Anda di halaman 1dari 12

\

Definisi Harga
            Menurut Stanton, (1984) Harga adalah Price is valueexpressed in terms of dollars  and
cens, or any other monetary medium of  exchange. yang kurang lebih memiliki arti harga adalah
nilai yang dinyatakan dalam dolar dan sen atau medium moneter lainnya sebagai alat tukar.
Menurut Basu Swastha (1986: 147) Harga diartikan sebagai Jumlah uang (kemungkinan
ditambah barang) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta
pelayanannya.
Menurut menurut Alex S Nitisemito (1991:55) Harga diartikan sebagai nilai suatu barang
atau jasa yang diukur dengan sejumlah uang dimana berdasarkan nilai tersebut seseorang atau
perusahaan bersedia melepaskan barang atau jasa yang dimiliki kepada pihak lain.
            Harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang
dan jasa) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau
jasa, Tjiptono (2001 : 151). Dan harga merupakan unsur satu–satunya dari unsur bauran
pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan di banding unsur
bauran pemasaran yang lainnya (produk, promosi dan distribusi).

2.    Konsep dan Peranan Harga


“Pada tingkat harga, bila manfaat yang dirasakan konsumen meningkat, maka nilainya akan
meningkat pula, Demikian pula pada tingkat harga tertentu, nilai suatu barang atau jasa akan
meningkat seiring dengan meningkatnya manfaat yang dirasakan”
Asumsi :
•         Harga bisa diungkapkan dengan berbagai istilah : misalnya Iuran, tarif,  Sewa, Bunga,  Komisi,
Upah, Gaji, Honorarium dsb.
•         Harga merupakan komponen yang berpengaruh langsung pada laba perusahaan :
Laba  =     Pendapatan Total       –      Biaya Total               ( Harga per unit x Kuantitas yg
terjual) –   ( Biaya Tetap)
         Disudut pandang konsumen harga seringkali digunakan sebagai indikator Nilai, bilamana harga
tsb. dihubungkan dengan manfaat yang dirasakan atas suatu barang atau jasa.
        
             Manfaat YangDirasakan
Nilai = 
                                   Harga
 
Nilai (value) di-definisikan sebagai rasio antara manfaat yg  dirasakan terakhir. Harga dapat
dirumuskan :

2.1.2 Tujuan Penetapan Harga


Dalam teori ekonomi klasik, setiap perusahaan selalu berorientasi pada seberapa besar
keuntungan yang akan diperoleh dari suatu produk atau jasa yang dimilikinya, sehingga tujuan
penetapan harganya hanya berdasarkan pada tingkat keuntungan dan perolehan yang akan
diterimanya. Namun di dalam perkembangannya, tujuan penetapan harga bukan hanya
berdasarkan tingkat keuntungan dan perolehannya saja melainkan berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan non ekonomis lainnya.
Berikut adalah tujuan penetapan harga yang bersifat ekonomis dan non ekonomis:
1.      Memaksimalkan Laba
Penetapan harga ini biasanya memperhitungkan tingkat keuntungan yang ingin diperoleh.
Semakin besar marjin keuntungan yang ingin didapat, maka menjadi tinggi pula harga yang
ditetapkan untuk konsumen. Dalam menetapkan harga sebaiknya turut memperhitungkan daya
beli dan variabel lain yang dipengaruhi harga agar keuntungan yang diraih dapat maksimum.
2.      Meraih Pangsa Pasar
Untuk dapat menarik perhatian para konsumen yang menjadi target market atau target
pasar maka suatu perusahaan sebaiknya menetapkan harga yang serendah mungkin. Dengan
harga turun, maka akan memicu peningkatan permintaan yang juga datang dari market share
pesaing atau kompetitor, sehingga ketika pangsa pasar tersebut diperoleh maka harga akan
disesuaikan dengan tingkat laba yang diinginkan
3.      Return On Investment (ROI) / Pengembalian Modal Usaha
Setiap usaha menginginkan tingkat pengembalian modal yang tinggi. ROI yang tinggi
dapat dicapai dengan jalan menaikkan profit margin serta meningkatkan angka penjualan.
4.      Mempertahankan Pangsa Pasar
Ketika perusahaan memiliki pasar tersendiri, maka perlu adanya penetapan harga yang
tepat agar dapat tetap mempertahankan pangsa pasar yang ada
5.      Tujuan Stabilisasi Harga
Dalam pasar yang konsumennya sangat sensitif terhadap harga, bila suatu perusahaan
menurunkan harganya, maka para pesaingnya harus menurunkan pula harga mereka.
6.      Menjaga Kelangsungan Hidup Perusahaan
Perusahaan yang baik menetapkan harga dengan memperhitungkan segala kemungkinan
agar tetap memiliki dana yang cukup untuk tetap menjalankan aktifitas usaha bisnis yang
dijalani.
Tujuan-tujuan dalam penetapan harga ini mengindikasikan bahwa pentingnya perusahaan
untuk memilih, menetapkan dan membuat perencanaan mengenai nilai produk atau jasa dan
tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan atas produk atau jasa tersebut.

