Anda di halaman 1dari 11

UNIVERSITAS TADULAKO Nama : Moh Sayydil

FAKULTAS TEKNIK M
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
Nim : F 121 17 002
Acara 5 : Endapan Mineral Jarang
Praktek : Endapan
Mineral

A. Unsur Tanah Jarang


Unsur tanah jarang (UTJ) atau rare earth elements atau yang juga dikenal dengan
REE terdiri atas tujuh belas unsur kimia di table priodik. Ketujuh-belas logam ini adalah:
Sandium (Sc), Yttrium (Y), Lanthanum (La), Cerium (Ce), Praseodymium (Pr),
Neodymium (Nd), Promethium (Pm), Samarium (Sm), Europium (Eu), Gadolinium
(Gd),Terbium (Tb), (Dysprosium (Dy), Holmium (Ho), Erbium (Er), Thulium (Tm),
Ytterbium (Yb), dan Lutetium (Lu). Dalam tulisan ini selanjutnya, ke-17 logam REE,
sebagaimana biasanya, dituliskan simbolnya saja, yaitu: Sc, Y, La, Ce, Pr, Nd, Pm, Sm,
Eu, Gd, Tb, Dy, Ho, Er, Tm, Yb, dan Lu. Dari ketujuhbelas unsur, 15 diantaranya
merupakan lanthanides (dari nomor atom 57 sampai dengan 71) dan dua lagi merupakan
scandium dan yttrium.
Penemuan UTJ dimulai pada akhir abad ke – 18 yang ditandai dengan ditemukannya
Yttrium oleh seorang ahli kimia dari Finlandia yaitu Johan Gadolin (Guota &
Krishnamurty,2005; Voncken,2016) yang diekstrak dari sebuah tambang di desa Yttrby-
Swedia. Unsur tanah jarang mulai ditambang pada tahun 1950-an. Pada era 1950-1960
pasokan unsur tanah jarang dunia berasal dari endapan Placer di USA bagian Tenggara.
Setelah ditemukan deposit baru pada 1970an di Mountain Pass, California, pemenuhan
kebutuhan unsur tanah jarang dunia didominasi dari wilayah ini. Australia juga sempat
menjadi pemasok utama unsur tanah jarang hingga tahun 1990an. Memasuki abad 20, era
penguasa unsur tanah jarang berganti ke wilayah China setelah ditemukannya deposit
Bayan Obo, Mongolia yang sampai saat ini masih menjadi penyuplai utama kebutuhan
unsur tanah jarang dunia.
Gambar 1. Ilustrasi hipotesa pembentukan REE mengacu kepada singkapan di tambang
Pemali Bangka.
Dalam konteks Indonesia, tanah air kita sejak lama dikenal sebagai jalur
pembentukan timah (tin belt) yang memanjang mulai dari Thailand-Malaysia di utara.
Pembentukan timah sangat erat kaitannya dengan keterdapatan REE dalam bentuk
butiran yang terdapat dalam mineral monasit, xenotim dan zircon. Mineralmineral
tersebut merupakan hasil pengikisan dari batuan induk yang mengandung timah dan
diendapkan di lembah-lembah bahkan terbawa hingga mengendap di dasar laut. Endapan
ini dikenal sebagai REE jenis plaser atau aluvial.
Pembentukan REE dalam hal ini berasal dari sisa larutan magma yang mengandung
gas-gas berunsur logam (pneumatolisis) pada batuan granit berkomposisi tertentu
berumur Trias-Jura (sekitar 200 juta tahun lalu) yang menerobos batuan metasedimen
metamorf berumur Permo-Karbon (sekitar 300 juta tahun lalu). Gas-gas yang
mengandung unsur logam ini dapat pula terbentuk pada batuan yang diterobos itu
sendiri. Selanjutnya, dengan kondisi sedemikian rupa, gas-gas tersebut tidak mudah lolos
ke luar dan masih tertahan di bawah penudung (penutup) batuan metasedimen-metamorf
berumur Permo-Karbon, membentuk endapan timah pada bagian atas (cupola) tubuh
granit itu sendiri. Dalam keadaan ini, timah terendapkan bersamaan dengan mineral-
mienral yang mengandung REE sebagai inklusi (pengotor) dalam granit yang sama.
Mineral yang mengandung REE ini adalah monasit, zircon dan xenotim. Dengan posisi
morfologi ketinggian tertentu, proses pelapukan berlangsung sehingga granit yang
mengandung timah dan REE itu tersingkap. Selanjutnya, terjadi pengikisan,
pengangkutan dan pengendapan bagian endapan primer dari granit itu di lereng hingga
jauh ke lembah-lembah dan bermuara ke dasar laut.
Penyelidikan yang dilakukan Badan Geologi dalam kurun waktu lima tahun terakhir
telah pula menemukan indikasi jenis endapan REE lainnya. Di antaranya, jenis
pelapukan residual diatas batuan beku asam (granit) kurang lebih mirip dengan endapan
REE yang ditambang di Jiangxi, Cina, di mana ahli geologi di sana menyebutnya jenis
”ion adsorption-type”. REE melapuk sempurna dan hampir semua REE terkonsentrasi
berupa lapisan lempung pada kerak lapukan. Jika mengacu kepada hasil penyelidikan
Badan Geologi tahun 2009-2010 di Daerah Parmonangan Tapanuli Utara, Sumatera
Utara, proses pelapukannya berlangsung diatas batuan beku asam yang penyebarannya
cukup luas dan dikenal sebagai Granit Sibolga yang sudah tersingkap.

