Anda di halaman 1dari 20

BAB XII

PELAPORAN HASIL PENILAIAN

Dalam penilaian pembelajaran di Sekolah Dasar tentunya diperlukan adanya sebuah


pelaporan yang ditujukan oleh beberapa pihak, yaitu: siswa, guru, kepala sekolah, komite
sekolah, maupun dinas pendidikan. Pelaporan hasil penilaian ini berupakan laporan dari hasil
belajar siswa di sekolah. Isi laporan hendaknya dikaitkan dengan kriteria yang telah
ditentukan dan dikaitkan dengan penilaian yang bermanfaat bagi pengembangan peserta
didik. Laporan penilaian juga hendaknya memiliki isi yang jelas, komprehensif, dan akurat.
Laporan hasil penilaian ini ditujukan agar kesulitan belajar siswa dapat diketahui dan dapat
segera teratasi. Untuk itu, pelaporan hasil penilaian belajar siswa akan sangat berguna apabila
selalu diterapkan di sekolah. Pada bab ini akan dijelaskan lebih detail mengenai pelaporan
hasil penilaian beserta pemanfaatannya.

A. HAKIKAT PELAPORAN HASIL PENILAIAN

Pelaporan hasil penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai


kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu berdasarkan kemampuan
siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam satu
kompetensi dasar (Kunandar, 2007). Rijal (2016) menambahkan bahwa penilaian
pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui perkembangan hasil belajar siswa dan
hasil mengajar guru. Informasi hasil belajar atau hasil mengajar ini berupa kompetensi
dasar yang dikuasai dan yang belum dikuasai oleh siswa. Hasil belajar siswa
digunakan untuk memotivasi siswa, untuk perbaikan siswa, serta peningkatan kualitas
pembelajaran oleh guru. Sedangkan menurut Sudjana (2011:153), laporan data hasil
penilaian bukan hanya mengenai prestasi atau hasil belajar, melainkan juga mengenai
kemajuan dan perkembangan belajar siswa di sekolah seperti motivasi belajar,
disiplin, kesulitan belajar, atau sikap siswa terhadap mata pelajaran. Oleh sebab itu,
guru perlu mencatat perkembangan dan kemajuan belajar siswa secara teratur dan
berkelanjutan agar pada akhir pembelajaran guru dapat melaporkan hasil penilaian
autentiknya. Berdasarkan deskripsi di atas, pelaporan hasil penilaian merupakan
kegiatan menyampaikan dan mengkomunikasikan hasil penilaian guru berdasarkan
kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar
berdasar Kompetensi Dasar guna untuk mengetahui kesulitan siswa dalam belajar
yang akhirnya ditemukan akan perlunya suatu perbaikan dalam proses belajar
mengajar.

B. MANFAAT HASIL PELAPORAN PENILAIAN


Hasil penilaian besar sekali manfaatnya bila dikaji dan digunakan untuk upaya
perbaikan proses belajar mengajar. Kajian hasil penilaian formatif dan sumatif dapat
memberikan gambaran tentang hasil belajar yang dicapai siswa setelah ia menempuh
proses belajar mengajar menurut Nana Sudjana (1986: 157). Secara umum, manfaat
pelaporan hasil penilaian tersebut berguna bagi siswa, orang tua, guru dan kepala
sekolah. Secara sistematis dapat dikemukakan di sini bahwa laporan tentang siswa
bermanfaat bagi beberapa pihak yaitu:
1. Bagi Siswa
Informasi hasil belajar siswa dapat diperoleh melalui ujian, kuesioner,
wawancara, atau pengamatan. Informasi hasil belajar ranah kognitif dan
psikomotor diperoleh melalui ujian, sedangkan ranah afektif diperoleh melalui
angket, inventori, dan pengamatan. Informasi pelaporan hasil belajar dapat
dimanfaatkan siswa untuk: (a) mengetahui kemajuan hasil belajar diri, (b)
mengetahui konsep-konsep atau teori yang belum dikuasai, (c) memotivasi diri
untuk belajar lebih baik, dan (d) memperbaiki strategi belajar. Untuk memberi
informasi yang akurat agar dapat dimanfaatkan oleh siswa seoptimal mungkin,
maka laporan yang diberikan kepada siswa harus berisi: (a) hasil pencapaian
belajar siswa, (b) kekuatan dan kelemahan siswa dalam semua mata pelajaran, dan
(c) minat siswa pada masing-masing mata pelajaran.
2. Bagi Orang Tua
Informasi hasil belajar dimanfaatkan oleh orang tua untuk memotivasi anak
agar belajar lebih baik. Untuk itu diperlukan informasi yang akurat tentang hasil
belajar siswa, yang meliputi ranah kognitif, psikomotor, dan afektif. Informasi ini
digunakan orang tua untuk: (a) membantu anaknya belajar, (b) memotivasi
anaknya belajar, (c) membantu sekolah meningkatkan hasil belajar siswa, dan (d)
membantu sekolah melengkapi fasilitas belajar. Untuk memenuhi kebutuhan
orang tua dalam meningkatkan hasil belajar, bentuk laporan hasil belajar harus
mencakup semua ranah, serta deskripsi yang lebih rinci tentang kelemahan,
kekuatan, dan keterampilan putranya dalam melakukan tugas, serta minat terhadap
mata pelajaran.
3. Bagi Guru dan Kepala Sekolah
Hasil penilaian digunakan guru dan sekolah untuk mengetahui kekuatan dan
kelemahan siswa dalam satu kelas dan sekolah dalam semua mata pelajaran. Hasil
penilaian harus dapat mendorong guru untuk mengajar lebih baik, membantu guru
untuk menentukan strategi mengajar yang lebih tepat, dan mendorong sekolah
agar menyediakan fasilitas belajar lebih baik. Laporan hasil belajar untuk guru dan
kepala sekolah harus mencakup hasil belajar dalam semua ranah untuk semua
pelajaran. Informasi yang diperlukan adalah kompetensi dasar yang telah dikuasai
dan yang belum dikuasai oleh siswa. Guru memerlukan informasi yang spesifik
untuk masing-masing kelas yang diajar, sedangkan kepala sekolah memerlukan
informasi yang umum untuk semua kelas dalam satu sekolah.