2.1.3 Peranan Harga


Ada dua peranan utama dalam proses pengambilan keputusan para pembeli
1.      Peranan alokasi dari harga :
a.       Fungsi harga dalam membatu para pembeli untuk memutuskan cara memperoleh manfaat atau
utilitas tertinggi yg diharapkan berdasarkan daya beli.
b.      Dapat membantu pembeli untuk memutuskan cara mengalokasikan daya belinya pada berbagai
jenis barang dan jasa.
c.       Dapat membandingkan harga dari berbagai alternatif yang tersedia.
d.      Memutuskan alokasi dana yang dikehendaki
2.      Peranan Informasi dari Harga :
a.       Fungsi harga dalam mendidik konsumen mengenai faktor-faktor produk, seperti kualitas.
b.      Membantu pembeli dalam situasi dimana pembeli mengalami kesulitan untuk menilai faktor
Produk/ manfaat secara abjektif
2.1.4        Faktor yang Mempengaruhi Penetapan Harga
1.      Faktor Internal
a.       Tujuan Pemasaran Perusahaan
(makimalisasi laba;   mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan; meraih pangsa pasar
yang besar; menciptakan kepeminpinan dlm hal kualitas; mengatasi persaingan; melaksanakan
tanggung jawab sosial ; dll.)
b.      Strategi Bauran Pemasaran
(harga perlu dikoordinasikan dan saling mendukung dengan bauran pemasaran  lainya yaitu
produk, distribusi dan promosi )
c.       Biaya                                                                            
(merupakan faktor yang paling menetukan harga minimal yang harus ditetapkan agar
perusahaan tidak mengalami kerugian, dalam hal ini biaya tetap dan variabel)
d.      Organisasi
1)      Manajemen perlu memutuskan siapa di dalam organisasi yang harus menetapkan  harga.
2)      Setiap perusahaan menangani masalah penetapan harga menurut caranya masing-masing.
3)      Pada perusahaan kecil, umumnya harga ditetapkan oleh manajemen puncak.
4)      Pada perusahaan besar, seringkali masalah penetapan harga ditangani oleh devisi atau manajer
suatu lini produk.
5)      Dalam pasar Industri, para wiraniaga diperkenankan untuk bernegoisasi  dengan pelanggannya
guna menetapkan rentang (range) harga tertentu.
6)      Dalam indutri  penetapan harga merupakan  faktor kunci (misalnya perusahaan minyak,
penerbangan luar angkasa)  biasanya setiap perusahaan memiliki departemen penetapan harga
tersendiri yang bertanggung jawab kepada departement. Pemasaran atau manajemen puncak.
7)      Pihak-pihak lain  yang mempunyai pengaruh terhadap penetapan harga  adalah manajer
penjualan, manajer produksi, manajer keuangan dan akuntan

