Anda di halaman 1dari 10

Kata Pengantar

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillah hirabbil ‘alamin. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, atas

segala berkah, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga kami

dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”MAKALAH HUKUM PERDATA ISLAM

Tentang Wudlu dan Mandi Junub/Wajib”. Dalam penyusunannya, kami memperoleh banyak

bantuan dari berbagai pihak, karena itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada : Dosen PA dan segenap teman-teman yang telah memberikan dukungan serta

partisipasinya sehingga makalh ini dapat terselesaikan. Dari sanalah semua kesuksesan ini

berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit hikmah dan dapat menuntun kami pada

langkah yang lebih baik lagi. Meskipun kami berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan

dan kesalahan, namun kami hanyalah manusia biasa yang tak lupus dari kesalahan dan

kekurangan. Oleh karena itu, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya serta kami mengharapkan

kritik dan saran yang membangun agar makalah ini bisa lebih baik lagi. Akhir kata kami

berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Tebuireng, 15 September 2014

Penyusun

FIQIH IBADAH | 1
Fakultas Syari’ah, Universitas Hasyim Asy’ari
Tebuireng Jombang
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1

DAFTAR ISI 2

BAB I 3

PENDAHULUAN 3

A. Latar Belakang Masalah 3


B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan 3

BAB II 4

PEMBAHASAN 4

A. WUDHU 4

1) Definisi 4
2) Dasar Hukum 4
3) Syarat-Syarat Wudhu 4
4) Rukun Wudhu 5
5) Sunnah Wudhu 5

6) Hal yang Membatalkan Wudhu 6

B. MANDI JUNUB/WAJIB 7

1) Definisi 7
2) Dasar Hukum 7
3) Rukun Mandi Wajib 7
4) Sunnah-sunnah Mandi Wajib 8

5) Sebab Diwajibkannya Mandi 8

BAB III 9

PENUTUP DAN KESIMPULAN 9

DAFTAR PUSTAKA 10
FIQIH IBADAH | 2
Fakultas Syari’ah, Universitas Hasyim Asy’ari
Tebuireng Jombang
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bersuci hukumnya wajib, bersuci itu sendiri terbagi menjadi 2, yaitu bersuci lahir
(bersih dari najis dan hadats) dan batin (mensucikan diri dari dosa dan maksiat).
Kebersihan dari najis itu cara menghilangkannya dengan cara menghilangkan wujud najis
tersebut pada tempat ibadah, pakaian, dan pada anggota badan. Sedang kebersihan dari
hadats dilakukan dengan cara berwudhu atau mandi junub.

Dari masing-masing cara bersuci lahir tersebut memiliki tata cara yang harus
diketahui dan dilaksanakan. Namun kenyataannya banyak diantara kita yang memiliki
banyak kekurangan dalam tata cara tersebut. Dan disini kami akan membahas tentang
wudhu dan mandi junub.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi, dasar hukum, syarat-syarat, rukun, sunnah, hal yang membatalkan wudhu ?

2. Apa definisi, dasar hukum, rukun, sunnah, sebab-sebab wajibnya mandi junub ?

C. Tujuan

1. Mengetahui definisi, dasar hukum, syarat-syarat, rukun, sunnah, hal yang membatalkan
wudhu.

2. Mengetahui definisi, dasar hukum, rukun, sunnah, sebab-sebab diwajibkannya mandi


junub.

FIQIH IBADAH | 3
Fakultas Syari’ah, Universitas Hasyim Asy’ari
Tebuireng Jombang
BAB II

PEMBAHASAN

A. WUDHU

1) Definisi

Wudhu menurut bahasa artinya adalah Bersih dan Indah. Sedangkan menurut
istilah (Syari’ah Islam) artinya adalah menggunakan air pada anggota badan tertentu
dengan cara tertentu yang dimulai dengan niat dan dilaksanakan dengan tertib, guna
menghilangkan hadast kecil. Wudhu merupakan salah satu syarat sahnya sholat. Orang
yang akan shalat, diwajibkan berwudhu terlebih dahulu, tanpa wudhu shalatnya tidak sah.

