PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meningitis adalah penyakit yang menyerang system saraf. Meningitis adalah
radang membrane pelindung system saraf pusat. Penyakit ini dapat disebabkan oleh
mikroorganisme, luka fisik, kanker, obat-obatan tertentu. Meningitis adalah penyakit
serius karena letaknya dekat dengan otak dan tulang belakang, sehingga menyebabkan
kerusakan kendali gerak, pikiran bahkan kematian. Kebanyakan kasus meningitis
disebabkan oleh mikroorganisme, seperti virus, bakteri, jamur, atau parasite yang
menyebar dalam darah ke cairan otak.
Meningitis adalah inflamasi akut pada meninges. Organisme penyebab meningitis
bacterial memasuki area secara langsung sebagai akibat cidera traumatic atau secara
tidak langsung bila ditempat lain didalam tubuh kedalam cairan serebrospinal (CSS).
Berbagai agens dapat menimbulkan inflamasi pada meningitis termasuk bakteri, virus,
jamur, dan zat kimia lainnya (Betz, 2009).
B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian meningitis ?
b. Jelaskan etiologi meningitis !
c. Jelaskan patofisiologi atau pathway meningitis !
d. Sebutkan komplikasi akibat pada meningitis !
e. Jelaskan menifestasi klinis meningitis !
f. Sebutkan pemeriksaan penunjang pada meningitis !
g. Jelaskan penatalaksanaan meningitis !
h. Jelaskan asuhan keperawatan pada pasien meningitis !
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian meningitis
b. Untuk mengetahui etiologi meningitis
c. Untuk mengetahui patofisiologi atau pathway meningitis
d. Untuk mengetahui komplikasi akibat pada meningitis
e. Untuk mengetahui menifestasi klinis meningitis
f. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada meningitis
1
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan meningitis
h. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien meningitis
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Meningitis
Meningitis adalah peradangan selaput (meninges) di sekitar otak dan sumsum
tulang belakang. Pebengkakan dari meningitis biasanya memicu gejala seperti sakit
kepala, demam, dan leher kaku. Sebagian besar kasus meningitis disebabkan oleh
infeksi virus, tetapi infeksi bakteri dan jamur juga bisa menyebabkan penyakit
meningitis. Infeksi akut ini biasanya ditimbulkan oleh salah satu dari mikroorganisme
pneumokok, meningokok, stafilokok, streptokok, hemophilus influenza dan bahan
aseptis (virus) (Long,2006).
Meningitis adalah infalamsi pada selaput otak yang mengenai lapisan piameter
dan ruang subarachnoid maupun arachnoid dan termasuk cairan serebrospinal (CSS).
Sementara itu, Batticaca (2012) mendefinisikan meningitis sebagai inflamasi
yang terjadi pada meningen otak dan medulla spinalis.
Meningitis bakterialis adalah suatu infeksi purulent lapisan otak yang pada orang
dewasa biasanya hanya terbatas di dalam ruangan subaraknoid, namun pada bayi
cenderung melunas sampai kerongga subdural sebagai suatu efusi atau empyema
subdural (leptomeningitis), atau bahkan kedalam otak (meningoensefalitis).
(Satyanegara, 2010)
B. Etiologi
1. Pada orang dewasa, bakteri penyebab tersering adalah Diplococcus pneumonia dan
Neiseria meningitidis, stafilokokus, dan gram negative.
2. Pada anak-anak bakteri tersering adalah Hemophylus influenza, Neiseria
meningitides, dan Diplococcus pneumonia.
(Setyanegara,2010)
Infeksi virus adalah penyabab meningitis yang paling umum, diikuti oleh infeksi
bakteri dan infeksi jamur. Bakteri meningitis menyebar melalui aliran darah ke otak dan
sumsum tulang belakang. Bakteri ini menyebabkan meningitis bakteri akut. Namun,
ada beberapa kasus dimana bakteri langsung menyerang meninges. Ini mungkin
disebabkan oleh infeksi telinga atau sinus, patah tulang tengkorak atau pasca operasi.
