Makalah SGD Cad Kel1
Makalah SGD Cad Kel1
DISEASE (CAD)
Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah IDK 2
Disusun oleh :
KELOMPOK 1
Susilawati 191FK03045
2019 – 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, Sang pencipta alam semesta
beserta isinya, Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana atas segala limpahan rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah “Konsep
Patofisiologi Coronary Artery Disiase (CAD) “ ini dengan tepat waktu. Adapun
maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah suatu bentuk tanggung jawab
penulis untuk memenuhi tugas mata kuliah IDK 2.
Penulis menyadari bahwa penulis hanyalah manusia biasa yang tidak luput
dari kesalahan dan kekurangan, sedangkan kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT.
Sehingga sangat wajar jika dalam penulisan dan penyusunan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis senantiasa menanti kritik dan saran
dalam upaya evaluasi diri.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang..............................................................................................1
1.2. Perumusan masalah.......................................................................................3
1.3. Tujuan Penulisan...........................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4
2.1. Pengertian CAD.........................................................................................4
2.2. Klasifikasi CAD..........................................................................................5
2.3. Etiologi CAD ............................................................................................5
2.4. Patofisiologi dan Pathway CAD ...............................................................6
2.5. Manifestasi klinis CAD.............................................................................8
2.6. Faktor Risiko CAD....................................................................................9
2.7. Komplikasi CAD.....................................................................................11
2.8. Pemeriksaan Penunjang CAD..................................................................12
2.9. Penatalaksanaan CAD..............................................................................14
BAB III PENUTUP..............................................................................................17
3.1. Kesimpulan..............................................................................................17
3.2. Saran.........................................................................................................17
DAFTARPUSTAKA…………………………………………………………....18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Kesehatan RI prevalensi CAD semakin meningkat dari tahun ke tahun
(Kandou, 2014). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, data yang
dilaporkan mengenai kejadian CAD di Indonesia telah diestimasikan
berdasarkan diagnosis dokter terbanyak di Propinsi Jawa Barat sebanyak
160.812 orang (0,5%) dan jumlah paling sedikit terdapat di Propinsi Maluku
Utara yaitu sebanyak 1.436 orang (0,2%). Berdasarkan diagnosis/gejala,
estimasi jumlah penderita CAD terbanyak terdapat di daerah Propinsi Jawa
Timur sebanyak 375.127 orang (1,3%) dan jumlah paling sedikit terdapat di
daerah Propinsi Papua Barat yaitu sebanyak 6.690 orang (1,2% ) (Riskesdas,
2013).
Sebuah penelitian telah menyebutkan CAD dipengaruhi oleh beberapa
faktor meliputi jenis kelamin, usia, dislipidemia, hipertensi, merokok dan
diabetes mellitus (Ramandika, 2012), sehingga diperlukan suatu sistem
penilaian atau sebuah scoring multivariabel risiko pada individu untuk dapat
memprediksikan kejadian CAD atau penyakit jantung koroner, dengan sistem
penilaian tersebut dapat mencegah faktor-faktor risiko tersebut agar tidak
berkembang menjadi penyakit kardiovaskular yang mematikan, misalnya
dengan menggunakan Framingham Risk Score yang saat ini telah sering
digunakan sebagai penilaian prediksi peluang terkena penyakit jantung yang
telah divalidasi di Amerika Serikat (Bitton et.al, 2010).
Framingham Risk Score (FRS) adalah suatu penilaian algoritma
spesifik yang digunakan untuk memperkirakan individu terkena penyakit
kardiovaskular dalam kurun waktu 10 tahun kedepan (Rodenas et.al, 2013).
Dalam sebuah penelitian tentang FRS yang dilakukan dan dipublikasikan di
Malaysia tanggal 19 Mei 2015 telah membuktikan bahwa penggunaan FRS
pada populasi Asia mempunyai diskriminasi moderat dan kalibrasi yang
bagus, hal tersebut menandakan jika FRS telah membuktikan suatu kebenaran
sebagai suatu alat ukur penilaian (Chia, 2015) dan telah layak untuk
digunakan pada populasi Asia, termasuk jika digunakan di Indonesia.
