Anda di halaman 1dari 6

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN

“Inovasi Pembelajaran untuk Pendidikan Berkemajuan”


FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo, 7 November 2015

PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI MEDIA


LEAFLET EFEKTIF DALAM PENINGKATAN
PENGETAHUAN PERILAKU PENCEGAHAN TUBERKULOSIS
PARU DI KABUPATEN PONOROGO

Sulistyo Andarmoyo1
1
Dosen FIK Universitas Muhammadiyah Ponorogo
sulistyoandarmoyo@gmail.com

Abstrak
Tuberkulosis (TB) Paru merupakan penyakit menular langsung yang mengenai
pada paru-paru yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis.
Penyakit ini masih merupakan ancaman kesehatan baik secara nasional maupun
global. Pengetahuan mengenai penyakit ini sangatlah penting terutama bagi
penderita Tuberkulosis Paru sehingga bisa menekan angka kejadian yang
semakin mengkhawatirkan. Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui efektifitas
pemberian pendidikan kesehatan melalui media leaflet terhadap pengetahuan
dalam perilaku pencegahan tuberkulosis paru di Kabupaten Ponorogo.
Metode penelitian Pre eksperimental dengan rancangan one group pre test and
post test design. Responden adalah penderita Tuberkulosis Paru yang tercatat di
register Puskesmas Badegan Kabupaten Ponorogo tahun 2013 dan 2014, yang
diambil dengan purposive sampling sejumlah 30 responden. Penelitian diawali
dengan pre test kemudian diberikan pendidikan kesehatan dengan media leaflet
dan dilanjutkan dengan post test. Uji analisis menggunakan uji non parametrik
menggunakan Wilcoxon Test.
Hasil penelitian didapatkan nilai P = 0,001 lebih kecil dari α = 0,05 yang berarti
terdapat perbedaan bermakna mengenai pengetahuan tentang tuberkulosis paru
sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan dengan menggunakan
media leaflet.
Kesimpulan: penelitian ada pengaruh pemberian pendidikan kesehatan melalui
media leaflet terhadap pengetahuan dalam perilaku pencegahan tuberkulosis
paru di Kabupaten Ponorogo. Saran: pendidikan tentang kesehatan lebih sering
dilaksanakan agar dapat menambah wawasan bagi penderita tuberkulosis
maupun kepada keluarganya dengan menggunakan berbagai pendekatan media
yang mudah dan bisa diterima oleh responden.

Kata kunci: Pendidikan Kesehatan, Media Leaflet, Pengetahuan, Tuberkulosis


Paru

PENDAHULUAN pengendalian dengan menggunakan strategi


Tuberkulosis adalah suatu penyakit DOTS telah mulai diperkenalkan tahun 1995,
menular yang disebabkan oleh kuman dari penyakit ini masih merupakan ancaman bagi
kelompok Mycobacterium Tuberculosis penduduk dunia. WHO pada tahun 1993 telah
(Kemenkes RI, 2014), yaitu kuman aerob mencanangkan bahwa penyakit tuberkulosis
yang dapat hidup terutama di paru atau di merupakan sebuah kedaruratan global (global
berbagai organ tubuh yang lainnya yang emergency) (Depkes RI, 2010).
mempunyai tekanan parsial oksigen yang Pada tahun 1995, diperkirakan setiap
tinggi (Rab T, 1999). Walaupun usaha tahun terjadi sekitar 9 juta pasien TB baru

600
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN
“Inovasi Pembelajaran untuk Pendidikan Berkemajuan”
FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo, 7 November 2015