2.      Faktor Ekternal


a.       Sifat Pasar dan Permintaan, setiap perusahaan perlu memahami sifat dan permintaan yang
dihadapinya, apakah termasuk pasar persaingan sempurna, persaingan monopolistik, oligopoli,
atau monopoli.  Faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah elastisitas permintaan
b.      Persaingan ( Porter )
Ada lima kekuatan pokok yang berpengaruh dalam persaingan suatu industri :
1)      Persaingan dalam industri yang bersangkutan
2)      Produk Substitusi
3)      Pemasok
4)      Pelanggan dan
5)      Ancaman-ancaman baru
Informasi yang dibutuhkan untuk menganalisis karakteritik persaingan yg dihadapi :
1)      Jumlah Perusahaan dalam Industri
2)      Ukuran relatif setiap anggota dalam Industri
3)      Deferensiasi Produk
4)      Kemudahan untuk memasuki industri yang bersangkutan

c.       Pengawasan Pemerintah


Pengawasan pemerintah juga merupakan faktor penting dalam penentuan harga. Pengawasan
pemerintah tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk : penentuan harga maksimum dan
minimum, diskriminasi harga, serta praktek-praktek lain yang mendorong atau mencegah usaha-
usaha ke arah monopoli.

2.2  Metode Penetapan Harga


Setelah perusahaan menentukan dan menetapkan tujuan yang akan dicapai, maka langkah
atau tahapan selanjutnya adalah menentukan metode penetapan harga. Secara umum metode
penetapan harga terdiri dari 3 macam pendekatan, yakni ;
1.      Penetapan harga berdasarkan biaya
a.       Penetapan Harga Biaya Plus
Didalam metode ini, harga jual per unit ditentukan dengan menghitung jumlah seluruh biaya per
unit ditambah jumlah tertentu untuk menutupi laba yang dikehendaki pada unit tersebut
( margin )
Rumus : Biaya Total + Margin = Harga Jual
Contohnya : Perusahaan jus dengan biaya total Rp 250.000 dan ingin mendapatkan laba 20%
(margin) maka : Rp 250.000 + (20% x Rp 250.000) = Rp 300.000 . Maka harga setiap jus dijual
dengan harga Rp 3000.
b.      Penetapan Harga Mark-Up
Untuk metode Mark-up ini, harga jual per unit ditentukan dengan menghitung harga pokok
pembelian per unit ditambah ( mark-up ) jumlah tertentu
Rumus : Harga Beli + Mark-Up = Harga Jual
Contohnya : Jika anda membeli sebuah baju dengan harga Rp 150.000 kemudian anda
menginginkan laba Rp 50.000 , maka harga jualnya Rp 200.000.
c.       Penetapan Harga BEP ( Break Even Point )
Metode pentapan harga berdasarkan keseimbangan antara jumlah total biaya keseluruhan
dengan jumlah total penerimaan keseluruhan.
Rumus : BEP => Total Biaya = Total Penerimaan
BEP secara matematis dapat dibagi dua yaitu ;
1.      BEP atau titik impas dalam unit
Rumusnya :
BEP = biaya tetap : (harga jual per unit - biaya variable rata-rata)
2.      BEP atau titik impas dalam satuan rupiah
Rumusnya :
Biaya tetap total : 1- (biaya variable rata-rata : harga jual per unit )
Contohnya : Misalkan anda menjual berbagai macam buah . biaya tetap yang dikeluarkan senilai
Rp 200.000. dan biaya variablenya Rp 1000. Kemudian anda berencana menjual macam-macam
buah tersebut dengan harga Rp 2000 per buah. Maka BEP nya sebagai berikut :
a.       BEP (dalam unit ) = 200.000 : (2000 -1000) = 200
b.      BEP (dalam satuan rupiah ) = 200.000 : 1- (1000 : 2000) = 400.000
Jadi, anda harus menjual 200 macam buah atau senilai Rp 400.000 agar anda mencapai BEP.
Maksudnya anda harus menjual 200 buah atau senilai Rp 400.000 untuk kembali modal. Jika
anda menjual 210 buah maka 10 buah tersebut adalah keuntungan anda.
2.      Penetapan Harga berdasarkan Harga Pesaing/Kompetitor
Penetapan harga dilakukan dengan menggunakan harga kompetitor sebagai referensi,
dimana dalam pelaksanaannya lebih cocok untuk produk yang standar dengan kondisi pasar
oligopoli. Untuk menarik dan meraih para konsumen dan para pelanggan, perusahaan biasanya
menggunakan strategi harga. Penerapan strategi harga jual juga bisa digunakan untuk mensiasati
