Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH PENYAKIT PADA MASA KEHAMILAN

HIPEREMISIS GRAVIDARUM

DOSEN PEMBIMBING :

WASIS PUJIATI, S.Kep, Ns, M.Kep

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 5 :

AMIRRUDIN 131912002

LINDA MELANI 131912041

YUSRANI 131912034

NOVA AGUSTINA 131912043

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

STIKES HANGTUAH TANJUNGPINANG PROGRAM B

PRODI S1 KEPERAWATAN 2019/2020


1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Nutrisi selama kehamilan adalah salah satu faktor penting dalam menentukan
pertumbuhan janin. Dampaknnya adalah berat badan lahir, status nutrisi dari ibu yang
sedang hamil juga mempengaruhi angka kematian prenatal, keadaan kesehatan neonatal,
dan pertumbuhan bayi setelah lahir. Selama kehamilan kebutuhan nutrisi harian wanita
meningkat hingga lebih dari dua kali lipat, seperti contohnya kebutuhan asam folat yang
meningkat hingga 400 ug/hari, dimana pada keadaan normal hannya 180 ug/hari. Usia
kehamilan yang terus bertambah, makan bertambah pula kebutuhan gizi dan nutrisi ibu
hamil, khususnya ketika usia kehamilan memasuki trimester kedua.
Pada saat trimester kedua, janin tumbuh dengan sangat pesat, khususnya mengenai
pertumbuhan otak dan susunan syarafnya. Indikator kecukupan gizi juga terlihat pada
kenaikan berat badan yang cukup selama kehamilan. Kenaikan berat badan tersebut
bervariasi dari bulan ke bulan sesuai dengan fase kehamilan. Sistem hormon pada
kehamilan manusia melibatkan perubahan baik endokrin maupun metabolik yang terjadi
antara ibu dan janin. Pengaturan neuro endokrin di dalam plasenta, pada janin dan ibu
sangat penting dalam mengarahkan pertumbuhan janin dan perkembangannya. Adaptasi
ibu hamil terhadap perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan secara langsung
menggambarkan perkembangan plasenta dan janin. Mual dan muntah merupakan
gangguan yang paling sering dijumpai pada kehamilan muda. Kurang lebih 66% wanita hamil
trimester pertama mengalami mual dan 44% mengalami muntah
Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan
malam hari. Perasaan mual ini desebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon
estrogen dan HCG (Human Chorionic Gonadrotropin) dalam serum, pengaruh Fisiologi
kenaikan hormon ini belum diketahui secara jelas. Mual sering pula dihubungkan dengan
perubahan dalam indra penciuman dan perasaan pada awal kehamilan serta faktor
psikologis.
Mual dan muntah menyebabkan asupan nutrisi pada ibu hamil kurang sehingga
berat badan menurun, turgor kulit berkurang, diuresis berkurang dan timbul asetonuri. Hal
ini juga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin sehingga
membutuhkan perawatan atau penangan pada ibu hamil dengan Hiperemesis Gravidarum.

1.2. Tujuan Penulisan

1.2.1.Tujuan Umum

Agar penulis dan pembaca mengetahui tentang hyperemesis gravidarum.

1.2.2.Tujuan Khusus
Setelah mempelajari asuhan keperawatan hyperemesis gravidarum diharapkan penulis dan
pembaca dapat :

a. Mengetahui pengertian hyperemesis gravidarum

b. Mengetahui etiologi hyperemesis gravidarum

c. Mengetahui tanda & gejala hyperemesis gravidarum

d. Mengetahui klasifikasi/stadium hyperemesis gravidarum

e. Mengetahui bagaimana patofisiologi hyperemesis gravidarum

f. Mengetahui penatalaksanaan hyperemesis gravidarum

g. Mengetahui pathways hyperemesis gravidarum

h. Mengetahui pengkajian asuhan keperawatan pada pasien dengan hyperemesis gravidarum

i. Mengetahui diagnose keperawatan pada pasien dengan hyperemesis gravidarum

j. Mengetahui perencanaan keperawatan pada pasien dengan hyperemesis gravidarum?


BAB II

KONSEP DASAR

1. Pengertian Hiperemesis Gravidarum


Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil
sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena pada umumnya menjadi buruk karena
terjadi dehidrasi (Mochtar, 1998). Hiperemesis diartikan sebagai muntah yang terjadi secara
berlebihan selama kehamilan (Farrer, 1999).
Hiperemesis Gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual dan muntah/tumpah
yang berlebihan, lebih dari 10 kali dalam 24 jam atau setiap saat, sehingga mengganggu
kesehatan dan pekerjaan sehari-hari (Arief.B, 2009).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Hiperemesis Gravidarum (HG) adalah
suatu keadaan pada awal kehamilan (sampai trisemester II) yang ditandai dengan rasa mual
dan muntah berlebihan dalam waktu relatif lama bila terjadi terus menerus dapat
menyebabkan dehidrasi dan berat badan berkurang.

2. Etiologi Hipermesis Gravidarum


Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Frekuensi kejadian
adalah 2 per 1000 kehamilan.
Faktor-faktor predisposisi yang dikemukakan (Rustam Mochtar, 1998).
 Umumnya terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes dan kehamilan ganda
akibat peningkatan kadar HCG
 Faktor organik, yaitu karena masuknya viki khoriales dalam sirkulasi maternal dan
perubahan metabollik akibat kehamilan serta resitensi yang menurun dari pihak ibu
terhadap perubahan-perubahan ini serta adanya alergi yaitu merupakan salah satu respon
dari jaringan ibu terhadap janin.
 Faktor ini memegang peranan penting pada penyakit ini. Rumah tangga yang retak,
kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap
tanggungan sebagai ibu dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat
mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau
sebagai pelarian kesukaran hidup.
 Faktor endokrin lainnya : hipertyroid, diabetes dan lain-lain.

