Sulistyo Andarmoyo1
1
Dosen FIK Universitas Muhammadiyah Ponorogo
sulistyoandarmoyo@gmail.com
Abstrak
Tuberkulosis (TB) Paru merupakan penyakit menular langsung yang mengenai
pada paru-paru yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis.
Penyakit ini masih merupakan ancaman kesehatan baik secara nasional maupun
global. Pengetahuan mengenai penyakit ini sangatlah penting terutama bagi
penderita Tuberkulosis Paru sehingga bisa menekan angka kejadian yang
semakin mengkhawatirkan. Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui efektifitas
pemberian pendidikan kesehatan melalui media leaflet terhadap pengetahuan
dalam perilaku pencegahan tuberkulosis paru di Kabupaten Ponorogo.
Metode penelitian Pre eksperimental dengan rancangan one group pre test and
post test design. Responden adalah penderita Tuberkulosis Paru yang tercatat di
register Puskesmas Badegan Kabupaten Ponorogo tahun 2013 dan 2014, yang
diambil dengan purposive sampling sejumlah 30 responden. Penelitian diawali
dengan pre test kemudian diberikan pendidikan kesehatan dengan media leaflet
dan dilanjutkan dengan post test. Uji analisis menggunakan uji non parametrik
menggunakan Wilcoxon Test.
Hasil penelitian didapatkan nilai P = 0,001 lebih kecil dari α = 0,05 yang berarti
terdapat perbedaan bermakna mengenai pengetahuan tentang tuberkulosis paru
sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan dengan menggunakan
media leaflet.
Kesimpulan: penelitian ada pengaruh pemberian pendidikan kesehatan melalui
media leaflet terhadap pengetahuan dalam perilaku pencegahan tuberkulosis
paru di Kabupaten Ponorogo. Saran: pendidikan tentang kesehatan lebih sering
dilaksanakan agar dapat menambah wawasan bagi penderita tuberkulosis
maupun kepada keluarganya dengan menggunakan berbagai pendekatan media
yang mudah dan bisa diterima oleh responden.
600
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN
“Inovasi Pembelajaran untuk Pendidikan Berkemajuan”
FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo, 7 November 2015
dengan jumlah kematian 3 juta orang (WHO, Ponorogo dalam 2 (dua) tahun terkhir
Treatment of Tuberculosis, Guidelines for didapatkan bahwa penemuan kasus baru
National Programmes, 1997). Di negara- tuberkulosis pada tahun 2013 sejumlah 28
negara berkembang kematian TBC orang dan terdapat pula hasil yang sama pada
merupakan 25% dari seluruh kematian, yang tahun 2014 sejumlah 28 orang.
sebenarnya dapat dicegah. Diperkirakan 95% Upaya pemberian pendidikan atau
kasus TB dan 98% kematian akibat TB promosi kesehatan sangatlah penting utuk
didunia, terjadi pada negara-negara memberikan pemahaman mendasar kepada
berkembang, dengan 75% penderita TB penderita tuberkulosis sehingga diharapkan
adalah kelompok usia produktif (15-50 bisa meminimalkan angka kejadian
tahun). WHO memperkirakan bahwa pada tuberkulosis. Promosi kesehatan pada
tahun 2011 ada 8,7 juta kasus baru dasarnya merupakan proses komunikasi dan
tuberkulosis (13% merupakan koinfeksi proses perubahan perilaku melalui pendidikan
dengan HIV) dan 1,4 juta orang meninggal kesehatan. Kegiatan promosi kesehatan dapat
karena tuberkulosis (WHO, 2012). Dalam mencapai hasil yang maksimal, apabila
laporan WHO tahun 2013 diperkirakan metode dan media promosi kesehatan
terdapat 8,6 juta kasus TB pada tahun 2012 mendapat perhatian yang besar dan harus
dimana 1,1 juta orang (13%) diantaranya disesuaikan dengan sasaran. Penggunaan
adalah pasien TB dengan HIV positif kombinasi berbagai metode dan media
(Kemenkes RI, 2014). promosi kesehatan akan sangat membantu
Di Indonesia sendiri penyakit TB Paru dalam proses penyampaian informasi
merupakan masalah utama kesehatan kesehatan kepada masyarakat. Semakin
masyarakat. Berdasarkan perhitungan banyak indera yang digunakan untuk
ekonomi kesehatan yang menggunakan menerima sesuatu pesan yang disampaikan
indikator DALY (Disability Adjusted Life maka semakin banyak dan jelas pula
Year) yang diperkenalkan oleh Word Bank, pengertian/pengetahuan yang diperoleh oleh
TB merupakan 7,7% dari total disease burden seseorang. Penggunaan alat peraga dalam
di Indonesia, angka ini lebih tinggi dari melakukan promosi kesehatan akan sangat
berbagai negara di Asia lain yang hanya 4%. membantu penyampaian pesan kepada
Pada tahun 1995, hasil Survey Kesehatan seseorang atau masyarakat secara lebih jelas
Rumah Tangga (SKRT) menunjukkan bahwa (Notoatmojo, 2003).