C. PENTINGNYA PELAPORAN HASIL PENILAIAN


Melalui laporan hasil penilaian, semua pihak seperti siswa, wali murid, guru, dan
kepala sekolah dapat mengetahui kemampuan dan perkembangan siswa, sekaligus
dapat mengetahui tingkat keberhasilan pendidikan di sekolahnya. Atas dasar itu pula,
semua pihak tersebut dapat menentukan langkah dan upaya yang harus dilakukan
dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil pendidikan di sekolahnya. Laporan data
hasil penilaian bukan hanya mengenai prestasi atau hasil belajar, melainkan juga
mengenai kemajuan dan perkembangan belajar siswa di sekolah seperti motivasi
belajar, disiplin, kesulitan belajar atau sikap siswa terhadap mata pelajaran. Oleh
sebab itu, guru perlu mencatat perkembangan dan kemajuan belajar siswa secara
teratur dan berkelanjutan.
Data hasil penilaian dilaporkan kepada semua staf sekolah, yaitu kepada kepala
sekolah, wali kelas, guru pembimbing dan bila perlu kepada guru-guru lainnya.
Kepada kepala sekolah dilaporkan hasil belajar siswa dalam bidang studi atau mata
pelajaran yang dipegangnya, termasuk perkembangan belajar siswa selama mengikuti
pendidikan di sekolah, khususnya dalam proses belajar mengajar. Melalui laporan
tersebut kepala sekolah dapat mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam bidang
studi tertentu menurut Nana Sudjana (2009: 153).
Semua hasil penilaian harus dilaporkan kepada berbagai pihak yang
berkepentingan, seperti orang tua/wali, atasan, pemerintah, dan peserta didik itu
sendiri sebagai akuntabilitas publik. Hal ini dimaksudkan agar proses dan hasil yang
dicapai peserta didik termasuk perkembangannya dapat diketahui oleh berbagai pihak,
sehingga orang tua/wali (misalnya) dapat menentukan sikap yang objektif dan
mengambil langkah-langkah yang pasti sebagai tindak lanjut dari laporan tersebut.
Sebaliknya, jika hasil penilaian itu tidak dilaporkan, orang tua peserta didik tidak
dapat mengetahui kemajuan belajar yang dicapai anaknya, karena itu pula, orang tua
peserta didik menjadi tidak mempunyai sikap dan rencana yang pasti terhadap
anaknya, baik dalam rangka pemilihan minat dan bakat, bimbingan maupun untuk
melanjutkan studi yang lebih tinggi. Laporan ini juga penting bagi peserta didik itu
sendiri agar mereka mengetahui tingkat kemampuan yang dimilikinya dan dapat
menentukan sikap serta tindakan yang harus dilakukan selanjutnya menurut Zainal
Arifin (2011: 12).