2.3. Tanda & Gejala Hiperemesis Gravidarum


2.3. 1. Tingkat I
a. Muntah terus menerus sehingga menimbulkan :
1) Dehidrasi : turgor kulit turun
2) Nafsu makan berkurang
3) Berat badan turun
4) Mata cekung dan lidah kering
b. Epigastrium nyeri karena asam lambung meningkat dan terjadi regurgitasi ke
esophagus
c. Nadi meningkat dan tekanan darah turun
d. Frekuensi nadi sekitar 100 kali/menit
e. Tampak lemah dan lemas
2.3.2. Tingkat II
a. Dehidrasi semakin meningkat akibatnya :
1) Turgor kulit makin turun
2) Lidah kering dan kotor
3) Mata tampak cekung dan sedikit ikteris
b. Kardiovaskuler
1) Frekuensi nadi semakin cepat > 100 kali/menit
2) Nadi kecil karena volume darah turun
3) Suhu badan meningkat
4) Tekanan darah turun
c. Liver Fungsi hati terganggu sehingga menimbulkan icterus
d. Ginjal Dehidrasi menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang yang menyebabkan :
1) Oliguria
2) Anuria
3) Terdapat timbunan benda keton aseton.
Aseton dapat tercium dalam hawa pernafasan
e. Kadang – kadang muntah bercampur darah akibat ruptur esofagus dan pecahnya
mukosa lambung pada sindrom mallory weiss.

2.3.3. Tingkat III

a. Keadaan umum lebih parah

b. Muntah berhenti

c. Sindrom mallory Weiss

d. Keadaan kesadran makin menurun hingga mencapai somnollen atau koma

e. Terdapat ensefalopati werniche :

1) Nistagmus

2) Diplopia

3) Gangguan mental

f. Kardiovaskuler Nadi kecil, tekanan darh menurun, dan temperatur meningkat

g. Gastrointestinal
1) Ikterus semakin berat

2) Terdapat timbunan aseton yang makin tinggi dengan bau yang makin tajam

h. Ginjal Oliguria semakin parah dan menjadi anuria

2.4. Klasifikasi/Stadium Hiperemesis Gravidarum

Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan hiperemesis
gravidarum tidak ada; tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh, sebaiknya ini
dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum menurut berat
ringannya gejala dapat dibagi dalam 3 tingkatan:

1. Tingkatan I:
 Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita,
 ibu merasa lemah,
 nafsu makan tidak ada,
 berat badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrium.
 nadi meningkat sekitar 100 kali/menit dan tekanan darah sistolik turun,
 turgor kulit mengurang,
 lidah mongering dan mata cekung.
2. Tingkatan II:
 penderita tampak lebih lemah dan apatis,
 turgor kulit mengurang,
 lidah mengering dan Nampak kotor,
 nadi kecil dan cepat,
 suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikterik.
 Berat badan menurun dan mata menjadi cekung,
 tensi turun,
 hemokonsentrasi oliguria dan konstipasi.
 Aseton dapat tercium dalam hawa pernafasan, karena pempunyai aroma yang khas
dan dapat pula ditemukan dalam kencing.
3. Tingkatan III :
 Keadaan umum lebih parah,
 muntah berhenti,
 kesadaran makin menurun hingga mencapai somnollen atau koma,
 terdapat ensefalopati werniche yang ditandai dengan : nistagmus, diplopia,
gangguan mental, kardiovaskuler ditandai dengan: nadi kecil,
 tekanan darah menurun, dan
 temperature meningkat,
 gastrointestinal ditandai dengan: ikterus makin berat,
 terdapat timbunan aseton yang makin tinggi dengan bau yang makin tajam.
Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan termasuk vitamin B
kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati (Wiknjosastro, 2005).

2.4. Patofisiologi Hiperemesis Gravidrum


Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang biasa terjadi pada
trimester I. Bila terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan dehidrasi dan tidak imbangnya
elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan
cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena okisidasi
lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam
hidroksida butirik, dan aseton dalam darah. Kekurangan volume cairan yang diminum dan
kehilangan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan
plasma berkurang. Natrium dan klorida darah turun. Selain itu, dehidrasi menyebabkan
hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah
zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang pula tertimbunnya zat metabolik yang
toksik. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat
ginjal menambah frekuensi muntah – muntah lebih banyak, dapat merusak hati dan
terjadilah lingkaran yang sulit dipatahkan. Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan
elektrolit dapat terjadi robekan pada selaput lender esophagus dan lambung (Sindroma
Mallory Weiss) dengan akibat perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya robekan ini
ringan dan perdarahan dapat berhenti sendiri, jarang sampai diperlukan transfusi atau
tindakan operatif (Wiknjosastro, 2005).

2.5. Penatalaksanaan :
Medik dan Perawatan
1. Pencegahan
 Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan
memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses
yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah
merupakan gejala yang flsiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah
kehamilan 4 bulan, mengajurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan
dalam jumlah kecil tetapi lebih sering.
 Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk
makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.
 Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan.
 Makanan dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat
dingin.
2. Obat – obatan
 Sedativa : Phenobarbital
 Vitamin : Vitamin B1 dan B6 atau B – kompleks
 Anti histamine : dramamin, avomin
 Anti emetic (pada keadaan lebih berat) : Dislikomin hidrokloride atau
khlorpromasine.
Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di rumah sakit

3. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran udara
yang baik, catat cairan yang keluar masuk, hanya dokter dan perawat yang boleh masuk
ke dalam kamar penderita sampai muntah berhenti pada penderita mau makan. Tidak
diberikan makanan atau minuman dan selama 24 jam. Kadang – kadang dengan isolasi
saja gejala – gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.