2
Pada penelitian sebelumnya telah melaporkan bahwa penggunaan
perhitungan FRS berhubungan dengan beratnya manifestasi yang terjadi pada
sindrom koroner akut dengan nilai p=0,001 (Latifah, 2016), dan pada
penelitian yang dilakukan oleh Widiyaningsih pada tahun 2016 melaporkan
adanya hubungan antara perhitungan FRS dengan luasnya infark pada pasien
Infark Miokard Akut dengan nilai p=0,002 yang menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antar risiko dengan luas infark (Widiyaningsih, 2016).
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari CAD?
2. Apa saja Klasifikasi CAD?
3. Apa Etiologi CAD?
4. Bagaimana Patofisiologi CAD?
5. Apa saja Manifestasi klinis CAD?
6. Apa saja faktor risiko CAD?
7. Apa saja Komplikasi CAD?
8. Apa saja Pemeriksaan Penunjang CAD?
9. Bagaimana Penatalaksanaan CAD?
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Khusus
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas IDK
2 dan untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa/I tentang CAD dan
tindakan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit CAD.
3
8. Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang CAD
9. Untuk mengetahui Penatalaksanaan CAD
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
kelamaan akan menghambat aliran darah di arteri. Akibatnya, otot jantung
tidak bisa mendapatkan darah atau oksigen yang dibutuhkannya. Hal ini dapat
menyebabkan nyeri dada (angina) atau serangan jantung. Sebagian besar
serangan jantung terjadi saat gumpalan darah tiba-tiba memotong suplai darah
jantung, menyebabkan kerusakan jantung permanen. [ CITATION Rat18 \l 1057 ].
6
dinding pembuluh darah, yang dapat mengakibatkan obstruksi aliran darah
parsial maupun komplet. Komplikasi lebih lanjut dari lesi tersebut terdiri
atas plak fibrous dengan deposit kalsium, disertai oleh pembentukan
thrombus.Obstruksi pada lumen mengurangi atau menghentikan aliran
darah kepada jaringan di sekitarnya.
2. Penyebab lain adalah spasme arteri koroner. Penyempitan dari lumen
pembuluh darah terjadi bila serat otot halus dalam dinding pembuluh
darah berkontraksi (vasokontriksi). Spasme arteri koroner dapat
menggiring terjadinya iskemik aktual atau perluasan dari infark miokard.
Penyebab lain di luar ateroskelorik yang dapat mempengaruhi diameter
lumen pembuluh darah koroner dapat berhubungan dengan abnormalitas
sirkulasi. Hal ini meliputi hipoperfusi, hipovolemik, polisitemia, dan
masalah-masalah atau gangguan katup jantung.
Selanjutnya lumen bertambah sempit dan aliran darah bisa terhambat. Pada
lumen yang menyempit dan berdinding kasar, akan cenderung terjadinya
pembentukan bekuan darah. Hal ini menjelaskan bagaiman terjadinya
koagulasi intravaskuler yang diikuti oleh penyakit tromboemboli.
7
b. Perubahan aterosklerosis pada arteri koroner hasil kerusakan ke lapisan
dalam arteri koroner dengan kekakuan pembuluh darah dan respon lalai
berkurang.
c. Akumulasi deposit lemak dan lipid, bersama dengan perkembangan plak
fibrosa atas kawasan yang rusak di pembuluh darah, menyebabkan
penyempitan pembuluh darah, sehingga mengurangi ukuran lumen
pembuluh darah dan menghambat aliran darah ke jaringan miokard.
d. Penurunan pengiriman oksigen dan nutrisi ke jaringan menyebabkan
iskemia miokard transien dan nyeri.
e. Penyebab plak arteri mengeras keras, sedangkan plak lembut dapat
menyebabkan pembentukan bekuan darah.
8
2.5. Manifestasi Klinis CAD
Menurut [ CITATION Lew14 \l 1057 ], manifestasi klinik yang biasa terjadi pada
kasus CAD meliputi:
1. Nyeri dada
Nyeri dada yang tiba-tiba dan berlangsung terus menerus, terletak
dibagian bawah sternum dan perut atas, adalah gejala utama yang biasanya
muncul. Nyeri akan terasa semakin berat sampai tidak tertahankan. Rasa
nyeri yang tajam dan berat, biasa menyebar kebahu dan lengan biasanya
9
lengan kiri. Tidak seperti nyeri angina, nyeri ini muncul secara spontan
(bukan setelah kerja berat atau gangguan emosi) dan menetap selama
beberapa jam sampai beberapa hari dan tidak akan hilang dengan istirahat
maupunnitrogliserin. Pada beberapa kasus nyeri bisa menjalar ke dagu dan
leher.
