PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia membutuhkan kesehatan dan rasa aman dalam kehidupannya. Kesehatan
dan keamanan adalah kebutuhan dasar dalam hidup manusia dalam mengembangkan potensi
dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh
masyarakat.
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.1 Pemeliharaan kesehatan adalah
upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan,
pengobatan dan/atau perawatan. Dalam Undang-Undang yang dimaksud dengan kesehatan
adalah:2
a. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial, dan ekonomis.
b. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara, dan meningkatkan
kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah, dan atau masyarakat.
c. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan, dan atau keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan.
d. Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan.
e. Kesehatan adalah sesuatu yang sangat berguna
Namun dalam situasi sekarang dunia sedang mengalami serangan wabah penyakit yang
dikenali dengan Coronavirus (covid -19. Coronavirus adalah sekelompok virus terkait yang
menyebabkan penyakit pada mamalia dan burung. Pada manusia, virus corona menyebabkan
infeksi saluran pernapasan yang dapat berkisar dari ringan hingga mematikan.
Penyakit ringan mencakup beberapa kasus flu biasa (yang memiliki kemungkinan
penyebab lain, terutama rhinovirus), sementara varietas yang lebih mematikan dapat
menyebabkan SARS, MERS, dan COVID-19. Gejala pada spesies lain bervariasi: pada ayam,
mereka menyebabkan penyakit saluran pernapasan atas, sedangkan pada sapi dan babi
1
Siti Nafsiah, "Prof. Hembing pemenang the Star of Asia Award: pertama di Asia ketiga di dunia",
Gema Insani, 2000,
2
Undang-undang No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan & Undang-undang No.29 Tahun 2004 Tentang
Praktik Kedokteran", VisiMedia.
mereka menyebabkan diare. Belum ada vaksin atau obat antivirus untuk mencegah atau
mengobati infeksi coronavirus manusia.
Koronavirus membentuk satu subfamili yang dikenali sebagai Orthocoronavirinae
daripada famili Coronaviridae, order Nidovirales, dan alam Riboviria.3 Dalam situasi
sekarang virus ini telah menyebar keserata dunia sehingga menyebabkan ketakutan terhadap
manusia. Karena virus ini akan menyerang sesiapa aja.
Penyakit ini bukan hanya menyerang seseorang dengan fisiknya akan tetapi sekalian
mentalnya. Karena dari beberapa data yang didapati penyakit ini bisa menyebabkan
kegagalan fisik sehingga menyebabkan seseorang meninggal dunia. Hal ini yang
menyebabkan sesorang individu yang terkena penyakit ini akan mengalami beberapa masalah
yang terkait dengan psikis seperti pesakit akan mengalami frustasi, stress, trauma dan lain-
lain.
Dalam Hierarki kebutuhan Maslow iaitu teori psikologi yang diperkenalkan oleh
Abraham Maslow dalam makalahnya, "A Theory of Human Motivation", di Psychological
Review pada tahun 1943.4 Ia beranggapan bahwa kebutuhan-kebutuhan di tingkat rendah
harus terpenuhi atau paling tidak cukup terpenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan-
kebutuhan di tingkat lebih tinggi menjadi hal yang memotivasi.
Dalam beberapa kebutuhan yang dinyaktaan oleh Abraham Maslow adanya kebutuhan
Setelah kebutuhan-kebutuhan fisiologis, muncullah apa yang disebut Maslow sebagai
kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman.5 Kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman ini diantaranya
adalah rasa aman fisik, stabilitas, ketergantungan, perlindungan dan kebebasan dari daya-
daya mengancam seperti kriminalitas, perang, terorisme, penyakit, takut, cemas, bahaya,
kerusuhan dan bencana alam.
Serta kebutuhan secara psikis yang mengancam kondisi kejiwaan seperti tidak diejek,
tidak direndahkan, tidak stres, dan lain sebagainya. Kebutuhan akan rasa aman berbeda dari
kebutuhan fisiologis karena kebutuhan ini tidak bisa terpenuhi secara total.Manusia tidak
pernah dapat dilindungi sepenuhnya dari ancaman-ancaman meteor, kebakaran, banjir atau
perilaku berbahaya orang lain.
3
De Groot RJ, Baker SC, Baric R, Enjuanes L, Gorbalenya AE, Holmes KV, Perlman S, Poon L, Rottier
PJ, Talbot PJ, Woo PC, Ziebuhr J (2011). "Family Coronaviridae". Dalam King AM, Lefkowitz E, Adams MJ,
Carstens EB, International Committee on Taxonomy of Viruses, International Union of Microbiological
Societies. Virology Division (para penyunting). Ninth Report of the International Committee on Taxonomy of
Viruses. Oxford: Elsevier. halaman 806–28.
4
Maslow, A.H. (1943). "A theory of human motivation". Psychological Review. 50 (4): 370–96.
5
G. Goble, Frank (1987). A. Supratiknya, ed. Mazhab Ketiga, Psikologi Humanistik Abraham Maslow.
Kanisius. hlm. 71.