4. Terapi psikologik
Berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar, normal dan
fisiologik. Jadi tidak perlu takut dan khawatir. Yakinkan penderita bahwa penyakit
dapat disembuhkan dan dihilangkan masalah atu konflik yang kiranya dapat menjadi
latar belakang penyakit ini.

5. Cairan parenteral
Cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukosa 5% dalam
cairan fisiologis (2 – 3 liter/hari), dapat ditambah kalium dan vitamin (vitamin B
komplek, vitamin C), bila kekurangan protein dapat diberiakan asam amino secara
intravena, bila dalam 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum membaik
dapat diberikan minuman dan lambat laun makanan yang tidak cair. Dengan
penanganan diatas, pada umumnya gejala – gejala akan berkurang dan keadaan akan
bertambah baik.

6. Menghentikan kehamilan
Bila keadaan memburuk dilakukan pemeriksaan medik dan psikiatrik, manifestasi
komplikasi organis adalah delirium, takikardi, ikterus, anuria dan perdarahan dalam
keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan keadaan yang
memerlukan pertimbangan gugur kandung diantaranya:

a. Gangguan kejiwaan ditandai dengan: delirium, apatis, somnolen sampai


koma, terjadi gangguan jiwa.
b. Gangguan penglihatan ditandai dengan: pendarahan retina, kemunduran penglihatan.
c. Ganggguan faal ditandai dengan: hati dalam bentuk ikterus, ginjal dalam bentuk
anuria, jantung dan pembuluh darah terjadi nadi meningkat, tekanan darah
menurun. (Wiknjosastro, 2005).

7. Diet
a. Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya berupa roti
kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1 — 2 jam
sesudahnya. Makanan ini kurang dalam semua zat – zat gizi, kecuali vitamin C, karena
itu hanya diberikan selama beberapa hari.
b. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara berangsur
mulai diberikan makanan yang bernilai gizi linggi. Minuman tidak diberikan bersama
makanan . Makanan ini rendah dalam semua zat-zal gizi kecuali vitamin A dan D.
c. Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan. Menurut
kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini
cukup dalam semua zat gizi kecuali Kalsium
2.6 pathway
BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian Asuhan Keperawatan


Pada Pasien Dengan Hiperemesis Gravidarum Dikutip dari doengoes, pengkajian
keperawatan pada pasien dengan hyperemesis gravidarum meliputi:
a. Aktifitas istirahat; tekanan darah sistol menurun, denyut nadi meningkat (>100 kali
per menit)
b. Integritas ego; konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, perubahan persepsi
tentang kondisinya, kehamilan tak direncanakan.
c. Eliminasi; perubahan pada konsistensi, defekasi, peningkatan frekuensi berkemih
Urinalis ;peningkatan konsistensi urine.
d. Makanan/cairan; mual dan muntah yang berlebihan (4-8 minggu), nyeri epigastrium,
pengurangan berat badan (5-10 kg), membrane mukosa mulut iritasi dan merah, Hb
dan Ht rendah, nafas berbau aseton, turgor kulit berkurang, mata cekung dan lidah
kering.
e. Pernafasan; frekuensi pernapasan meningkat.
f. Keamanan; suhu kadang naik, badan lemah, ikterus, dan dapat jatuh dalam koma
g. Seksualitas; penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan maka
dilakukan abortus terapeutik.
h. Interaksi sosial; perubahan status kesehatan/stressor kehamilan, perubahan peran,
respon anggota keluarga yang dapat bervariasi terhadap hospotalisasi dan sakit,
system pendukung yang kurang.
i. Pembelajaran dan penyuluhan; segala yang dimakan dan diminum di muntahkan,
apalagi kalau berlangsung lama, berat badan turun lebih dari 1/10 dari berat badab
normal, turgor kulit, lidah kering, adanya aseton dalam urine.

3.1.1 Pengkajian Data Subjektif


a. Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- ,
lamanya perkawinan dan alamat.
b. Keluhan utama: mual muntah yg hebat pada pagi hari atau setelah makan, nyeri
epigastrik, tidak nafsu makan, merasa haus
c. Riwayat kehamilan saat ini: meliputi ada tidaknya gemeli, riwayat pemeriksaan
antenatal, dan komplikasi
d. Riwayat Kesehatan sekarang: meliputi awal kejadian dan lamanya mual dan muntah,
kaji warna volume, frekuensi dan kualitasnya. Kaji juga factor yg memperberat dan
memperingan keadaan, serta pengobatan apa yang pernah dilakukan.
e. Riwayat medis sebelumnya: seperti riwayat penyakit obstetric dan ginekologi,
kolelithiasis, gangguan tiroid, dan gangguan abdomen lainnya
f. Riwayat sosial: seperti terpapar penyakit yang mengganggu komunikasi, terpapar
dengan lingkungan, tercapainya pelayanan antenatal, peran, tanggung jawab,
pekerjaan, dll
g. Riwayat diet: khususnya intake cairan
h. Riwayat pembedahan: khususnya pada abdomen
i. Integritas Ego: seperti konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, dll
j. Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB
dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.