2. Perubahan pola EKG
a. Normal pada saat istirahat, tetapi bisa depresi pada segmen ST.
Gelombang T inverted menunjukkan iskemia, gelombang Q
menunjukkan nekrosis
b. Distrimia dan Blok Jantung. Disebabkan kondisi yang mempengaruhi
sensitivitas sel miokard ke impuls saraf seperti iskemia,
ketidakseimbangan elektrolit dan stimulus sarat simpatis dapat berupa
bradikardi, takikardi, premature ventrikel, contraction (ventrikel ekstra
systole), ventrikel takikardi dan ventrikel fibrilasi
3. Sesak napas
Keluhan ini timbul sebagai tanda mulainya gagal jantung dimana jantung
tidak mampu memompa darah ke paru-paru sehingga oksigen di paru-
paru juga berkurang.
4. Diaphoresis
Pada fase awal infark miokard terjadi pelepasan katekolamin yang
meningkatkan stimulasi simpatis sehingga terjadi vasokonstriksi
pembuluh darah perifer sehingga kulit akan menjadi lembab, dingin, dan
berkeringat.
5. Pusing
Pusing juga merupakan salah satu tanda dimana jantung tidak bisa
memompa darah ke otak sehingga suplai oksigen ke otak berkurang.
6. Kelelahan
Kelelahan disebabkan karena jantung kekurangan oksigen akibat
penyempitan pembuluh darah.
10
7. Mual dan muntah
Nyeri yang dirasakan pada pasien dengan penyakit jantung adalah di dada
dan di daerah perut khususnya ulu hari tergantung bagian jantung mana
yang bermasalah. Nyeri pada ulu hati bisa merangsang pusat muntah.
Area infark merangsang refleks vasofagal.
d. Riwayat penyakit jantung keluarga.
Riwayat penyakit jantung di dalam keluarga sering merupakan
akibat dari profil kolesterol yang tidak normal, dalam artian terdapat
kebiasaan yang "buruk" dalam segi diet keluarga
2. Faktor yang dapat dimodifikasi
a. Merokok, lebih dari 20 batang/hari.
11
Merokok telah disebut-sebut sebagai salah satu faktor risiko utama
penyakit jantung koroner. Kandungan nikotin di dalam rokok dapat
merusak dinding (endotel) pembuluh darah sehingga mendukung
terbentuknya timbunan lemak yang akhirnya terjadi sumbatan
pembuluh darah.
b. Hiperkoleterolemia, lebih dari 275 mg/dl.
12
Gaya hidup yang buruk terutama dalam hal jarangnya olahraga
ringan yang rutin serta pola makan yang tidak dijaga akan
mempercepat seseorang terkena pneyakit jantung koroner.
g. Stress
Banyak penelitian yang sudah menunjukkan bahwa bila
menghadapi situasi yang tegang, dapat terjadi aritmia jantung yang
membahayakan jiwa. Stres yang tidak henti-hentinya dalam hidup
dapat merusak arteri dan juga memperburuk faktor risiko penyakit
arteri koroner lainnya.
13
perfusi perifer, penurunan perfusi koroner, peningkatan kongesti paru yang
bisa berakhir dengan kematian.
d. Disfungsi Otot Papillaris. Disfungsi iskemik atau rupture nekrotik otot
papilaris akan mengganggu fungsi katup mitralis. Inkompetensi katup
mengakibatkan aliran balik dari ventrikel kiri ke atrium kiri sebagai akibat
pengurangan aliran ke aorta dan peningkatan kongesti pada atrium kiri dan
vena pulmonalis.
e. Ventrikuler Aneurisma. Aneurisma ini biasanya terjadi pada permukaan
atrium atau apek jantung. Aneurisma ventrikel akan mengembang bagaikan
balon pada setipa sistolik, teregang secara pasif oleh sebagian curah
sekuncup. Aneurisma ventrikel dapat menimbulkan 3 masalah yaitu gagal
jantung kongestif kronik, embolisasi sistemik dari thrombus mural dan
aritmia ventrikel refrakter.
f. Perikarditis Infark transmural dapat membuat lapisan epikardium yang
langsung berkontak dengan pericardium menjadi kasar, sehingga
merangsang permukaan pericardium dan menimbulkan reaksi peradangan.
g. Emboli Paru yang bisa menyebabkan episode dipsnea, aritmia atau
kematian mendadak. Trombosis vena profunda lebih lazim pada pasien
payah jantung kongestif yang parah.