Menurut Maslow, orang-orang yang tidak aman akan bertingkah laku sama seperti anak-
anak yang tidak aman. Mereka akan bertingkah laku seakan-akan selalu dalam keadaan
terancam besar. Seseorang yang tidak aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan
stabilitas secara berlebihan serta akan berusaha keras menghindari hal-hal yang bersifat asing
dan yang tidak diharapkannya.
Oleh itu dapat dihubungkan sekiranya seseorang mengalami gejala penyakit terutama
penyakit coronavirus (covid-19) dia akan mengalami keadaan dimana dirinya tidak merasa
aman terutama berkaitan dengan masalah fisik sehingga mampu mendorong kepada gejala-
gejala masalah yang berhubungan dengan penyakit mental atau dikenali dengan psikis.
Maka dalam menangani kasus ini perlunya konselor dalam memberikan layanan
bimbingan dan konseling dalam mengurangi stress dan kekuatiran terhadap warga. Terkait
dengan bimbingan dan konseling ialah bimbingan ialah suatu proses pemberian bantuan yang
terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai
kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan diri, dalam mencapai tingkat
perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungannya. 6
Dalam kasus ini seorang konselor seharusnya melakukan beberapa upaya untuk
menangani kasus ini seperti upaya pemahaman, upaya preventif, upaya penyembuhan, upaya
pengembangan dan lain-lain. Untuk menjayakan upaya-upaya tersebut seorang konselor akan
memberikan beberapa layanan-layanan dan tehnik-tehnik untuk memfasilitasi dan menangani
penyakit menular tersebut.
Dapat disimpulkan dari penjelasan diatas seorang konselor juga harus mengambil peran
dalam mencegah dan menangani penyakit Covid-19 ( Corona Virus) yang menyerang
manusia. Bukan dengan cara menangani gejala- gejala fisik seperti batuk-batuk, flu, demam,
dan sukar bernafas.akan tetapi konselor seharusnya menangani gejala psikis yang dihadapi
oleh klien. Ini karena ruang lingkup kerja seorang konselor adalah gejala psikis bukan gejala
fisik.
Dengan demikian, berdasarkan uraian tersebut penulis merasa termotivasi untuk
melakukan suatu karya ilmiah dengan mengangkat judul : “Bahaya Corona dan
Penanganannya Melalui Bimbingan dan Konseling”.
6
Sukardi, Dewa Ketut, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah, 2000,
Tabanan, Rinera Cipta, , hal 20.
B. Fokus masalah
Untuk memberikan batasan dan ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti, maka
ditetapkan sebagai fokus masalah, yaitu :
1. Peran konselor dalam upaya menangani penyakit berjangkit coronavirus (covid-
19 terhadap klien.
2. Tehnik layanan bimbingan dan konseling yang cocok dalam menangani penyakit
Coronavirus(Covid-19).
C. Rumusan Masalah
Untuk memberikan batasan dan ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti, maka
ditetapkan sebagai fokus masalah, yaitu :
1. Bagaimana konselor berperan dalam menangani corona?
2. Adakah Coronavirus merbahaya?
3. Apa tehnik konseling dalam menangani coronavirus?
D. Tujuan Penulisan
Berdasarkan pertanyaan penelitian diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui bahaya korona terhadap manusia.
2. Untuk mengetahJui peran konselor dalam menangani penyakit berjangkit
Coronavirus melalui bimbingan dan konseling.
3. Untuk mengetahui tehnik bimbingan dan konseling apa yang sesuai bagi
menangani penyakit berjangkit coronavirus.
BAB II
LANDASAN TEORISTIS
A. Koronavirus.
1. Pengertian
Nama koronavirus berasal dari bahasa Latin corona dan bahasa Yunani κορώνη
(korṓnē, "lingkaran, untaian"), yang berarti mahkota atau lingkaran cahaya. Namanya
mengacu pada penampilan karakteristik virion (bentuk infektif virus) dalam mikroskop
elektron, yang memproyeksikan pinggiran permukaan virus yang besar dan bulat yang
menghasilkan gambar yang mengingatkan pada mahkota atau korona matahari.
Koronavirus adalah zarah sfera pleomorfik besar dengan unjuran permukaan mentol. 7
Diameter zarah virus ini adalah sekitar 120 nm. Sampul virus dalam mikrograf elektron
muncul sebagai pasangan berlainan elektron padat elektron.[9]Dalam kes khusus
koronavirus SARS (lihat bawah), domain gabungan reseptor jelas pada S menjadi
pengantara pelekatan virus ke reseptor sel, enzim pengubah angiotensin 2 (ACE2).8
Menurut situs WHO, virus corona adalah keluarga besar virus yang dapat
menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Pada manusia corona diketahui
menyebabkan infeksi pernafasan mulai dari flu biasa hingga penyakit yang lebih parah
seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS), dan Severe Acute Respiratory
Syndrme (SARS).
