CSS Kortikosteroid Sistemik PDF
CSS Kortikosteroid Sistemik PDF
TERAPI KORTIKOSTEROID
Oleh :
Isni Maulina Sukmara 1301-1212-0565
Saravana Kumar a/l Rajanthran 1301-1212-3540
Preceptor :
Rasmia Rowawi, dr., SpKK (K)
Mekanisme Kerja
Kortikosteroid bekerja dengan mempengaruhi kecepatan sintesis protein.
Molekul hormon memasuki sel jaringan melalui membran plama secara difusi
pasif di jaringan target, kemudian bereaksi dengan reseptor protein yang spesifik
dalam sitoplasma sel jaringan dan membentuk kompleks reseptor-steroid.
Kompleks ini mengalami perubahan konfirmasi, lalu bergerak menuju nukleus
dan berikatan dengan kromatin. Ikatan ini menstimulasi transkripsi RNA dan
sintesis protein spesifik. Induksi sintesis protein ini merupakan perantara efek
fisiologis steroid.
Mekanisme sebenarnya dari efek anti-inflamasi sangat kompleks dan
kurang dimengerti. Dipercayai bahwa kortikosteroid menggunakan efek anti-
inflamasinya dengan menginhibisi pembentukan prostaglandin dan derivat lain
pada jalur asam arakidonik. Mekanisme lain yang turut memberikan efek anti-
inflamasi kortikosteroid adalah menghibisi proses fagositosis dan menstabilisasi
membran lisosom dari sel-sel fagosit.
Efektivitas kortisteroid bisa akibat dari sifat immunosupresifnya.
Mekanisme yang terlibat dalam efek ini kurang diketahui. Beberapa studi
menunjukkan bahwa kortikosteroid bisa menyebabkan pengurangan sel mast pada
kulit. Hal ini bisa menjelaskan penggunaan kortikosteroid topikal pada terapi
urtikaria pigmentosa.
Efek
Pengaruh kortikosteroid terhadap fungsi dan organ tubuh :
a. Glukokortikoid
- Menimbulkan metabolisme
Glukokortikoid membantu glukoneogenesis dengan jalan meningkatkan
ambilan asam amino oleh hati dan ginjal serta meningkatkan aktivitas
enzim glukoneogenik. Obat-obat ini merangsang katabolisme protein dan
lipolisis.
- Meningkatkan retensi terhadap stress
Dengan meningkatkan kadar glukosa plasma, glukokortikoid memberikan
energi yang diperlukan tubuh untuk melawan stress yang disebabkan oleh
trauma, infeksi, perdarahan, dan ketakutan. Glukokortikoid dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah, degan jalan meningkatkan efek
vasokonstriksi rangsangan adrenergik pada pembuluh darah kecil.
- Merubah kadar sel darah dalam plasma
Glukokortikoid menyebabkan penurunan eosinofil, basofil, monosit, dan
limfosit dengan jalan meredistribusinya ke dalam jaringan limfoid dari
sirkulasi. Sebaliknya, glukokortikoid meningkatkan kadar haemoglobin
trombosit, eritrosit, dan leukosit polimorfonuklear dalam darah.
- Efek anti-inflamasi
Glukokortikoid memiliki kemampuan untuk mengurangi respon
peradangan secara dramatis dan untuk menekan imunitas. Penggunaan
klinik kortikoteroid sebagai anti-inflamasi merupakan terapi paliatif, yaitu
gejalanya dihmbat sedangkan penyebabnya masih ada.
- Mempengaruhi komponen lain sistem endokrin
Penghambatan umpan balik produksi kortikotropin oleh peningkatn
glukokortikoid menyebabkan penghambatan sintesis glukokortikoid lebih
lanjut, sedangkan hormon pertumbuhan meningkat.
- Efek pada sistem lain
Dosis tinggi glukokortikoid merangsang asam lambung dan produksi
pepsin yang dapat menyebabkan eksaserbasi ulkus. Efeknya pada susunan
saraf pusat mempengaruhi status mental. Terapi glukokortikoid kronik
dapat menyebabkan kehilangan massa tulang berat. Miopati mnimbulkan
keluhan lemah.
b. Mineralokortikoid
Mineralokortikoid membantu kontrol volume cairan tubuh dan konsentrasi
elektrolit, terutama Na, K.