2) Dasar Hukum

Dasar Al-Qur’an :

‫ ُك ْم َوأَ ْر ُجلَ ُك ْم إِلَى‬J‫وس‬


ِ ‫ ُحوا بِ ُر ُء‬J‫س‬ ِ Jِ‫ ِديَ ُك ْم إِلَى ا ْل َم َراف‬J‫ و َه ُك ْم َوأَ ْي‬J‫لُوا ُو ُج‬J‫س‬
َ ‫ق َوا ْم‬J َّ ‫وا إِ َذا قُ ْمتُ ْم إِلَى‬JJُ‫َيا أَ ُّي َها الَّ ِذينَ آ َمن‬
ِ ‫ال ِة فَا ْغ‬J‫الص‬
‫ا ْل َك ْعبَ ْي ِن‬

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,
maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan kedua siku, dan usaplah
kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki. (QS Almaidah : 6)

Dasar Hadits :

ُ ‫هُ َواَل ُو‬Jَ‫و َء ل‬J‫ض‬


‫و َء لِ َمنْ اَل‬J‫ض‬ َ ‫ اَل‬: ‫ال‬JJ‫لّم ق‬J‫ه وس‬JJ‫عن ابي هريرة رضي هللا عنه عن النّب ّي صلّى هللا علي‬
ُ ‫اَل ةَ لِ َمنْ اَل ُو‬J‫ص‬
ْ ِ‫يَ ْذ ُك ْر ا‬
(‫س ِم هِللا (رواه احمد وابو داود وابن ماجة‬

Artinya : Dari Abi Hurairah ra bahwa Nabi SAW bersabda : “Tidak ada shalat kecuali
dengan wudlu. Dan tidak ada wudlu bagi yang tidak menyebut nama Allah.” (HR.
Ahmad, Abu Daud dan Ibnu Majah)

3) Syarat-Syarat Wudhu, antara lain :

a) Menggunakan air mutlaq (‫ طاهر مطهر‬: air yang suci mensucikan).


b) Mengetahui bahwa itu adalah air mutlaq.
c) Beragama Islam.
d) Baligh/Tamyiz.
e) Mengetahui tata cara berwudhu.
f) Tidak ada penghalang yang akan menghalangi sampainya air ke anggota wudhu.
g) Mencucurkan air, jadi tidak boleh di usapkan.
h) Masuk waktu shalat bagi daimul hadats (orang yg senantiasa berhadats, misal :
orang beser, wanita yang sedang istihadhoh, dll).
FIQIH IBADAH | 4
Fakultas Syari’ah, Universitas Hasyim Asy’ari
Tebuireng Jombang
i) Mengetahui kapan waktu masuknya shalat.
j) Tidak ada penghalang seperti haid, nifas, menyentuh kemaluan.

k) Tidak ada yg memalingkan dari tujuan. (Asnal Mathalib III/80)

4) Rukun Wudhu

a) Niat
Menurut bahasa adalah bermaksud, sedangkan menurut syara’ artinya adalah
menyengaja melakukan sesuatu (azam) dan disertai melakukan sesuatu tersebut.
Dalam wudhu, niat dilaksanakan ketika kita mulai membasuh wajah.
b) Membasuh wajah
Yang dimaksud wajah ialah daerah yang batasnya mulai dari tumbuhnya rambut
kepala hingga tulang rahang bawah/janggut, dan dari  pentil telinga kanan hingga
pentil telanga kiri.
c) Membasuh kedua tangan sampai siku
Wajib membasuh tangan ketika berwudhu, baik tangan asli atau palsu hingga
siku-sikunya. Apabila ada orang yang tidak mempunyai siku-siku, maka orang
tersebut hendaknya mengira-ngira dalam membasuh tangan. Seorang juga wajib
menghilangkan sesuatu yang manghalangi meresapnya air kedalam kulit. Dan
juga, jika orang tersebut memakai cincin atau gelang, maka hendaknya
menggerak-gerakan cincin atau gelang tersebut agar air dapat membasahi kulit
yang tertutup cincin atau gelang tersebut.
d) Mengusap sebagian kepala
Yakni mengusap sebagian kepala beserta rambutnya (jika ada), hingga terkena
kulitnya menggunakan tangan yang dibasahi air.
e) Membasuh kedua kaki hingga mata kaki
Hendaknya membasuh seluruh kaki dengan sempurna. Walupun orang yang
berwudhu memakai kaos kaki (muzah), maka orang tersebut wajib membasuh
dan mengusap jari-jari kaki.
f) Tertib

Menempatkan urutan berwudhu sesuai pada tempatnya. Ketika orang yang


berwudhu lupa atau tidak tartib maka wudhunya tidaklah sah.

5) Sunnah Wudhu

a) Membaca Tasmiyyah (Bismillah), ketika seorang lupa membaca basmalah dan


teringat di tengah-tengah wudhu lalu orang tersebut membaca basmalah maka ia
masih mendapat sunahnya wudhu, akan tetapi apabila teringat ketika wudhu telah
selesai dan membaca basmalah maka basmalah tidak dihitung.