Menurut WHO, virus corona COVID-19 menyebar orang ke orang melalui tetesan
kecil dari hidung atau mulut yang menyebar ketika seseorang batuk atau
menghembuskan nafas. Tetesan ini kemudian jatuh ke benda yang disentuh oleh orang
lain.Beberapa koronavirus (khususnya ahli Betakoronavirus subkumpulan A) juga
mempunyai protein seperti bulir yang lebih pendek dipanggil hemaglutinin esterase
(HE).Sampul virus ini terdiri daripada dwilapisan lipid dan protein-protein berstruktur
seperti pepaku (S), sampul (E) dan membran (M).9
Di bawah lapisan sampul virus ini terdapat nukleokapsid, yang terbentuk dari pelbagai
salinan protein nukleokapsid (N), yang terikat kepada genom RNA tunggal yang positif
dalam bentuk seperti "manik pada benang" yang bersambung secara berterusan. Saiz
genom untuk koronavirus berkisar antara 27 hingga 34 kilobes. Sampul dwilapisan lipid,
7
Goldsmith CS, Tatti KM, Ksiazek TG, Rollin PE, Comer JA, Lee WW, dll. (February 2004).
"Ultrastructural characterization of SARS coronavirus". Emerging Infectious Diseases. 10 (2):(Figure 1A).
8
Li F, Li W, Farzan M, Harrison SC (September 2005). "Structure of SARS coronavirus spike receptor-
binding domain complexed with receptor". Science. 309 (5742): 1864–8
9
WHO. "China's latest SARS outbreak has been contained, but biosafety concerns remain – Update 7".
World Health Organization. Dicapai pada 14 February 2020
protein membran, dan nukleokapsid melindungi virus ketika berada di luar sel tuan
rumah.10
2. Sejarah
Beberapa jenis koronavirus bertanggungjawab kepada wabak-wabak besar dalam
sejarah dunia moden.
a. Wabak SARS-CoV
Rencana utama: Wabak SARS 2002–2004
Wabak SARS 2002–04 melibatkan sindrom pernafasan akut yang teruk (SARS-
CoV) berasal dari Foshan, China pada November 2002. Lebih 8,000 orang dijangkiti,
dan sekurang-kurangnya 774 kematian di seluruh dunia.[28] Pihak WHO
menganggap wabak ini berakhir pada Julai 2003, meskipun kes-kes berkaitan wabak
ini masih disahkan hingga Mei 2004.[29]
b. Pandemik COVID-19
Rencana utama: Pandemik COVID-19
Pandemik ini bermula pada Disember 2019 di bandar Wuhan, ibu kota wilayah
Hubei, China sebagai suatu penyakit pneumonia misteri. Pandemik ini dikenal pasti
berpunca daripada sejenis koronavirus baharu, koronavirus sindrom pernafasan akut
teruk 2 (SARS-CoV-2). Wabak ini merebak ke seluruh dunia, dan pada 11 Mac 2020,
pihak WHO mengisytiharkan wabak ini sebagai sebuah pandemik.[30][31] Setakat 28
Mac 2020, terdapat sekurang-kurangnya 614 ribu kes disahkan dengan lebih 28,000
kematian.
3. Cara penularan
Penularan koronavirus dari manusia ke manusia diperkirakan terjadi melalui kontak
langsung dalam jarak dekat via tetesan kecil atau percikan (droplet) dari saluran
pernapasan yang dihasilkan penderita saat bersin dan batuk.11
a. Kemasukan
Jangkitan bermula apabila glikoprotein pepaku (S) virus ini bersambung
dengan pelengkap reseptor sel perumah. Selepas penyambungan berjaya, protease
10
Neuman BW, Kiss G, Kunding AH, Bhella D, Baksh MF, Connelly S, dll. (April 2011). "A structural
analysis of M protein in coronavirus assembly and morphology". Journal of Structural Biology. 174
11
dari sel perumah akan terbelah dan mengaktifkan protein pepaku yang tersambung.
Pembelahan dan pengaktifan ini membenarkan kemasukan virus ke dalam sel
perumah melalui sama ada endositosis atau penyatuan langsung antara envelop
virus dengan membran perumah, namun proses ini bergantung kepada ketersediaan
protease sel perumah.
Sewaktu virus ini memasuki sel perumah, zarah virus ini dinyahlapis dan
kandungan genom virus ini memasuki sitoplasma sel. Genom RNA koronavirus
mempunyai kepala 5' bermetil dan ekor 3' berpoliadenil yang membenarkan RNA
virus bergabung dengan ribosom sel perumah untuk proses translasi. Ribosom dari
perumah mentranslasi bahagian permulaan dari rangka bacaan terbuka genom virus
yang bertindan dan membentuk poliprotein yang panjang. Poliprotein ini juga
mempunyai protease tersendiri yang berupaya untuk membelah poliprotein kepada
pelbagai protein tak berstruktur.12
b. Pereplikaan
Sebahagian dari protein-protein tak berstruktur ini akan bertaut untuk
membentuk kompleks multiprotein replikase-transkriptase (RTC). Protein
replikase-transkriptase yang utama ialah polimerase RNA yang bergantung pada
RNA (RdRp). Ianya terlibat secara langsung dalam pereplikaan dan
pentranskriptaan RNA dari seutas RNA. Protein-protein tidak berstruktur daripada
kompleks tersebut turut terlibat dalam proses replikasi dan transkriptasi.
Contohnya, eksoribonuklease (yang juga merupakan sebahagian daripada protein
tak berstruktur) terlibat dalam penyemakbetulan rantaian RNA yang direplikasi.
Proses ini adalah penting kerana polimerase RNA bergantung pada RNA tidak
dapat melakukan proses ini.
Salah satu dari fungsi utama kompleks ini adalah mereplikasi genom virus ini.
RdRp secara langsung mengantara sintesis genom RNA bererti-negatif dari genom
RNA bererti-positif, dan kemudiannya mensintesis semula genom RNA bererti-
positif dari templat genom RNA bererti-negatif. Satu lagi fungsi lain yang penting
bagi kompleks ini adalah mentranskript genom virus. RdRp mengantara secara
langsung sintesis molekul-molekul subgenom RNA bererti-negatif dari genom
12
Fehr AR, Perlman S (2015). "Coronaviruses: an overview of their replication and pathogenesis".
Methods in Molecular Biology. 1282: 1–23.
RNA bererti-positif, yang dikuti dengan transkripsi molekul-molekul RNA ini
kepada pengutus RNA (mRNA) bererti-positif.13
c. Pembebasan
Genom RNA bererti-positif yang tereplikasi menjadi genom virus-virus
progeni. mRNA-mRNA ini merupakan transkrip-transkrip gen daripada sepertiga
terakhir genom virus selepas rangka bacaan awal yang bertindan. Mereka
ditranslasi oleh ribosom-ribosom perumah kepada protein-protein berstruktur dan
sebilangan dari protein-protein aksesori.
Translasi RNA berlaku dalam retikulum endoplasma. Protein-protein viral
berstruktur S, E dan M bergerak melalui laluan perembesan ke dalam kompartmen
sederhana Golgi. Di situ juga, protein-protein M mengawal kebanyakan interaksi-
interaksi antara protein yang diperlukan untuk pembentukan virus-virus baharu
selepas protein-protein M ini berpaut kepada nukleokapsid.14 Virus-virus progeni
ini dibebaskan melalui vesikel rembesan dari sel-sel perumah melalui proses
eksositosi.
Virus-virus korona berbeza antara satu sama lain dengan ketara dari segi faktor
risiko. Sesetengah daripada virus korona boleh menyebabkan penyakit yang membunuh
lebih daripada 30% pesakit yang dijangkiti (contohnya MERS-CoV), dan penyakit bagi
sesetengah virus lain pula secara relatifnya adalah tidak berbahaya, seperti selesema
biasa. Virus-virus ini berupaya untuk menyebabkan selesema dengan gejala-gejala utama
seperti demam dan sakit tekak yang berpunca daripada adenoid yang bengkak, dan
kebiasaannya jangkitan berlaku pada musim sejuk dan awal musim bunga. Koronavirus
boleh menyebabkan pneumonia (sama ada secara langsung daripada virus ataupun
jangkitan sekunder dari bakteria) dan bronkitis (juga boleh diperolehi secara langsung
daripada virus mahupun secara sekunder dari bakteria). SARS-CoV, sejenis koronavirus
manusia yang banyak dikemukakan dalam dunia perubatan ditemui pada tahun 2003,
yang juga penyebab sindrom pernafasan akut teruk (SARS), mempunyai ciri patogenesis
yang unik kerana ia menyebabkan jangkitan-jangkitan trakus pernafasan atas dan bawah.
Terdapat enam jenis virus-virus korona yang diketahui dengan salah satu daripada
spesies-spesies tersebut terbahagi kepada dua sub-strain yang berbeza, menjadikan
13
Ibid., hlm 123
14
Fehr AR, Perlman S (2015). "Coronaviruses: an overview of their replication and pathogenesis". Dalam
Maier HJ, Bickerton E, Britton P (para penyunting). Coronaviruses. Methods in Molecular Biology. 1282.
Springer. halaman 1–23
jumlah strain secara keseluruhannya tujuh. Empat daripada stain-strain ini menyebabkan
gejala-gejala selesema biasa yang ringan:
a. Koronavirus manusia OC43 (HCoV-OC43), daripada genus β-CoV
b. Koronavirus manusia HKU1, β-CoV, mempunyai persamaan genom dengan
OC43 sebanyak 75%[26]
c. Koronavirus manusia 229E (HCoV-229E), α-CoV
d. Koronavirus manusia NL63 (HCoV-NL63, Koronavirus New Haven), α-CoV
Tiga lagi strain (daripada dua spesies) berupaya untuk menyebabkan gejala-gejala
yang teruk, dan ketiga-tiga strain ini adalah daripada kumpulan strain β-CoV:
a. Koronavirus berkaitan sindrom pernafasan Timur Tengah (MERS-CoV),
sebelum ini dikenali dengan nama koronavirus baharu 2012 (novel coronavirus
2012) dan HCoV-EMC
b. Koronavirus berkaitan sindrom pernafasan akut teruk (SARS-CoV or "klasik
SARS")
c. Koronavirus sindrom pernafasan akut teruk 2 (SARS-CoV-2), sebelum ini
dikenali dengan nama 2019-nCoV atau "koronavirus baharu 2019"
15
Corman VM, Muth D, Niemeyer D, Drosten C (2018). "Hosts and Sources of Endemic Human
Coronaviruses". Advances in Virus Research. 100: 163–88
Bimbingan adalah Bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya
menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan.16
Menurut Dunsmoor dan Miller, Bimbingan membantu individu untuk memahami
dan menggunakan secara luas kesempatan pendidikan, jabatan, dan pribadi yang mereka
miliki atau dapat mereka kembangkan, dan sebagai satu bentuk bantuan yang sistematik
melalui siswa yang mana dibantu untuk dapat memperoleh penyesuaian yang baik
terhadap sekolah dan kehidupan pribadinya.17
Menurut Prayitno, Bimbingan adalah sebagai proses layanan yang diberikan kepada
individu–individu guna membantu mereka memperoleh pengetahuan dan keterampilan–
keterampilan yang diperlukan dalam membuat pilihan–pilihan, rencana–rencana, dan
interpretasi yang dipelukan untuk menyesuaikan diri yang baik
Dari defenisi di atas dapat disimpulkan, Bimbingan dan Konseling merupakan
proses bantuan yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada individu (konseli)
melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya, supaya
konseli mempunyai kemampuan melihat masalahnya sendiri, mempunyai kemampuan
menerima dirinya sendiri sesuai dengan potensinya, dan mampu memecahkan sendiri
masalah yang dihadapinya.
b. Fungsi Pemahaman
Melalui fungsi ini, pelayanan bimbingan dan konseling dilaksanakan dalam
rangka memberikan pemahaman tentang faktor-faktor penularan korona kepada
kilen beserta kesan yang akan terjadi sekiranya terkena virus korona.
16
W.S Winkel dan M.M Sri Hastuti, (2012), Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan,
Yogyakarta : Media Abadi, hal. 2
17
Rahmulyani, (2016), Lembar Kerja Teori Layanan Bimbingan Kelompok, Medan : Jurusan Bimbingan
dan Konseling Fakultas ilmu Pendidikan UNIMED, hal. 4
c. Fungsi Pengentasan
Apabila seorang klien tertular penyakit korona virus sehingga dia bisa
mengalami tekanan psikologis ia tidak dapat memecahkannya sendiri lalu ia pergi ke
pembimbing atau konselor, maka yang diharapkan oleh klien itu adalah teratasinya
masalah yang dihadapinya. Klien yang mengalami masalah dianggap berada dalam
suatu kondisi atau keadaan yang tidak mengenakkan sehingga perlu diangkat atau
dikeluarkan dari kondisi atau keadaan tersebut. Upaya yang dilakukan untuk
mengatasi permasalahan melalui pelayanan bimbingan dan konseling, pada
hakikatnya merupakan upaya pengentasan.
d. Fungsi Pemeliharaan
Menurut Prayitno dan Erman Amti, fungsi pemeliharaan berarti memelihara
segala sesuatu yang baik (positif) yang ada pada diri individu, baik hal itu
merupakan pembawaan maupun hasil-hasil perkembangan yang telah dicapai selama
ini. Disini konselor harus memberikan cara-cara agar individu itu terpelihara
kesehatanya dari penyakit korona.
e. Fungsi Penyaluran
Setiap individu hendaknya memperoleh kesempatan untuk menangani penyakit
sesuai dengan keadaan yang ditetapkan oleh anggota kesehatan yang meliputi
kebersihan, penyucian dan sebagainya.
f. Fungsi Penyesuaian
Melalui fungsi ini, pelayanan bimbingan dan konseling membantu terciptanya
penyesuaian antara individu dengan keadaan yang dialaminya. Dengan kata lain,
melalui fungsi ini pelayanan bimbingan dan konseling membantu individu menerima
keadaanya dengan redha dan tabah. Individu harusnya mempunyai semangat yang
tinggi dalam kehidupannya.
g. Fungsi Pengembangan
Melalui fungsi ini, pelayanan bimbingan dan konseling diberikan kepada
individu untuk membantu dirinya dalam mengembangkan berbagai cara yang
bersesuaian dalam menangani kasus. Seperti kerap mencuci tangan dari ketidak
biasaan menjadi terbiasa
h. Fungsi Perbaikan
Melalui fungsi ini, pelayanan bimbingan dan konseling diberikan kepada
individu untuk memecahkan masalah–masalah yang dihadapi individu. Bantuan
yang diberikan tergantung kepada masalah yang dihadapi individu. Dengan
perkataan lain, program bimbingan dan konseling dirumuskan berdasarkan masalah
yang terjadi pada individu
i. Fungsi Advokasi
Layanan bimbingan dan konseling melalui fungsi ini adalah membantu individu
memperoleh pembelaan atas hak atau kepentingannya yang kurang mendapat
perhatian.18
b. Layanan Informasi
Layanan informasi yaitu layanan konseling yang memungkinkan klien
menerima dan memahami berbagai informasi yang dapat dipergunakan sebagai
bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan klien.
18
Tohirin, (2013), Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, Jakarta : Rajawali Pers, hal. 36-47
materi pelajaran yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta
berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya.
h. Layanan Mediasi
Layanan mediasi yakni layanan konseling yang memungkinkan permasalahan
atau perselisihan yang dialami klien dengan pihak lain dapat terentaskan dengan
konselor sebagai mediator.
i. Layanan Konsultasi
Pengertian konsultasi dalam program BK adalah sebagai suatu proses
penyediaan bantuan teknis untuk konselor, orang tua, administrator dan konselor
lainnya dalam mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang membatasi
efektivitas peserta didik atau sekolah. konseling atau psikoterapi sebab konsultasi
tidak merupakan layanan yang langsung ditujukan kepada klien, tetapi secara tidak
langsung melayani klien melalui bantuan yang diberikan orang lain.
C. Tehnik REBT
1. Pengertian Pendekatan Rational Emotive Behaviour Therapy (REBT)
Teori terapi rational emotif behaviour sering dikenal dengan sebutan Rational
Emotive Behavioral Therapy (REBT) yang dipopulerkan oleh Albert Ellis pada tahun
1995. Pada mulanya Ellis (dalam Corey, 2005:239) menggunakan prosedur psikoanalisis
dalam praktiknya, tetapi dia menemukan ketidakpuasan dengan prosedur tersebut.
Akhirnya dia mengembangkan teori rational emotive behaviour ini. Terapi rational
emotive behaviour adalah terapi cognitive behaviour yang menekankan pada keterkaitan
antara perasaan, tingkah laku, dan pikiran.
Menurut Winkel & Hastuti (2004:42), bahwa terapi rational emotive behaviour
adalah corak konseling yang menekankan kebersamaan dan interaksi antara berfikir
dengan akal sehat (rational thinking), berperasaan (emoting), dan berprilaku (acting),
sekaligus menekankan bahwa suatu perubahan yang mendalam dalam cara berfikir dan
berperasaan dapat mengakibatkan perubahan yang berarti dalam cara berperasaan dan
berprilaku.
Menurut Corey (2005:240), terapi rational emotive behaviour adalah pemecahan
masalah yang menitikberatkan pada aspek berfikir, memihak, memutuskan, direktif tanpa
lebih banyak berurusan dengan dimensi dimensi pikiran ketimbang dengan dimensi
dimensi perasaan. Sedangkan menurut
Willis (2004:75), rational emotive behavour adalah aliran yang berusaha memahami
manusia sebagaimana adanya. Manusia adalah subjek yang sadar akan dirinya dan sadar
akan objek-objek yang dihadapinya. Manusia adalah makhluk berbuat dan berkembang
dan merupakan individu dalam satu kesatuan yang berarti manusia bebas, berpikir,
bernafas, dan berkehendak.
Berdasarkan pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa terapi rational emotive
behaviour merupakan terapi yang berusaha menghilangkan cara berfikir klien yang tidak
logis dan irrasional serta menggantinya dengan sesuatu yang logis dan rasional dengan
cara mengkonfrontasikan klien dengan keyakinan-keyakinan irrasionalnya
sertamenyerang, menentang, mempertanyakan dan membahas keyakinan- keyakinan
yang irrasional sehingga klien akan menjadi efektif dan bahagia.
Pendekatan rational emotive behaviour therapy (REBT) merupakan salah satu
pendekatan dari cognitif behaviour therapy (CBT). Beck (dalam Abriwansari, 2014:26),
menjelaskan bahwa terapi kognitif behavioral (TKB) atau cognitive behavioral therapy
(CBT) merupakan salah satu bentuk konseling yang bertujuan membantu klien agar
dapat menjadi lebih sehat, memperoleh pengalaman yang memuaskan, dan dapat
memenuhi gaya hidup tertentu, dengan cara memodifikasi pola pikir dan perilaku
tertentu.
2. h
j Tujuan-tujuan Pendekatan Rational Emotive Behaviour Therapy
(REBT)
Konteks teori kepribadian, tujuan konseling merupakan efek yang
diharapkan terjadi setelah dilakukan intervensi oleh konselor. Efek yang
dimaksud adalah keadaan psikologis yang diharapkan terjadi pada klien
setelah mengikuti proses konseling.
Menurut Ellis (dalam Corey, 2005:245), tujuan konseling REBT adalah
manunjukkan kepada klien bahwa verbalisasi-verbalisasi diri mereka telah
dan masih merupakan sumber utama dari gangguan-gangguan emosional
yang dialami oleh mereka. Menurut Komalasari (2011:213), tujuan utama
REBT berfokus pada membantu konseli untuk menyadari bahwa mereka
dapat hidup rasional dan produktif. REBT membatu konseli agar
berhenti membuat tuntutan dan merasa kesal melalui kekacauan, konseli
18
dalam REBT dapat mrngekspresikan beberapa perasaan negatif, tetapi tujuan
utamanya adalah membantu klien agar tidak memberikan tanggapan
emosional melebihi yang selayaknya tehadap sesuatu peristiwa. Sedangkan
menurut Willis (2004:76), REBT bertujuan untuk memperbaiki dan
mengubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan klien
yang irrasional menjadi rasional, sehingga ia dapat mengembangkan diri dan
mencapai realisasi diri yang optimal.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan konseling
rational emotive behavior therapy yang utama adalah mengubah cara
berpikir irrasional menjadi cara berpikir rasional sehingga terbentuk pribadi
yang rasional pada individu. Senada dengan Beck (dalam Wardani, 2014:72)
menyatakan bahwa salah satu tujuan utama cognitive behaviour therapy
(CBT) adalah untuk membantu individu dalam mengubah pemikiran atau
kognisi yang irasional menjadi pemikiran yang lebih rasional.
3. K
k Tahapan Pendekatan Rational Emotive Behaviour Therapy (REBT)
Terapi rasional emotif membantu konseli mengenali dan memahami
perasaan, pemikiran dan tingkah laku yang irasional. Dalam proses ini klien
diajarkan untuk menerima bahwa perasaan, pemikiran dan tingkah laku
tersebut diciptakan dan diverbalisasi oleh klien sendiri.
Menurut Ellis (dalam Rokhyani, 2009:8), dalam proses konseling dengan
pendekatan REBT terdapat beberapa tahap yang dikerjakan oleh konselor
dan klien.
19
Adapun tahapan konseling REBT, diantaranya adalah:
a. Tahap Pembinaan Hubungan (Relation Building)
Hubungan baik good rapport antara konselor dan konseli memang
merupakan suatu prasyarat dalam konseling. Untuk dapat menciptakan
hubungan baik, konselor perlu menerapkan sikap dasar, menciptakan
suasana pendukung, membuka sesi pertama atau perbincangan awal.
b. Tahap Kognitif (Pengelolaan Pemikiran dan Pandangan)
Tahap ini secara konsekuensial peran konselor adalah:
1) Mengidentifikasi, menerangkan, dan menunjukkan masalah (A-B-C)
yang dihadapi konseli dengan keyakinan irasionalnya,
2) Mengajar dan memberikan informasi (tentang teori A-B-C),
3) Mendiskusikan masalah (menunjukkan arah perubahan, dari Irrational
belief ke rational belief yang hendak dicapai dalam konseling),
4) Menerapkan berbagai teknik debate dan dispute.
c. Tahap Pengelolaan Emotif dan Afektif
Konselor memusatkan perhatiannya pada “menggarap emosi atau afeksi”
konseli sebagai kondisi pendukung kemantapan perubahan Irrational
belief ke rational belief. Dalam tahap ini konselor adalah:
1) Meminta kesepakatan penuh kepada konseli atas arah perubahan dan
“perubahan-perubahan kecil” yang telah terjadi pada konseli.
2) Memelihara suasana konseling bisa dengan teknik humor. 3) Melaksanakan
teknik-teknik relaksasi.
20
d. Tahap Pengelolaan Tingkah Laku (Behaviour)
Jika konseli telah memberikan isyarat bahwa ia:
1) Sepakat atas arah perubahan. 2) Ada pernyataan telah terjadi sejumlah
perubahan kognitif maupun
afektif sekalipun kecil.
3) Sikap emosional dihadapkan pada perubahan perilaku, maka konselor
siap masuk pada tahap pengelolaan perilaku tampak konseli.
Pada tahap ini konselor:
(1)Menganjurkan klien untuk berbuat dan memberikan masukan.
(2)Menunjukkan contoh perilaku cocok, pantas, atau teknik modeling,
serta mengajak konseli mengikuti contoh
(3)Mengajak konseli dalam latihan-latihan keasertifan
(4)Mengajak dan menuntun konseli dalam merumuskan kalimat-kalimat
rasional.
Berdasarkan uraian diatas maka terdapat empat tahapan proses konseling
pendekatan REBT. Tahap pertama yaitu pembinaan hubungan (relation
building), konselor perlu menerapkan sikap dasar, menciptakan suasana
pendukung, membuka sesi pertama atau perbincangan awal. Tahap yang
kedua merupakan tahap pengelolaan pemikiran (cognitive) dan pandangan.
Tahap yang ketiga merupakan tahap pengelolaan emotif dan afektif. Tahap
yang terakhir merupakan tahap pengelolaan tingkah laku (behaviour).
4. K
h Teknik-teknik Pendekatan Rational Emotive Behaviour Therapy (REBT)
Teknik konseling dengan pendekatan rasional emotif behavior dapat
dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu: teknik kognitif, teknik imageri,
teknik behaviour atau tingkah laku yang disesuaikan dengan kondisi klien.
Setiap konselor dapat menggabungkan teknik-teknik sejauh penggabungan
itu memungkinkan teknik- teknik tersebut. Menurut Komalasari (2011:220),
teknik-teknik dalam rational emotive behaviour therapy diantaranya, yaitu:
a. Teknik Kognitif
1) Dispute Kognitif (Cognitive Disputation)
Adalah usaha untuk mengubah keyakinan irasional klien melalui
philosophical persuation, didactif presentasion, socratic dialogue, vicarious
experiences, dan berbagai ekspresi verbal lainnya. Teknik
untuk melakukan cognitif disputation adalah dengan bertanya
(questioning).