Indikasi
Penggunaan kortikosteroid lebih banyak bersifat empiris, kecuali untuk
terapi substitusi pada defisiensi.
Indikasi penggunan kortikosteroid, yaitu :
- terapi pengganti pada insufisiensi adrenokortikal primer (Addison’s
disease),
- terapi pengganti pada insufisiensi adrenokortikal sekunder atau tersier,
- diagnosis sindrom Cushing,
- terapi pengganti pada hiperplasia adrenal kongenital,
- menghilangkan gejala peradangan,
- pengobatan alergi.
Umumnya penyakit kulit diobati dengan glukokortikoid oral termasuk
penyakit bula serius (pemfigus, pemfigoid bulosa, pemfigoid sikatrik, erythema
multiforme, toxic epidermal necrolysis); penyakit jaringan ikat (dermatomyositis,
systemic eryhematosus; vasculitis; dermatosa neutrofilik (pioderma gangrenosum,
acut febrile neutrophilic dermatosis); sarcoidosis; lepra reaktiof tipe 1,
hemangioma kapilare; panniculitis; dan urtikaria/angioedema.
Penggunakan glukokortikoid singkat, dapat dilakukan pada dermatitis
yang parah (dermatitik kontak, dermatitik atopik, fotodermatitis, dermatitis
exfoliatif, dan erythroderma). Penggunaan glukokortikoid masih kontroversial
untuk pengobatan erythrema nodosum, lichen planus, cutaneus T cell lymphoma,
dan discoid lupus erythromatosus.
dosisnya:3,7
Kontraindikasi
Pada kontraindikasi absolut, kortikosteroid tidak boleh diberikan pada
keadaan infeksi jamur yang sistemik, herpes simpleks keratitis, hipersensitivitas
biasanya kortikotropin dan preparat intravena. Sedangkan kontraindikasi relatif
kortikosteroid dapat diberikan dengan alasan sebagai life saving drugs.
Kortikosteroid diberikan disertai dengan monitor yang ketat pada keadaan
hipertensi, tuberculosis aktif, gagal jantung, riwayat adanya gangguan jiwa,
positive purified derivative, glaucoma, depresi berat, diabetes, ulkus peptic,
katarak, osteoporosis, kehamilan.
Interaksi obat
Obat-obat seperti barbiturat, fenitoin, dan rifampin, yang menginduksi enzim
mikrosomal hepar, dapat mempercepat metabolisme glukokortikoid Obat-obat
seperti cholestyramine, colestipol, dan antasid mengganggu absorbsi glukortikoid.
Glukokortikoid mengurangi kadar serum salisilat dan membuat kebutuhan dosis
yang lebih tinggi untuk warfarin sebagai antikoagulan.
Penghambat Kortikosteroid
- Metirapon
Metirapon mempengaruhi sintesis kortikosteroid dengn jalan menghambat
langkah akhir (11-hidroksilasi) sintesis glukokortikoid yang menyebabkan
peningkatan 11-deoksikortisol sama seperti androgen adrenal dan
mineralokortikoid kuat, 11-deoksikortikosteron.
- Aminoglutetimid
Aminoglutetimid bekerja dengan jalan menghambat konversi kolesterol
menjadi pregnenolon. Akibatnya, sintesis semua steroid aktif berkurang.
Aminoglutetimid diberikan bersama dengan deksametason pada pengobatan
kanker payudara untuk mengurangi androgen dan produksi estrogen.
Aminoglutetimid juga berguna pada pengobatan keganasan korteks adrenal
untuk mengurangi sekresi steroid.
- Ketokonazol
Ketokonazol menghambat dengn kuat sintesis hormon gonad dan hormon
steroid.
- Mifepriston
Mifepriston merupakan suatu antagonis glukokortkoid kuat. Obat ini
membentuk kompleks dengan reseptor glukokortikoid, tetapi disosiasi obat
yang cepat dari reseptor menyebabkankesalahan translokasi ke dalam nukleus.
- Spironolakton
Spironolakton bersaing pada reseptor mineralokortikoid sehingga
menghambat reabsorbsi Na di ginjal. Obat ini dapat juga mengantagonis
sintesis aldosteron dan testosteron.
DAFTAR PUSTAKA