D. SYARAT PELAPORAN HASIL PENILAIAN


1. Laporan sebagai Kuantibilitas Publik
Dalam kerangka managemen berbasis sekolah peranserta masyarakat di
bidang pendidikan tidak hanya terbatas pada dukungan dana saja, tetapi juga di
bidang akademik. Unsur penting dalam managemen berbasis sekolah adalah
partisipasi masyarakat, transparansi dana kuntabilitas publik. Atas dasar itu,
laporan kemajuan hasil belajar murid di buat sebagai pertanggung jawaban
lembaga sekolah kepada orang tua wali murid, komite sekolah, masyarakat, dan
instansi terkait lain nya. Laporan tersebut merupakan sarana komunikasi dan
kerjasama antar sekolah, orang tua, dan masyarakat yang bermanfaat baik bagi
kemajuan belaja rmurid maupun perkembangan sekolah.
Pelaporan hasil belajar hendaknya: (a). merinci indikator pencapaian hasil
belaja rmurid mengacu pada kriteria ketuntasan minimal yang telah di tentukan
dan dikaitkan dengan penilaian yang bermanfaat bagi pengembangan murid (b)
member informasi yang jelas, komprehensif dan akurat, dan (c) menjamin orang
tua mendapatkan informasi secepatnya bila mana anaknya bermasalah dalam
belajar (BSNP 2006)
2. Bentuk Laporan
Laporan kemajuan belajar dapat disajikan dalam data kuantitatif. Data
kuantitatif disajikan dalam angka (skor) dan data kualitatif disajikan dalam bentuk
deskripsi. Laporan hasil belajar berupa data kompetensi peserta didik yang dibuat
oleh guru dapat menggambarkan seluruh ketercapaian kompetensi peserta didik
(Kunandar, 2014: 343). Data ini disajikan dalam bentuk angka dan deskripsi
setiap Kompetensi Inti sebagai laporan kepada orang tua melalui satuan
pendidikan.
Menurut Majid ( 2014: 263), bentuk laporan harus disajikan dalam bentuk
yang komunikatif sehingga tingkat kemajuan belajar peserta didik mudah terbaca
dan dapat dipahami oleh wali murid maupun pihak lainnya. Bentuk laporan
contohnya dapat berupa lembaran, buku, dan buku yang disertai lembaran.
Laporan yang berupa buku mendeskripsikan seluruh kompetensi yang dicapai
peserta didik untuk disampaikan kepada wali murid, biasanya dalam bentuk rapor.
Sedangkan laporan berupa buku dan lembaran memuat informasi secara terpisah.
Buku laporan berisi informasi Kompetensi Inti 3 dan Kompetensi Inti 4,
sedangkan lembaran secara terpisah mendeskripsikan Kompetensi Inti 1 dan
Kompetensi Inti 2 (Kunandar, 2014: 343).
3. Isi Laporan
Isi laporan yang sebaiknya dicantumkan dalam laporan hasil penilaian
menurut Daryanto (2010: 12) sebagai berikut: (a) keadaan anak waktu belajar di
sekolah secara akademik, emosional dan sosial; (b) kemampuan atau kompeten
siswa; (c) partisipasi anak dalam pembelajaran; (d) cara orangtua
mengembangkan potensi anak. Dengan begitu, isi laporan hendaknya berisi
informasi tentang tingkat pencapaian hasil belajar, berkaitan erat dengan hasil
belajar yang harus di capai dalam kurikulum. Selain itu, isi laporan juga dapat
emberikan perhatian dalam perkembangan dan pembelajaran anak, serta
menggunakan bahasa yang sudah di pahami.
4. Rekap Nilai
Rekap nilai merupakan rekap kemajuan belajar murid yang berisi tentang hasil
pencapaian kompetensi murid untuk setiap Kompetensi Dasar dalam kurun waktu
satu semester (Kunandar, 2014: 344). Tahapan pencapaian kompetensi peserta
didik dalam rekapitulasi nilai ini meliputi nilai KD, nilai-nilai remedial, serta
nilai-nilai pengayaan. Nilai tiap Kompetensi Dasar sendiri diperoleh dari nilai
proses dan nilai akhir dalam setiap jenjang semester. Rekap nilai diperlukan untuk
alat kontrol, sehingga diketahui kapan murid memerlukan remedial dan
pengayaan. Nilai diperoleh dari tes formatif, tes sumatif hasil pengamatan selama
proses pembelajaran berlangsung, nilai tugas perorangan maupun kelompok, rata-
rata nilai Kompetensi Dasar dalam setiap aspek akan menjadi nilai pencapaian
kompetensi untuk aspek yang bersangkutan (Mulyadi, 2010: 171-173).
E. Jenis-Jenis Laporan Kemajuan Peserta Didik dalam Pembelajaran
Dalam dokumen kurikulum berbasis kompetensi, Pusat Kurikulum Balitbang
Depdiknas (2002: 35) menjelaskan “laporan kemajuan siswa dapat dikategorikan menjadi
dua jenis, yaitu laporan prestasi dalam mata pelajaran dan laporan pencapaian”.
1. Laporan Prestasi Mata Pelajaran
Laporan prestasi mata pelajaran berisi informasi tentang pencapaian kompetensi
dasar yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Pada masa lalu, prestasi belajar peserta
didik dalam setiap mata pelajaran dilaporkan dalam bentuk angka. Bagi peserta didik
dan orang tua, angka ini kurang memberi informasi tentang kompetensi dasar dan
pengetahuan apa yang telah dimiliki peserta didik, sehingga sulit menentukan jenis
bantuan apa yang harus diberikan kepada peserta didik agar mereka menguasai
kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Laporan prestasi belajar hendaknya menyajikan
prestasi belajar peserta didik dalam menguasai kompetensi mata pelajaran tertentu dan
tingkat penguasaannya. Sebaliknya, orang tua dapat membaca catatan guru tentang
pencapaian kompetensi tertentu sebagai masukan kepada peserta didik dan orang tua
untuk membantu meningkatkan kinerjanya.

Dengan demikian, isi laporan prestasi belajar sebaiknya disajikan secara kualitatif
atau menggabungkan antara angka (kuantitatif) dengan deskripsi (kualitatif).

2. Laporan Pencapaian
Laporan pencapaian merupakan laporan yang menggambarkan kualitas pribadi
peserta didik sebagai internalisasi dan kristalisasi setelah peserta didik belajar melalui
berbagai kegiatan, baik intra, ekstra maupun ko kurikuler pada kurun waktu tertentu.
Dalam kurikulum berbasis kompetensi, hasil belajar peserta didik dibandingkan antara
kemampuan sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran berdasarkan kriteria yang
telah ditetapkan dalam kurikulum. Tingkat pencapaian hasil belajar yang ditetapkan
dalam kurikulum dibagi menjadi delapan tingkatan (level) yang dirinci ke dalam
rumusan kemampuan dari yang paling dasar secara bertahap gradasinya mencapai
tingkat yang paling tinggi. Delapan tingkatan hasil belajar tidak sama dengan tingkat
kelas dalam satuan pendidikan. Tingkat pencapaian hasil belajar peserta didik tidak
selalu sama dengan peserta didik yang lain untuk setiap mata pelajaran. Kesetaraan
antara tingkat pencapaian hasil belajar dengan prestasi belajar peserta normal
digambarkan sebagai berikut:

