Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Selulitis berasal dari kata ”cellule” yaitu susunan tingkat sel, dan kata

“itis” yaitu peradangan, yang berarti adanya peradangan yang ternyata pada

suatu tingkatan sel. Pengertian lain dari selulitis adalah suatu kelainan kulit

berupa infiltrat yang difus di daerah subkutan dengan tanda – tanda radang

akut.1

Definisi selulitis yang lain, yaitu adanya peradangan akut, difus,

menyebar, edematosa, dan supuratif pada jaringan subkutan dalam, kadang

sampai pada jaringan otot, dan kadang disertai dengan terjadinya

pembentukan abses.2

B. EPIDEMIOLOGI

Selulitis dapat terjadi di semua usia, tersering pada usia di bawah 3 tahun

dan usia dekade keempat dan kelima. Insidensi pada laki-laki lebih besar

daripada perempuan dalam beberapa studi epidemiologi. Insidensi selulitis

ekstremitas masih menduduki peringkat pertama. Terjadi peningkatan resiko

selulitis seiring meningkatnya usia. Selulitis terjadi manakala bakteri tersebut

masuk melalui kulit yang bercelah terutama celah antara selaput jari kaki,

pergelangan kaki, dan tumit, kulit terbuka, bekas sayatan pembedahan

(lymphadenectomy, mastectomy, postvenectomy). Walaupun selulitis dapat

terjadi di kulit bagian manapun, lokasi paling sering terjadi adalah di kaki,

2
khususnya di kulit daerah tulang kering dan punggung kaki. Pada anak-anak

usia di bawah 6 tahun, bakteri Hemophilus influenzae dapat menyebabkan

selulitis, khususnya di daerah wajah dan lengan.3

C. ETIOLOGI

Penyebab selulitis antara lain Streptococcus grup B, Haemophylus

influenzae, Pneumokokus, Staphylococcus aereus dan Streptococcus grup A.

Meskipun ada beberapa bakteri yang dapat menyebabkab selulitis, penyebab

yang paling sering dijumpai adalah Staphylococcus dan Streptococcus.3

Streptokokkus adalah bakteri Gram positif yang terdapat dalam bentuk

rantai terdiri dari dua atau lebih sel individu yang berbentuk bola dengan

diameter 0,75 – 1,0 µm. Sedangkan Stafilokokkus adalah sel yang berbentuk

bola yang berpasangan dengan diameter 1 µm, tersusun dalam bentuk kluster

(bergerombol) yang tidak teratur.4,5

(a) (b)
Gambar 2.1 Gambar bakteri penyebab selulitis tersering (a) Staphylococcus,
dan (b) Streptococcus.1,2,3,4,5
Terdapat beberapa faktor yang memperparah resiko dari perkembangan

selulitis, antara lain : 3

3
a) Usia. Semakin tua usia, kefektifan sistem sirkulasi dalam menghantarkan

darah berkurang pada bagian tubuh tertentu. Sehingga abrasi kulit potensi

mengalami infeksi seperti selulitis pada bagian yang sirkulasi darahnya

memprihatinkan.

b) Melemahnya sistem immun (Immunodeficiency). Dengan sistem immune

yang melemah maka semakin mempermudah terjadinya infeksi. Contoh

pada penderita leukemia lymphotik kronis dan infeksi HIV. Penggunaan

obat pelemah immun (bagi orang yang baru transplantasi organ) juga

mempermudah infeksi.

c) Diabetes mellitus. Tidak hanya gula darah meningkat dalam darah namun

juga mengurangi sistem immun tubuh dan menambah resiko terinfeksi.

Diabetes mengurangi sirkulasi darah pada ekstremitas bawah dan potensial

membuat luka pada kaki dan menjadi jalan masuk bagi bakteri

penginfeksi.

d) Cacar dan ruam saraf. Karena penyakit ini menimbulkan luka terbuka yang

dapat menjadi jalan masuk bakteri penginfeksi.

e) Pembangkakan kronis pada lengan dan tungkai (lymphedema).

Pembengkakan jaringan membuat kulit terbuka dan menjadi jalan masuk

bagi bakteri penginfeksi.

f) Infeksi jamur kronis pada telapak atau jari kaki Infeksi jamur kaki juga

dapat membuka celah kulit sehingga menambah resiko bakteri penginfeksi

masuk

g) Penggunaan steroid kronik. Contohnya penggunaan kortikosteroid.