dengan jumlah kematian 3 juta orang (WHO, Ponorogo dalam 2 (dua) tahun terkhir
Treatment of Tuberculosis, Guidelines for didapatkan bahwa penemuan kasus baru
National Programmes, 1997). Di negara- tuberkulosis pada tahun 2013 sejumlah 28
negara berkembang kematian TBC orang dan terdapat pula hasil yang sama pada
merupakan 25% dari seluruh kematian, yang tahun 2014 sejumlah 28 orang.
sebenarnya dapat dicegah. Diperkirakan 95% Upaya pemberian pendidikan atau
kasus TB dan 98% kematian akibat TB promosi kesehatan sangatlah penting utuk
didunia, terjadi pada negara-negara memberikan pemahaman mendasar kepada
berkembang, dengan 75% penderita TB penderita tuberkulosis sehingga diharapkan
adalah kelompok usia produktif (15-50 bisa meminimalkan angka kejadian
tahun). WHO memperkirakan bahwa pada tuberkulosis. Promosi kesehatan pada
tahun 2011 ada 8,7 juta kasus baru dasarnya merupakan proses komunikasi dan
tuberkulosis (13% merupakan koinfeksi proses perubahan perilaku melalui pendidikan
dengan HIV) dan 1,4 juta orang meninggal kesehatan. Kegiatan promosi kesehatan dapat
karena tuberkulosis (WHO, 2012). Dalam mencapai hasil yang maksimal, apabila
laporan WHO tahun 2013 diperkirakan metode dan media promosi kesehatan
terdapat 8,6 juta kasus TB pada tahun 2012 mendapat perhatian yang besar dan harus
dimana 1,1 juta orang (13%) diantaranya disesuaikan dengan sasaran. Penggunaan
adalah pasien TB dengan HIV positif kombinasi berbagai metode dan media
(Kemenkes RI, 2014). promosi kesehatan akan sangat membantu
Di Indonesia sendiri penyakit TB Paru dalam proses penyampaian informasi
merupakan masalah utama kesehatan kesehatan kepada masyarakat. Semakin
masyarakat. Berdasarkan perhitungan banyak indera yang digunakan untuk
ekonomi kesehatan yang menggunakan menerima sesuatu pesan yang disampaikan
indikator DALY (Disability Adjusted Life maka semakin banyak dan jelas pula
Year) yang diperkenalkan oleh Word Bank, pengertian/pengetahuan yang diperoleh oleh
TB merupakan 7,7% dari total disease burden seseorang. Penggunaan alat peraga dalam
di Indonesia, angka ini lebih tinggi dari melakukan promosi kesehatan akan sangat
berbagai negara di Asia lain yang hanya 4%. membantu penyampaian pesan kepada
Pada tahun 1995, hasil Survey Kesehatan seseorang atau masyarakat secara lebih jelas
Rumah Tangga (SKRT) menunjukkan bahwa (Notoatmojo, 2003).
penyakit tuberkulosis merupakan penyebab Media promosi kesehatan seperti
kematian nomor tiga setelah penyakit metode ceramah mempunyai hubungan yang
kardiovaskuler dan penyakit infeksi saluran bermakna dan signifikan dalam peningkatan
pernapasan pada semua kelompok usia, dan pengetahuan dan sikap masyarakat. Begitu
nomor satu dari golongan penyakit infeksi. juga dengan berbagai media promosi lainya
Tahun 1999, WHO memperkirakan setiap memperlihatkan bahwa penggunaan media
tahun menjadi 583.000 kasus baru leaflet, audiovisual dapat dikombinasikan
tuberkulosis dengan kematian sekitar dengan diskusi kelompok cukup berpengaruh
140.000. Secara kasar diperkirakan setiap untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap
100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 masyarakat (Sriyono, 2001).
penderita baru tuberkulosis dengan BTA Berdasarkan hal tersebut diatas peneliti
positif. Diperkirakan pada tahun 2004, setiap terdorong untuk melakukan penelitian
tahun ada 539.000 kasus baru dan kematian efektifitas pemberian pendidikan kesehatan
101.000 orang. Data Di Puskesmas Badegan dengan media leaflet terhadap peningkatan

601
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN
“Inovasi Pembelajaran untuk Pendidikan Berkemajuan”
FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo, 7 November 2015

