METODE PERANCANGAN II
DOSEN :
ALDERINA ROSALIA, ST ., MT
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR
2019
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Kota Muara Teweh merupakan tempat utama perkebunan lada Sultan
Banjar, nama Muara Teweh berasal dari bahasa Banjar Kuala, muara;
sedangkan dalam Banjar Hulu, muara disebut "muhara".
Di kota Muara Teweh pernah terdapat benteng peninggalan Belanda.
Lokasinya dahulu terletak pada lokasi Markas Kepolisian Resor (Mapolres)
Barito Utara yang sekarang. Sebagai ibu kota Kabupaten, hingga sekitar
menjelang tahun 1962 masih belum terdapat kendaraan roda empat di kota ini.
Transportasi darat di dalam kota biasanya dilakukan dengan menggunakan
sepeda roda dua sebagai alternatif berjalan kaki. Sedangkan hubungan
transportasi dengan kota-kota lain disekitarnya, umumnya dengan
memanfaatkan transportasi sungai, melalui sungai Barito. Di pinggiran sungai
Barito ini dapat pula terlihat rumah-rumah apung yang dalam bahasa setempat
disebut rumah lanting. Kendaraan roda 4 baru masuk di kota ini sekitar tahun
1962, di mulai dengan hadirnya 1 buah mobil jeep (Gaz) dan 1 buah truck,
kendaraan dinas yang dimiliki oleh militer.Dan di dekat teluk mati ada kapal
onrush millik belanda pernah tenggelam di teluk.
Metode
Artikel ini disusun menggunakan data hasil-hasil penelitian Balar
Kalimantan Selatan dalam Laporan Penelitian Arkeologi (LPA) di wilayah
Kalimantan Tengah yang ditulis pada tahun 1993-2017. Langkah awal yang
dilakukan adalah klasifikasi situs berdasarkan keletakan geografisnya. Langkah
selanjutnya adalah identifikasi situs berdasarkan parameter yang telah
ditentukan, yaitu letak geografis dan kondisi lingkungan, jenis temuan,
karakteristik budaya, dan kronologi waktu baik absolut ataupun relatif.
Parameter tersebut menjadi dasar untuk menentukan karakteristik situs
arkeologi di Kalimantan Tengah.
Tahap selanjutnya adalah memaparkan hubungan yang saling
mempengaruhi antara karakteristik situs arkeologi dan kondisi geografis-
geomorfologis di mana situs berada. Aspek pengamatan yang dikaji meliputi
jenis artefak/peralatan yang dihasilkan manusia, pola subsistensi yang
diterapkan, dan periodesasi serta penjelasan mengenai kondisi lingkungan fisik
di mana situs berada.
Model serupa telah diterapkan pada sebaran situs di wilayah Kalimantan
Selatan Identifikasi ini menghasilkan kelompok situs dengan karakteristik
tertentu yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya. Penerapan model ini di
wilayah Kalimantan Tengah juga menghasilkan pengelompokkan situs dengan
karakteristik dan lingkungan geografis tertentu.
Pengertian Permukiman
Berdasarkan UU No 1 Tahun 2011 yang dimaksud kawasan permukiman
adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa
kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan
Adisasmita (2010) mengemukakan bahwa permukiman adalah Sebidang
tanah/lahan yang diperuntukkan bagi pengembangan permukiman. Daerah
tertentu yang didominasi lingkungan hunian dengan fungsi utama sebagai
tempat tinggal yang dilengkapi dengan sarana, prasarana daerah dan tempat
kerja yang memberikan pelayanan dan kesempatan kerja guna mendukung
penghidupan, perikehidupan sehingga fungsi kawasan dapat berdaya guna dan
berhasilguna.
Pembahasan mengenai permukiman tidak hanya ditinjau dari aspek fisik
dan teknis saja, tetapi meliputi aspek sosial, ekonomi, dan budaya yang
menyebabkan perlunya melakukan penelitian secara mendalam pada lokus
penelitian. Budihardjo (1997) menyatakan bahwa permukiman manusia
merupakan masalah yang pelik, yang saling tumpang tindih karenya
menyangkut wadah dan isi.
Menurut Sabari (2008) permukiman merupakan tempat tinggal atau yang
berkaitan dengan tempat tinggal dan secara sempit berarti daerah tempat
tinggal atau bangunan tempat tinggal. Dari berbagai sumber yang telah di
paparkan sebelumnya, permukiman merupakan salah satu wujud aktifitas
yang dilakukan manusia pada suatu tempat di muka bumi dan yang menjadi
tujuan utama dari penataan kawasan adalah untuk mengembangkan lingkungan
permukiman.
Pengertian Permukiman Tepi Sungai
Menurut Peraturan Pemerintah No.38 tahun 2011 tentang sungai pada pasal 1,
dijabarkan sebagai berikut :
a. Sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan
pengaliran air mulai dari hulu sampai muara dengan dibatasi kanan dan kiri
oleh garis sempadan
b. Bantaran sungai adalah ruang antara tepi palung sungai dan kaki tanggul
sebelah dalam yang terletak di kiri dan/atau kanan palung sungai
c. Garis sempadan sungai adalah garis maya di kiri dan kanan palung
sungai yang ditetapkan sebagai batas perlindungan sungai
Perumahan di pinggiran sungai merupakan cerminan adanya keterbatasan
lahan kota sehingga tidak semua masyarakat dapat menikmati fasilitas yang
memadai dan dapat tinggal di lahan yang sesuai. Karena pada hakekatnya
pembangunan perumahan berkelanjutan menurut Kirmanto (2005) ialah
untuk meningkatkan kualitas hidup secara berkelanjutan baik dari kondisi
sosial, ekonomi, dan kualitas lingkungan
Menurut Maryono (2003), sempadan sungai sering disebut sebagai
bantaran sungai. Sempadan sungai merupakan daerah bantaran banjir ditambah
lebar longsoran tebing sungai (sliding) yang mungkin terjadi, lebar bantaran
ekologis, dan lebar keamanan yang diperlukan terkait dengan letak sungai
seperti areal permukiman dan non permukiman).
GAMBAR