F. Ragam Penggunaan Data Hasil Penilaian Pembelajaran pada Peserta Didik


Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dikemukakan beberapa jenis
penggunaan hasil penilaian menurut Popham (1974: 121) sebagai berikut:
1. Keperluan Laporan Pertanggungjawaban
Asumsinya adalah banyak pihak yang berkepentingan dengan hasil penilaian.
Misalnya, orang tua perlu mengetahui kemajuan atau perkembangan hasil belajar
anaknya, sehingga dapat menentukan langkah-langkah berikutnya. Oleh sebab itu,
Anda harus membuat laporan ke berbagai pihak sebagai bentuk akuntabilitas
publik, sebagaimana telah penulis kemukakan pada uraian sebelumnya.
2. Keperluan Seleksi
Asumsinya adalah setiap awal dan akhir tahun ada peserta didik yang mau
masuk madrasah dan ada peserta didik yang mau menamatkan madrasah pada
jenjang pendidikan tertentu. Hasil penilaian dapat digunakan untuk menyeleksi,
baik ketika peserta didik mau masuk madrasah/jenjang atau jenis pendidikan
tertentu, selama mengikuti program pendidikan, pada saat mau menyelesaikan
jenjang pendidikan, maupun ketika masuk dunia kerja. Ketika peserta didik
mengikuti program pendidikan, terkadang dari pihak madrasah dan komite
madrasah membuat kelas-kelas unggulan. Untuk itu diperlukan seleksi melalui
tindakan penilaian.
3. Keperluan Promosi
Asumsinya adalah pada akhir tahun pelajaran, ada peserta didik yang naik
kelas atau lulus. Bagi peserta didik yang lulus dari jenjang pendidikan tertentu
akan diberikan ijazah atau sertifikat, sebagai bukti fisik kelulusan. Begitu juga
jika peserta didik memperoleh prestasi belajar yang baik, maka mereka akan naik
ke kelas berikutnya. Kegiatan ini semua merupakan salah satu bentuk promosi.
Dengan demikian, promosi itu diberikan setelah dilakukan kegiatan penilaian.
Jika promosi itu untuk kenaikan kelas, maka kriteria yang digunakan adalah
kriteria kenaikan kelas, yaitu aspek ketercapaian kompetensi dasar mata pelajaran
yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Peserta didik yang dinyatakan naik kelas
adalah peserta didik yang sudah menguasai kompetensi pada kelas tertentu dan
diprediksi mampu mengikuti program pendidikan pada kelas berikutnya.
Sesuai dengan prinsip peningkatan mutu pendidikan, maka kriteria peserta
didik yang dinyatakan naik kelas atau lulus harus dirinci lebih operasional.
Misalnya, peserta didik dinyatakan naik kelas bila menguasai minimal 60%
kompetensi yang menyangkut beberapa mata pelajaran atau peserta didik
dinyatakan lulus bila menguasai minimal 60 % dari keseluruhan kompetensi untuk
semua mata pelajaran di kelas tersebut. Anda juga dapat mempertimbangkan
kriteria yang menyangkut perilaku atau kinerja peserta didik. Rincian kriteria
kenaikan kelas atau kelulusan sesuai dengan prinsip manajemen berbasis madrasah
perlu disusun bersama antara Kementerian Agama kabupaten/kota, Dewan
Pendidikan, madrasah dan komite madrasah.
4. Keperluan Diagnosis
Asumsinya adalah hasil penilaian menunjukkan ada peserta didik yang kurang
mampu menguasai kompetensi sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Atas
dasar asumsi ini, maka Anda perlu melakukan diagnosis terhadap peserta didik
yang dianggap kurang mampu tersebut. Anda harus mencari faktor-faktor
penyebab bagi peserta didik yang kurang mampu dalam menguasai kompetensi
tertentu, sehingga dapat diberikan bimbingan atau pembelajaran remedial. Bagi
peserta didik yang mampu menguasai kompetensi lebih cepat dari peserta didik
yang lain, mereka juga berhak mendapatkan pelayanan tindak lanjut untuk
mengoptimalkan laju perkembangan mereka. Madrasah diharapkan menyediakan
alternatif program bagi mereka berupa kegiatan yang dapat memperkaya
pengetahuan dan keterampilannya di suatu bidang tertentu ataupun suatu sistem
percepatan belajar, sehingga memungkinkan mereka dapat menyelesaikan/tamat
madrasah lebih cepat. Untuk menetapkan kebijakan suatu jenis perlakuan kepada
peserta didik dan teknik pelaksanaannya perlu melibatkan peran serta masyarakat
melalui komite madrasah.

5. Memprediksi Masa Depan Peserta Didik


Hasil penilaian perlu dianalisis oleh setiap guru mata pelajaran. Tujuannya
untuk mengetahui sikap, bakat, minat dan aspek-aspek kepribadian lainnya dari
peserta didik, serta dalam hal apa peserta didik dianggap paling menonjol sesuai
dengan indikator keunggulan. Apapun dan bagaimanapun bentuk hasil belajar
peserta didik, Anda harus menyampaikannya kepada guru bimbingan dan
penyuluhan (BP) agar hasil belajar tersebut dapat dianalisis dan dijadikan dasar
untuk pengembangan peserta didik dalam memilih jenjang pendidikan, profesi
atau karir di masa yang akan datang.

G. MEKANISME PEMBUATAN LAPORAN HASIL PENILAIAN


Menurut Permendikbud no. 104 tahun 2014, mekanisme dalam pembuatan laporan
hasil penilaian adalah sebagai berikut.

