) Selama isteri dalam nusyuz, kewajiban suami terhadap isterinya tersebut pada
pasal 80 ayat (4) huruf a dan b tidak berlaku kecuali hal-hal untuk kepentingan
anaknya.
(3) Kewajiban suami tersebut pada ayat (2) di atas berlaku kembali sesuadah isteri
nusyuz
(4) Ketentuan tentang ada atau tidak adanya nusyuz dari isteri harus didasarkan
atas bukti yang sah.
Pasal 116
8
a. salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi dan
lain sebagainya yang sukar disembuhkan;
b. Salah satu pihak mninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut
tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar
kemampuannya;
c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman
yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung;
d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang
membahayakan pihak lain;
e. Salah satu pihak mendapat cacat badab atau penyakit dengan akibat tidak
dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami atau isteri;
f. Antara suami dan isteri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran
dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga;
g. Suami menlanggar taklik talak;
h. Peralihan agama tau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidak rukunan
dalam rumah tangga.7
Seperti kasus yang dilakukan oleh salah satu keluarga yang ada
didaerah bekasi, terdiri dari seorang suami yang memiliki inisial AG, berusia
37 tahun, AG ini bekerja di perusahaan pelayaran. Sedangkan istrinya seorang
ibu rumah tangga yang kesehariannya mengurus anak dan pekerjaan rumah
tangga lainnya. Sang istri memiliki inisial RN, usianya 35 tahun. Tinggal
7
Kompilasi Hukum Islam,cet 6 (Bandung:Cv. Nuansa Aulia,2015).hlm.23-34
9
serumah, rumah tangganya pun sangat harmonis mereka berdua memiliki
usaha kecil-kecilan yakni seorang pedagang keliling serta membuka toko di
depan rumahnya. Semenjak anaknya masuk usia sekolah kebutuhan pun
semakin banyak dan mengharuskan AG untuk mencari pekerjaan lain yang
gajinya lebih besar guna untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
10
Durex, pengguna dapat menikmati ‘rangsangan’ yang dilakukan pasangan atau
sebaliknya.
2. Analisis Kasus
11
larangan itu muncul bukan dari cyber itu sendiri, akan tetapi larangan itu muncul
dari dampak yang ditimbulkan dari cybersex.
Namun bagaimana cara mencari solusi ketika pasangan suami istri sah
dalam islam saling berjauhan, mungkin karena sedang bekerja, ataupun karena
studi. Jarak yang memisahkan bukan hanya hitungan hari atau pekan, tapi
mungkin sudah dalam hitungan bulan atau tahun.
12
c. Imam Ibnu Taymiyah ketika ditanya tentang hukum onani beliau mengatakan
bahwa onani itu hukum asalnya adalah haram dan pelakunya dihukum ta’zir,
tetapi tidak seperti zina. Namun beliau juga mengatakan bahwa onani
dibolehkan oleh sebagian sahabat dan tabi’in karena hal-hal darurat seperti
dikhawatirkan jatuh ke zina atau akan menimbulkan sakit tertentu. Tetapi
tanpa alasan darurat, beliau (Ibnu Taymiyah) tidak melihat adanya
keringanan untuk membolehi onani.
a. Ibnu Abbas, Ibnu Hazm dan Hanafiyah dan sebagian Hanabilah. Ibnu Abbas
mengatakan onani lebih baik daripada zina tetapi lebih baik lagi bila menikahi
wanita meskipun budak. Ada seorang pemuda mengaku kepada Ibnu
Abbas,”Wahai Ibnu Abbas, saya seorang pemuda dan melihat wanita cantik.
Aku mengurut-urut kemaluanku hingga keluar mani”. Ibnu Abbas berkata,”Itu
lebih baik daripada zina, tetapi menikahi budak lebih baik daripada itu
(onani).”
b. Mazhab Zhahiri yang ditokohi oleh Ibnu Hazm dalam kitabnya Al-
Muhalla juz 11 halaman 392 menuliskan bahwa Abu Muhammad berpendapat
bahwa istimna adalah mubah karena hakikatnya hanya seseorang memegang
kemaluannya maka keluarlah maninya. Sedangkan nash yang
mengharamkannya secara langsung tidak ada. Sebagaimana dalam firman
Allah: “Dan telah Kami rinci hal-hal yang Kami haramkan.” Sedangkan onani
bukan termasuk hal-hal yang dirinci tentang keharamannya maka hukumnya
halal.
Pendapat mazhab ini memang mendasarkan pada zahir nash baik dari Al-
Quran maupun Sunnah. Sedangkan para ulama Hanafiyah (pengikut Imam Abu
Hanifah) dan sebagian Hanabilah (pengikut mazhab Imam Ahmad), sebagaimana
tertera dalam Subulus Salam juz 3 halaman 109 dan juga dalam tafsir Al-Qurthubi
juz 12 halaman 105, membolehkan onani dan tidak menjadikan hadits ini,
Rasulullah SAW telah bersabda kepada kami, “Wahai para pemuda, apabila siapa
13
di antara kalian yang telah memiliki baah (kemampuan) maka menikahlah, kerena
menikah itu menjaga pandangan dan kemaluan. Bagi yang belum mampu maka
puasalah, karena puasa itu sebagai pelindung,” (HR Muttafaqun alaih). Tidak
menngunakan dasar tentang pemuda yang belum mampu menikah untuk puasa
sebagai dasar diharamkannya onani.