4
h) Gigitan & sengatan serangga, hewan, atau gigitan manusia.

i) Penyalahgunaan obat dan alkohol. Mengurangi sistem immun sehingga

mempermudah bakteri penginfeksi berkembang.

j) Malnutrisi. Sedangkan lingkungan tropis, panas, banyak debu dan kotoran,

mempermudah timbulnya penyakit ini.

D. PATOGENESIS

Bakteri patogen yang menembus lapisan epidermis kulit menimbulkan

infeksi pada permukaan kulit atau menimbulkan peradangan. Selulitis

biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri pada luka, luka bakar, atau infeksi

kulit lainnya, terutama oleh Streptococcus grup A dan Staphylococcus

aureus, tetapi dapat pula timbul pada pejamu (host) dengan tanggap imun

yang lemah (immunodeficiency) atau menyertai erisipelas. Penyakit ini

cenderung menyebar ke rongga jaringan dan dataran cekung karena

pelepasan sejumlah besar hialuronidase yang memecahkan zat dasar

polisakarida. Selain itu juga terjadi fibrinolitik yang mencernakan barier

fibrin dan lesitinase yang menghancurkan membran sel oleh bakteri.2

Penyakit infeksi sering berjangkit pada orang gemuk, rendah gizi, orang

tua dan pada orang dengan diabetes mellitus yang pengobatannya tidak

adekuat. Selulitis yang tidak berkomplikasi paling sering disebabkan oleh

streptokokus grup A, streptokokus lain atau Stafilokokus aureus.3

E. GAMBARAN KLINIS

Terdapat gejala prodromal yaitu berupa demam dan malaise. Lapisan

kulit yang diserang adalah epidermis dan dermis. Penyakit ini didahului

5
dengan terjadinya trauma, karena itu tempat predileksinya adalah daerah –

daerah yang mudah terjadi trauma, terutama di tungkai bawah. Gambaran

klinis eritema lokal berwarna merah cerah pada kulit dan sistem vena serta

limfatik pada kedua ekstremitas atas dan bawah, batas lesi tegas, dan

pinggirannya meninggi dengan tanda – tanda radang akut. Dapat disertai

edema, vesikel dan bula. Pada pemeriksaan ditemukan hangat, nyeri tekan,

demam dan didapatkan leukositosis sebagai tanda bakterimia. Jika tidak

segera diobati akan menjalar ke sekitarnya terutama ke proksimal. Dan jika

sering residif di tempat yang sama, dapat terjadi elephantiasis.2,3

Gambar 2.1 Gambaran klinis penyakit selulitis dengan warna merah cerah
berbatas tegas pada daerah tungkai bawah.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium : 3

1. CBC (Complete Blood Count), menunjukkan kenaikan jumlah leukosit dan

rata - rata sedimentasi eritrosit. Sehingga mengindikasikan adanya infeksi

bakteri,

6
2. Kadar BUN dan Kreatinin, untuk menilai fungsi ginjal, karena bakteri

Streptokokkus Betahemolitikus grup A lebih sering bermetastasis ke ginjal

dan menyebabkan infeksi sekunder, seperti glomerulonefritis.

3. Kultur darah, dilaksanakan bila infeksi tergeneralisasi telah diduga,

4. Mengkultur dan membuat apusan Gram, dilakukan secara terbatas pada

daerah penampakan luka namun sangat membantu pada area abses atau

terdapat bula,

5. Pemeriksaan laboratorium tidak dilaksanakan apabila penderita belum

memenuhi beberapa kriteria; seperti area kulit yang terkena kecil, tidak

terasa sakit, tidak ada tanda sistemik (demam, dingin, dehidrasi, takipnea,

takikardia, hipotensi), dan tidak ada faktor resiko.

G. DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding Selulitis adalah Erisipelas, Flegmon, Dermatitis

Kontak, Mikosis Profunda dan Pioderma Kronik.1,3,6

1) Erisipelas

Merupakan suatu infeksi akut yang biasanya disebabkan oleh bakteri

Streptokokkus. Gejala utamanya adalah eritema berwarna merah cerah dan

berbatas tegas, dan disertai gejala konstitusi, namun lokalisasinya lebih

superfisial dibandingkan selulitis.

2) Flegmon

Merupakan selulitis yang telah mengalami supurasi, dan diberikan terapi

yang sama dengan selulitis dan ditambahkan dengan insisi.

