Anda di halaman 1dari 4

1.

Keselamatan Kerja Dalam Laboratorium Klinik

Bekerja dalam laboratorum klinik mempunyai resiko terkena bahan kimiamaupun


bahan yang bersifat infeksius. Resiko tersebut dapat terjadi bila kelalaian dan sebab-sebab
lain diluar kemampuan manusi. Menjadi suatu tanggung jawab bagi manusia
untukmempelajari kemungkinan adanya bahaya dalam pekerjaan agar mampu
mengendalikan bahaya serta mengurangi resiko sekecil-kecilnya melalui pemahaman
mengenai berbagaiaspek bahaya dalam lingkungan laboratorium, mengarahkan para
pekerja dalammelaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja
Laboratorium harus merupakan tempat yang aman bagi pekerjanya, terhadapsetiap
kemungkinan terjadinya kecelakaan, sakit maupun gangguan kesehatan. Hanya
dalamlaboratorium yang bebas dari rasa kekhawatiran akan kecelakaan dan keracunan
seseorangdapat bekeraja dengan produktif dan efisien. Keadaan yang sehat dalam
laboratorium, dapatdiciptakan apabila ada kemauan dari setiap pekerja untuk menjaga dan
melindungi diri.Diperlukan suatu kesadaran dan tanggung jawab, bahwa kecelakaan dapat
berakibat pada dirisendiri dan orang lain serta lingkungannya.
Tanggung jawab moral dalam keselamatan kerja memegang peranan pentingdalam
pencegahan kecelakaan disamping dislipin setiap individu terhadap perautran
jugamemberikan andil besar dalam keselamatan kerja.
2. Pengolahan dan Penanganan Limbah Laboratorium

Pengelolaan limbah RS dilakukan dengan berbagai cara. Yang diutamakan adalah


sterilisasi, yakni berupa pengurangan (reduce) dalam volume, penggunaan kembali (reuse)
dengan sterilisasi lebih dulu, daur ulang (recycle), dan pengolahan (treatment). Berikut
adalah beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam merumuskan kebijakan kodifikasi
dengan warna yang menyangkut hal-hal berikut :
1. Pemisahan Limbah
a. Limbah harus dipisahkan dari sumbernya
b. Semua limbah beresiko tinggi hendaknya diberi label jelas
c. Perlu digunakan kantung plastik dengan warna-warna yang berbeda yang
menunjukkan kemana kantong plastik harus diangkut untuk insinerasi atau dibuang.

2. Penyimpanan Limbah
Dibeberapa Negara kantung plastik cukup mahal sehingga sebagai gantinya dapat
digunkanan kantung kertas yang tahan bocor (dibuat secara lokal sehingga dapat diperloleh
dengan mudah) kantung kertas ini dapat ditempeli dengan strip berwarna, kemudian
ditempatkan ditong dengan kode warna dibangsal dan unit-unit lain.

3. Penanganan Limbah
a. Kantung-kantung dengan warna harus dibuang jika telah terisi 2/3 bagian.
Kemudian diikiat bagian atasnya dan diberik label yang jelas.
b. Kantung harus diangkut dengan memegang lehernya, sehingga jika dibawa
mengayun menjauhi badan limbah tidak tercecer keluar dan diletakkan ditempat
tertentu untuk dikumpulkan.
c. Petugas pengumpul limbah harus memastikan kantung-kantung dengan warna
yang sama telah dijadikan satu dan dikirimkan ketempat yang sesuai.
d. Kantung harus disimpan pada kotak-kotak yang kedap terhadap kutu dan hewan
perusak sebelum diangkut ketempat pembuangan.
4. Pengangkutan Limbah
Kantung limbah dipisahkan dan sekaligus dipisahkan menurut kode warnanya.
Limbah bagian bukan klinik misalnya dibawa kekompaktor, limbah bagian Klinik dibawa
keinsenerator. Pengangkutan dengan kendaraan khusus (mungkin ada kerjasama dengan
dinas pekerja umum) kendaraan yang digunakan untuk mengangkut limbah tersebut
sebaiknya dikosongkan dan dibersihkan setiap hari, jika perlu (misalnya bila ada
kebocoran kantung limbah) dibersihkan dengan menggunakan larutan klorin,