para pesaingnya, misalkan dengan cara menetapkan harga di bawah harga pasar dengan maksud
untuk meraih pangsa pasar.
3.      Penetapan Harga Berdasarkan Permintaan
Proses penetapan harga yang didasari persepsi konsumen terhadap value/nilai yang
diterima (price value), sensitivitas harga dan perceived quality. Untuk mengetahui value dari
harga terhadap kualitas, maka analisa Price Sensitivity Meter (PSM) merupakan salah satu
bentuk yang dapat digunakan. Pada analisa ini konsumen diminta untuk memberikan pernyataan
dimana konsumen merasa harga murah, terlalu murah, terasa mahal dan terlalu mahal dan
dikaitkan dengan kualitas yang diterima.
2.3  Strategi Dalam Penetapan Harga
Strategi penetapan harga adalah tahapan dimana perusahaan mengklasifikasikan dan
menggolongkan produk atau jasa yang dihasilkannya merupakan ‘produk baru’ yang belum
memiliki konsumen loyal/tetap atau ‘produk yang telah beredar’ yang telah memiliki pangsa
pasar tersendiri.
Strategi penetapan harga ini juga berhubungan dengan siklus kehidupan produk (Product
Life Cycle) dimana suatu produk memiliki empat tahapan utama yakni, Perkenalan,
Pertumbuhan, Kematangan dan Penurunan.
Secara khusus strategi penetapan harga ini terdiri dari ;
1.      Produk Baru
Dalam menetapkan strategi penetapan harga yang efektif untuk produk baru atau tahap
perkenalan ini terdapat 2 (dua) alternatif strategi penetapan harga, yaitu
a.       Harga Mengapung (Skimming Price)
Memberikan harga tinggi untuk menutup biaya dan menghasilkan labamaksimum
(perusahaan dapat meyakinkan konsumen bahwa produknya berbeda dengan produk sejenis yang
lain.)
Pendekatan skimming sangat efektif jika terdapat diferensiasi harga pada segmen tertentu
dan pesaing relatif sedikit. Skimming juga dapat dimanfaatkan untuk membatasi permintaan
sampai perusahaan merasa siap untuk melakukan produksi masal. Apalagi skimming dapat
meningkatkan nilai produk menjadi sangat prestisius.
b.      Harga Penetrasi        
Memberikan harga rendah untuk menciptakan pangsa pasar dan permintaan, strategi ini
dapat diterapankan pada situasi pasar tidak terfragmentasi ke dalam segmen yang berbeda, serta
produk tersebut tidak mempunyai nilai simbolis yang tinggi. Pendekatan ini juga efektif terhadap
sasaran pasar yang sensitif harga.
2.      Produk Yang Telah Beredar
Strategi penetapan harga untuk produk yang telah beredar ini tentunya tidak terlepas dari
posisi produk atau jasa tersebut dari siklus kehidupan produk,
dalam hal ini tahapan siklusnya berada pada 3 (tiga) tingkatan berikutnya setelah perkenalan
yakni;
a.       Tahap Pertumbuhan
Pada tahap pertumbuhan ini ditandai dengan penjualan meningkat disertai munculnya
pesaing. Pada awalnya terjadi pertumbuhan yang cepat, strategi yang diterapkan adalah tetap
mempertahankan harga produk/pasar. Ketika pertumbuhan melambat, terapkan strategi harga
agresif atau menurunkan harga untuk mendorong penjualan sekaligus menghadapi persaingan
yang semakin ketat.
b.      Tahap Kematangan
Pada tahap kematangan, fleksibilitas harga merupakan kunci efektivitas strategi penetapan
harga. Pada tahapan ini perusahaan harus benar-benar responsif terhadap situasi pasar, konsumen
maupun pesaing. Strategi penetapan harga dapat menggunakan ‘psikologis konsumen’ maupun
‘pemotongan harga’ (diskon), sehingga perusahaan dapat menjaga loyalitas konsumen (pangsa
pasar) dan meningkatkan jumlah permintaan dan keuntungan yang diperoleh.
c.       Tahap Penurunan
Tahap penurunan produk atau jasa ditandai dengan menurunnya jumlah permintaan secara
terus-menerus, sebagai tahap terakhir daur hidup produk terdapat dua alternatif langkah utama
yang dapat dipilih. Pertama, strategi diskonting (pemotongan harga) Kedua, mempertahankan
harga tetapi memotong biaya-biaya yang berhubungan dengan produk, terutama pengeluaran
untuk promosi.
2).      Diskriminasi Harga