FIQIH IBADAH | 5
Fakultas Syari’ah, Universitas Hasyim Asy’ari
Tebuireng Jombang
b) Membasuh kedua telapak tangan sebelum memasukkannya ke wadah air.
c) Berkumur.
d) Menghirup air ke hidung, lalu disemprotkan keluar.
e) Mengusap seluruh kepala.
f) Mengusap kedua telinga luar dalam dengan air baru.
g) Menyisir jenggot yang tebal dengan jari dan membasuh sela-sela jari tangan dan
jari kaki.
h) Mendahulukan bagian yang kanan dari kiri.
i) Menyucikan masing-masing 3 (tiga) kali.

j) Bersegera.

6) Hal yang Membatalkan Wudhu

a) Keluarnya sesuatu dari dua jalan (dubur dan qubul) bagi orang yang berwudhu
dan hidup. Seperti buang air kecil atau besar, atau sesuatu yang langka seperti
darah dan batu, itu juga najis. Atau yang keluar itu barang yang suci seperti
belatung, kecuali mani yang keluar di sebabkan orang yang mimpi dalam keadaan
duduk.
b) Tidur yang tidak menetapkan duduknya.
c) Hilangnya akal disebabkan karena mabuk atau sakit (gila/ayan).
d) Bertemunya kulit laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim, meskipun itu
sudah mati. Yang dimaksud adalah bertemunya kulit laki-laki dan perempuan
yang sudah baligh. Muhrim adalah seorang yang haram di nikah karena tunggal
nasab, suson (rodho’) ataupun tunggal mertua (tanpa menggunakan penghalang).
e) Menyentuh farji anak adam menggunakan telapak tangan, dari diri sendiri atau
orang lain, laki-laki atau perempuan, besar atau kecil, hidup atau mati.

f) Dan menyentuh lubang dubur.

FIQIH IBADAH | 6
Fakultas Syari’ah, Universitas Hasyim Asy’ari
Tebuireng Jombang
B. MANDI JUNUB/WAJIB

1) Definisi

Mandi menurut bahasa yaitu mengalirnya air secara mutlak, baik di anggota
badan atau lainnya. Sedangkan menurut istilah Syara' ialah mengalirkan air mutlaq ( ‫طاهر‬
‫ مطهر‬: air yang suci mensucikan) ke seluruh tubuh mulai dari ujung rambut sampai ujung
kaki dengan syarat-syarat tertentu dan disertai dengan niat. Tujuan mandi wajib adalah
untuk menghilangkan hadats besar yang harus dihilangkan sebelum melaksanakan ibadah
shalat.

2) Dasar Hukum

Dasar Al-Qur’an :

‫َوإِن ُكنتُ ْم ُجنُبا ً فَاطَّ َّه ُر ْوا‬

Artinya : “Apabila kamu dalam keadaan junub, maka bersesucilah.” (QS Al-Maidah : 6)

‫سلُو ْا‬
ِ َ‫يل َحتَّ َى تَ ْغت‬ ُ ‫صالَةَ َوأَنتُ ْم‬
َ ‫س َكا َرى َحتَّ َى تَ ْعلَ ُمو ْا َما تَقُولُونَ َوالَ ُجنُبا ً إِالَّ عَابِ ِري‬
ٍ ِ‫سب‬ َّ ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُو ْا الَ تَ ْق َربُو ْا ال‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam
keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri
masjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga
kamu mandi.” ( QS An-Nisa' : 43)

Dasar Hadist :

،‫اء‬JJ‫ابعه في الم‬JJ‫دخل أص‬JJ‫ ثم ي‬،‫الة‬JJ‫أ للص‬JJ‫ا يتوض‬JJ‫أ كم‬JJ‫ ثم يتوض‬،‫ بدأ فغسل يديه‬،‫ كان إذا اغتسل من الجنابة‬: ‫أن النبي‬
‫ ثم يفيض الماء على جلده كله‬،‫ ثم يصب على رأسه ثالث غرف بيديه‬،‫فيخلل بها أصول شعره‬

Artinya: bahwasanya Nabi Muhammad apabila mandi jinabah beliau memulai dengan
membasuh kedua tangannya kemudian wudhu seperti wudhu untuk shalat lalu
memasukkan jari-jarinya ke dalam air kemudian menyisirkannya ke pangkal rambut
kemudian mengalirkan air ke kepalanya tiga cawukan dengan kedua tangannya
kemudian meratakan air pada seluruh kulit badannya. (HR. Bukhari)