Dari hasil penyelidikan yang dilakukan oleh Badan Geologi bekerjasama dengan PT.
Aneka Tambang, Tbk, ditemukan indikasi jenis endapan laterit di Kalimantan Barat.
Dalam hal ini pembentukan REE mengikuti proses lateritisasi (pembentukan laterit)
sebagaimana berlaku untuk endapan bauksit dan nikel. Laterisasi pada batuan granit,
metamorf dan sedimen dalam pembentukan endapan bauksit ini diduga juga
membentuk REE. Indikasi ini telah ditemukan pada endapan bauksit di Kalimantan
Barat di mana nilai kandungan Ce yang cukup signifikan dijumpai pada zona dibawah
laterit.

B. Karakteristik unsur tanah jarang

Gambar 2. Tambang rakyat pada endapan laterit mengandung timah dan mineral ikutan
REE di Badau, Belitung Timur. Foto: Armin Tampubolon.
Unsur tanah jarang atau rare earth element yang biasa di sebut sebagai UTJ atau
REE adalah kelompok elemen berat yang terdiri dari unsur Sc, Y dan 15 unsur
kelompok lanthanida.

Penyebutan unsur tanah jarang tidak mencerminkan kelimpahan unsur ini di kerak
bumi. Unsur tanah jarang yang paling melimpah adalah Cerium (Ce) dengan
kelimpahan di kerak bumi sebesar 60 ppm dan merupakan unsur peringkat ke-27
terbanyak di kerak bumi. Bahkan unsur tanah jarang yang paling sedikit kelimpahannya
yakni Lutetium (0,5 ppm) masih 200 kali lebih melimpah dibandingkan kelimpahan Au
yang hanya 0,0031 ppm. Hanya saja seluruh unsur kelompok ini cenderung terisolasi
dari material pembawanya sehingga istilah unsur tanah jarang digunakan.
Saat ini telah diketahui lebih dari 100 jenis mineral pembawa unsur tanah jarang.
Namun, hanya 3 mineral utama yang menjadi pembawa unsur ini dan dapat ditambang
serta diekstrak kandungan logam tanah jarangnya. Mineral tersebut adalah Basnasite
[(Y,Ce)(CO3)F], Monazite [(Ce, La, Y, Th)PO4] dan Xenotime [YPO4]. Meskipun
begitu, unsur tanah jarang juga dapat diperoleh dari apatit dan zircon.
C. Potensi REE di Indonesia

Gambar 3. Penambangan semprot timah tipe endapan greisen mengandung REE, Nb


dan litium di Tambang Tikus, Belitung
Potensi di sini maksudnya meliputi petunjuk (indikasi) adanya REE, atau REE yang
sudah diketahui keterdapatannya, juga REE yang sudah merupakan sumber daya.
Berdasarkan penyelidikan selama ini, potensi REE cukup luas penyebarannya. Salah
satu sumber keterdapatan REE adalah mineral timah yang terdapat sebagi mineral sisa
buangan pengolahan (mineral tailing) timah.
Aspek sumber daya REE bila dikaitkan dengan mineral tailing timah yang
umumnya dalam bentuk mineral monasit, xenotim dan zirkon, yang juga salah satu
sumber unsur radioaktif, merupakan sumber daya yang sangat potensial. Diperkirakan
volumenya sangat besar bila dihitung sejak awal berproduksinya timah di wilayah
Bangka-Belitung, yang dimulai sekitar pertengahan abad 18 hingga sekarang
Cadangan ini sudah termasuk sumber daya monasit hipotetik di Bangka-Belitung-
Kundur-Kampar yang ditafsirkan dari hasil penyelidikan konservasi Badan Geologi
yang mencapai 185.992 ton (Badan Geologi, 2007).
Data resmi tentang sejauh mana mineral tailing tersebut sudah dimanfaatkan
sebagai komoditas selama ini, belum tersedia. Namun, sebagai data awal, sampai sejauh
ini diketahui bahwa dalam mineral monasit ((Ce, La, Pr, Nd, Th,Y)PO4 ) kandungan
REE-an nya secara teoritis adalah: Ce sebanyak 45–48%; La (24%); Nd (17%); Pr
(5%); Sm, Gd dan Y (0,05%); Th (6 % -12%). Artinya secara teoritis total kandungan
REE dalam mineral monasit berkisar 91 % – 94%. Selanjutnya, dalam mineral xenotim
(YPO4) kandungan REE secara teoritis adalah Y sebesar 48.35 %; dan Y2O3 atau REO
(61.40 %); yang berarti REE yang terdapat dalam mineral xenotim hanya berupa Y.
Dalam zirkon (ZrSiO4) atau empirisnya berupa Zr0.9Hf0.05REE0.05SiO4, kandungan
REE-nya secara teoritis adalah La, Ce, Pr, Nd, Sm total 3.78 %; dalam bentuk Oksida
atau REO (4.41 %), dan REE2 O3 serta unsur radioaktif berupa jejak (trace) saja.