Mereka memandang bahwa onani itu dibolehkan, alasannya bahwa mani
adalah barang kelebihan. Oleh karena itu boleh dikeluarkan, seperti memotong
daging lebih. Namun sebagai cataan bahwa ada dua pendapat dari mazhab
Hanabilah, sebagian mengharamkannya dan sebagian lagi membolehkannya. Bila
kita periksa kitab Al-Kafi fi Fiqhi Ibni Hanbal juz 4 halaman 252 disebutkan
bahwa onani itu diharamkan.
Ulama-ulama Hanafiah juga memberikan batas kebolehannya itu dalam dua
perkara:
Tetapi yang lebih baik dari itu semua, ialah seperti apa yang diterangkan
oleh Rasulullah saw terhadap pemuda yang tidak mampu kawin, yaitu kiranya dia
mau memperbanyak puasa, dimana puasa itu dapat mendidik beribadah, mengajar
bersabar dan menguatkan kedekatan untuk bertaqwa dan keyakinan terhadap
penyelidikan (muraqabah) Allah kepada setiap jiwa seorang mu’min.8
14
MAFSADAH MASLAHAH
1. Bisa menjadikan orang 1. Kebutuhan seksual tetap
terpuaskan dengan fantasi-fantasi bisa terpenuhi
seksual tanpa melakukan
hubungan seksual dengan
pasangannya
2. Mudahnya akses dan fasilitas 2. Efesiensi waktu, dari segi
seks lewat sebuah aplikasi rentan ekonomi juga
penyalahgunaan bukan dengan
pasangan sah
3. Dapat merusak akal, 3. Tetap harmonis walaupun
menjadikan hypersex LDR
4. Sering melakukan masturbasi 4. Tidak menularkan penyakit
maka akan menderita ejakulasi
seksual seperti kegiatan
dini karena otot sudah dilatih
untuk menerima rangsangan yang seksual lainnya,karena tidak
sangat minim dengan respon
ada kontak fisik
yang maksimal.
5. Dapat merusak jiwa
BAB III
KESIMPULAN
1. Cyber sex didefinisikan sebagai penggunaan internet untuk terlibat dalam aktivitas
kesenangan seksual, seperti melihat gambar- gambar erotis, chatting dalam
15
bahasan tentang seks, saling tukar menukar gambar atau email tentang seks, dan
lain sebagainya yang terkadang diikuti oleh masturbasi.
2. Alat bantu seks online ialah sebuah alat yang digunakan untuk mencari sebuah
kepuasan seksual atau alat yang digunakan untuk penyalur nafsu birahi yang
bersifat naluri. Alat bantu tersebut bisa berupa bentuk melalui sebuah aplikasi,
maupun sebuah bentuk alat yang memang di desain khusus secara otomatis
memberikan suatu reaksi tertentu.
3. Ketentuan Pemenuhan Kewajiban Suami Istri dan Alasan-Alasan Perceraian
Dalam KHI :
a. Kebutuhan Pemenuhan Kewajiban Suami Istri dijelaskan pada Bab XII
tentang Hak dan Kewajiban Suami Istri pasal 77, pasal, 80, pasal 83, pasal 84.
b. Alasan- alasan perceraian dalam KHI dijelaskan dalam paal 116
4. Analisis kelompok kami dari permasalahan kasus cybersex suami istri dalam
perspektif hukum islam ialah haram, karena alasan banyak madharat dan
mafsadahnya, daripada maslahahnya. Dalam hal ini, kami menerapkan metode
penetapan hukum saddud zara’i, karena Cybersex mengandung madarat yang
sangat besar, yang dapat mengakibatkan pada kerusakan akal, kerusakan jiwa, dan
akhirnya dapat meruntuhkan aqidah dan moral umat manuisa khususnya umat
Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Didik M. Arif Mansur dkk, 2006, Ciber Law Aspek Hukum Teknologi, Bandung,
PT Rafika Aditama, cet. Ke-1
16
https://www.kompasiana.com/wisnuadisaputraa/5a17034afcf681072f4b7e34/cybe
r-sex-innovation-in-sexuality
http:// www.Unisoed.Ac.Id/ new cmsfask/ userfiles/ file/ hukum/ cyberporn-pp-
html
https://www.touchofmodern.com/sales/vibease-74eb8d75-98a0-4e1d-b8aa-
21bdf23cdb6e/vibease-smart-vibrator?wall=1
http://khairinajasman1029.blogspot.com/2016/
Kompilasi Hukum Islam, 2015, Bandung, Cv. Nuansa Aulia, cet.ke 6
http://digilib.uin-
suka.ac.id/31091/asepnugraha,tinjauanhukumislamterhadapcybersex
17