2) Analisis Rasional (Rational Analysis)
Teknik untuk mengajarkan klien bagaimana membuka dan mendebat
keyakinan irasional.
3) Dispute Standard Ganda (Duoble Standard Dispute)
Mengajarkan klien melihat dirinya memiliki standar ganda tentang
diri, orang lain dan lingkungan sekitar.
4) Skala Katastropi (Catstrophe Scale)
Membuat proporsi tentang peristiwa–peristiwa yang menyakitkan.
Misalnya, dari 100% buatlah prosentase peristiwa yang menyakitkan,
22
urutkan dari yang paling tinggi prosentasenya sampai yang paling
rendah.
5) Devil’s Advocate (Rational Role Reversal)
Meminta klien untuk memainkan peran yang memiliki
keyakinan rasional sementara konselor memainkan peran menjadi
klien yang irasional. Klien melawan keyakinan irasional konselor
dengan keyakinan rasional yang diverbalisasikan.
6) Membuat Frame Ulang (Reframing)
Mengevaluasi kembali hal-hal yang mengecewakan dan tidak
menyenangkan dengan mengubah frame berpikir klien.
b. Teknik Imageri
1) Dispute Imajinasi (Imaginal Disputation)
Strategi imaginal disputation melibatkan penggunaan imageri. Setelah
dispute secara verbal, konselor meminta klien untuk membayangkan
dirinya kembali pada situasai yang menjadi masalah dan melibatkan
emosinya telah berubah. Bila ya, maka konselor meminta klien untuk
mengatakan pada dirinya sebagai individu yang berpikir rasional, bila belum maka
pikiran irasionalnya masih ada. 2) Kartu Kontrol Emosional (The Emotional
Control Card - ECC)
Alat yang dapat membantu klien menguatkan dan memperluas
praktik rasional emotif behavior. Alat ini berisi dua kategori
perasaan paralel, yaitu perasaan yang tidak seharusnya atau yang
merusak diri dan perasaan yang sesuai dan tidak merusak diri.
23
3) Proyeksi Waktu (Time Projection)
Meminta klien untuk menvisualisasikan kejadian yang tidak
menyenangkan ketika kejadian itu terjadi, setelah itu
membayangkan bagaimana seminggu kemudian, sebulan kemudian, enam bulan
kemudian, setahun kemudian, dan seterusnya. Bagaimana klien merasakan
perbedaaan tiap waktu yang
dibayangkan. Klien dapat membutuhkan penyesuaian.
4) Teknik Melebih-lebihkan (The “Blow Up” Technique)
Meminta klien membayangkan kejadian yang menyakitkan atau
kejadian yang menakutkan, kemudian melebih-lebihkan pada taraf
yang paling tinggi. Hal ini bertujuan agar klien dapat mengontrol
ketakutannya.
c. Teknik Behavioral
1) Dispute Tingkah Laku (Behavioural Disputation)
Memberi kesempatan pada klien untuk mengalami kejadian yang
menyebabkannya berpikir irasional dan melawan keyakinannya
tersebut.
2) Bermain Peran (Role Playing)
Dengan bantuan konselor klien melakukan role playing tingkah laku
baru yang sesuai dengan keyakinan yang rasional.
3) Peran Rasional Terbalik (Rational Role Reversal)
Meminta klien untuk memainkan peran yang memiliki keyakinan
irasional begitu sebaliknya.
24
4) Pengalaman Langsung (Exposure)
Klien sengaja memasuki situasi yang menakutkan. Proses ini
dilakukan melalui perencanaan dan penerapan ketrampilan mengatasi
masalah (copying skills). 5) Menyerang Masa Lalu (Shame Attacking)
Melakukan konfrontasi terhadap ketakutan untuk malu dengan secra
sengaja bertingkah laku yang memalukan dan mengundang ketidak
setujuan lingkungan sekitar. Dalam hal ini klien diajarkan mengelola
dan mengantisipasi perasaan malunya.
6) Pekerjaan Rumah (Home Work Assignments)
Teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah untuk
melatih, membiasakan diri, dan menginternalisasikan sistem nilai
tertentu yang menuntut pola tingkah laku yang diharapkan. Dengan tugas rumah
yang diberikan, klien diharapkan dapat
mengurangi atau menghilangkan ide-ide dan perasaan-perasaan yang
tidak rasional dan tidak logis, mempelajari bahan-bahan tertentu
yang ditugaskan untuk mengubah aspek-aspek kognisinya yang keliru,
mengadakan latihan-latihan tertentu berdasarkan tugas yang diberikan.
Pelaksanaan home work assigment yang diberikan konselor
dilaporkan oleh klien dalam suatu pertemuan tatap muka
dengan konselor. Teknik ini dimaksudkan untuk membina dan
mengembangkan sikap-sikap tanggung jawab, kepercayaan pada diri
sendiri serta kemampuan untuk pengarahan diri, pengelolaan diri klien
dan mengurangi ketergantungannya kepada konselor