Perilaku Organisasi
Perilaku Organisasi
Perilaku Individu
2. Motivasi
3. Manajemen Stres
4. Perilaku Kelompok
6. Kepemimpinan
1. Perilaku Individu
Setiap individu memiliki keunikan, tiap individu memiliki perbedaan dalam merespon
sesuatu dan manusia merupakan mahluk social.
• Usia
• Jenis Kelamin
• Status Perkawinan
• Jumlah Tanggungan
• Masa Kerja
2. Motivasi
Motivasi adalah sesuatu di dalam diri manusia yang memberi energi, yang
mengaktifkan dan menggerakkan ke arah perilaku untuk mencapai tujuan tertentu (Barnes,
1996).
Motivasi mengacu pada dorongan yang baik dari dalam atau dari luar diri seseorang
yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan pencapaian tujuan.
Jenis-jenis motivasi :
a) Motivasi internal adalah motivasi yang tumbuh dari dalam diri seseorang tanpa
dipengaruhi oleh orang lain untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan.
b) Motivasi eksternal adalah motivasi yang datang dari luar diri seseorang dengan harapan
dapat mencapai sesuatu tujuan yang dapat menguntungkan dirinya.
Teori Motivasi :
Teori Maslow mengasumsikan manusia akan memenuhi kebutuhan yang lebih rendah
terlebih dahulu sebelum kebutuhan yang lebih tinggi. Hal yang penting dalam pemikiran
Maslow ini bahwa kebutuhan yang telah dipenuhi memberi motivasi.
Jadi bila suatu kebutuhan mencapai puncaknya, kebutuhan itu akan berhenti menjadi
motivasi utama dari perilaku. Kemudian kebutuhan kedua mendominasi, tetapi walaupun
kebutuhan telah terpuaskan, kebutuhan itu masih mempengaruhi perilaku hanya intensitasnya
yang lebih kecil.
• Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk
memuaskannya;
• Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin besar apabila
kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan;
Teori yang dikembangkannya dikenal dengan “ Model Dua Faktor” dari motivasi,
yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau “pemeliharaan”.
e) Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan)
Motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan
perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang
diinginkannya itu.
3. Manajemen Stres
Stres berasal dari bahasa Latin yaitu “Stringere” yang berarti ketegangan dan tekanan.
Secara umum orang yang mengalami stres merasakan perasaan khawatir, tekanan, letih,
ketakutan, depresi, cemas dan marah.
Terdapat tiga aspek gangguan seseorang yang mengalami stres yaitu gangguan dari
aspek fisik, aspek kognitif (pemikiran) dan aspek emosi.
4. Perilaku Kelompok
Kelompok (group) yaitu dua orang atau lebih yang bebas berinteraksi dengan norma
dan tujuan bersama serta identitas yang sama. Kelompok merupakan bagian dari kehidupan
manusia. Tiap hari manusia akan terlibat dalam aktivitas kelompok.
Teori dasar tentang terbentuknya kelompok disebut Propinquity atau teori kedekatan,
artinya : “ seseorang berhubungan dengan orang lain disebabkan karena adanya kedekatan
ruang dan daerahnya (spating and geographical proximity).
Contoh: seorang mahasiswa yang duduk berdekatan dengan seorang mahasiswa lain
di kelas akan lebih mudah membentuk suatu kelompok dibandingkan denga mahasiswa yang
duduknya berjauhan.
c) Semakin banyak aktivitas , perasaan dan emosi yang ditularkan pada orang lain, dan
semakin banyak sentimen seseorang dipahami orang lain, maka semakin banyak
kemungkinan ditularkannya aktivitas‐aktivitas dan interaksiinteraksi.
Bentuk-bentuk Kelompok :
a) Kelompok Formal
Yaitu kelompok yang diciptakan oleh keputusan manajerial untuk mencapai tujuan organisasi
dibentuk organisasi.
Kelompok komando (command group) yaitu adanya rantai komando dari pimpinan
ke yang dipimpin, sehingga perintah harus dilaksanakan,
Kelompok tugas (task group) bersifat kebersamaan dalam menyelesaikan tugas.
b) Kelompok Informal
Yaitu kelompok yang terbentuk ketika tujuan dari pada anggotanya adalah untuk menjalin
pertemanan atau menjalin minat yang sama kebutuhan akan kontak sosial.