1. Tingkat Kompetensi

Tingkat kompetensi merupakan batas minimal pencapaian kompetensi


sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pencapaian kompetensi sikap
dinyatakan dalam deskripsi kualitas tertentu, sedangkan pencapaian
kompetensi pengetahuan dinyatakan dalam skor tertentu untuk kemampuan
berpikir dan dimensi pengetahuannya, sedangkan untuk kompetensi
keterampilan dinyatakan dalam deskripsi kemahiran dan/atau skor tertentu.
Pencapaian tingkat kompetensi keterampilan dinyatakan dalam bentuk
deskripsi kemampuan dan/atau skor yang dipersyaratkan pada tingkat
tertentu. Tingkat pencapaian KI dan KD berbeda untuk setiap satuan
tingkat pendidikan mulai dari SD/MI kelas awal (I – III) dan kelas atas (IV –
VI)

NO Tingkat Tingkat Kelas


Kompetensi
1. Tingkat 0 TK/RA
2. Tingkat 1 Kelas I SD/MI/SDLB/PAKET A
Kelas II SD/MI/SDLB/PAKET A
3. Tingkat 2 Kelas III SD/MI/SDLB/PAKET A
Kelas IV SD/MI/SDLB/PAKET A
4. Tingkat 3 Kelas V SD/MI/SDLB/PAKET A
Kelas VI SD/MI/SDLB/PAKET A

2. Ketuntasan Belajar

Ketuntasan Belajar terdiri atas ketuntasan penguasaan substansi dan


ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar. Ketuntasan
penguasaan substansi yaitu ketuntasan belajar KD yang merupakan
tingkat penguasaan peserta didik atas KD tertentu pada tingkat penguasaan
minimal atau di atasnya, sedangkan ketuntasan belajar dalam konteks
kurun waktu belajar terdiri atas ketuntasan dalam setiap semester, setiap
tahun ajaran, dan tingkat satuan pendidikan.

Ketuntasan Belajar dalam satu semester adalah keberhasilan peserta


didik menguasai kompetensi dari sejumlah mata pelajaran yang diikutinya
dalam satu semester. Ketuntasan Belajar dalam setiap tahun ajaran adalah
keberhasilan peserta didik pada semester ganjil dan genap dalam satu
tahun ajaran. Ketuntasan dalam tingkat satuan pendidikan adalah
keberhasilan peserta didik menguasai kompetensi seluruh mata pelajaran
dalam suatu satuan pendidikan untuk menentukan kelulusan peserta didik
dari satuan pendidikan.

Nilai ketuntasan kompetensi sikap dituangkan dalam bentuk predikat,


yakni predikat Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C), dan Kurang (K)
sebagaimana tertera pada tabel berikut.

Nilai Ketuntasan Sikap


(Predikat)
Sangat Baik (SB)
Baik (B)
Cukup (C)
Kurang (K)
Ketuntasan belajar untuk sikap (KD pada KI-1 dan KI-2) ditetapkan
dengan predikat Baik (B). Nilai ketuntasan kompetensi pengetahuan dan
keterampilan dituangkan dalam bentuk angka dan huruf, yakni 4,00 – 1,00
untuk angka yang ekuivalen dengan huruf A sampai dengan D
sebagaimana tertera pada tabel berikut.
Nilai Ketuntasan

Pengetahuan dan Keterampilan


Rentang Angka Huruf
3,85 – 4,00 A
3,51 – 3,84 A-
3,18 – 3,50 B+
2,85 – 3,17 B
2,51 – 2,84 B-
2,18 – 2,50 C+
1,85 – 2,17 C
1,51 – 1,84 C-
1,18 – 1,50 D+
1,00 – 1,17 D

Ketuntasan Belajar untuk pengetahuan ditetapkan dengan skor rerata


2,66 untuk keterampilan ditetapkan dengan capaian optimum 2,66.
Khusus untuk SD/MI ketuntasan sikap, pengetahuan dan keterampilan
ditetapkan dalam bentuk deskripsi yang didasarkan pada modus, skor
rerata dan capaian optimum.

H. BENTUK LAPORAN HASIL PENILAIAN


Laporan hasil penilaian yang dilakukan oleh pendidik dalam bentuk sebagai berikut.
1) Pelaporan oleh Pendidik
Laporan hasil penilaian oleh pendidik dapat berbentuk laporan hasil ulangan
harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester.
2) Pelaporan oleh Satuan Pendidikan
Rapor yang disampaikan oleh pendidik kepada kepala sekolah/madrasah dan
pihak lain yang terkait (misal: wali kelas, guru Bimbingan dan Konseling, dan
orang tua/wali). Pelaporan oleh Satuan Pendidikan meliputi:
a) hasil pencapaian kompetensi dan/atau tingkat kompetensi kepada
orangtua/wali
peserta didik dalam bentuk buku rapor;
b) pencapaian hasil belajar tingkat satuan pendidikan kepada dinas pendidikan
kabupaten/kota dan instansi lain yang terkait; dan
c) hasil ujian Tingkat Kompetensi kepada orangtua/wali peserta didik dan dinas
pendidikan.
3) Nilai Untuk Rapor
Hasil belajar yang dicantumkan dalam Rapor berupa:
a) untuk ranah sikap menggunakan skor modus 1,00 – 4,00 dengan predikat
Kurang (K), Cukup (C), Baik (B), dan Sangat Baik (SB);
b) untuk ranah pengetahuan menggunakan skor rerata 1,00 – 4,00 dengan
predikat D – A.

c) untuk ranah keterampilan menggunakan skor optimum 1,00 – 4,00 dengan


predikat D – A.

