Anda di halaman 1dari 7

Nama : Erwin Cuaca

Npm : 17810181
Kelas : Reg Pagi bjm A

METODE PENELITIAN HUKUM

  Dalam melakukan suatu penelitian hukum tidak dapat terlepas dengan


penggunaan metode penelitian. Karena setiap penelitian apa saja pastilah
menggunakan metode untuk menganalisa permasalahan yang diangkat. Menurut
Soerjono Soekanto, penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada
metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu
atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya. Kecuali itu, maka
juga diadakan pemeriksaan mendalam terhadap fakta hukum tersebut untuk kemudian
mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan yang timbul di dalam gejala yang
bersangkutan.

1.     Metode Penelitian Hukum Normatif

Metode penelitian hukum jenis ini juga biasa disebut sebagai penelitian
hukum doktriner atau penelitian perpustakaan. Dinamakan penelitian hukum
doktriner dikarenakan penelitian ini hanya ditujukan pada peraturan-peraturan tertulis
sehingga penelitian ini sangat erat hubungannya pada pada perpustakaan karena akan
membutuhkan data-data yang bersifat sekunder pada perpustakaan. Dalam penelitian
hukum normatif hukum yang tertulis dikaji dari berbagai aspek seperti aspek teori,
filosofi, perbandingan, struktur/ komposisi, konsistensi, penjelasan umum dan
penjelasan pada tiap pasal, formalitas dan kekuatan mengikat suatu undang-undang
serta bahasa yang digunakan adalah bahasa hukum.  Sehingga dapat kita simpulkan
pada penelitian hukum normatif mempunyai cakupan yang luas.
2.     Metode Penelitian Hukum Normatif-Empiris

Metode penelitian hukum normatif empiris ini pada dasarnya merupakan


penggabungan antara pendekatan hukum normatif dengan adanya penambahan
berbagai unsur empiris. Metode penelitian normatif-empiris mengenai implementasi
ketentuan hukum normatif (undang-undang) dalam aksinya pada setiap peristiwa
hukum tertentu yang terjadi dalam suatu masyarakat. Dalam penelitian jenis ini
terdapat tiga kategori yakni:

–        Non judicial Case Study

Merupakan pendekatan studi kasus hukum yang tanpa konflik sehingga tidak ada
campur tangan dengan pengadilan.

–        Judicial Case Study

Pendekatan judicial case study ini merupakan pendekatan studi kasus hukum karena
konflik sehingga akan melibatkan campur tangan dengan pengadilan untuk
memberikan keputusan penyelesaian (yurisprudensi)

–        Live Case Study

Pendekatan live case study merupakan pendekatan pada suatu peristiwa hukum yang
prosesnya masih berlangsung atau belum berakhir.

3.     Metode Penelitian Hukum Empiris

Metode penelitian hukum empiris adalah suatu metode penelitian hukum yang
berfungsi untuk melihat hukum dalam artian nyata dan meneliti bagaimana
bekerjanya hukum di lingkungan masyarakat. Dikarenakan dalam penelitian ini
meneliti orang dalam hubungan hidup di masyarakat maka metode penelitian hukum
empiris dapat dikatakan sebagai penelitian hukum sosiologis.

Tujuan Penelitian Hukum

Penelitian hukum memiliki tujuan yang tidak banyak berbeda dengan penelitian
sosial lainnya, antara lain : 

 untuk mendapatkan pengetahuan tentang gejala hukum sehingga dapat


dirumuskan masalah secara tepat ; 
 untuk memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam mengenai suatu gejala
hukum, sehingga dapat dirumuskan hipotesa ; 
 untuk menggambarkan secara lengkap aspek-aspek hukum dari suatu keadaan,
perilaku individu atau perilaku kelompok tanpa didahului hipotesa ; 
 untuk mendapatkan keterangan tentang frekwensi peristiwa hukum ; 
 untuk memperoleh data mengenai hubungan antara satu gejala hukum dengan
gejala yang lain ; 
 untuk menguji hipotesa yang berisikan hubungan sebab akibat. 

Disamping tujuan tersebut diatas, penelitian hukum mempunyai sejumlah tujuan


tertentu yang membedakannya dengan penelitian sosial, antara lain : 

 untuk mendapatkan azas-azas hukum dari hukum positif yang tertulis atau
dari rasa susila warga masyarakat ; 
 untuk mengetahui sistematika dari suatu perangkat kaidah-kaidah hukum,
yang terhimpun dalam suatu kodifikasi atau peraturan perundang-undangan
tertentu ; 
 untuk mengetahui taraf sinkronisasi peraturan perundang-undangan baik
secara vertical maupun horizontal ; 
 untuk mengetahui perbandingan hukum tentang sesuatu hal dari sejumlah
sistim atau tata hukum yang berbeda ; 
 untuk mengetahui perkembangan hukum dari perspektif sejarah ; 
 untuk mengidentifikasi hukum-hukum tidak tertulis, seperti hukum adapt
ataupun kebiasaan ; 
 untuk mengetahui efektifitas dari hukum tertulis maupun tidak tertulis ;