Beberapa strain bakteri yang dapat menyebabkan meningitis bakteri akut, antara lain :
1. Streptococcus pneumonia (pneumokokus)
3
Bakteri ini adalah penyebab paling umum dari meningitis bakteri pada bayi, anak-
anak, orang dewasa. Bakteri ini sering menyebabkan pneumonia atau infeksi telinga
atau sinus.
2. Neisseria meningitidis (meningokokus)
Bakteri ini adalah penyebab utama meningitis bakteri. Bakteri ini biasanya
menyebabkan infeksi saluran pernapasan atas tetapi dapat menyebabkan meningitis
meningokokus ketika mereka masuk ke aliran darah. Infeksi tersebut mudah
menular terutama pada remaja dan orang dewasa. Bakteri ini juga dapat
menyebabkan epidemi lokal, seperti di asrama, pangkalan militer, dan tempat
lainnya.
3. Haemophilus influenzae (haemophilus)
Haemophilus influenza tipe b (Hib) adalah bakteri yang menjadi penyebab utama
meningitis pada anak-anak. Namun, adanya vaksin Hib telah berperan mengurangi
jumlah kasus meningitis jenis ini.
4. Listeria monocytogenes (listeria)
Bakteri ini dapat ditemukan dalam keju yang tidak dipasteurisasi dan olahan daging
seperti sosis. Wanita hamil, bayi baru lahir, lansia, dan orang-orang dengan system
kekebalan lemah adalah yang paling rentan terkena insfeksi bakteri ini.
4
C. Patofisiologi
MK: Hipertermi
Mual dan Rangsangan
muntah otot di servikal
Penurunan reflek
Aliran darah ke
batuk Perforasi
otot menurun
Penurunan Otot
berkontraksi Penumpukkan Keringat berlebih
Peningkatan secret pada
Intake
tekanan darah saluran nafas
makanan
sistemik Otot pada tengkuk Diaphoresois
menegang
MK :
MK : Rangsangan ketidakefektifan
MK: Kekurangan
perubahan inhibisi ke bersihan jalan
Kaku kuduk volume cairan
nutrisi kurang jantung nafas
dari
kebutuhan
Bradikardi dan
tubuh
pernafasan
melambat
Retensi CO2
Vasodilatasi otak
5
D. Komplikasi Akibat Penyakit Meningitis
Komplikasi yang muncul akibat penyakit meningitis pada tiap orang berbeda-beda.
Berikut adalah beberapa komplikasi yang dapat terjadi :
a. Kehilangan penglihatan
b. Kejang
c. Gangguan ingatan
d. Migraine
e. Kehilangan pendengaran
f. Radang sendi
g. Gagal ginjal
h. Syok
i. Kesulitan berkonsentrasi
j. Kerusakan otak
E. Manifestasi Klinis
Gejala meningitis dini dapat menyebabkan flu (influenza). Gejala dapat
berkembang selama beberapa jam atau lebih dari beberapa hari. Kemungkinan tanda
dan gejala pada anak usia >2 tahun dan orang dewasa, antar lain demam tinggi tiba-
tiba, leher kaku, sakit kepala parah yang berbeda dari biasanya, sakit kepala dengan
mual atau muntah, kebingungan atau kesulitan berkonsentrasi, kejang, kantuk atau
kesulitan terbangun, sensivitas terhadap cahaya, tidak ada nafsu makan atau kehausan,
serta ruam kulit (kadang-kadang, seperti meningitis meningokokus).
Sementara itu, pada bayi baru lahir, tanda-tanda meningitis yang dapat dikenali
antara lain demam tinggi, tangisan konstan, kantuk atau iritabilitas yang berlebihan,
kelesuan, tonjolan di titik lunak di atas kepala bayi (fontanel), serta kekakuan di tubuh
dan leher bayi.
1. Neonatus
Menolak untuk makan, reflex menghisap kurang, muntah, diare, tonus otot
melemah, menangis lemah.