3.1.2. Pengkajian Data Objektif


a. TTV: ada tidaknya demam, takikardi, hipotensi, frekuensi nafas meningkat, adanya
nafas bau aseton
b. Status Gizi: Berat Badan meningkat/menurun
c. Status Kardiovaskuler: kualitas nadi, takikardi, hipotensi
d. Status Hidrasi: Turgor kulit, keadaan membrane mukosa, oliguria
e. Keadaan Abdomen: Suara Abdomen, adanya nyeri lepas/tekan, adanya distensi,
adanya hepatosplenomegali, tanda Murpy.
f. Genitourinaria: nyeri kostovertebral dan suprapubik
g. Status Eliminasi: Perubahan konsistensi feses, konstipasi dan perubahan frekuensi
berkemih
h. Keadaan janin: Pemeriksaan DJJ, TFU, dan perkembangan janin (apakah sesuai
dengan usia kehamilan)

3.2. Diagnosa Keperawatan


1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d nausea dan vomitus yang menetap.
2. Defisit volume cairan b.d kehilangan cairan akibat vomitus dan asupan cairan yang
tidak adequat.
3. Ketakutan b.d efek hiperemesis pada kesejahteraan janin.
4. Gangguan rasa nyaman : nyeri (perih) b.d muntah yang berlebihan, peningkatan asam
lambung.
5. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan b.d keterbatasan informasi.
6. Resiko perubahan integritas kulit b.d penurunan darah dan nutrisi kejaringan-jaringan
sekunder akibat dehidrasi

3.3. Perencanaan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d nausea dan vomitus yang menetap.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
1) Klien akan mengkonsumsi asupan oral diet yang mengandung zat gizi yang adequat.
2) Klien tidak mengalami nausea dan vomitus.
3) Klien akan menoleransi diit yang telah di programkan.
4) Klien akan mengalami peningkatan berat badan yang sesuai selama hamil.
Intervensi :
1) Catat intake dan output.
Rasional: menentukan hidrasi cairan dan pengeluaran melalui muntah.
2) Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional: dapat mencukupi asupan nutrisi yang dibutuhkan tubuh.
3) Anjurkan untuk menghindari makanan yang berlemak
Rasional : dapat merangsang mual dan muntah.
4) anjurkan untuk makan makanan selingan seperti biskuit, roti dan teh (panas)
hangat sebelum bagun tidur pada siang hari dan sebelum tidur.
Rasional: makanan selingan dapat mengurangi atau menghindari rangsang mual
muntah yang berlebih
5) Catal intake TPN, jika intake oral tidak dapat diberikan dalam periode tertentu.
Rasional: untuk mempertahankan keseimbangan nutrisi.
6) Inspeksi adanya iritasi atau Iesi pada mulut.
Rasional: untuk mengetahui integritas inukosa mulut.
7) Kaji kebersihan oral dan personal hygiene serta penggunaan cairan pembersih
mulut sesering mungkin.
Rasional: untuk mempertahankan integritas mukosa mulut.
8) Pantau kadar Hemoglobin dan Hemotokrit
Rasional: mengidenfifikasi adanya anemi dan potensial penurunan kapasitas
pcmbawa oksigen ibu. Klien dengan kadar Hb < 12 gr/dl atau kadar Ht < 37 %
dipertimbangkan anemi pada trimester I.
9) Test urine terhadap aseton, albumin dan glukosa.
Rasional: menetapkan data dasar ; dilakukan secara rutin untuk mendeteksi situasi
potensial resiko tinggi seperti ketidakadekuatan asupan karbohidrat, Diabetik
kcloasedosis dan Hipertensi (Doenges, 2001:57).

2. Defisit volume cairan b.d kehilangan cairan akibat vomitus dan asupan cairan yang
tidak adequat.
Tujuan : kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria hasil :
1) Keseimbangan cairan dan elektrolit akan kembali ke kondisi normal, yang terbukti
dengan turgor kulit normal, membran mukosa lembab, berat badan stabil, tanda-
tanda vital dalam batas normal; elektrolit, serum, hemoglobin, hematokrit, dan
berat jenis urin akan berada dalam batas normal.
2) Klien tidak akan muntah lagi
3) Klien akan mengkonsumsi asupan dalam jumlag yang adequat.
Intervensi :
1) Tentukan frekuensi atau beratnya mual/muntah.
Rasional : Memberikan data berkenaan dengan semua kondisi. Peningkatan kadar
hormon Korionik gonadotropin (HCG), perubahan metabolisme karbohidrat dan
penurunan motilitas gastrik memperberat mual/muntah pada kehamilan.
2) Tinjau ulang riwayat kemungkinah masalah medis lain (misalnya Ulkus peptikum,
gastritis.
Rasional: Membantu dalam mengenyampingkan penyebab lain untuk mengatasi
masalah khusus dalam mengidentifikasi intervensi.
3) Kaji suhu badan dan turgor kulit, membran mukosa, TD, input/output dan berat
jenis urine. Timbang BB klien setiap hari.
Rasional: Sebagai indikator dalam membantu mengevaluasi tingkat atau kebutuhan
hidrasi.
4) Anjurkan peningkatan asupan minuman berkarbonat, makan sesering mungkin
dengan jumlah sedikit. Makanan tinggi karbonat seperti : roti kering sebelum
bangun dari tidur.
Rasional: Membantu dalam meminimalkan mual/muntah dengan menurunkan
keasaman lambung. (Doenges, 2001:61)