1. Echo cardiogram
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi, bentuk dan ukuran
jantung melalui ultrasound dari bilik-bilik jantung. Selain itu pemeriksaan
ini juga dapat dilakukan untuk melihat fungsi dan kerja jantung, melihat
adanya thrombus pada bagian jantung, mengetahui kekuatan otot jantung
serta memeriksa kerusakan pada katup jantung.
2. Kateterisasi Jantung (Angiografi Koroner)
14
Kateterisasi jantung adalah prosedur diagnostik invasif dimana satu atau
lebih kateter dimasukkan ke jantung dan pembuluh darah tertentu untuk
mengecek aliran darah dan oksigen di berbagai ruang jantung. Saat
kateterisasi jantung, dapat juga dilakukan angiografi koroner
menggunakan pewarna khusus dalam pembuluh darah dan X-ray untuk
menunjukkan bagian dalam pembuluh darah. Hal ini dilakukan untuk
mengkaji patensi arteri koronaria dan mengetahui apakah terdapat
gangguan atau penyempitan pada arteri koroner pasien. Pemeriksaan ini
juga dapat dilakukan untuk menentukan terapi yang diperlukan mis.
Percutaneus transluminal coronary angioplasty (PTCA) atau pembedahan
bypass koroner maupun Percutaneous Coronary Intervention (PCI) bila
ada aterosklerosis.[ CITATION Sme102 \l 1057 ].
3. Elektrokardiogram (EKG)
Elektrokardiogram mencerminkan aktivitas listrik jantung yang
disadap dari berbagia sudut pada permukaan kulit. Perubahan pada
elektrokardiografi secara konsisten akibat iskemia atau infark akan
nampak pada lead tertentu.
4. Pemeriksaan darah lengkap dan kimia darah yang meliputi : profil lipid
(kolesterol total, trigliserida, dan lipoprotein)
5. Cardiac Stress Testing
Normalnya, arteri koroner akan berdilatasi sampai 4x dari diameter
normalnya untuk meningkatkan aliran darah yang membawa nutrisi dan
oksigen. Arteri yang tersumbat oleh plak akan menurunkan aliran darah
ke miokardium dan menyebabkan iskemik. Tes toleransi jantung yang
terdiri dari tes toleransi latihan (treadmill) dan tes toleransi pengobatan
(pharmacologic stress test) membantu untuk :
a. Mendiagnosis CAD
b. Membantu mendiagnosis penyebab nyeri dada
c. Menentukan kapasitas fungsional jantung setelah Infark Miokard atau
pembedahan jantung.
15
d. Mengakji efektivitas terapi pengobatan antiangina dan antidisritmia
e. Mengidentifikasi disritmia yang terjadi selama latihan fisik
f. Membantu pengembangan program kesegaran jasmani.
Tes toleransi latihan (Treadmill) dilakukan dengan cara pasien
berjalan pada ban berjalan, sepeda statis, atau naik turun tangga.
Elektroda EKG dipasang pada pasien dan pencatatan dilakukan sebelum,
selama dan setelah tes. Tes toleransi pengobatan dilakukan pada pasien
yang tidak dapat melakukan aktivitas fisik atau treadmill. 2 agen
vasodilatasi yaitu dipyridamole (Persantine) dan adenosine (Adenocard),
diberikan melalui intravena untuk melihat efek dari dilatasi maksimal
arteri koronaria. [ CITATION Lew14 \l 1057 ]
16
berupa tablet atau semprot di bawah lidah, biasa digunakan untuk
penghilang nyeri dada secara cepat.
4. Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (misalnya Enalapril,
Perindopril) and Angiotensin Receptor Blockers (misalnya Losartan,
Valsartan).
Obatan-obatan ini memungkinkan aliran darah ke jantung lebih
mudah, dan juga membantu menurunkan tekanan darah.
5. Obatan-obatan penurun lemak (misalnya Fenofibrat, Simvastatin,
Atorvastatin, Rosuvastatin).
Obatan-obatan ini menurunkan kadar kolesterol jahat (Lipoprotein
Densitas-Rendah), yang merupakan salah satu penyebab umum untuk
penyakit jantung koroner dini atau lanjut.