5. Pembuangan Limbah
Setelah dimanfaatkan dengan konpaktor, limbah bukan klinik dapat dibuang
ditempat penimbunan sampah (Land-fill site), semua limbah infeksi harus diolah dengan
cara desinfeksi, dekontaminasi, sterilisasi, dan insinerasi. Jika tidak mungkin harus
ditimbun dengan kapur dan ditanam limbah dapur sebaiknya dibuang pada hari yang sama
sehingga tidak sampai membusuk.
Teknologi pembakaran (incineration ) adalah alternatif yang menarik dalam
teknologi pengolahan limbah. Insinerasi mengurangi volume dan massa limbah hingga
sekitar 90% (volume) dan 75% (berat). Teknologi ini sebenarnya bukan solusi final dari
sistem pengolahan limbah padat karena pada dasarnya hanya memindahkan limbah dari
bentuk padat yang kasat mata ke bentuk gas yang tidak kasat mata.
Proses insinerasi menghasilkan energi dalam bentuk panas. Namun, insinerasi
memiliki beberapa kelebihan di mana sebagian besar dari komponen limbah B3 dapat
dihancurkan dan limbah berkurang dengan cepat. Selain itu, insinerasi memerlukan lahan
yang relatif kecil.
Metode insinerasi digunakan untuk membuang limbah laboratorium ( cair atau padat
), sebelum atau sesudah di autoklav dengan membakar limbah tersebut dalam alat
insenerasi (insenerator). insenerasi bahan infeksi dapat digunakan sebagai pengganti
autoklav hanya jika alat insenerasi berada dibawah pengawasan laboratorium dan
dilengkapi dengan alat pengontrol suhu dan ruangan bakar sekunder. alat insenerasi dengan
ruang bakar tunggal tidak memuaskan untuk menangani bahan infeksi, mayat hewan
percobaan, dan plastic. Bahan tersebut tidak dirusak dengan sempurna, sehingga asap yang
keluar dari cerobongnya mencemari atmosfer dengan mikroorganisme dan zat kimia
toksik. ada beberapa model ruang bakar yang baik tetapi yang ideal adalah yang
memungkinkan suhu pada ruang bakar yang pertama paling sedikit 800° C dan pada ruang
bakar kedua 1000°C. waktu retensi gas pada ruang bakar kedua sebaiknya paling edikit 0,5
detik. bahan untuk insenerasi, bahkan bila harus diautoklav dulu, harus dikemas dalam
kantong plastic. petugas pelaksana insenerasi harus menerima instruksi yang benar tentang
jenis bahan dan pengendalian suhu.
Rumah sakit yang besar mungkin mampu memberli inserator sendiri, insinerator
berukuran kecil atau menengah dapat membakar pada suhu 1300-1500 ºC. Suatu rumah
sakit dapat pula mempertoleh penghasilan tambahan dengan melayani insinerasi limbah
rumah sakit yang berasal dari rumah sakit yang lain. Insinerator modern yang baik tentu
saja memiliki beberapa keuntungan antara lain kemampuannya menampung limbah klinik
maupun limbah bukan klinik, termasuk benda tajam dan produk farmasi yang tidak
terpakai lagi.
Jika fasilitas insinerasi tidak tersedia, limbah klinik dapat ditimbun dengan kapur
dan ditanam. Langkah-langkah pengapuran (Liming) tersebut meliputi sebagai berikut :
a. Menggali lubang, dengan kedalaman sekitar 2,5 meter
b. Tebarkan limbah klinik didasar lubang samapi setinggi 75 cm
c. Tambahkan lapisan kapur
d. Lapisan limbah yang ditimbun lapisan kapur masih bisa ditambahkan sampai
ketinggian 0,5 meter dibawah permukaan tanah
e. Akhirnya lubang tersebut harus ditutup dengan tanah.

Anda mungkin juga menyukai