3. Ketakutan b.d efek hiperemesis pada kesejahteraan janin.


Tujuan : ketakutan klien teratasi
Kriteria hasil : klien memverbalisasi perasaan dan kekhawatirannya tentang
kesejahteraan janin.
Intervensi :
1) Memperlihatkan sikap menerima rasa takut klien
Rasional: Sikap yang menerima takut klien akan memungkinkan komunikasi
terbuka tentang sumber ketakutan.
2) Mendorong untuk mengungkapakn perasaan dan kekhawatirannya.
Rasional: Pengetahuan tentang risiko potensial pada janin dapat membantunya
menghilangkan rasa takut.
3) Memberi informasi yang berhubungan dengan risiko potensial yang dapat terjadi
pada janinnya.
Rasional : Strategi koping yang efektif dibutuhkan untuk memampukan klien
mengatasi penyakit yang dideritanya dan efek-efek penyakit tersebut (bobak,2004:
273).
4. Gangguan rasa nyaman : nyeri (perih) b.d muntah yang berlebihan, peningkatan asam
lambung.
Tujuan : nyeri hilang/berkurang.
Kriteria hasil :
1) Klien mengungkapkan secara verbal.
2) Nyeri hilang atau berkurang 3) pasien dapat beristirahat dengan tenang
Intervensi :
1) kaji skala nyeri, karakteristik, kualitas, frekuensi dan lokasi nyeri.
Rasional : menentukan perubahan dalam tingkat nyeri dan mengevaluasi nilai skala
nyeri. Mengidentifikasi sumber sumber multiple dan jenis nyeri.
2) Anjurkan penggunaan tekhnik relaksasi dan distraksi
Rasional: menggunakan strategi ini sejalan dengan pemberian analgesic untuk
mengurangi atau mengalihkan respon terhadap nyeri.
3) Yakinkan pada klien bahwa perawat mengetahui nyeri yang dirasakannya dan akan
berusaha membantu untuk mengurangi nyeri tersebut.
Rasional: ketakutan bahwa nyari akan tidak dapat diterima seperti peningkatan
ketegangan dan ansietas yang nyata dan menurunkan toleransi nyeri.
4) Berikan kembali skala pengkajian nyeri Rasional: memungkinkan pengkajian
terhadap keefektifan analgesic dan mengidentifikasi kebutuhan terhadap tindak
lanjut bila tidak efektif.
5) 5) Catat keparahan nyeri pasien dengan bagan.
Rasional: membantu dalam menunjukkan kebutuhan analgesic tambahan atau
pendekatan alternative terhadap penatalaksanaan nyeri.
6) 6) Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi.
Rasional: analgesic lebih efektif bila diberikan pada awal siklus nyeri. (Smeltzer.
2001)
5. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan b.d keterbatasan informasi.
Tujuan : klien mengerti tentang perubahan fisiologis dan pskologis yang normal dan
tanda-tanda bahaya kehamilan.
Kriteria hasil :
1) Klien menjelaskan perubahan fisiologis dan pskologis normal berkaitan dengan
kehamilan trimester pertama
2) Klien menunjukkan perilaku perawatan diri sendiri yang meningkatkan kesehatan.
3) Mengidentifikasi tanda-tanda bahaya kehamilan.
Intervensi :
1) Jelaskan tentang Hiperemesis Grvidarum dan kaji pengetahuan pasien.
Rasional: untuk mengetahui seberapa dalam pengetahuan pasien tentang
penyakitnya dan tentang penatalaksanaannya di rumah.
2) Berikan pendidikan kesehatan tentang hiperemesis gravidarum.
Rasional: untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang hiperemesis
gravidarum.
3) Buat hubungan perawat-klien yang mendukung dan terus menerus.
Rasional: peran penyuluh atau konselor dapat memberikan bimbingan antisipasi
dan meningkatkan tanggunmg jawab individu terhadap kesehatan.
4) Evaluasi pengetahuan dan keyakinan budaya saat ini berkenaan dengan perubahan
fisiologis/psikologis yang normal pada kehamilan, serta keyakinan tentang aktivitas,
perawatan diri dan sebagainya.
Rasional: memberikan informasi untuk membantu mengidentifikasi kebutuhan-
kebutuhan dan membuat rencana keperawatan.
5) Klarifikasi kesalahpahaman.
Rasional: ketakutan biasanya timbul dari kesalahan informasi dan dapat
mengganggu pembelajaran selanjutnya.
6) Tentukan derajad motivasi untuk belajar.
Rasional: klien dapat mengalami kesulitan dalam belajar kecuali kebutuhan untuk
belajar tersebut jelas.
7) Pertahankan sikap terbuka terhadap keyakinan klien/pasangan.
Rasional: penerimaan penting untuk mengembangkan dan mempertahankan
hubungan.
8) Jawab pertanyaan tentang perawatan dan pemberian makan bayi.
Rasional: memberikan informasi yang dapat bermanfaat untuk membuat pilihan.
9) Identifikasi tanda bahaya kehamilan, seperti perdarahan, kram, nyeri abdomen
akut, sakit punggung, edema, gangguan penglihatan, sakit kepala dan tekanan
pelvis.
Rasional: membantu klien membedakan yang normal dan abnormal sehngga
membantunya dalam mencari perawatan kesehatan pada waktu yang tepat.
(Doenges,2001:67)

6. Resiko perubahan integritas kulit b.d penurunan darah dan nutrisi kejaringan-jaringan
sekunder akibat dehidrasi
Tujuan : Tidak terjadi ganguan integritas kulit.
Kriteria hasil : mengidentifikasi dan menunjukkan perilaku untuk mempertahankan
kulit halus, kenyal, utuh.
Intervensi :
1) Observasi kemerahan, pucat, ekskoriasi.
Rasional: area ini meningkat risikonya untuk kerusakan dan memerlukan
pengobatan lebih intensif.
2) Dorong mandi tiap 2 hari 1x, pengganti mandi tiap hari.
Rasional:sering mandi membuat kekeringan kulit.
3) Gunakan krim kulit dua kali sehari dan setelah mandi.
Rasional: melicinkan kulit dan mengurangi gatal.
4) Diskusikan pentingnya perubahan posisi sering, perlu untuk mempertahankan
aktivitas.
Rasional: meningkatkan sirkulasidan perfusi kulit dengan mencegah tekanan lama
pada jaringan. 5) Tekankan pentingnya masukan nutrisi/cairan adequat.
Rasional: perbaikan nutrisi dan hidrasi akan memperbaiki kondisi kuulit.
(Doenges,1999:433-434).