            Diskriminasi harga yaitu kebijaksanaan untuk memberlakukan harga jual yang berbeda-
beda untuk satu jenis barang yang sama di segmen pasar. Jadi, diskriminasi harga terjadi jika
produk yang sama dijual kepada konsumen yang berbeda dengan harga yang berbeda.
Diskriminasi harga dapat dipahami lebih baik dengan memperkenalkan konsep surplus
konsumen. Surplus konsumen adalah nilai barang dan jasa bagi para konsumen di atas dan di luar
jumlah yang mereka bayarkan kepada pada penjual.

            Diskriminasi harga banyak dipakai sekarang ini, terutama dengan barang-barang yang
tidak mudah dipindahkan dari pasar dengan harga rendah ke pasar dengan harga tinggi. Ternyata,
praktek ini seringkali dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi.  Monopolis menaikkan harga
jual produk mereka dan menurunkan jumlah penjualan mereka untuk meningkatkan keuntungan. 
Dengan melakukan hal tersebut, mereka mungkin bisa mendapatkan pasar untuk para pembeli
yang berkeinginan kuat dan kehilangan pasar untuk pebeli yang enggan. 

            Dengan memberikan harga yang berbeda untuk mereka yang mau membeli dengan harga
tinggi dan mereka yang mau membeli dengan harga yang rendah, monopolis dapat meningkatkan
keuntungan serta kepuasan pelanggannya.
Persyaratan untuk diskriminasi harga yang menguntungkan

            Dua kondisi diperlukan untuk diskriminasi harga yang menguntungkan. Pertama, harus
terdapat elastisitas harga dari permintaan yang berada di antara berbagai bagian pelanggan untuk
satu produk tertentu. Kecuali elastisitas harga berbeda di antara berbagai bagian pasar. Kedua,
perusahaan tersebut harus mampu mensegmentasi pasar dengan mengidentifikasi bagian - bagian
pasar dan mencegah perpindahan pelanggan dalam bagian - bagian pasar yang berbeda.

Jenis - jenis diskriminasi harga

 1.      Diskriminasi harga derajat 1


Diskriminasi harga derajat 1 dilakukan dengan cara menerapkan harga yang berbeda-
beda untuk setiap konsumen berdasarkan reservation price (Willingness To Pay) masing-masing
konsumen dibedakan pada kemampuan daya beli masing-masing konsumen. Contoh: seorang
dokter memberlakukan tarif konsultasi yang berbeda-beda pada setiap pasiennya. Diskriminasi
harga derajat 1 juga dijelaskan kedalam grafik yang tersaji pada gambar 1.

