Anda di halaman 1dari 3

SUFISME DAN KETERBELAKANGAN MASYARAKAT MARITIM

(Islamisasi Nusantara dab Bugis-Makassar, Sisi Negatif Perkembangan


Sufisme dan Keterbelakangan Masyarakat Maritim)

Andi Zulkarnaim Sumang


P032192001

I. Islamisasi Negeri Bugis-Makassar, melakukan aktivitasnya dengan pemanfaatan


Sulawesi Selatan laut. Pada komunitas Pallawa ritualnya
Kepercayaan atau keyakinan dilakukan sebelum memulai sebuah kegiatan
masyarakat maritim Bugis-Makassar di masa dan setelah melakukan kegiatan
sebelum masuknya kepercayaan lain terbagi mengumpulkan hasil pengusahaannya.
dalam dua dunia yaitu dunia nyata dan dunia Perkembangan Islam di Sulawesi
gaib (dewa – dewa). Masyarakat Bugis- Selatan sangat berkaitan dengan penyebaran
Makassar percaya bahwa ada penguasa Islam di Nusantara melalui perdagangan.
langit (Dewata Langi’), penguasa bumi Ada 3 fase yaitu fase pertama; kehadiran
(Dewata Lino), penguasa air: laut dan sungai para pedagang muslim (abad I s/d IV H) ,
(Dewata Je’ne), dan penguasa Keseluruhan fase kedua; terbentunya kerajaan Islam
(Dewata Segalanya atau Tuhan). Disamping (abad XIII s/d XVI M) ditandai dengan
itu juga masyarakat maritim Bugis-Makassar munculnya kerajaan Islam di Nusantara, dan
percaya akan dorongan kekuatan, berkah, fase ketiga penyebaran Islam di Nusantara
penjagaan, dan pengawasan dari roh nenek di tandai dengan adanya batu nisan di
moyang dan leluhur. Kepercayaan tersebut beberapa daerah di Nusantara dan memiliki
secara murni masih ada kita temukan kesamaan. Penyebaran Agama Islam di
samapai saat ini. Sulawesi Selatan memberi kontribusi dalam
Hal ini dibuktikan dengan banyaknya dunia pendidikan atau ilmu pengetahuan.
kegiatan dan ritual-ritual masyarakat Islam menekankan pentingnya menuntut
maritim Bugis-Makassar pada kelompok- ilmu.
kelompok masyarakat maritim yaitu Islam masuk di Negeri Bugis-
komunitas Pakkaja, Pasompe dan Pallawa. Makassar dimulai dengan proses islamisasi
Dimana dalam setiap komunitas ini memiliki kerajaan kembar Gowa-Tallo yang terjadi
kegiatan dan ritual-ritual tersendiri dari diantara tahun 1603-1607 dari berbagai
dewa-dewa dan kepercayaan roh nenek sumber. Tak ada yang mengetahui secara
moyang atau leluhur. Pada komunitas tepat tentang waktu masuknya islam dalam
Pakkaja, kegiatan atau ritual yang dilakukan kerajaan Gowa-Tallo. Penyebaran islam di
pada dasarnya berorientasi pada wilayah Negeri Bugis Makassar, yang dilakukan
dan tempat kepemilikannya. Dimana dengan pendekatan kekuasaan oleh kerajaan
kegiatan pemujaan pada setiap tempat Kembar Gowa-Tallo. Penyebaran islam
ditujukan pada roh gaib yang dapat mengusir secara menyeluruh di Sulawesi Selatan
dan menjauhkan hal – hal buruk dan dapat dimulai dengan proses islamisasi kerajaan –
mendatangkan hal – hal baik. kerajaan di Sulawesi Selatan melalui
Sedangkan pada komunitas Pasompe, serangkaian perang yang dilancarkan oleh
kegiatan dan ritualnya terfokus pada raja Gowa-Tallo pada beberapa kerajaan
kegiatan dan ritual yang tak jauh dari laut, bugis (Soppeng, Wajo dan Bone).
hal ini dikeranakan komunitas Pasompe
Versi pertama masuknya Islam di terbentuk kaum moderis yang menjadi asal