7. Intoleransi aktivitas b.d ketidakadekuatan sumber energi sekunder.


Tujuan : Pasien dapat beraktivitas secara mandiri.
Kriteria hasil :
1) Pasien dapat memperlihatkan kemajuan khususnya tingkat yang lebih tinggi.
2) Pasien mengidentifikasi faktor-faktor yang menurunkan toleransi aktivitas.
Intervensi :
1) Tingkatkan tirah baring/duduk. Berikan lingkungan yang tenang; batasi
pengunjung sesuai keperluan.
Rasional: meningkatkan istirahat dan ketenangan.
2) Ubah posisi dengan sering. Berikan perawatan kulit yang baik.
Rasional: meningkatkan fungsi pernapasan dan meminimalkan tekanan pada area
tertentu untuk menurunkan risiko kekurangan jaringan.
3) Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, bantu melakukan latihan rentang gerak sendi
pasif/aktif.
Rasional: tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan. Ini dapat terjadi
karena keterbatasan aktivitas yang mengganggu periode istirahat.
4) Dorong penggunaan tekhnik manajemen stress. Contoh relaksasi progresif,
visualisasi, bimbingan imajinasi.
Rasional: meningkatkan relaksasi dan penghematan energy, memusatkan kembali
perhatian dan dapat meningkatkan koping.
5) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi: sedatif, agen antiansietas, contoh
diazepam (valium); lorazepam(ativan).
Rasional: membantu dalam manajemen kebutuhan tidur. (Doenges, 1999:536-
537).
BAB IV

TINJAUAN KASUS

4.1 Pengkajian

4.1.1 Biodata :

Nama pasien : Ny. S Pekerjaan : IRT


Umur : 21 Th Alamat : sei- jang
Suku bangsa : Melayu Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam Diagnosa : HG
Pendidikan : SMA
4.1.2 RIWAYAT PENYAKIT
a. Keluhan Utama
Saat MRS : pasien mengatakan hamil anak kedua usia kehamilan 8 minggu
dengan keluhan mual muntah sejak 2 minggu yang lalu, setiap makan dan
minum muntah.
Saat Pengkajian : pasien mengatakan mual muntah, tadi pagi muntah ± 2x,
masih mual setiap kali makan dan minum. Badan terasa lemas.

b. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengatakan sejak 2 minggu yang lalu mengeluh mual dan muntah
setiap kali makan. Pada tanggal 3 Juli 2019 pasien memutuskan untuk periksa
ke Puskesmas Sei-jang dengan keluhan muntah secara terus menerus, dari
Puskesmas pasien dirujuk untuk ke rumah sakit, dan pada tanggal itu juga
pasien langsung pergi ke rumah sakit pukul
21.00 wib masuk ke IGD RSUD Kota Tanjungpinang untuk mendapatkan
tindakan selanjutnya, kemudian pukul 22.00 wib pasien dipindahkan ke ruang
Cempaka untuk mendapatkan perawatan lanjutan.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan mempunyai riwayat penyakit gastritis sejak masih SMP,
pasien juga mengatakan dulu pernah mempunyai riwayat sakit yang sama
seperti ini saat mengandung anak pertama tapi tidak sampai masuk rumah
sakit.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan didalam keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit
keturunan seperti hipertensi, diabetes mellitus, dll.

4.1.3 RIWAYAT OBSTETRI


a. Riwayat menstruasi
Menarche umur 12 tahun, banyaknya ± 3 softek/hari, siklusnya 28 hari, lamanya
± 8 hari, keluhan saat datang bulan tidak nyeri, HPHT 11 Mei 2019
b. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
Anak pertama usia 2 tahun, pada usia kehamilan 9 bulan dengan persalinan
normal di Bidan, tidak ada penyulit dan jenis kelaminnya laki-laki dengan BB
2800 gr.

c. Pengalaman menyusui
Ibu mempunyai pengalaman menyusui pada anak pertamanya, lama menyusui
± 2 tahun.
d. Kehamilan sekarang
Status obstetrik GII PI A0 P0 HI usia kehamilan 8 minggu, HPHT 11 Mei
2015, berat badan sebelum hamil 47 kg, taksiran persalinan tanggal 18
Februari 2016. Ibu sudah mendapatkan imunisasi TT1 dan TT2, ibu juga
mendapatkan pengobatan selama hamil jenisnya vitamin elkana dan tablet Fe.
Untuk persiapan persalinan, rencana persalinan berada di Bidan, perlengkapan
kebutuhan ibu dan bayi sudah dipersiapkan, kesiapan mental ibu dan keluarga
merasa sudah siap untuk menantikan kelahiran anak ke2, pengetahuan tentang
tanda-tanda melahirkan, cara menangani nyeri, proses persalinan ibu sudah
mengetahui tanda-tanda melahirkan perut terasa kenceng- kenceng yang terus
menerus, untuk mengurangi rasa kenceng-kenceng dengan cara tarik nafas
dalam, untuk proses persalinannya ibu mendapatkan bimbingan untuk
mengejan dari bidan dan rencana perawatan bayi dilakukan sendiri dengan
dibantu keluarga.
Kesanggupan dan pengetahuan dalam merawat bayi:
1. Breast care : ibu mengetahui kalau sebelum menyusui bayi untuk
membersihkan puting susu.
2. Nutrisi : ibu mengetahui nutrisi yang baik untuk ibu dan bayi.
3. Senam nifas : ibu belum pernah melakukan senam nifas.
4. KB : ibu mengetahui kb apa yang cocok untuk ibu.
5. Menyusui : ibu akan menyusui bayinya selama ± 2 tahun dengan ASI
exsklusif.

e. RIWAYAT KB
Ibu melaksanakan KB, jenis KB yang digunakan KB suntik 3 bulan dan
menggunakan KB sejak setelah melahirkan anak pertama, masalah yang terjadi
selama menggunakan KB suntik yaitu haid tidak teratur.