Sampai sekarang belum diketahui secara pasti berapa jumlah potensi REE sebagai
ikutan pada mineral timah tailing atau buangan dari sisa pemrosesan endapan timah
plaser pada setiap penambangan yang ada. Namun, mengutip majalah Stannia (Juli 2012),
jumlah potensi REE dalam mineral monasit, xenotim dan zircon ditunjukkan oleh
cadangan REE berupa kumpulan REE (Σ REE) dalam mineral tailing mencapai 742.835
ton.
Dengan masih berlangsungnya kegiatan penambangan timah plaser di Bangka-
Belitung dan Singkep-Kundur, baik di darat maupun di laut, muncul pertanyaan, seberapa
besar cadangan REE yang masih belum/akan ditambang sebagai bakal mineral tailing?
Dengan kata lain, seberapa besar cadangan REE pada endapan plaser yang ada?
Berdasarkan data yang dikompilasi PSDG, Badan Geologi (2012) potensi REE dalam
endapan plaser di wilayah darat untuk Bangka-Belitung tidak cukup besar dibanding
potensinya pada mineral tailing, yaitu diperkirakan sekitar 17.785 ton
Jadi, berdasarkan data hingga saat ini, total REE sebagai produk sampingan dari
tambang timah plaser dan endapan plaser yang ada adalah 760.620 ton (742.835 ton +
17.785 ton). Sementara itu, dari tiga kali tahap penyelidikan yang dilakukan di Daerah
Parmonangan, Tapanuli Utara, Sumatera Utara, telah dianalisis seanyak 15 unsur tanah
jarang. Hasilnya, diperoleh nilai kandungan REE yang cukup penting, yang ditunjukkan
oleh Ce sebesar 600 ppm hingga 1400 ppm, La (400 ppm – 1000 ppm), dan Pr (600 ppm
– 1400 ppm). Ada pun kandungan unsur REE lainnya umumnya kurang dari 100 ppm.
Hasil perhitungan sumber daya hipotetis REE di Tapanuli Utara tersebut berkisar 8.852
ton hingga 20.803 ton atau 14.827 ton bila dirata-ratakan. Dengan demikian, bila
dijumlahkan dengan hasil perhitungan sebelumnya, diperoleh bahwa total angka sumber
daya REE Indonesia mencapai 775.447 ton.
KLASIFIKASI ENDAPAN UNSUR TANAH JARANG

No. Sampel : 01
Warna : Coklat kemerahan
Sistem Kristal : Monoklin
Kilap : Kaca sampai damar
Kekerasan : 5 – 5.55 Skala Mohs
Cerat : Putih
Belahan : Tidak ada
Berat Jenis : 5.0 – 5.3 gr/cm3
Nama Mineral : Monasit (Ce,La)PO4
Keterangan : Karakteristik dari monasit sebagai bijih logam tanah jarang
khususnya thorium, cerium dan Lantanum. Unsur –unsur yang menghadilkan
radioaktif.adalah berasosiasi dengan mineral olivine, platina. Proses terbentuknya, Monasit,
sebagaimana telah disebutkan, terbentuk di pegmatit fosfat tetapi sebenarnya merupakan
konstituen jejak standar di banyak batuan beku, metamorf dan urat biasa mengisi. Mineral
monasit dapat lapuk keluar dari batuan induk dan dibagian hilir jarak yang besar dan
mengumpulkan di deposit sungai dan bahkan di deposit laut pantai. Kerapatan besar mineral
(gravitasi spesifik adalah 4,6-5,7) memudahkan kristal untuk dikumpulkan menjadi apa yang
disebut deposit placer. Monasit sangat berguna sebagai mineral bijih untuk unsur-unsur
langka terutama unsur yang menghasilkan sinar radioaktif seperti theorium dan cerium.
Keterdapatan di Indonesia, Salapa, Tasikmalaya, Jawa Barat.
KLASIFIKASI ENDAPAN UNSUR TANAH JARANG