2. Anak-anak dan remaja
Demam tinggi, sakit kepala, muntah, perubahan sensori, kejang, mudah
terstimulasi, foto pobia, delirium, halusinasi, maniak, stupor, koma, kaku kuduk,
tanda kernig dan brudzinski positif, petechial (menunjukkan infeksi
meningococcal).
6
3. Ciri khas
Penderita yang tampak sakit berat, demam akut yang tinggi, kesadaran yang
menurun (lethargi atau gaduh gelisah), nyeri kepala, muntah, dan kaku kuduk.
F. Pemeriksaan penunjang
1. Fungsi lumbal dan kultur CSS
Jumlah leukosit (CBC) meningkat, kadar glukosa darah menurun, protein
meningkat, tekanan cairan meningkat, asam laktat meningkat, glukosa serum
meningkat, identifikasi organisme penyebab.
Fungsi lumbal adalah proses mengumpulkan sempel cairan serebrospinal dari area
kecil di punggung bawah untuk dikirim ke laboratorium dan dianalisis apakah ada
infeksi yang terjadi pada tubuh
2. Kultur urine
3. Kultur nasofaring
4. Elektrolit serum, meningkat jika anak dehidrasi ; Na+ dan K+ turun
5. Osmoralitas urin, meningkat dengan sekresi ADH
6. Tes darah
Tes darah standar untuk menganalisis antibodi dan protein asing, dapat digunakan
untuk mengetahui adanya infeksi.
7. CT scan
Pemindaian otak dapat mengungkapkan peradangan, pendarahan internal, atau
kelainan lainnya. Juga dapat mendeteksi kondisi seperti pembengkakan otak, abses,
atau perdarahan, yang bisa membuat pungsi lumbal meningkat.
G. Penatalaksanaan
1. Obat anti inflamasi
a. Meningitis tuberkulosa
1) Isoniazid 10-20 mg
2) Rifamfisin 10-15 mg
3) Streptomisin sulfat 20-40 mg
b. Meningitis bacterial, umur <20 bulan
1) Sefalosporin generasi ke-3
2) Ampisilin 150-200 mg
c. Meningitis bacterial, umur > 2 bulan
7
1) Ampisilin 150-200 mg
2) Sefalosforin generasi ke-3
d. Pengobatan simtomatis
1) Diazepam IV 0.2-0.5 mg di lanjutkan dengan Fenitoin 5 mg
2) Turunkan demam dengan antipiretik paraceamol atau silisilat 10 mg
2. Pengobatan suportif
1) Cairan intravena
2) Pemberian O2 aga konsentrasi O2 berkisar diantra 30-50%
Pada pasien meningitis akibat virus, pengobatan biasanya tidak terlalu agresif dan
terdiri dari langkah-langkah untuk membuat pasien lebih nyaman. Meningitis akibat
virus lebih sering dirawat di rumah dengan acetaminophen (Tylenol) dan obat nyeri
lainya. Antibiotik tidak membantu dalam mengobati meningitis jenis ini.
1. Pada pasien meningitis akibat bakteri atau jamur, pasien bisa dirawat di unit
perawatan intensif, baik untuk periode pengamatan singkat atau periode yang lebih
lama (tergantumg keparahan kondisi pasien). Perawatan meningitis bakterial dimulai
dengan memastikan bahwa pernapasan dan tekanan darah pasien memadai.
Perawatan mencakup pemberian infus dan cairan, monitor jantung intensif, dan
pemberian antibiotik intravena.
2. Steroid dapat diberikan untuk mencoba mengurangi keparahan penyakit.
3. Jika kondisi pasien sangat parah, perawatan medis yang lebih agresif dapat
diberikan.
a. Tabung pernapasan (Intubasi) dapat digunakan untuk membantu pernapasan.
b. Saluran infus yang lebih besar dapat dimasukkan dipangkal paha, dada, atau
leher. Pasien diberikan obat-obatan untuk memperbaiki tekanan darah dan untuk
menghentikan kejang.
c. Sebuah tabung (Kateter) dapat ditempatkan di kantung kemih untuk memeriksa
hidrasi (atau status cairan).