4) Format Rapor
Adapun tata cara pengisian laporan hasil belajar menurut Departemen Pendidikan
Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas Tahun 2008 yaitu,
1.        Laporan Hasil Belajar (LHB) Peserta Didik

a.         Satuan Pendidikan membuat laporan hasil penilaian mata pelajaran untuk semua
kelompok mata pelajaran pada akhir semester dalam bentuk buku laporan pendidikan
(raport), dan menyampaikan laporan dimaksud kepada orang tua/wali peserta didik.
b.        Laporan hasil belajar peserta didik oleh satuan pendidikan harus dapat
menggambarkan pencapaian kompetensi peserta didik pada semua mata pelajaran. Sesuai
dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 pasal 25
ayat (4) dijelaskan bahwa, Kompetensi Lulusan mencakup sikap, pengetahuan dan
keterampilan, oleh karena itu penilaian hasil belajar harus mencerminkan ketiga aspek
kompetensi dimaksud dengan mempertimbangkan karakteristik masing‐masing mata
pelajaran.
c.         Bentuk LHB dapat berupa buku atau lembaran, dengan catatan harus memenuhi
seluruh komponen LHB, yang mencakup 1) identitas peserta didik, 2) format nilai hasil
belajar peserta didik, 3) format ketercapaian kompetensi peserta didik, 4)  program
pengembangan diri, 5) akhlak mulia dan kepribadian, 6) ketidakhadiran, 7) catatan wali
kelas, 8) keterangan pindah sekolah, dan 9) catatan prestasi peserta didik.
d.        Nilai laporan hasil belajar per semester merupakan nilai kumulatif dari hasil
pencapaian standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) selama peserta didik
mengikuti pembelajaran pada semester yang terkait, yang diperoleh melalui ulangan
harian, ulangan tengah semerter, ulangan akhir semester dan ulangan kenaikan kelas
(untuk semester genap) termasuk hasil remedial. Hal ini sesuai dengan
karakteristik  Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang dikembangkan berbasis
kompetensi. Proses pembelajaran berbasis kompetensi menerapkan prinsip pembelajaran
tuntas (mastery learning) dan penilaian berkelanjutan.
e.         Pengisian LHB dapat dilakukan secara manual atau komputerisasi.
f.         Penulisan buku induk dapat dilakukan secara manual atau komputerisasi (disesuaikan
dengan pelaksanaan penulisan LHB).
g.        LHB disampaikan kepada peserta didik dan orang tua/wali peserta didik setiap akhir
semester.

2.        Pengisian Format/Tabel Laporan Hasil Belajar


A.) Identitas Peserta Didik
1) Kolom PENGETAHUAN diisi dengan nilai kumulatif dari hasil pencapaian SK
dan KD untuk aspek kompetensi pengetahuan  peserta didik setiap mata pelajaran
dan muatan lokal per semester. Nilai pengetahuan mencakup aspek pengetahuan
konsep sampai dengan aspek penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi, yang
diperoleh melalui berbagai teknik penilaian berupa tes tertulis dan lisan
(wawancara/presentasi dll), observasi atau pengamatan, penugasan perseorangan
atau kelompok, dan bentuk lain sesuai dengan karakteristik  mata pelajaran. Nilai
pengetahuan harus sesuai tuntutan kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh
peserta didik. Nilai Pengetahuan ditulis secara kuantitatif dalam bentuk bilangan
bulat dan huruf, dengan menggunakan skala 0 ‐ 100. Contoh: dalam  angka : 75
dalam  huruf Tujuh Lima.
2) Kolom PRAKTIK diisi dengan nilai kumulatif dari hasil pencapaian  SK dan KD
yang penilaian hasil belajarnya dilakukan melalui tes praktik atau tes kinerja.
Nilai praktik hanya diberlakukan untuk mata pelajaran tertentu yang SK dan KD
nya menuntut peserta didik untuk mampu mempraktikkan atau melaksanakan
tugas dengan cara yang benar dan hasil yang baik, seperti mata pelajaran: Fisika,
Kimia, Biologi, Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, Seni Budaya,
Bahasa, dan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Sedangkan untuk mata
pelajaran Pendidikan Agama disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan di masing‐masing satuan pendidikan. Nilai praktik mencakup
ranah/aspek penilaiaan yaitu: KOGNITIF (penguasaan pengetahuan, penerapan),
PSIKHOMOTOR (keterampilan dan teknik dalam melakukan tugas serta
kesesuaian dengan standar operasional prosedur), yang seluruh hasil penilaiannya
terintegrasi dalam satu nilai yang dituliskan dalam kolom praktik. Pencantuman
nilai praktik secara mandiri dalam laporan hasil belajar, dimaksudkan agar
kegiatan pembelajaran di sekolah benar‐benar dilaksanakan sesuai dengan
karakteristik kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik pada setiap  SK
dan KD per mata pelajaran atau muatan lokal. Nilai praktik dicantumkan secara
kuantitatif dalam bentuk bilangan bulat  dan huruf (seperti contoh pada butir 1)
3) Kolom SIKAP diisi dengan hasil penilaian sikap pada setiap mata pelajaran dan
muatan lokal, yang diperoleh melalui observasi atau pengamatan guru terhadap
peserta didik selama proses pembelajaran  berlangsung. Kriteria penilaian sikap
peserta didik ditunjukkan dalam bentuk antara lain: motivasi dan minat belajar,
kerjasama, disiplin, ketekunan, ulet (tidak mudah menyerah), sportif, percaya
diri (kemandirian), ketelitian, kemampuan memecahkan masalah, kritis, berfikir
logis dan ilmiah, kreatifitas, santun dalam berkomunikasi, responsif dalam
mendengarkan dan mampu menyampaikan pendapat/pertanyaan sesuai dengan
kaidah berbahasa yang baik dan benar (dalam  B. Indonesia dan B. Asing),
antusias dalam membaca, memiliki kepedulian dengan lingkungan (sosial,
budaya, ekonomi dan politik), suka menolong, suka beramal, menghargai dan
menghormati orang lain, santun dalam bersikap, berlaku jujur, memiliki jiwa
kewirausahaan, atau bentuk lainnya sesuai dengan karakteristik masing‐masing
mata pelajaran. Pencantuman Nilai sikap secara mandiri dalam LHB,
dimaksudkan agar setiap pendidik memiliki data tentang sikap peserta didik
pada saat mengikuti pembelajaran. Selanjutnya data dimaksud, selain dapat
dimanfaatkan untuk memperbaiki cara belajar peserta didik dan cara mengajar
guru, juga dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi guru mata pelajaran
Pendidikan Agama dalam membuat penilaian akhlak mulia dan kepada guru
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam membuat penilaian
kepribadian peserta didik, sebagaimana ditetapkan dalam standar penilaian
pendidikan. Nilai Sikap  dicantumkan dalam bentuk  Predikat, dengan
klasifikasi Tinggi,   Sedang, dan Rendah, atau Amat Baik, Baik, Cukup,
Kurang. Penetapan kriteria dan skor penilaian untuk setiap klasifikasi dimaksud,
diserahkan kepada masing‐masing sekolah.