3) Dermatitis Kontak

7
Dermatitis Kontak merupakan peradangan pada kulit yang disebabkan

oleh bahan / substansi asing yang menempel pada kulit Dermatitis ini

memberikan gambaran klinis berupa lesi yang berbatas tidak tegas dan

bersifat kronik yang ditandai dengan adanya skuama dan likenifikasi.

4) Mikosis Profunda

Biasanya kronik dan tidak menimbulkan gejala konstitusi.

5) Pioderma Kronik

Infeksi bakteri bersifat kronik dan memberikan gambaran lesi yang

berwarna kehitaman.

H. DIAGNOSIS

1) Anamnesis

- Identitas pasien, terutama pekerjaan, karena beberapa jenis pekerjaan


memiliki risiko yang tinggi untuk terjadinya penyakit selulitis ini,
misalnya tukang kebun, petani, dll.
- Adanya keluhan nyeri dan pembengkakan lokal pada lokasi selulitis,
- Dijumpai riwayat trauma (kecelakaan, gigitan hewan / serangga,
garukan, goresan, suntikan, dll), atau riwayat tindakan operasi.
Hambatan drainase limfe juga diketahui sebagai faktor predisposisi.
- Muncul gejala – gejala prodromal berupa demam, menggigil (terutama
jika terjadi supurasi), kadang dikeluhkan pula malaise.

2) Pemeriksaan Fisik

- Pada lokasi yang terkena tampak eritem, edema, teraba hangat, dan
nyeri tekan.
- Dapat ditemui limfangtis, limfadenopati regional, atau keduanya.
- Suhu tubuh meningkat / demam.
- Pada kasus yang berat, pasien dapat mengalami hipotensi.

8
- Bisa tampak supurasi lokal jika terlambat ditangani.
- Pada selulitis perianal, yang lebih umum terjadi pada anak, didapatkan
eritema dan pruritus pada fisura perianal, juga ditemukan sekresi
purulen, nyeri saat defekasi, dan terdapat darah pada feses. 7

I. PENGOBATAN

Pengobatan dapat berupa medikamentosa dan non - medikamentosa.


Pengobatan secara medikamentosa dapat diberikan secara topikal atau
sistemik. 1,6,7,8,9
1) Medikamentosa
a) Secara topikal, dapat berupa :
 Perawatan luka dengan kompres basah dengan saline atau antiseptik

seperti povidon yodium 5 – 10% pada area lesi yang mengalami

ulserasi dan diganti setiap 2 – 12 jam, tergantung keparahan infeksi.

 Jika diduga terdapat rekurensi yang disebabkan oleh tinea pedis,

maka perlu diberikan antifungal topikal (misalnya ketokonazole

krim).

b) Secara sistemik (oral)

Golongan penisilin dosis tinggi (Penisilin G 1,2 – 2,4 juta unit i.m. 2

kali sehari) selama 10 - 20 hari, atau Golongan sefalosporin,

misalnya sefalosporin generasi pertama.

 Golongan makrolid (jika pasien alergi penisilin), misalnya

Eritromisin 250 mg – 1 gr per oral 4 kali sehari selama 14 – 21 hari.

 Dapat diberikan antibiotik golongan metronidazol yang berkhasiat

terhadap kuman-kuman anaerob.

2) Non - Medikamentosa

9
a) Untuk mengurangi edema dan nyeri, direkomendasikan untuk elevasi /

meninggikan dan mengistirahatkan ekstremitas yang mengalami

keluhan.

b) Perlu dipertimbangkan hospitalisasi untuk monitoring ketat dan

pemberian antibiotik intravena pada kasus yang berat, pada bayi, pasien

usia lanjut, dan pasien dengan imunokompromis.

c) Pada kondisi yang sangat parah dengan nekrosis luas disertai supurasi,

perlu dipertimbangkan dilakukan debridement insisi dan drainase secara

bedah.

d) Memberikan edukasi kepada penderita yaitu diberikan informasi

mengenai perawatan kulit dan higiene kulit yang benar, misalnya mandi

teratur, minimal 2 kali sehari, jika terdapat luka hindari kontaminasi

dengan kotoran.

J. PROGNOSIS

Pada kasus selulitis tanpa komplikasi akan memberikan prognosis baik

secara umum, dengan terapi yang cepat dan tepat. 6,7

10

Anda mungkin juga menyukai