4.1.4 RIWAYAT KESEHATAN


Ibu mempunyai riwayat penyakit gastritis sejak masih SMP, pengobatan yang
didapatkan antasida, dan dalam keluarga tidak mempuyai riwayat penyakit
keturunan seperti: Diabetes mellitus, jantung, hipertensi, maupun penyakit
lainnya.

4.1.5 RIWAYAT LINGKUNGAN


Ibu mengatakan untuk kebersihan lingkunganya bersih, tidak ada percemaran
lingkungan dan tidak ada bahaya yang mengancam.
4.1.6 ASPEK PSIKOSOSIAL
Persepsi terhadap kehamilan ibu merasa bahagia menanti anak kedua.
Kehamilan ini membuat perubahan terhadap kehidupan sehari hari-hari yang
biasanya ibu mampu melakukan aktivitas berat ibu harus mengurangi aktivitas
berat untuk menjaga kesehatan ibu dan janin. Ibu berharap selalu diberi
kesehatan pada ibu dan bayi sampai waktu persalinan, ibu tinggal bersama
suami, anak pertama serta keluarga. Keluarga adalah orang terpenting, dan ibu
sudah siap untuk menantikan kelahiran anak yang kedua.
4.1.7 KEBUTUHAN DASAR KHUSUS
1) Pola nutrisi
Sebelum dirumah sakit pasien tidak nafsu makan karena setiap kali makan dan
minum muntah, minum hanya sedikit, makan hanya habis ± 3 sendok langsung
muntah, dan setelah masuk dirumah sakit pasien masih belum nafsu makan
setiap makan dan minum muntah. Makan hanya habis ± 5 sendok langsung
muntah jenis makanan yang di makan nasi putih + sayur + lauk-pauk. Minum
tidak habis 1 gelas (±100 cc) karena masih mual dan muntah jenis minuman teh
hangat.
2) Pola eliminasi
Sebelum dirumah sakit pasien BAK ±4x sehari, warna kuning. Dan BAB 1 x
warna kuning kecoklatan, bau khas, konsistensi lembek. Sedangkan setelah
masuk rumah sakit pasien BAK ±3x (±300 cc) sehari, warna kuning. Dan pasien
belum BAB selama dirumah sakit.
3) Pola personal hygiene
Sebelum masuk rumah sakit pasien mandi 2x sehari memakai sabun, oral
hygiene 2x sehari pagi dan setelah makan, cuci rambut 2x seminggu memakai
shampo. Sedangkan dirumah sakit pasien mandi 1x sehari memakai sabun, oral
hygiene 1 x sehari.
4) Pola istirahat dan tidur
Sebelum masuk rumah sakit pasien lama istirahat tidur ± 8 jam,. Sedangkan
selama dirumah sakit lama istirahat tidur ± 7 jam.
5) Pola aktivitas dan latihan
Kegiatan dalam pekerjaan pasien membersihkan rumah, memasak dan
melakukan kegiatan rumah tangga lainnya, kegiatan olahraga pasien biasanya
jalan-jalan di hari minggu, kegiatan waktu luang menonton televisi bersama
keluarga.
6) Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Kebiasaan sehari-hari pasien yang mempengaruhi kesehatan, pasien tidak
merokok,minum minuman keras, dan tidak ketergantungan obat.

4.1.8 PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan umum : baik , pasien tampak pucat Kesadaran :compos mentis
Tekanan darah : 90/70 mmhg Nadi : 80 x/menit
Suhu
RR : 20 x/menit : 36o C
BB di RS : 40 kg TB : 165 cm
1) Kepala
Bentuk kepala simetris, penyebaran rambut merata, warna rambut hitam tidak
ada ketombe, rambut bersih.
2) Mata
Kelopak mata tidak ada peradangan dan edema, gerakan mata normal,
konjungtiva merah muda, sklera putih, pupil isokor.
3) Hidung
Reaksi alergi tidak ada, tidak ada pembengkokan pada septum nasi. Tidak ada
sumbatan benda asing.
4) Mulut dan tenggorokan
Mukosa bibir kering, gigi lengkap dan tidak berlubang. Tidak ada kesulitan
menelan.
5) Dada dan axiala
Dada simetris, ada perubahan pada bentuk payudara yaitu mammae membesar,
areola mammae tampak hitam, colostrum belum ada.
6) Pernafasan
Jalan nafas bersih, suara nafas vesikuler, tidak menggunakan otot bantu
pernapasan atau tarikan intercostae, tidak ada suara tambahan seperti ronchi.

7) Sirkulasi jantung
Kecepatan denyut apical 80 x/menit, irama teratur, tidak ada kelainan bunyi
jantung.
8) Abdomen
Abdomen membesar sesuai usia kehamilan, usia kehamilan 8 minggu, linea dan
striae belum terlihat, TFU belum teraba, DJJ belum terdengar, belum ada
kontraksi, tidak ada luka bekas operasi, bising usus 14 x/menit.
9) Genitourinary
Tidak terkaji untuk menjaga privasi pasien
10) Ekstremitas
(integument/muskuloskeletal)
Turgor kulit baik, wana kulit sawo matang (kecoklatan), tidak ada kesulitan
dalam pergerakan, terpasang infus D5% drip metoclor 1 ampul + neurosanbe 1
ampul pada ekstremitas kiri atas.