Pentingnya komunikasi dalam kerjasama tim yang pertama adalah dapat menjaga
komunikasi baik yang berlangsung dari pemimpin kepada para anggota tim, atau
menjaga komunikasi kepemimpinan didalam kerjasama tim. Seorang pemimpin juga
merupakan kunci dari keberhasilan sebuah kerjasama tim, oleh sebab itu komunikasi
diperlukan untuk dapat menjaga hubungan baik antar pemimpin dan anggotanya. Hal ini juga
disebabkan karena selalu ada keperluan timbal balik antara pemimpin dan anggota tim,
seperti seorang pemimpin selalu membutuhkan anggota tim untuk menjalankan tugas dan
anggota tim membutuhkan pemimpin untuk dapat mengarahkan dan memberi instruksi
kepada mereka.
6. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah the process of directing and influencing the task related
activities of group members. Kepemimpinan merupakan suatu proses dalam mengarahkan
dan mempengaruhi para anggota dalam berbagai aktivitas yang harus dilakukan.
Teori Kepemimpinan :
c) Teori ketiga, merupakan gabungan dari teori yang pertama dan yang kedua, ialah untuk
menjadi seorang pemimpin perlu bakat dan bakat itu perlu dibina supaya berkembang.
Kemungkinan untuk mengembangkan bakat ini tergantung kepada lingkungan, waktu
dan keadaan. Teori ini disebut teori ekologis.
e) Kemampuan analistis
g) Keterampilan berkomunikasi
h) Keterampilan mendidik
Landasan Kekuasaan :
1. Kekuasaan Formal
a. Kekuasaan koersif
Landasan Kekuasaan koersif (Coersive power) adalah rasa takut. Kekuasaan koersif
mengandalkan aplikasi, atau ancaman aplikasi, sangsi fisikyang menimbulkan rasa sakit,
menimbulkan frustasi melalui pembatasan gerak atau pengendalian paksa terhadap kebutuhan
dasar fisiologi atau keamanan.
b. Kekuasaan Imbalan
Kekuasaan imbalan (reward power), orang memenuhi keinginan atau arahan orang lain
karena, dengan berbuat demikian, ia akan mendapatkan manfaat positif; serta mendapatkan
imbalan atau penghargaan yang dipandang orang lain bernilai akan memiliki kekuasaan atas
orang lain. Imbalan bisa bersifat financial atau non-finansial.
c. Kekuasaan Legitimasi
2. Kekuasaan Pribadi
Kekuasaan karena Keahlian (Expert power) adalah pengaruh yang diperoleh dari keahlian,
ketrampilan khusus, pengetahuan. Keahlian telah menjadi salah satu sumber pengaruh yang
paling kuat karena dunia sudah semakin berorientasi pada teknologi.
b. Kekuasaan Rujukan
Konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga
kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan
ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi.
Menurut Robbin (1996), keberadaan konflik dalam organisasi ditentukan oleh
persepsi individu atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya konflik di dalam
organisasi maka secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya, jika mereka
mempersepsikan bahwa di dalam organisasi telah ada konflik maka konflik tersebut telah
menjadi kenyataan. Konflik dalam organisasi sering terjadi tidak simetris terjadi hanya satu
pihak yang sadar dan memberikan respon terhadap konflik tersebut. Atau, satu pihak
mempersepsikan adanya pihak lain yang telah atau akan menyerang secara negatif.
PANDANGANTENTANGKONFLIK
Robbin (1996: 431) mengatakan konflik dalam organisasi disebut sebagai The Conflict
Paradoks, yaitu pandangan bahwa di sisi konflik dianggap dapat meningkatkan kinerja
kelompok, tetapi di sisi lain kebanyakan kelompok dan organisasi berusaha untuk
meminimalisasikan konflik. Pandangan ini dibagi menjadi tiga bagian, antara lain:
1. Pandangan tradisional (The Traditional View). Pandangan ini menyatakan bahwa konflik
itu hal yang buruk, sesuatu yang negatif, merugikan, dan harus dihindari. Konflik
disinonimkan dengan istilah violence, destruction, dan irrationality. Konflik ini merupakan
suatu hasil disfungsional akibat komunikasi yang buruk, kurang kepercayaan, keterbukaan di
antara orang-orang, dan kegagalaan manajer untuk tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi
karyawan.