B.) Tabel Ketercapaian Kompetensi Peserta Didik


Kolom ketercapaian Kompetensi diisi dengan uraian singkat/deskripsi yang
menggambarkan tingkat pencapaian kompetensi utuh peserta didik untuk setiap mata
pelajaran. Deskripsi pencapaian kompetensi mencakup seluruh SK/KD yang telah mencapai
ketuntasan belajar atau SK/KD yang belum mencapai ketuntasan belajar. Apabila pada salah
satu semester terdapat SK/KD mata pelajaran tertentu yang belum mencapai ketuntasan
belajar dalam semester yang bersangkutan, maka laporan hasil pencapaian kompetensi
peserta didik setelah dilakukan program remidi,  dicantumkan pada semerter berikutnya.

C.) Tabel Pengembangan Diri


Kegiatan Pengembangan diri bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat,
minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri
difasilitasi (dibimbing dan dinilai) oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang diberi
tugas.
Aspek yang dinilai dalam kegiatan pengembangan diri lebih dominan pada aspek
Sikap/Afektif peserta didik, yang difokuskan pada: pencapaian prestasi dan “perubahan
sikap/perilaku peserta didik setelah mengikuti kegiatan pengembangan diri yang
diselenggarakan oleh sekolah”. Hasil penilaian yang dicantumkan dalam tabel Pengembangan
Diri, berupa deskripsi tentang pencapaian prestasi peserta didik baik dalam mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler maupun kegiatan/organisasi sekolah. Kriteria penilaian
Pengembangan Diri disesuaikan dengan karakteristik program/kegiatan yang diikuti.
Sedangkan penilaian untuk kegiatan pelayanan konseling terintegrasi di dalam nilai
kepribadian dan akhlak. Cara pengisian Tabel Pengembangan Diri Kolom jenis kegiatan, diisi
kegiatan yang diikuti oleh masing‐masing peserta didik. Kolom keterangan, diisi dengan
deskripsi singkat tentang predikat prestasi dan ketercapaian kemampuan baik keterampilan
maupun pengetahuan, aktivitas/kegiatan sekolah yang diikuti peserta didik, serta sikap yang
ditunjukkan oleh peserta didik selama mengikuti kegiatan dan setelah mengikuti kegiatan
pengembangan diri.

D.) Tabel Penilaian Akhlak Mulia dan Kepribadian


Penilaian akhlak mulia dan kepribadian peserta didik, harus dilaksanakan secara
komprehensif dan berkesinambungan, karena kedua komponen dimaksud merupakan salah
satu persyaratan kelulusan peserta didik pada akhir jenjang satuan pendidikan. Berkaitan
dengan hal dimaksud, dalam Permendiknas Nomor: 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian
Pendidikan, telah diatur sebagai berikut:
a.         Penilaian akhlak mulia yang merupakan aspek afektif dari kelompok mata pelajaran
agama dan akhlak mulia, sebagai perwujudan sikap dan perilaku beriman dan bertakwa
kepada Tuhan YME, dilakukan oleh guru agama dengan memanfaatkan informasi dari
pendidik mata pelajaran lain dan sumber lain yang relevan.
b.        Penilaian kepribadian, yang merupakan perwujudan kesadaran dan tanggungjawab
sebagai warga masyarakat dan warganegara yang baik sesuai dengan norma dan
nilai‐ nilai luhur yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa, adalah
bagian dari kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dengan memanfaatkan informasi
dari pendidik mata pelajaran lain dan sumber lain yang relevan. Hasil penilaian
kepribadian sudah termasuk penilaian kelompok mata pelajaran Pendidikan Jasmani,
Olahraga dan Kesehatan serta kelompok mata pelajaran Estetika.
Hasil penilaian Akhlak  Mulia dan Kepribadian dimaksud, diolah dan dianalisis  oleh
guru Bimbingan Konseling (BK) yang dirangkum dalam 10 (sepuluh) aspek penilaian yang
mencakup: 1) Kedisiplinan, 2) Kebersihan, 3) Kesehatan, 4) Tanggungjawab, 5) Sopan
santun, 6) Percaya diri, 7) Kompetitif, 8) Hubungan sosial, 9) Kejujuran, 10) Pelaksanaan
ibadah ritual.