4.2 DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

pengeluaran nutrisi yang berlebihan dan intake kurang

Tujuan :

a. Menjelaskan komponen diet seimbang prenatal, memberikan makanan

yang mengandung vitamin, mineral, protein dan besi

b. Mengikuti diet yang dianjurkan

c. Mengkonsumsi suplemen zat besi/ vitamin sesuai resep

d. Menunjukkan penambahan berat badan yang sesuai (biasanya 1,5 kg pada

akhir trimester pertama)

Intervensi

a. Tunjukkan keadekuatan kebiasaan asupan nutrisi dulu/

sekarang dengan menggunakan batasan 24 jam. Perhatikan kondisi

rambut, kulit dan kuku.

b. Dapatkan riwayat kesehatan, cacat usia (khususnya kurang

dari 17 tahun, lebih dari 35 tahun)

c. Pastikan tingkat pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi


d. Berikan informasi tertulis / verbal yang terpat tentang diet

pra natal dan suplemen vitamin / zat besi setiap hari

e. Evaluasi motivasi/ sikap dengan mendengar keterangan

klien dan meminta umpan balik tentang informasi yang diberikan

f. Tanyakan keyakinan berkenaan dengan diet sesuai dengan

budaya dan hal – hal tabu selama kehamilan

g. Perhatikan adanya pika/ ngidam. Kaji pilihan bahwa bukan

makanan dan tingkat motivasi untuk memakannya

h. Timbang berat badan klien; pastikan berat badan

pregravida biasanya. Berikan inforamasi tentang penambahan prenatal

yang optimum

i. Tinjau ulang frekuensi dan beratnya mual/ muntah

Kesampingkan muntah pernisiosa (hiperemesis gravidarum )

j. Pantau kadar hemoglobin (Hb, Hematokrit)

k. Tes urine terhadap aseton, albumin dan glukosa

l. Ukur pembesaran uterus

m. Buat rujukan yang perlu sesuai dengan indikasi (misal pada

ahli diet, pelayanan sosial)

n. Rujuk pada program makanan wanita, bayi, anak-anak

dengan tepat

2. gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan

cairan
tujuan :

- Mengidentifikasi dan melakukan tindakan untuk menurunkan frekuensi

dan keparahan mual/ muntah

- Mengkonsumsi cairan dengan jumlah yang sesuai setiap hari

- Mengidentifikasi tanda-tanda dan gejala dehidrasi yang memerlukan

tindakan

Intervensi

a. Tentukan frekuensi / beratnya mual/ muntah

b. Tinjau ulang riwayat kemungkinan masalah medis lain (misalnya ulkus

peptikum, gastritis,kolesistitis)

c. Anjurkan klien mempertahankan masukan/ keluaran, tes urine dan

penurunan berat badan setiap hari.

d. Kaji suhu dan turgor kulit, membrane mukosa, tekanan darah (TD), suhu,

masukan/ keluaran, dan berat jenis urine

Timbang berat badan klien dan bandingkan dengan standar

e. Anjurkan peningkatan masukan minimal berkarbonat, makan enam kali

sehari dengan jumlah yang sedikit dan makanan tinggi karbohidrat

(misalnya popcorn, roti kering sebelum bangun tidur.

3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan tubuh, penurunan

metabolisme sel

Tujuan :

 Melaporkan peningkatan rasa sejahtera/ tingkat energi

 Mendemonstrasikan peningkatan aktivitas fisik yang dapat diukur


Intervensi

a. Pantau respon fisiologis terhadap aktifitas, misal : perubahan tekanan

darah, atau frekuensi denyut jantung/ pernafasan

b. Buat tujuan aktifitas realistis dengan pasien

c. Rencanakan perawatan untuk memungkinkan periode istirahat. Jadwalkan

aktifitas untuk periode bila pasien mempunyai banyak energi. Libatkan

pasien/ orang terdekat dalam perencanaan jadwal

d. Dorong pasien untuk melakukan kapanpun. Misal : perawatan diri, bangun

dari kursi, berjalan

e. Berikan latihan rentang gerak pasif/ aktif pada pasien yang terbaring di

tempat tidur

f. Pertahankan tempat tidur pada posisi rendah, singkirkan perabotan, bantu

ambulasi

g. Berikan oksigen suplemen sesuai indikasi

h. Rujuk pada therapi fisik/ okupasi


BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Hiperemesis Gravidarum (HG) adalah suatu keadaan pada awal kehamilan (sampai
trisemester II) yang ditandai dengan rasa mual dan muntah berlebihan dalam waktu relatif
lama bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan berat badan berkurang.
Penyebab Hiperemesis Gravidarum Belum Diketahui Secara Pasti. Frekuensi Kejadian
Adalah 2 Per 1000 Kehamilan. Hiperemesis Gravidarum Di Klasifikasikan Menjadi 3
Stadium.

5.2. Saran – saran

Diharapkan mahasisiwi perawat dan tenaga kesehatan lainnya dapat mengerti dan
memahami tentang hiperemesis gravidarum sehingga dapat melakukan pencegahan dan
penatalaksanaan pada ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum. - Saran untuk
ibu yang menderita Hiperemesis Gravidarum agar leebih memperhatikan pola makan dan
keadaan fisik ibu
DAFTAR PUSTAKA

Ary Widayana, I Wayan Megadhana, dan Ketut Putera Kemara : DIAGNOSIS DAN
PENATALAKSANAAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM. Fakultas Kedokteran, Universitas
Udayana

Doenges, Marylinn E., dan Mary Frances Moorhouse. 2001.

Rencana Keperawatan Maternitas Bayi Pedoman untuk Perencanaan dan Dokumentasi


Perawatan Klien. Jakarta: EGC Leveno, Kenneth J. 2016.

Manula Williams Komplikasi Kehamilan Ed 23. Jakarta: EGC Tiran, Denise. 2009.

Seri Asuhan Kebidanan Mual & Muntah Kehamilan Denise Tiren. Jakarta: EGC

Mochtar, R. (2013), Sinopsis Obsteri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi Ed.3 Jilid 1,EGC,
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai