Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Diabetes Mellitus yang dikemukakan oleh WHO (World Health

Organization) Indonesia masuk ke dalam sepuluh negara dengan jumlah

kasus diabetes mellitus terbanyak di dunia. Indonesia berada pada peringkat

keempat pada tahun 2000 dengan jumlah kasus sebesar 8,4 juta orang dan

diprediksi akan meningkat pada tahun 2030 menjadi 21,3 juta orang.

International Diabetes Federation (IDF) pada 2015 menyatakan

bahwa prevalensi DM di dunia adalah 1,9% pada seluruh kelompok umur,

yaitu sekitar 194 juta penduduk dan pada tahun 2006 terdapat 246 juta

penduduk dunia yang menderita DM dengan prevalensi 6% pada semua

kelompok umur. Ancaman diabetes mellitus (DM) terus membayangi

kehidupan masyarakat. Sekitar 12%-20% penduduk dunia diperkirakan

mengidap penyakit ini dan setiap sepuluh detik di dunia orang meninggal

akibat komplikasi yang ditimbulkan. Diperkirakan sebanyak 171 juta orang

di dunia menderita diabetes mellitus pada tahun 2000 dan akan meningkat

menjadi 366 juta pada tahun 2030. Pada tahun 2003, International Diabetes

Federation (IDF) menyatakan bahwa prevalensi DM di dunia adalah 1,9%

pada seluruh kelompok umur, yaitu sekitar 194 juta penduduk dan pada

tahun 2006 terdapat 246 juta penduduk dunia yang menderita DM dengan

prevalensi 6% pada semua kelompok umur.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional

dari 2013 hingga 2018 prevalensi Diabetes Melitus (DM) meningkat


dari 6,9% menjadi 8,5%, yang artinya ada kurang 22,9 juta penduduk

prevalensi DM. Sebanyak 31 Provinsi di Indonesia menunjukkan kenaikan

prevalensi Diabetes Melitus yang cukup berarti. Provinsi dengan prevalensi

tertinggi Diabetes Melitus pada umur ≥ 15-69 tahun menurut diagnosis

dokter atau gejala yakni di Provinsi Sulawesi Tengah (3,7%), kemudian

disusul Sulawesi Utara (3,6%) dan Sulawesi Selatan (3,4%), sedangkan

Provinsi Jawa Tengah mengalami peningkatan prevalensi Diabetes Melitus

dari 1,2% pada tahun 2007 menjadi 1,9% pada tahun 2013.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa perubahan susana hati bisa

menyebabkan fluktuasi gangguan metabolisme yang lebih besar, terutama

pada klien diabetes, perubahan suasana hati yang berkepanjangan

mempengaruhi pengontrolan kadar gula darah. Dalam klinis, sebanyak 30-

50% Klien diabetes menderita gangguan mental. Klien dengan suasana hati

seperti cemas, frustrasi, depresi, mudah marah, dapat memperburuk

diabetes. Data awal yang diperoleh dari hasil wawancara pada 15 orang

penderita Diabetes Mellitus dan keluarganya pada bulan Maret sampai

dengan Mei 2014 di klinik Trio Husada, didapatkan adanya perasaan marah

(47%), frustasi (13%), cemas/ takut tidak bisa sembuh (33%) dan pasrah

(7%). Hal tersebut menunjukkan adanya respon emosi yang negative pada

klien penderita Diabetes Mellitus. (Kartika, K, 2017 dalam Nur Aini).

Sebagian besar faktor resiko diabetes melitus adalah gaya hidup

yang tidak sehat seperti kurangnya aktivitas fisik, diet yang tidak sehat dan

tidak seimbang serta obesitas. Maka dari itu hal terpenting dari

pengendalian diabetes mellitus adalah mengendalikan faktor risiko. Tujuan


penting dari pengelolaan diabetes melitus adalah memulihkan kekacauan

metabolik sehingga segala proses metabolik kembali normal. (Arisman,

2017 dalam Fehni Vietryani Dolongseda).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provensi Sulawesi Selatan

tahun 2014 pengidap Diabetes Mellitus terbanyak diperoleh gambaran 3.827

kasus baru dari 17.245 atau sekitar 22,19%.

Sedangkan berdasarkan penelusuran data sekunder yang diperoleh

peneliti dari data rekam medik di Puskesmas Kassi-Kassi Desa Nipa-Nipa

Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng pada tahun 2017 jumlah

penderita diabetes mellitus sebanyak 84 orang laki-laki sebanyak 24 orang

dan perempuan sebanyak 60 orang. Pada tahun 2018 jumlah pasien diabetes

mellitus sebanyak 107 orang laki-laki sebanyak 43 orang dan perempuan

sebanyak 64 orang. Pada tuhun 2019 pasien diabetes mellitus sebanyak 157

orang laki-laki sebanyak 54 orang dan perempuan sebanyak 103 orang.

Dari uraian diatas, Maka penulis merasa tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Hubungan Antara Aspek Emosional Dan Self Care

Diabetes Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Puskesmas Kassi-Kassi

Desa Nipa-Nipa Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng”.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Identifikasi Masalah

Apakah ada Hubungan Antara Aspek Emosional Dan Self

Care Diabetes Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Puskesmas

Kassi-Kassi Desa Nipa-Nipa Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten

Bantaeng.
1.2.2 Pertanyaan Masalah

1. Apakah ada hubungan aspek emosional pada pasien diabetes

mellitus tipe 2 di Puskesmas Kassi-Kassi Desa Nipa-Nipa

Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng?

2. Apakah ada hubungan aspek self care pada pasien diabetes

mellitus tipe 2 di Puskesmas Kassi-Kassi Desa Nipa-Nipa

Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Antara Aspek Emosional

Dan Self Care Diabetes Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di

Puskesmas Kassi-Kassi Desa Nipa-Nipa Kecamatan Pa’jukukang

Kabupaten Bantaeng.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengidentifikasi tingkat aspek emosional pada pasien

diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kassi-Kassi Desa Nipa-

Nipa Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng.

2. Untuk mengidentifikasi tingkat self care pada pasien diabetes

mellitus tipe 2 di Puskesmas Kassi-Kassi Desa Nipa-Nipa

Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti, tentunya diharapkan

penelitian ini mampu memberikan manfaat yang diharapkan peneliti adalah

sebagai berikut.
1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Bagi IPTEK

Dapat digunakan sebagai masukan untuk bahan referensi

Hubungan Antara Aspek Emosional Dan Self Care Diabetes Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Puskesmas Kassi-Kassi Desa

Nipa-Nipa Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai rujukan

dalam penelitian berikutnya tentang Hubungan Antara Aspek

Emosional Dan Self Care Diabetes Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe 2 Di Puskesmas Kassi-Kassi Desa Nipa-Nipa Kecamatan

Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng.

1.4.2 Manfaat Praktisi

1. Bagi Profesi Keperawatan

Diharapkan Penelitian ini memberikan masukan bagi

profesi dalam mengembangkan perencenaan keperawatan yang

akan dilakukan tentang Diabetes Mellitus.

2. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti

dalam penelitian yang dilakukan, serta membantu memberi

masukan tentang pandemi Diabetes Mellitus.

3. Bagi Keluarga dan Pasien

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi atau

gambaran tentang Diabetes mellitus pada keluarga dan Pasien.

Anda mungkin juga menyukai