E.) Tabel Ketidakhadiran


Kolom keterangan pada tabel  ketidakhadiran peserta didik diisi dengan lama waktu
(hari, jam atau satuan waktu lainnya).
I. IMPLEMENTASI HASIL LAPORAN PENILAIAN
Tahap akhir dari penilaian adalah penggunaan hasil penilaian yang dinyatakan
dalam bentuk laporan. Laporan dimaksudkan untuk memberikan umpan balik
(feedback) kepada semua pihak yang terlibat dalam pembelajaran, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Pihak- pihak yang terlibat dalam penilaian menurut
Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014 adalah a) Tenaga pendidik (guru mata
pelajaran, guru kelas, dan guru pembina kegiatan ekstrakulikuler), b) Pimpinan satuan
pendidikan (kepala sekolah, wakil kepala sekolah, wali kelas), c) Dinas pendidikan
atau kantor kementerian agama provinsi dan kabupaten/ kota sesuai dengan
kewewnangannya. d) Komite sekolah/ madrasah, e) Orang tua peserta didik, dan f)
Dunia insudtri. Sedangkan penggunaan hasil penilaian sesuai pernyataan Remmer
(1967) bahwa Anda dapat menggunakan hasil penilaian untuk membantu pemahaman
peserta didik menjadi lebih baik, menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan
peserta didik kepada orang tua, dan membantu guru dalam menyusun perencanaan
pembelajaran.
Sehubungan dengan hal tersebut, Dimyati dan Mudjiono (1994: 206)
mengemukakan apa yang harus dilakukan terhadap hasil- hasil penilaian yang kita
peroleh bergantung pada tujuan program penialain itu sendiri yang suda dirumuskan
sebelumnya. Pelaporan hasil penilaian pada kurikulum 2013 menggunakan skala skor
penilaian 4,00- 1,00 dalam menyekor pekerjaan peserta didik untuk setiap kegiatan
penilaian baik berupa penilaian ulangan harian, tengah semester, ujian akhir semester,
tugas- tugas, dan ujian sekolah. Sedangkan penggunaan rentang 0- 100 akan
memudahkan guru melakukan penilaian. Pelaporan pada dinas pendirikan dapat
dilakukan secara rekap melalui fasilitas yang ada di sekolah.
Penilaian hasil belajar mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang dilakukan secara terpisah tetapi dapat juga melalui suatu kegiatan
atau peristiwa penilaian dengan instrumen penilaian yang sama. Berdasarkan focus
group discussion standar penilaian oleh BSNP secara substantif, banyak guru yang
masih mengalami kesulitan melakukan penialaian ketiga ranah kompetensi secara
stimulan dan terintegrasi dalam proses pembelajaran. Dalam ketiga ranah kompetensi
tersebut, guru paling sulit mengalami kesulitan dalam penilaian diri dan penilaian
antarteman. Pelaporan hasil penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan kepada kepala sekolah, orang tua, dan siswa yang dibuat belum
memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas karena guru masih mengalami
kendala dalam bentuk deskripsi. Berkaitan dengan masalah tersebut, terdapat
beberapa rekomendasi yang dapat dilakukan menurut Paparan Hasil FGD Pemantauan
Implementasi Standar Penilaian BSNP yaitu :
1. Sistematika/ tahapan pengembangan penilaian melalui implementasi standar
penilaian yang ada perlu diperkuat di lapangan.
2. Kemampuan para guru dalam mengimplementasikan standar penilaian termasuk
pelaporan hasil penialain masih perlu ditingkatkan dan dengan pendampingan
terus- menerus.
3. Pemimpin sekolah dapat berperan aktif dalam mengawal implementasi standar
penilaian.
4. Perlu dirancang workshop/ diklat/ bimtek yang komrehensip semua unsur sekolah
dan dikontrol sampai tingkat implementasi di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal (2011) Evaluasi Pembelajaran: Prinsip-Teknik-Prosedur. Bandung: Remaja


Rosdakarya
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). 2006. Kurikulum 2006. Jakarta: Media Makmur
Maju Mandiri.
Daryanto. 2010. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan


Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas Tahun 2008, (Online),
(file.upi.edu/Direktori/.../JUR.../26_penyusunan_lhb__SMP.pdf), diakses 19/12/2019.
Depdiknas (2002) Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang
Depdiknas.
Dimyati dan Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: P3MTK- Ditjen Dikti
Depdikbud.

Kunandar. 2007. Guru Profesional. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Kunandar. 2014. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan
Kurikulum 2013. Edisi Revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Majid, Abdul. 2014. Penilaian Autentik: Proses dan Hasil Belajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya

Mulyadi. 2010. Evaluasi Pendidikan. Malang: UIN-Maliki Press.

Nana Sudjana. 1986. Evaluasi Hasil Belajar: Konstruksi dan Analisis. Bandung: Pustaka
Martiana

Nana Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Paparan Hasil FGD Pemantauan Implementasi Standar Penilaian BSNP. Diakses pada
tanggal 18 Desember 2019 dari https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=
j&url=https://bsnp-indonesia.org/wp-content/uploads/2015/12/PAPARAN-HASIL-
FGD-PEMANTAUAN-IMPLEMENTASI-STANDAR-PENILAIAN.pptx&ved=2ah
UKEwjR0NGau7mAhU9xDgGHZaqCWkQFjADegQIAhAB&usg=AOvVaw0NjGI
K76O4jscQ9q7LFjWL

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Nomor 104 Tahun 2014
Tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah
Popham, W.J., (1974) Evaluation in Education: Current Application, Los Angeles :
University of California.
Remmer, H.H., at.al. 1967. A Practical Introduction to Measurement and Evaluation,
Apleton- Century Crafts, Inc.

Rijal. 2016. Pelaporan Hasil Penilaian dan Pemanfaatannya. Diakses pada 19 Desember 2019
dari https://www.rijal09.com/2016/05/pelaporan-hasil-penilaian-dan.html.

Anda mungkin juga menyukai