Kegunaan Metode Penelitian Hukum

Sejumlah kegunaan metode penelitian hukum dapat disebutkan sebagai berikut : 

 untuk mengetahui dan mengenal apakah dan bagaimanakah hukum positifnya


mengenai suatu masalah yang tertentu dan ini merupakan tugas semua sarjana
hukum ; 
 untuk dapat menyusun dokumen-dokumen hukum (seperti gugatan, tuduhan,
pembelaan, putusan pengadilan, akta notaries, sertifikat, kontrak, dan
sebagainya) yang diperlukan oleh masyarakat. Hal ini menyangkut pekerjaan
notaries, pengacara, jaksa, hakim dan para pejabat pemerintah ; 
 untuk dapat menjelaskan atau menerangkan kepada orang lain apakah dan
bagaimanakah hukumnya mengenai peristiwa atau masalah yang tertentu. Hal
ini merupakan tugas utama para dosen dan penyuluh ; 
 untuk menulis ceramah, makalah, atau buku-buku hukum ; 
 untuk melakukan penelitian dasar (basic research) di bidang hukum,
khususnya dalam mencari asas hukum, teori hukum, dan system hukum,
terutama dalam hal penemuan dan pembentukan asas-asas hukum baru,
pendekatan hukum yang baru, dan sistim nasional yang baru ; 
 untuk menyusun rancangan undang-undang, atau peraturan perundang-
undangan lainnya (legislative drafting) ; 
 untuk menyusun rancangan pembangunan hukum, baik rencana jangka
pendek dan jangka menengah, terlebih untuk jangka panjang ;

Perbedaan Penelitian Hukum Normatif dan Non-normatif

Bertitik tolak pada uraian-uraian tersebut diatas, maka dapat dirumuskan


secara umum perbedaan antara penelitian hukum normative dan penelitian hukum
non-normative (empiris) :

1. perbedaan konsepsi tentang hukum


Pada penelitian hukum normative/ dogmatic hukum dikonsepsikan sebagai
gejala normative yang bersifat otonom dan tidak dikaitkan dengan variable-
variabel sosial lainnya, baik dalam pembentukan maupun proses bekerjanya
hukum. Sedangkan dalam penelitian hukum empiris hukum dikonsepsikan
sebagai sebuah gejala sosial yang dipengaruhi oleh variable-variabel sosial
lainnya dan sekaligus merupakan determinant mempengaruhi perilaku individu
atau kelompok masyarakat kearah prilaku yang lebih diinginkan. 

2. perbedaan analisis
Penelitian hukum normative/ dogmatis lebih mengarah pada langkah-langkah
spekulatif-kontemplatif dengan model analisis normative- kualitatif, sedangkan
penelitian hukum empiris lebih menekankan pada langkah-langkah observasi
dengan model analisis empiric-kuantitatif. 

3. perbedaan data dasar


Penelitian hukum normative/ dogmatic umumnya lebih mengutamakan data
sekunder, khususnya bahan hukum primer, sebagai data dasar penelitian,
sedangkan penelitian hukum empiris/ non-normatif lebih menjadikan data-data
primer sebagai data dasar penelitian. Oleh karena data primerlah yang dapat
menggambarkan prilaku individu atau kelompok sebagai sasaran penelitian dalam
penelitian hukum empiris.

4. perbedaan tentang keutamaan tehnik pengumpulan data


Perbedaan ini terkait dengan perbedaan tentang data dasar yang diutamakan
dalam penelitian. Oleh karena penelitian hukum normative lebih mengutamakan
data sekunder, maka tipe penelitian ini lebih mengutamakan tehnik pengumpulan
data dalam bentuk studi literature atau studi pustaka. Namun meskipun demikian,
penelitian hukum normative juga memerlukan tehnik pengumpulan data empiris,
khususnya untuk menggambarkan perilaku verbal, seperti wawancara. Di sisi lain,
penelitian hukum empiris lebih mengutama data rimer sebagai data dasar, maka
tehnik pengumpulan data lebih mengutamakan tehnik pengumpulan data
lapangan, seperti observasi, survey, angket atau kuesioner dan wawancara.
Terkait dengan perbedaan keutamaan tehnik pengumpulan data dan analisis,
dapat pula dikemukakan perbedaan lainnya yakni tentang prosedur penentuan
sampling. Penelitian hukum normative yang menggunakan analisis kualitatif
umumnya mengutamakan tehnik penetapan sampling dalam bentuk non-
probability sampling seperti purposive sampling, sedangkan penelitian hukum
empiris lebih mengutamakan tehnik probability sampling. 

5. perbedaan design penelitian


Perbedaan ini juga terkait erat dengan metode analisis data. Penelitian hukum
normative yang menggunakan metode analisis kualitatif memiliki design
penelitian yang lebih fleksibel. Design yang demikian mengijinkan perubahan
design penelitian ditengah perjalanan penelitian, apabila peneliti menemukan
adanya hal-hal yang spesifik dan lebih penting dari perkiraan yang disusun dalam
design awal. Dalam design yang demikian juga memungkinkan bahwa
pengumpulan data dan analisis dilakukan secara bersamaan sepanjang penelitian.
Penelitian hukum empiris, yang lebih mengarah pada penelitian sosial, yang
umumnya banyak menggunakan metode analisis kuantitatif memiliki design
penelitian yang ketat. Langkah-langkah dalam penelitian ilmiah dilakukan secara
teratur dan disiplin. Ketepatan design penelitian akan sangat menentukan
keberhasilan penelitian, misalnya jika dasar teori yang dipergunakan keliru, atau
hipotesis keliru atau kerangka pemikiran untuk menguji hipotesis tidak tepat,
maka kesimpulan penelitian juga semakin jauh dari mendekati kebenaran.

Referensi :

Soejono, SH, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Cetakan Kedua,


Jakarta, 2003, Hal. 110. 

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Pers,


Cetakan Ketiga, Jakarta, 1986, Hal. 43. 

Soerjono Soekanto, Pengatar Penelitian Hukum, op.cit., Hal. 49-50

Bambang Soenggono, Metode Penelitian Hukum, Rarawali Press, Jakarta, 1998,


Hal. 102

Anda mungkin juga menyukai