penyakit tuberkulosis merupakan penyebab Media promosi kesehatan seperti
kematian nomor tiga setelah penyakit metode ceramah mempunyai hubungan yang
kardiovaskuler dan penyakit infeksi saluran bermakna dan signifikan dalam peningkatan
pernapasan pada semua kelompok usia, dan pengetahuan dan sikap masyarakat. Begitu
nomor satu dari golongan penyakit infeksi. juga dengan berbagai media promosi lainya
Tahun 1999, WHO memperkirakan setiap memperlihatkan bahwa penggunaan media
tahun menjadi 583.000 kasus baru leaflet, audiovisual dapat dikombinasikan
tuberkulosis dengan kematian sekitar dengan diskusi kelompok cukup berpengaruh
140.000. Secara kasar diperkirakan setiap untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap
100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 masyarakat (Sriyono, 2001).
penderita baru tuberkulosis dengan BTA Berdasarkan hal tersebut diatas peneliti
positif. Diperkirakan pada tahun 2004, setiap terdorong untuk melakukan penelitian
tahun ada 539.000 kasus baru dan kematian efektifitas pemberian pendidikan kesehatan
101.000 orang. Data Di Puskesmas Badegan dengan media leaflet terhadap peningkatan
601
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN
“Inovasi Pembelajaran untuk Pendidikan Berkemajuan”
FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo, 7 November 2015
602
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN
“Inovasi Pembelajaran untuk Pendidikan Berkemajuan”
FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo, 7 November 2015
603
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN
“Inovasi Pembelajaran untuk Pendidikan Berkemajuan”
FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo, 7 November 2015
KIE (Komunikasi Informasi Edukasi) tentang tersebut akan semakin luas pula
TBC dengan kategori kurang sebanyak 4,5%, pengetahuannya, serta juga dikarenakan
sedangkan setelah diberikan KIE TBC pendidikan adalah suatu usaha untuk
kategori kurang sebanyak 0%. Tingkat mengembangkan kepribadian dan
pengetahuan responden sebelum diberikan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan
KIE TBC dengan kategori cukup sebanyak berlangsung seumur hidup.
69,3%, sedangkan setelah diberikan KIE TBC Hal ini sesuai dengan pendapat dari
kategori cukup sebanyak 28,4%. Tingkat Menurut Wood, pendidikan kesehatan
pengetahuan responden sebelum diberikan sebagai sekumpulan pengalaman yang
KIE TBC dengan kategori baik sebanyak mendukung kebiasaan, sikap, dan
26,1%, sedangkan setelah diberikan KIE TBC pengetahuan yang berhubungan dengan
kategori baik sebanyak 71,6%. Nilai mean kesehatan individu, masyarakat, dan ras
pre-test 20,74 dan nilai post- test 23,8. Nilai t- (Maulana, 2012).
test sebesar -15.248, dengan sig yaitu 0,000. Menurut Taylor, pendidikan kesehatan
Hal ini menunjukkan bahwa nilai p < 0,05 berusaha membantu individu mengontrol
berarti bahwa ada pengaruh Komunikasi, kesehatannya sendiri dengan memengaruhi
Informasi, Edukasi (KIE) TBC pada dan menguatkan keputusan atau tindakan
masyarakat terhadap pengetahuan deteksi dini sesuai dengan nilai dan tujuan mereka sendiri
penyakit TBC di wilayah kerja Puskesmas (Suliha, 2002).
Seyegan pada tahun 2012. Analisis menggunakan uji statistik
Serta penelitian sebelumnya dari Wilcoxon Signed Ranks menunjukkan bahwa
Panjaitan (2014) menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan sangat berpengaruh
terdapat perbedaan nilai rata-rata terhadap tingkat pengetahuan penderita
pengetahuan responden sebelum dan tuberkulosis, dengan nilai P = 0,001 lebih
setelah pemberian pendidikan kesehatan kecil dari α = 0,05 yang berarti pendidikan
yaitu dari 9,32 menjadi 19,10 dengan nilai kesehatan dengan media leaflet sangat
mempengaruhi tingkat pengetahuan pederita
t = -19,62. Hasil uji t berpasangan
tuberkulosis dalam perilaku pencegahan
diperoleh nilai p=0,001 (α<0,05) yang
tuberkulosis paru di Ponorogo, dengan
secara statistik menunjukkan terdapat demikian, hipotesis di terima.
perbedaan secara signifikan pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2012) bahwa
responden sebelum dan setelah pemberian pendidikan kesehatan dapat mengubah
pendidikan kesehatan tentang pengetahuan seseorang, masyarakat dalam
Tuberkulosis Paru. pengambilan tindakan yang berhubungan
Hal ini sesuai dengan pendapat dengan kesehatan. Pendidikan kesehatan
Notoatmodjo (2007) yang menyatakan bahwa secara umum merupakan segala upaya yang
usia, pendidikan, pengalaman, informasi dan direncanakan untuk mempengaruhi orang lain
fasilitas merupakan faktor–faktor yang dapat baik individu, kelompok, atau masyarakat dan
mempengaruhi pengetahuan seseorang. pendidik atau pelaku pendidikan.
Pengetahuan merupakan proses belajar
dengan menggunakan panca indra yang PENUTUP
dilakukan seseorang terhadap objek tertentu Simpulan
untuk dapat menghasilkan pengetahuan dan Tingkat pengetahuan penderita
keterampilan. Pengetahuan sangat erat Tuberkulosis tentang perilaku pencegahan
kaitannya dengan pendidikan maka, orang tuberkulosis paru sebelum diberikan
604
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN
“Inovasi Pembelajaran untuk Pendidikan Berkemajuan”
FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo, 7 November 2015
605