2. Pandangan hubungan manusia (The Human Relation View). Pandangan ini menyatakan
bahwa konflik dianggap sebagai suatu peristiwa yang wajar terjadi di dalam kelompok atau
organisasi. Konflik dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat dihindari karena di dalam
kelompok atau organisasi pasti terjadi perbedaan pandangan atau pendapat antar anggota.
Oleh karena itu, konflik harus dijadikan sebagai suatu hal yang bermanfaat guna mendorong
peningkatan kinerja organisasi. Dengan kata lain, konflik harus dijadikan sebagai motivasi
untuk melakukan inovasi atau perubahan di dalam tubuh kelompok atau organisasi.
JENIS KONFLIK
Konflik Fungsional Lawan Disfungsional
a) Konflik Fungsional (Konstruktif) adalah konflik yang mendukung sasaran kelompok dan
memperbaiki kinerjanya. Contoh: Manajer yang memutuskan untuk mengalokasikan dananya
ke salah satu manajer lini produk yang memiliki tingkat penjualan lebih tinggi dibanding
produk lainnya. Hal ini akan memunculkan konflik dari manajer lini produk yang lain karena
kurang mendapatkan alokasi dana yang lebih, namun keputusan ini mendukung tercapainya
sasaran perusahaan secara keseluruhan.
a. Komunikasi
Komunikasi dapat juga menjadi sumber konflik. Komunikasi menyatakan kekuatan-kekuatan
berlawanan yang timbul dari dalam kesulitan semantik, kesalahpahaman,dan
”kebisingan”dalam saluran komunikasi. Kesulitan semantik, pertukaran informasi yang tidak
cukup, dan kebisingan saluran komunikasi semuanya merupakan penghalang terhadap
komunikasi dan kondisi anteseden yang potensial bagi konflik. Kesulitan semantik timbul
sebagai akibat perbedaan pelatihan, persepsi selektif, dan informasi tidak memadai mengenai
orang-orang lain. Potensi konflik meningkat bila terdapat terlalu sedikit atau terlalu banyak
komunikasi atau informasi. Saluran yang dipilih untuk berkomunikasi dapat berpengaruh
merangsang oposisi. Proses penyaringan yang terjadi ketika informasi disampaikan para
anggota dan penyimpangan komunikasi dari saluran formal atau yang sudah ditetapkan
sebelumnya, menawarkan potensi kesempatan bagi timbulnya konflik.
b. Struktur
Istilah struktur mencakup variabel seperti ukuran, derajat spesialisasi dalam tugas yang
diberikan ke anggota kelompok, kejelasan jurisdiksi, kecocokan anggota / sasaran, gaya
kepemimpinan, sistem imbalan, dan derajat ketergantungan antar kelompok. Ukuran dan
spesialisasi bertindak sebagai kekuatan untuk merangsang konflik. Semakin besar kelompok
dan semakin terspesialisasi kegiatannya, semakin besar kemungkinan terjadinya konflik.
Masa kerja dan konflik berbanding terbalik. Potensi konflik paling besar terjadi pada anggota
kelompok yang lebih muda dan ketika tingkat pengunduran diri tinggi. Ambiguitas jurisdiksi
meningkatkan perselisihan antar-kelompok untuk mendapatkan kendali atas sumber daya dan
teritori. Partisipasi dan konflik sangat berkaitan karena partisipasi mendorong digalakkannya
perbedaan. Sistem imbalan dapat menciptakan konflik apabila apa yang diterima satu anggota
mengorbankan anggota yang lain.
c. Variabel Pribadi
Kategori terakhir potensi sumber konflik adalah faktor-faktor pribadi. Faktor pribadi ini
mencakup sistem nilai individu setiap orang dan karakteristik kepribadian yang menyebabkan
idiosinkrasi dan perbedaan individu. Variabel yang paling terabaikan dalam penelitian
konflik sosial adalah perbedaan sistem nilai dimana merupakan sumber yang paling penting
yang dapat menciptakan potensi konflik.