Kerajaan Gowa-Makassar terdapat dalam mula berdirinya organiasi islam
Lontara Bilang yang menyatakan “1603 M Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama.
kedua raja bersaudara memeluk agama Nahdatul Ulama (NU Kebangkitan
Islam” Versi kedua mengatakan bahwa para ulama) bertujuan membela kepentingan
Islam masuk di Kerajaan Gowa pada tahun kaum muslim tradisional-ortodoks.
1605. Sementara versi ketiga mengatakan Organisasi besar Islam di Sulawesi Selatan.
bahwa Islam masuk di Kerajaan Gowa pada NU di Sulawesi selatan terbentuk pada tahun
taahun 1607. Namun dalam fase islamisasi 1953. Munculnya Organisasi NU dibawa oleh
suku Bugis-Makassar ini kemudian belum Pelaut Bugis-Makassar dan disambut baik di
mampu mengubah secara penuh kehidupan Makassar karena memiliki kesamaan tradisi
sosial budaya masyarakat Bugis-Makassar. keagamaan yang mereka anut.
Atau masih menyimpan ritual-ritual Organisasi Besar Islam modernis yang
kebudayaan pada masa sebelum Islam dan paling penting berdiri di Yogjakarta pada
masih digunakan setelah proses islamisasi. tahun 1912 oleh kiyai Haji Ahmad Dahlan
Sejalan dengan masuknya Islam pada yaitu Organisasi Muhammadiyah berfokus
masyarakat maritim Bugis-Makassar, turut pada pendidikan, kesejahteraan dan dakwah.
pula berkembang organisasi-organisasi ke- Awalnya perkembangan organisasi ini sangat
Islaman. Organisasi-organisasi ini turut andil lamabat dan mengundang konflik dari
dalam penyebaran islam di Sulawesi selatan komunitas agama di Jawa karena
khususnya pada masyarakat maritim Bugis- bertentangan dengan kebiasaan yang telah
Makassar. Organisasi-organisasi ini diyakini. Pada tahun 1925, organisasi ini
merupakan perpanjangan tangan dari diperkenalkan di Minangkabau oleh H.Rasul
organisasi ke islaman yang berkembang di (Hamka) dan berkembang pesat dan
pulau Jawa. Adapun organisasi-organisasi anggotanya mencapai 250.000 pada tahun
islam yang berkembang di Sulawesi Selatan 1938.
yaitu, Organisasi Islam Terkat, Organisasi Muhammadiyah mulai masuk di
Islam Perjuangan dan Organisasi Islam Bugis-Makassar dibawah oleh pedagang asal
Modern dan Tradisional. Meskipun variatif, Surabaya yang kemudian banyak
namun tujuannya yaitu tetap satu yakni pada berinteraksi dengan sesame pedagang.
moral yang mulia. Masuknya Muhammadiyah dilatarbelakangi
Mulai dari Organisasi Tarekat islam karena kehidupan keagamaan masayarakat
yang lebih menekankan pada amalan – Sulawesi selatan dianggap keluar dari Al-
amalan yang harus dilakukan sebagai jalan Qur’an dan As Sunnah.
menuju Allah SWT. Sedangkan yang menjadi
dasar Organisasi Islam Pejuang adalah II. Sufisme dan Keterbelakangan
menjadikan islam secara murni (Islam Masyarakat Maritim
Syariah) dasar negara. Organisasi ini menjadi Sufisme (Tasauf) memiliki peranan
isyarat solidaritas bagi kelompok yang tidak yang sangat penting dalam masuknya Islam
menyukai monopoli para pedagang Cina. di Nusantara. Sedikitnya mengalami
Organisasi Islam pertama yaitu Budi Utomo transformasi yaitu Transformasi pertama
yang mengawal pejuang nasional menuju ditandai dengan hadirnya para tokoh sufi
Kemerdekaan Indonesia. Perkembangan yang memperkenalkan Islam pada
organisasi Islam Pejuang ini yang kemudian masyarakat dan kerajaan di Nusantara dan
masuk dan terus berkembang hingga tidak lepas dari arus jaringan perdagangan.
Kegiatan berdakwah lebih penting daripada dijelaskan tidak diterima secara langsung
berdagang. melainkan mereka mendapatkan ajaran
Islamisasi gelombang kedua terkait Teologis lebih awal terkecuali yang telah
pada arus jaringan intelektual. Memberi berpendidikan atau yang banyak melakukan
kesempatan para ulama Nusantara untuk kontak dengan dunia luar.
menimba ilmu di Timur Tengah. Gelombang Dalam masyarakat maritim khusunya
transformasi ketiga disebut gelombang kalangan pekerja operasional (ponggawa
transformasi heterodoks/modernisasi caddi pada komunitas Pallawa, ponggawa
syariat mazhab Safi’i. Sufisme/tasawuf pada lautpada komunitas Pakkaja, dan Nahkoda-
hakekatnya adalah pengamalan individual. Kapten pada komunitas Pasompeserta
Adapun tahap perkembangan tasawuf yaitu seluruh sawi atau pembantunya) mereka
tahap pertama, berupa zuhud. semua berada pada pengaruh Teologi
Memprioritaskan hidup hanya pada Kehendak Mutlak Tuhan. Tuhan menentukan
pelaksanaan ibadah untuk mengejar akhirat. segalanya dan rezeki tiap manusia. Kondisi
Tahap kedua, kaum sufimulai masyarakat maritim menginsyaratkan
memperhatikan aspek teoritis dan psikologis perlunya transformasi teologis lanjutan dari
dalam pembentukan perilaku hingga tasawuf Teologi Kehendak Mutlak Tuhan ke Teologi
menjadi sebuah ilmu akhlak keagamaan. Sunatullah.
Tasauf di Seulawesi Selatan yang Sisi negatif dari paham sufisme pada
dibawah oleh Syech Yusuf Al – Maqassary. masyarakat maritim tidak menunjang
Syech Yusuf seorang sufi yang membawa kemajuan berfikir dan bertindak pada
tarekat Khalwatiyah menuliskan segala masyarakat maritim. Penulis menjelaskan
bentuk yang telah dipelajarinya dengan bahwa paham sufisme terlalu menitik
tujuan untuk menjawab dari murid- beratkan segala sesuatu (Rejeki dan
muridnya. Sehingga dalam beberapa Musibah) itu telah ditetapkan oleh Allah SWT
bukunya syech yusuf memiliki isi yang tak sehingga para masyarakat maritim hanya
jauh berbeda anatara satu buku dengan buku cukup melakukan ritual – ritual sebelum
yang lainnya. Tarekat Khalwatiyah yang melakukan aktifitasnya. Dapat ditarik
dianut Oleh Syech Yusuf serta pokok ajaran kesimpulan paham Sufisme terlalu berpasrah
tarekat Khalwatiyah itu sendiri. Sehingga diri atas kehendak Allah SWT, sehingga
secara jelas kita dapat mengetahui konsep diperlukan Pendidikan modern bagi generasi
yang mendasar dan pokok ajaran pada muda 3 komunitas maritim (Pakkaja,
tarekat tersebut. Selain itu konsepsi tentang Pasompe, dan Pallawa) karena hanya ini
Hakikat Tuhan yang dapat dikategorikan ke yang dianggap mampu mengikis
dalam Tahuid dan konsepsi Hakikat Manusia keterbelakangan masyarakat maritim.
(Siapa yang mengenal mengenal dirinya

sesungguhnya ia telah mengenal Tuhannya)


juga tidak terlepas dari subtansi yang
diajarkan pada terkat Khalwatiyah Syech
Yusuf.
Selain itu Tarekat Khalwatiyah masuk
dalam masyarakat maritim dalam buku ini

Anda mungkin juga menyukai