pengetahuan perilaku pencegahan HASIL DAN PEMBAHASAN


tuberkulosis paru di Kabupaten Ponorogo. A. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian Pre Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik
eksperimental design: one group pre test and Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin,
Pekerjan, dan Pendidikan di Wilayah Kerja
post test design. Penelitian dilaksanakan di
Puskesmas Badegan Ponorogo
Wilayah Kerja Puskesmas Badegan
Kharakteristik Responden F %
Ponorogo. Populasi dalam penelitian ini Usia
adalah seluruh penderita yang dinyatakan 1. < 15 thn 1 3,3
positip menderita Tuberkulosis yang 2. 16-30 thn 3 10,0
3. 31-45 thn 10 33,3
berjumlah 30 orang. Sampel diambil dengan
4. 46-60 thn 12 40,0
menggunkan metode Purposive Sampling. 5. > 60 thn 4 13,4
Instrumen pengumpulan data yang Jumlah 30 100
digunakan dalam penelitian ini berupa Jenis Kelamin
1. Laki-laki 18 60
kuesioner, pertanyaan dibuat oleh peneliti 2. Perempuan 12 40
sendiri sebanyak 15 item pertanyaan, Jumlah 30 100
kuesioner telah dilakukan uji validitas dan Pendidikan
reliabilitas, dimana 15 pertanyaan tersebut 1. SD/SR 19 60
2. SLTP 6 20
menggunakan pilihan jawaban a, b, c, dan d 3. SLTA 5 30
dengan memberi tanda silang (x) pada satu 4. PT 0 0
jawaban yang dianggap benar. Setiap jawaban Jumlah 30 100
yang benar diberi nilai atau skor 1 dan Pekerjaan
1. Tidak bekerja 12 40
jawaban yang salah diberi nilai atau skor 0 2. Petani 10 33,3
kemudian dibagi dalam tiga tingkatan yaitu 3. Pedagang 3 10
kurang: 0–5, cukup: 6–10 dan baik: 11–15. 4. Swasta 4 13,3
5. Wirswasta 1 3,4
Penelitian ini dilaksakanan dengan alur
6. PNS/TNI/POLRI 0 0
kegiatan sebagai berikut: pertemuan ke-1: Jumlah 30 100
hari selasa dilakukan pre test, pertemuan ke- Status Perkawinan
2: hari kamis diadakan pendidikan kesehatan 1. Belum Kawin 1 3,3
2. Kawin 29 96,7
dengan menggunakan media leaflet,
Jumlah 30 100
kemudian diberikan waktu istirahat selama 1- Data Primer, 2014
1,5 jam dan dilakukan post tes kepada
responden. Selanjutnya kuesioner Dari data diatas dapat diketahui bahwa
dikumpulkan dan diperiksa jika kuesioner berdasarkan usia, responden tuberkulosis paru
tersebut sudah lengkap pengisiannya. 40,0% berusia 46-60 tahun dan 3,33% berusia
Prosedur pegolahan data dilakukan < 15 tahun. Berdasakan jenis kelamin 60%
melalui beberapa tahapan yaitu editing, laki-laki dan 40% perempuan. Berdasakan
coding dan entry data kemudian data tingkat pendidikan 60% lulusan SD/SR dan
dianalisis melalui analisis multivariat dan tidak ada satupun 0% yang berpendidikan PT.
bivariat dengan mengunakan uji Wilcoxon Berdasarakan pekerjaan 40% sudah tidak
test dengan pada tingkat kemaknaan 95% bekerja lagi, dan tidak ada satupun (0%) yang
pada tingkat kemaknaan 95% (α ≤ 0,05). bekerja seebagai PNS/TNI/POLRI.
Berdasarkan Status perkawinan 96,7% kawin
dan 3,3% belum kawin.

602
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN
“Inovasi Pembelajaran untuk Pendidikan Berkemajuan”
FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo, 7 November 2015

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan pendidikan kesehatan dengan media leaflet


Responden Sebelum diberikan Pendidikan efektif dalam peningkatan pengetahuan
Kesehatan dengan Media Leaflet di Wilayah Kerja pederita tuberkulosis dalam perilaku
Puskesmas Badegan Ponorogo. pencegahan tuberkulosis paru di Ponorogo
Pengetahuan F %
Kurang 14 46,7
Cukup 11 36,7 B. Pembahasan
Baik 5 16,6 Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Jumlah 30 100 pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan
Sumber : Data Primer, 2014 pendidikan kesehatan tentang penyakit
tuberkulosis dengan menggunakan media
Dari data diatas dapat diketahui bahwa
leaflet terdapat perbedaan yang bermakna
pengetahuan responden sebelum diberikan
atau signifikan, dimana untuk pengetahuan
pendidikan kesehatan dengan media leaflet
sebelum di berikan pendidikan kesehatan
didapatkan sekitar 46,7% responden
masih menunjukan bahwa sebagian besar
mempunyai pengetahuan kurang dan 5%
responden kurang pengetahuan dengan 14
memiliki pengetahuan baik.
responden dan setelah diberikan pendidikan
kesehatan tedapat penurunan yang signifikan
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan
Responden Setelah diberikan Pendidikan menjadi 4 responden untuk pengetahuan
Kesehatan dengan Media Leaflet di Wilayah Kerja kurang, sedangkan untuk pengetahuan baik
Puskesmas Badegan Ponorogo terdapat juga perbedaan yang signifikan
Pengetahuan F % dimana sebelum diberikan pedidikan
Kurang 4 13,3 kesehatan hanya beberapa responden yang
Cukup 15 50,0 pengetahuannya baik yaitu 5 responden dan
Baik 11 36,7 sesudah diberikan pendidikan kesehatan
Jumlah 30 100
terdapat peningkatan yang signifikan dimana
Sumber : Data Primer, 2014
terdapat sebagian responden pengetahuannya
meningkat menjadi 11 responden, dan untuk
Dari data diatas dapat diketahui bahwa
pengetahuan responden setelah diberikan pengetahuan cukup tidak terdapat perbedaan
yang signifikan.
pendidikan kesehatan dengan media leaflet
Faktor–faktor yang mempengaruhi
didapatkan sekitar 50,0% responden
pendidikan kesehatan menurut Maulana,
mempunyai pengetahuan cukup dan 4%
memiliki pengetahuan baik. (2011) adalah materi yang diberikan, media
pendidikan serta sasaran yang diseluruh
2. Analisi Bivariat materi yang disampaikan cukup menarik
Tabel 4. Pengaruh Pendidikan kesehatan Terhadap dilihat dari antusias responden.
Pengetahuan Perilaku Pencegahan Tuberkulosis di Berdasarkan penelitian sebelumnya
Puskesmas Wilayah Kerja Badegan Ponorogo oleh Infanti T (2011) menunjukkan bahwa
Pendidikan N Mean SD SE p.value terdapat pengaruh pendidikan kesehatan yang
Kesehatan bermakna terhadap perubahan pengetahuan
Sebelum 6,60 2,660 0,486
30 0,001 dalam pencegahan penularan TB Paru di
Sesudah 8,30 2,615 0,477 Kecamatan Sitiung Kabupaten Dharmasraya
(P=0,000).
Berdasarkan data diatas maka dapat Berdasarkan penelitian dari Sutresna,
diketahui bahwa berdasarkan analisis dkk (2012) didapatkan bahwa tingkat
menggunakan uji statistik Wilcoxon Signed pengetahuan responden sebelum diberikan
Ranks nilai P = 0,001 < α = 0,05 yang berarti