6. PCI ( Percutaneus Coronary Intervention) atau angioplasti koroner
Percutaneus Coronary Intervention merupakan suatu prosedur untuk
mengatasi stenosis atau penyempitan di arteri koronaria. Prosedur ini
digunakan untuk mengurangi gejala penyakit arteri koroner seperti nyeri
dada, sesak serta gagal jantung. PCI dapat mencegah terjadinya infark
miokard serta mengurangi angka kematian. Angioplasti merupakan
prosedur yang tidak seinvasif CABG. Kateter yang berbentuk balon dan
stent dimasukkan ke arteri koroner yang mengalami gangguan dan
diletakkan di antara daerah aterosklerotik. Balon kemudian dikembangkan
dan dikempiskan dengan cepat untuk memecah plak. Prosedur PCI
dilakukan di laboratorium kateterisasi jantung.[ CITATION Sme102 \l 1057 ]
7. CABG (Coronary Artery Bypass Graft)
CABG merupakan prosedur operasi yang digunakan untuk mengatasi
penyakit jantung koroner atau CAD dengan membuat rute baru di sekitar
arteri yang menyempit atau tersumbat agar darah tetap lancar hingga ke otot
jantung sehingga jantung mendapatkan oksigen dan nutrisi yang cukup.
Pembuatan rute tersebut menggunakan pembuluh darah dari bagian tubuh
17
lainnya seperti pembuluh darah dari kaki (vena saphena), dada (arteri
maamria interna) atau lengan (arteri radialis).
8. Revaskularisasi Transmiokardia
Untuk pasien dengan pembuluh darah yang terlalu kecil untuk
melakukan CABG, prosedur disebut Revaskularisasi Transmiokardia juga
tersedia di NHCS. Pada prodesur ini, laser digunakan untuk membakar
banyak lubang kecil pada otot jantung. Beberapa lubang ini berkembang ke
pembuluh darah baru, dan ini membantu mengurangi angina
18
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
CAD adalah penyakit yng menyerang organ jantung. Gejala dan
keluhan dari CAD hampir sama dengan gejala yang dimiliki oleh penyakit
jantung secara umum. Penyakit jantung koroner juga salah satu penyakit yang
tidak menular. Kejadian PJK terjadi karena adanya faktor resiko yang antara
lain adalah tekanan darah tinggi (hipertensi), tingginya kolesterol, gaya hidup
yang kurang aktivitas fisik (olahraga), diabetes, riwayat CAD pada keluarga,
merokok, konsumsi alkohol dan faktor sosial ekonomi lainnya. Penyakit
jantung koroner ini dapat dicegah dengan melakukan pola hidup sehat dan
menghindari fakto-faktor resiko.seperti pola makan yang sehat, menurunkan
kolesterol, melakukan aktivitas fisik dan olehraga secara teratur, menghindari
stress kerja.
3.2. Saran
Kelompok berharap makalah ini dapat digunakan oleh mahasiswa
keperawatan untuk meningkatkan pemahaman tentang CAD sehingga dapat
menjadi bekal pengetahuan untuk meningkatkan prestasi akademik maupun
ketrampilan saat terjun ke klinik.
19
DAFTAR PUSTAKA
Adam Sagan, 2009. Coronary Heart Disease Risk Factors and Cardiovascular Risk in
Physical Workers and Managers.
Diah Krisnatuti dan Rina Yenrina. (1999). Panduan Mencegah & Mengobati
Hariadi, Ali Arsad Rahim, (2005). Hubungan Obesitas dengan Beberapa Faktor
Risiko Penyakit Jantung Koroner.
20
Kurniastuti, Y. (2009). Faktor Resiko Penyakit Janting Koroner di Indonesia.
Kuswadji, S. 2009. Kadar Lemak Darah pada Pekerja Bergilir di Suatu Instalasi
Pengeboran Minyak dan Gas Bumi.www.cerminduniakedokteran.com [diakses 18
Mei 2014].
Marianna Virtanen, (2012). Long Working Hours and Coronary Heart Disease: A
Systematic Review and Meta-Analysis.
Marianna Virtanen, (2010). Overtime Work and Incident Coronary Heart Disease:The
Whitehall II Prospective Cohort Study.
Mika Kivimäki, (2013). Associations of job strain and lifestyle risk factors with risk
of coronary artery disease: a meta-analysis of individual participant data.
Sivaramakrishna, R., Nancy A., William, A., Gilda, C., dan Kimerly, A. 2000. Powell
American Journal of Roentgenology, 175, 45-51
21