Gambar 1. Grafik Diskriminasi Harga Derajat 1

Pada gambar 1 menjelaskan tentang grafik diskriminasi harga derajat 1. Pada grafik
tersebut terdapat hubungan antara P (harga) dan Q (output) yang dimisalkan harga terdapat P1,
P2 dan P3 dan output terdapat Q1, Q2 dan Q3. Pada grafik terlihat apabila P tinggi maka Q
rendah. Hal ini apabila dikaitkan pada kemampuan daya beli konsumen berarti apabila produsen
menawarkan harga yang tinggi maka terdapat sedikit konsumen yang akan membeli produk
tersebut. Dan begitu sebaliknya, apabila produsen menawarkan harga yang rendah maka terdapat
banyak konsumen yang dapat membeli barang tersebut. Jadi, dalam hal ini perusahaan harus
mengetahui kemampuan daya beli pada masing-masing konsumen.
Diskriminasi harga derajat 1 dapat merugikan konsumen karena terdapat surplus
konsumen yang diterima oleh produsen, biaya yang harusnya diterima oleh konsumen namun
menjadi milik konsumen. Diskriminasi harga derajat 1 juga disebut perfect price
discrimination karena memperoleh surplus konsumen paling besar.

2.       Diskriminasi harga derajat 2


Diskriminasi harga derajat 2 dilakukan dengan cara menerapkan harga yang berbeda-
beda pada jumlah batch atau lot produk yang dijual. Diskriminasi harga ini dilakukan karena
perusahaan tidak memiliki informasi mengenai reservation pricekonsumen. Contoh: perbedaan
harga per unit pada pembelian grosir dan pembelian eceran, pembeli yang membeli mie instan 1
bungkus dan 1 kardus akan berbeda harganya.Diskriminasi harga derajat 2 juga dijelaskan
kedalam grafik yang tersaji pada gambar 2.

Gambar 2. Grafik Diskriminasi Harga derajat 2

Pada gambar 2 diatas menjelaskan tentang diskriminasi harga derajat 2. Pada grafik
tersebut pelaku usaha menetapkan harga (P1, P2 dan P3) berdasarkan jumlah konsumsi.
Kebijakan ini dapat meningkatkan kesejahteraan konsumen karena jumlah output
bertambah dan harga jual semakin murah. Hal ini dikarenakan pelaku usaha menggunakan
sistem perbedaan harga per unit pada pembelian grosir dan pembelian eceran. Harga eceran lebih
tinggi dari pada harga per pak, sehingga konsumen lebih baik membeli barang langsung per pak
daripada membeli barang eceran.

3.      Diskriminasi harga derajat 3


Diskriminasi harga derajat 3 dilakukan dengan cara menerapkan harga yang berbeda
untuk setiap kelompok konsumen berdasarkan reservation price masing-masing kelompok
konsumen. Diskriminasi harga derajat 3 dilakukan karena perusahaan tidak
mengetahui reservation price masing-masing konsumen, tapi mengetahui reservation price
kelompok konsumen. Kelompok konsumen dapat dibedakan atas lokasi, geografis, maupun
karakteristik konsumen seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan lain-lain. Contoh : barang
yang dijuala di pedesaan dan di perkotaan akan berbda harganya. Diskriminasi harga derajat 3
juga dijelaskan kedalam grafik yang tersaji pada gambar 3.
Gambar 3. Grafik Diskriminasi Harga Derajat 3
Pada gambar 3 diatas menjelaskan tentang grafik diskriminasi harga derajat
3.Diskriminasi harga ditetapkan berdasarkan perbedaan elastisitas harga. Permintaan yang lebih
inelastis dikenakan harga yang lebih tinggi.