3) Rukun Mandi Wajib

a) Niat
Maka niatnya orang junub itu untuk menghilangkan hadats junub dan niatnya
orang haid dan nifas itu untuk menghilangkan hadats haid atau nifas. Niat
dilakukan pada saat melakukan basuhan atau siraman yang pertama kali, jika
orang yang mandi melakukan niat sesudah menyiram badan maka mandi nya
FIQIH IBADAH | 7
Fakultas Syari’ah, Universitas Hasyim Asy’ari
Tebuireng Jombang
harus diulang. Sebelum kita mandi wajib, kita dianjurkan menghilangkan najis
yang ada di badan kita (menurut Imam Rofi’i), sedangkan menurut Imam Nawawi
tidak menghilangkan najis itu tidak apa apa.

b) Menyiram seluruh anggota badan (dari ujung rambut sampai ujung jari-jari kaki)
dan jika orang memakai gelung maka wajib untuk melepas gelung tersebut. Serta
wajib untuk membasuh perkara atau bagian yang kelihatan seperti daun telinga,
hidung, sela-sela badan iqud (kelamin laki-laki yang belum sunat), dan juga
farjinya perempuan yang kelihatan ketika jongkok.

4) Sunnah-Sunnah Mandi Wajib

a) Membaca Basmalah (Bismillah).


b) Membersihkan najis terlebih dahulu.
c) Mengusap-usapkan tangan pada anggota badan.
d) Berwudhu sebelum memulai mandi.
e) Membaca do’a setelah wudhu.
f) Membasuh badan sebanyak 3 kali.
g) Pada saat mandi menghadap kiblat.
h) Mendahulukan anggota yang kanan daripada yang kiri.

i) Bersegera atau dilakukan sekaligus pada saat itu (Muamalah).

5) Sebab Diwajibkannya Mandi

a) Bertemunya alat kelamin laki-laki dengan perempuan walaupun tidak


mengeluarkan mani.
b) Mengeluarkan mani walaupun sedikit atau banyak, karena jima’ atau tidak jima’,
dalam keadaan tidur atau sadar, dengan syahwat atau tidak, dari jalan yang di
adatkan atau tidak.
c) Mati kecuali mati sahid (matinya orang dalam jihad di jalan Allah SWT).
d) Haid bagi wanita, haid adalah darah kotor yang keluar dari farji wanita yang sudah
genap berusia sembilan tahun atau lebih.
e) Nifas atau darah yang keluar dari farji wanita sesudah dia melahirkan.

f) Melahirkan.

FIQIH IBADAH | 8
Fakultas Syari’ah, Universitas Hasyim Asy’ari
Tebuireng Jombang
BAB III

PENUTUP DAN KESIMPULAN

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Dalam melaksanakan ibadah hendaknya kita harus dalam keadaan suci, baik dari
najis ataupun hadats. Dan juga kita harus mengerti tata cara yang benar dalam bersuci,
khususnya dalam berwudhu dan mandi wajib. Karena wudhu adalah salah satu syarat sahnya
shalat, sedangkan mandi wajib adalah mandi yang harus dilakukan untuk menghilangkan hadats
besar sebelum melakukan ibadah shalat dan yang lainnya. Maka hendaknya saudara-saudara
mengerti dan memahami tata cara bersuci dengan baik dan benar sesuai dengan syariat agama
Islam.

Sekian makalah yang dapat kami ajukan, kami hanyalah manusia biasa yang tak
luput dari salah dan lupa. Untuk itu kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada kesalahan
dan kekeliruan kami dan juga kami mengharapkan kritikan dari saudara-saudara yang bersifat
membangun, agar kami bisa menjadi yang lebih baik dari sebelum-sebelumnya. Ihdinaash
shiraathal mustaqiim......

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Tebuireng, 15 September 2014

Penyusun

FIQIH IBADAH | 9
Fakultas Syari’ah, Universitas Hasyim Asy’ari
Tebuireng Jombang
DAFTAR PUSTAKA

“Al-Ghoyatu wat Taqrib” karya Syihabuddin Abu Syuja’ Ahmad bin Al-Husain bin Ahmad Al-
Ashfihani

“Kasyifatus Saja” karya Syekh Nawawi al-Bantani

“Ihya’ Ulumuddin” karya Abu Hamid Muhammad Ibnu Muhammad Al-Ghazali

“Bidayatul Mujtahid Wanihayatul Muqtashid” karya Ibnu Rasyid

“Fathul Qorib” karya Ibnu Qosim Alghozi

FIQIH IBADAH | 10
Fakultas Syari’ah, Universitas Hasyim Asy’ari
Tebuireng Jombang

Anda mungkin juga menyukai