Tahap IV : Perilaku
Tahap perilaku mencakup:
1. Pernyataan.
2. Tindakan.
3. Reaksi yang dibuat oleh pihak-pihak yang berkonflik.
Manajemen Konflik yaitu penggunaan teknik-teknik resolusi dan stimulasi untuk meraih
level konflik yang diinginkan.
Teknik Penyelesaian/Resolusi Konflik:
1. Kompetisi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau mengorbankan
yang lain. Penyelesaian bentuk kompetisi dikenal dengan istilah win-lose orientation.
2. Akomodasi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin yang memberikan
keseluruhannya penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha memperjuangkan tujuannya
sendiri. Proses tersebut adalah taktik perdamaian.
3. Sharing
Suatu pendekatan penyelesaian kompromistis antara dominasi kelompok dan kelompok
damai. Satu pihak memberi dan yang lain menerima sesuatu. Kedua kelompok berpikiran
moderat, tidak lengkap, tetapi memuaskan.
4. Kolaborasi
Bentuk usaha penyelesaian konflik yang memuaskan kedua belah pihak. Usaha ini adalah
pendekatan pemecahan problem (problem-solving approach) yang memerlukan integrasi dari
kedua pihak.
5. Penghindaran
Menyangkut ketidakpedulian dari kedua kelompok. Keadaaan ini menggambarkan penarikan
kepentingan atau mengacuhkan kepentingan kelompok lain.
Beberapa metode atau teknik stimulasi yang mungkin dapat dipergunakan untuk
menstimulasi konflik sampai kepada tingkat yang fungsional adalah:
1. Komunikasi. Dengan mempergunakan saluran komunikasi organisasi, manajer dapat
menstimulasi konflik. Secara hati-hati informasi dapat dimasukkan ke dalam saluran formal
untuk menciptakan keragu-raguan, reevaluasi atau konfrontasi.
2. Merubah struktur Organisasi. Merubah organisasi merupakan salah satu teknik yang
bermanfaat dalam memecahkan konflik antar kelompok. Sebaliknya perubahan ini justru
merupakan cara yang baik pula dalam menciptakan konflik. Cara ini dapat menstimulasi
konflik sehingga tercipta persaingan yang ujungnya adalah peningkatan kinerja.
3. Menstimulasi persaingan. Penggunaan berbagai insentif, seperti bonus, penghargaan bagi
karyawan atau hasil karya yang menonjol, dapat menstimulasi adanya persaingan. Apabila
dapat dipergunakan dengan tepat maka persaingan yang sehat itu dapat menciptakan konflik
yang fungsional.
4. Memasukkan Orang luar ke dalam kelompok. Salah satu teknik untuk mengangkat kembali
citra suatu organisasi atau bagian, adalah memasukkan citra suatu organisasi atau bagian,
adalah memasukkan, mengangkat atau memindahkan orang-orang yang sikapnya, nilainya
dan latar belakangnya berbeda dari para anggota yang sekarang berada dalam sistem atau
organisasi itu.
Tahap V : Hasil
Hasil berupa jalinan aksi-reaksi antara pihak-pihak yang berkonflik menghasilkan
konsekuensi.
1. Hasil Fungsional
Konflik bersifat konstruktif apabila konflik itu memperbaiki kualitas keputusan, merangsang
kreativitas dan inovasi, mendorong perhatian dan keingintahuan di kalangan anggota
kelompok, menjadi saluran yang merupakan sarana penyampaian masalah dan peredaan
ketegangan, dan memupuk lingkungan evaluasi diri serta perubahan.
2. Hasil Disfungsional
Konsekuensi destruktif konflik pada kinerja kelompok atau organisasi umumnya sangat
dikenal. Oposisi yang tidak terkendali memunculkan ketidakpuasan, yang bertindak
menghilangkan ikatan bersama, dan pada akhirnya mendorong ke penghancuran kelompok
itu. Konflik dari ragam disfungsional dapat mengurangi efektifitas kelompok.