No. Sampel : 02
Warna : Hitam
Sistem Kristal : Tetragonal
Kilap : Logam
Kekerasan : 6 – 7 Skala Mohs
Cerat : Abu-abu
Belahan : Tidak ada
Berat Jenis : 6.8 – 7.1 gr/cm3
Nama Mineral : Kasiterit (SnO2)
Keterangan : Karakteristik dari kasiterit adalah sering berasosiasi dengan
wolframit, turmalin, topas, kuarsa, fluorit, arsenopirit, muskovit, mika-Li, bismulinit, bismut
dan molibdenit. Proses terbentuknya, Kasiterit terbentuk melalui proses hidrotermal
temperatur tinggi danterdapat dalam urat-urat, atau proses metamorfisme yang secara genetik
berhubungan dengan batuan silika. Digunakan sebagai sumber logam timah. Keterdapatan di
Indonesia, terdapat di Bangka.
KLASIFIKASI ENDAPAN UNSUR TANAH JARANG

No. Sampel : 03
Warna : Abu-abu
Sistem Kristal : Trigonal
Kilap : Logam
Kekerasan : 5 – 6 Skala Mohs
Cerat : Merah kehitaman
Belahan : Tidak ada
Pecahan : Conchoidal
Berat Jenis : 5.26 gr/cm3
Tenacity : Ductile
Kemagnetan : Ferromagnetik
Transparansi : Opaque
Nama Mineral : Hematite ( Fe2O3 )
Keterangan : Karakteristik dari hematit adalah bersifat magnetik setelah
dipanaskan. Proses terbentuknya, Dapat terbentuk pada daerah lingkungan batuan beku,
hidrotermal temperature tinggi dan metamorfisme kontak. Biasa terbentuk pada temperature
sekitar 950°C. Digunakan sebagai sumber logam besi. Keterdapatan di Indonesia, terdapat di
Ciater, Jawa Barat.
KLASIFIKASI ENDAPAN UNSUR TANAH JARANG

No. Sampel : 04
Warna : Coklat
Sistem Kristal : Tetragonal
Kilap : Kaca
Kekerasan : 4 - 5 Skala Mohs
Cerat : Coklat
Belahan : Sempurna
Berat Jenis : 4.40 – 5.10 gr/cm3
Kemagnetan : Magnetik
Nama Mineral : Xenotime (YPO4)
Keterangan : Karakteristik dari xenotime merupakan golongan fosfat yang
mengandung ytrrium. Proses terbentuknya, Apablia batuan induk yang mengalami proses
erosi tersebut mengandung mineral UTJ seperti xenotime mka bias dipastikan mineral-
mineral tersebut akan terkonsentrasi secara mekanik dengan mineral berat lainnya seperti
ilmenit dan timah. Digunakan sebagai sumber bijih timah. Keterdapatan di Indonesia, pulau
Sulawesi, Kalimantan, dll.
KLASIFIKASI ENDAPAN UNSUR TANAH JARANG

No. Sampel : 05
Warna : Coklat
Sistem Kristal : Tetragonal
Kilap : Kaca
Kekerasan : 7 – 7.5 Skala Mohs
Cerat : Abu-abu
Belahan : Tidak ada
Berat Jenis : 6.8 – 7.1 gr/cm3
Nama Mineral : Zirkon (ZrSiO4)
Keterangan : Karakteristik dari zirkon adalah mempunyai kekerasan dan daya
tahan yang relatif tinggi sehingga sangat resisten terhadap pelapukan maupun erosi. Proses
terbentuknya, terbentuk di lelehan silikat dengan proporsi besar unsur yang tidak kompatibel
dengan kekuatan medan yang tinggi. Digunakan sebagai bahan baku untuk keramik dan
komponen elektronik. Keterdapatan di Indonesia, Potensi zirkon menyebar di Sumatera
Selatan, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, dan Kalimantan bagian barat. Potensi ini
mengikuti penyebaran kasiterit, yang dikenal dengan nama tin belt.
Daftar Pustaka

Humphries, Marc. 2012. Rare earth element : The Global Supply Chain. Congressional
research service.
Jordens, adam; Cheng, Ping Ying; Waters, kristian. 2013. A review of the beneficiation of
rare earth element bearing minerals. Canada: Elsevier, Ltd
Prasastia, Ega gita; Setijadji, Lucas; Warmada, Wayan. 2015. Mineralogy, geochemistry, and
sequential extraction experiment of REE in weathered anggi granite, Manokwari
Regency, West Papua, Indonesia. Journal South East Asian Geology.
Riesgo, Garcia; Krzmien, Alicja; Angel, Miguel. 2017. Rare earth element mining
investment: Its not all about China. Canada: Elsevier, Ltd

Anda mungkin juga menyukai