3).      Penetapan Harga Produk Berganda

            
Model mikroekonomi dasar dari suatu perusahaan mengasumsikan bahwa perusahaan
memproduksi satu produk yang homogen. Hampir semua perusahaan memproduksi setidaknya
beberapa model, gaya, atau ukuran dari keluaran mereka, dan masing - masing variasi ini
dipandang  sebagai produk yang terpisah untuk maksud penetapan harga. Walaupun penetapan
harga produk berganda mengharuskan analisis yang sama seperti untuk satu produk, analisis ini
diperumit dengan adanya keterkaitan permintaan dan produksi.

1)      Keterkaitan Permintaan
          Keterkaitan permintaan timbul karena persaingan atau sifat saling         melengkapi di
antara berbagai produk perusahaan. Analisis Keterkaitan Permintaan Keterkaitan permintaan
mempengaruhi keputusan harga melalui pengaruh mereka terhadap pendapatan marginal

2)      Keterkaitan produksi
       Sama seperti produk - produk perusahaan yang dapat berkaitan melalui fungsi permintaan,
produk - produk itu juga dapat berkaitan dalam produksi. beberapa produk dapat diproduksi
bersama - sama dalam rasio yang tetap atau dalam proporsi yang dapat divariasikan.
Produk Gabungan Yang Diproduksi Dalam proporsi Tetap
Kasus paling sederhana dari produksi bersama adalah produk - produk yang dihasilkan dalam
proporsi tetap. Dalam situasi ini, adalah tidak masuk akal untuk mencoba memisahkan produk -
produk tersebut dari sudut pandang produksi atau biaya. Yaitu produk - produk yang harus
dihasilkan dalam proporsi tetap dan tidak memungkinkan penyesuaian terhadap terhadap rasio
keluaran produk.

4).      Penetapan Harga Dalam Pasar yang Mapan

           
Tingkat harga umum yang terjadi di pasar yang mapan adalah tingkat harga yang
memenuhi tujuan harga tertinggi atau tujuan perusahaan - perusahaan tersebut secara umum.
Penetapan harga dalam pasar yang mapan dapat dilakukan dengan cara :
1)      Price Positioning
Jumlah maksimum yang akan dibayar oleh pembeli untuk suatu produk dikenal sebagai
harga reservasi pembeli tersebut. Penelitian pasar yang dilakukan dengan cermat akan
bermanfaat bagi perusahaan dalam menunjukkan harga - harga reservasi untuk produk
tertentu dan untuk setiap ciri yang tercakup atau tidak dalam produk tersebut.
2)      Strategi Harga Product Line
Pendekatan ini memilih markup berdasarkan estimasi elastisitas harga permintaan yang
secara implisit mengasumsikan bahwa permintaan akan setiap item pada lini produk tidak
tergantung permintaan setiap item lain dalam lini produk itu.
3)      Penentuan Harga Untuk Menduga Kualitas
Penentuan harga sebuah produk yang lebih tinggi akan meyakinkan konsumen bahwa item
itu berkualitas lebih tinggi dan menyebabkan penjualan serta laba lebih besar dibanding
apabila produk itu dijual dengan harga lebih rendah.
4)      Penentuan Harga Produk Dalam Satu Paket
Pembundelan produk adalah praktik penjualan satu atau lebih produk secara bersama -
sama sebagai satu paket dengan harga tunggal. Penjualan secara paket akan meningkatkan
laba yang ditempuh dengan cara menaikkan harga setiap produk apabila dijual terpisah dan
menawarkan bundelan sebagai suatu paket dengan satu harga yang lebih rendah dari harga
jual masing - masing komponen dalam bundelan tersebut.
5). Potongan Kuantitas
Penetapan harga pada metode ini lebih ditekankan kepada kuantitas produk yang
ditawarkan
6). Penetapan Harga Promosi
Penetapan harga pada metode ini lebih ditekankan kepada kegiatan promosi untuk
mempromosikan suatu produk kepada masyarakat

Anda mungkin juga menyukai