603
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN
“Inovasi Pembelajaran untuk Pendidikan Berkemajuan”
FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo, 7 November 2015

KIE (Komunikasi Informasi Edukasi) tentang tersebut akan semakin luas pula
TBC dengan kategori kurang sebanyak 4,5%, pengetahuannya, serta juga dikarenakan
sedangkan setelah diberikan KIE TBC pendidikan adalah suatu usaha untuk
kategori kurang sebanyak 0%. Tingkat mengembangkan kepribadian dan
pengetahuan responden sebelum diberikan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan
KIE TBC dengan kategori cukup sebanyak berlangsung seumur hidup.
69,3%, sedangkan setelah diberikan KIE TBC Hal ini sesuai dengan pendapat dari
kategori cukup sebanyak 28,4%. Tingkat Menurut Wood, pendidikan kesehatan
pengetahuan responden sebelum diberikan sebagai sekumpulan pengalaman yang
KIE TBC dengan kategori baik sebanyak mendukung kebiasaan, sikap, dan
26,1%, sedangkan setelah diberikan KIE TBC pengetahuan yang berhubungan dengan
kategori baik sebanyak 71,6%. Nilai mean kesehatan individu, masyarakat, dan ras
pre-test 20,74 dan nilai post- test 23,8. Nilai t- (Maulana, 2012).
test sebesar -15.248, dengan sig yaitu 0,000. Menurut Taylor, pendidikan kesehatan
Hal ini menunjukkan bahwa nilai p < 0,05 berusaha membantu individu mengontrol
berarti bahwa ada pengaruh Komunikasi, kesehatannya sendiri dengan memengaruhi
Informasi, Edukasi (KIE) TBC pada dan menguatkan keputusan atau tindakan
masyarakat terhadap pengetahuan deteksi dini sesuai dengan nilai dan tujuan mereka sendiri
penyakit TBC di wilayah kerja Puskesmas (Suliha, 2002).
Seyegan pada tahun 2012. Analisis menggunakan uji statistik
Serta penelitian sebelumnya dari Wilcoxon Signed Ranks menunjukkan bahwa
Panjaitan (2014) menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan sangat berpengaruh
terdapat perbedaan nilai rata-rata terhadap tingkat pengetahuan penderita
pengetahuan responden sebelum dan tuberkulosis, dengan nilai P = 0,001 lebih
setelah pemberian pendidikan kesehatan kecil dari α = 0,05 yang berarti pendidikan
yaitu dari 9,32 menjadi 19,10 dengan nilai kesehatan dengan media leaflet sangat
mempengaruhi tingkat pengetahuan pederita
t = -19,62. Hasil uji t berpasangan
tuberkulosis dalam perilaku pencegahan
diperoleh nilai p=0,001 (α<0,05) yang
tuberkulosis paru di Ponorogo, dengan
secara statistik menunjukkan terdapat demikian, hipotesis di terima.
perbedaan secara signifikan pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2012) bahwa
responden sebelum dan setelah pemberian pendidikan kesehatan dapat mengubah
pendidikan kesehatan tentang pengetahuan seseorang, masyarakat dalam
Tuberkulosis Paru. pengambilan tindakan yang berhubungan
Hal ini sesuai dengan pendapat dengan kesehatan. Pendidikan kesehatan
Notoatmodjo (2007) yang menyatakan bahwa secara umum merupakan segala upaya yang
usia, pendidikan, pengalaman, informasi dan direncanakan untuk mempengaruhi orang lain
fasilitas merupakan faktor–faktor yang dapat baik individu, kelompok, atau masyarakat dan
mempengaruhi pengetahuan seseorang. pendidik atau pelaku pendidikan.
Pengetahuan merupakan proses belajar
dengan menggunakan panca indra yang PENUTUP
dilakukan seseorang terhadap objek tertentu Simpulan
untuk dapat menghasilkan pengetahuan dan Tingkat pengetahuan penderita
keterampilan. Pengetahuan sangat erat Tuberkulosis tentang perilaku pencegahan
kaitannya dengan pendidikan maka, orang tuberkulosis paru sebelum diberikan

604
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN
“Inovasi Pembelajaran untuk Pendidikan Berkemajuan”
FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo, 7 November 2015

pendidikan kesehatan di nyatakan memiliki Palupi D. L. (2011). Pengaruh Pendidikan


pengetahuan yag kurang dan sesudah di Kesehatan Terhadap Perubahan
berikan pendidikan kesehatan mengalami Pengetahuan,Sikap dan Perilaku
peningkatan yang signifikan menjadi Penderita Tuberculosis yang Berobat
pengetahuan cukup dan pengetahuan baik, di Wilayah Kerja Puskesmas
disamping itu dapat diketahui bahwa Surakarta. Program Studi Pendidikan
pemberian pendidikan kesehatan dengan Kedokteran Keluarga, Program
madia leaflet efektif terhadap peningkatan Pascasarjana,Universitas Sebelas Maret
pengetahuan perilaku pencegahan Surakarta.
tuberkulosis paru di Ponorogo.
Panjaitan, dkk (2014). Pengaruh Pendidikan
Saran
Kesehatan Terhadap Peningkatan
Penderita tuberkulosis membutuhkan
Perilaku Penderita Tuberkulosis Paru
asupan pengetahuan yang adekuat.
dalam Kepatuhan Berobat di Rindu A3
Pendidikan kesehatan sudah selayaknya
RSUP H. Adam Malik Medan. Jurnal
menjadi bagian penting dalam upaya
Ilmiah PANNMED vol 9 no 2
pencegahan penularan tuberkulosis.
September-Desember, ISSN: 1907-
Pemberian kesehatan bisa dilakukan dengan
3046. Tahun 2014.
berbagai macam pendekatan dengan beragam
media yang efektif dan efisien yang bisa Infanti, T. (2010). Pengaruh Pendidikan
meningkatkan pengetahuan penderita Kesehatan terhadap Pengetahuan,
tuberkulosis. Sikap dan Tindakan Pencegahan
Penularan TB Paru di Kecamatan
DAFTAR PUSTAKA Sitiung Kabupaten Dharmasraya tahun
Depkes RI, (2010). Pedoman Nasional 2010. Program Studi Pendidikan
Penanggulangan Tuberkulosis, Kedokteran Keluarga, Program
Direktorat Jenderal Pengendalian Pascasarjana,Universitas Sebelas Maret
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Surakarta.
Jakarta: Kemenkes RI. Suliha, dkk. (2002). Pendidikan Kesehatan
Kemenkes RI. (2014). Pedoman Nasional Dalam Keperawatan . Jakarta : Buku
Penanggulangan Tuberkulosis, Kedokteran EGC.
Direktorat Jenderal Pengendalian Sutresna, dkk. (2012). Pengaruh
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE)
Jakarta: Kemenkes RI. TBC pada masyarakat terhadap
Maulana, H. (2012). Promosi Kesehatan. pengetahuan deteksi dini penyakit TBC
Jakarta : Buku Kedokteran EGC. wilayah kerja Puskesmas Seyegan.

Notoatmodjo, S. (2007). Kesehatan WHO (2012). “Global Tuberculosis Report


Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: 2012”. World Health Organization 20
Avenue Appia, 1211–Geneva–27,
Rineka Cipta
Switzerland. Tersedia di www.
_______., S. (2011). Metode Penelitian who.int/- tuberkulosis. diakses pada
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. tanggal 11 Februari 2013.

Rab, T. (1999). Ilmu Penyakit Paru, editor


Sandy Qlintang, Jakarta: Hipokrates

605

Anda mungkin juga menyukai