10
BAB III
TINJAUAN KASUS
11
ke hari benjolannya semakim besar . saat dilakukkan pemeriksaan suhu : 38.9℃
Tekanan darah: 150/80mmHg Nadi:60x/menit Respirasi: 28x/menit SPO2: 99%
skala nyeri 8 (0-10) ukuran benjolan kurang lebih 4cm. klien tampak lemah.
e. Riwayat kesehatan dahulu
Istri klien mengatakan bahwa sewaktu umur 28 tahun, klien pernah mengalami
Herpes Zoster selama satu minggu, dan sempat dirawat dirumah sakit dan
penyakitnya sudah sembuh.
f. Riwayat Kesehatan keluarga
Klien mengataka tidak ada keluarga yang memiliki penyakit seperti klien
g. Genogram
Keterangan :
12
Menikah Anak kandung Tinggal serumah
h. Pemenuhan Kebutuhan dasar manusia
1) Pemenuhan kenutuhan oksigenasi
Klien mengataka tidak ada masalah berkaitan dengan pernapasan namun saat
sakit klien terkadang sesak napas jika melakkan aktivitas berat seperti berlalri
atau menaiki tangga. Respirasi rate klien meningkat pada saat dikaji 28x/menit.
Klien tyerpasang oksigen 5liter menggunakan nasal kanul.
2) Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan
Seblum sakit Tn.T Mengatakan untuk makan, ia makan 3 kali sehari dengan
teratur. Makannan yang buiasa dimakan yaitu: nasi, sayur dan juga daging.
Makanan favorit klien yaitu krupuk dan juga gorengan. Selama sakit klien kurang
nafsu makan sehingga klien terlihat lemah. Klien menghabiskan ½ porsi makan
yang diberikan tim gizi.
3) Pemenuhan kebutuhan eliminasi
Sebelum sakit klien mengataakan tidak mengalami masalah pada saat BAK .
mengatakan bak 4-5 kali daalam sehari. Selaama dirumah sakit klien juga tidak
mengeluh mengenai masalah BAK. Pada saat dikaji pasien terpasang kateter.
4) Pemenuhan kebutuhan tidur dan istirahat
Klien mengatakan sebelum sakit ia tidur siang selamaa 30menit- 1 jam sementara
untuk tidur malam 5-6 jam. Klien mengatakan tidak ada gangguan ketika hendak
istrahat. Namun sejak dirawat di rumah sakit ia mengatakan sulit tidur karena
merasa nyeri sehingga pada siang hari pasien terlihat lemas. Keluarga klien
mengataakan suaminya sulit tidur, konjungtiva pucat
5) Pemenuhan kebutuhan aamaan dan nyaman
Klien mengatakan bahwa merasa terganggu karena nyeri di bagian kepala
(frontalis)
6) Sensori persepsi dan kognitif
klien memgatakan untuk masalah sensori dan persepsi tidak terdapat gangguan.
Namun pada penglihatan klien agak menurun karena klien merasa nyeri ketiika
membuka mata.
i. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum:
Kesadaran: Apatis
13
GCS : E=3 V=5 M=6 (total 14)
Vital Sign : TD :150/80mmHg
Nadi : 60x/menit
Irama: regular
Kekuatan: lemah
Respirasi : 28x/menit
Irama: ireguler
Suhu : 38,9ºC
2) Kepala
Kulit kepala: bentuk kepala mosesepalus, terdapat pembengkakkan didaerah
parietal
Rambut: warrna rambut hitam mrata, rambut sedikit rontok
Muka : bentuknya simetris tidak ada kelainan bentuk wajah
Mata : konjungtiva anemis, sclera normal, pupil isokor
Hidung : bentuk simetris tidak ada sputum tidak terdapat polip keadaang
hiidung bersih
Mulut : keadaan mulut bersih tidak ada karies gigi ataupun gigi yang tanggal
Telinga : simetris tidak adaa serumen dan luka
3) Leher : bentuk tiak simetris karena terdapat pembesaran kelenjar limfe bagian
dekstra
4) Dada : bentuk simetris tidak terdapat pembesaran liver atau splenomegaly
a. Pulmo: inspeksi : tidak terdapat pembengkakkan ataupun bekas luka
Palpasi : fremitus taktil tidak seiramaa
Perkusi : bunyi sonor
Auskultasi : trakelal
b. Cor : inspeksi: tidak terdapat pembengkakkan bekas luka
Palpasi : ictus cordis : ICS midclavicle sinistra
Perkusi : suara pekak
Auskultasi : S1, S2 tunggal
5) Abdomen
Inspeksi : warana kulit sama dengan warna kulit sekitar tidak terdapat lesi
Palpasi : tidak terdapat asites terdapat nyeri tekan
Perkusi : bunyi timpani dan redup pada kuadran III
Aukultasi : peristaltic usus 12x/menit
14
6) Genetalia : keadaan bersih tidak terdapat inflamasi
7) Rectum : terdapat hemoroid grade II
8) Ektremitas :
4 4
4 4
Hematologi
Jenis Hasil Satuan Nilai Normal Interpretasi
Pemeriksaan Hasil
Haemoglobin P 9 g/gL g/Dl 12-16 TN
Leukosit H 13,5 103/ul 4-10/ul TN
Hematokrit L 35 % 36-47% N
Eritrosit 4,5 106/ul 4,40 – 5, 90 N
Trombosit H 15 103/ul 150 – 400 TN
Eusinofil 250 % 1–4 N
Basofil 0,30 % 0–1 N
Netrofil 67,50 % 50 – 70 N
Limfosit L 36,17 % 22 – 40 N
Monosit H 10,90 % 4–8 N
Ureum 17 Mg/dl 10-50 N
Kreatinin L 0,70 Mg/dl 0,6-1,10 N
SGOT 45 u/L 0-50 N
SGPT 27 u/L 0-50 N
HbsAg Rapid Non Reaktif Non reaktif
k. Terapi Medis
15
Jenis terapi Nama obat Dosis Implikasi keperawatan
16
ANALISA DATA
17
DO : Klien tampak menahan nyeri .
pada saat berbiacar klien sering
Nyeri
menutup mata untuk mengurangi
nyeri, tanda krenik (+)
Peningkatan
rangsangan pada
hipofise posterior
Demam
Hipertermi
Bradikardia
18
Perubahan perfusi
jaringan
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut b.d agens cidera biologis
b. Hipertermi b.d peningkatan laju metabolisme
c. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan
19
relaksasi secara yang dapat faktor yang
mandiri mempengaruhi nyeri berhubungan
3. Non verbal klien tidak seperti suhu merupakan
menunjukan adanya ruangan,pencahayaan suatu hal
nyeri dan kebisingan. yang sangat
4. Skala nyeri klien 4. Ajarkan tentang teknik penting
berkurang dari 8 ke 5 non farmakologi untuk untuk
mereduksi nyeri seperti memilih
menggunakan teknik intervensi
napas dalam atau yang cocok
guided imaginary bagi pasien.
5. Lakukan kompres 2. Merupakan
dingin di bagian yang indikator
mengalami nyeri atau derajat
6. Kolaborasi dengan tim nyeri yang
medis dalam pemberian tidak
obat analgetik langsung
(ibuprofen) dialami.
7. Evaluasi keefektifan 3. Lingkungan
kontrol nyeri yang tidak
kondisuf
hanya akan
memperpara
h rasa nyeri
klien
4. Pasien dapan
menggunaka
nnya untuk
menurunkan
rasa nyeri
secara
mandiri
5. Kompres
dingin dapat
20
mereduksi
nyeri
6. Jenis obat
analgetik
dapat
menurunkan
nyeri
7. Salah satu
indikator
mengetahui
sejauh mana
keefektifan
kontrol nyeri
21
evektifan tindakan keperawatan 2. Monitor status keadaan
perfusi selama 3 x 24 jam di neurologi klien klien
jaringan harapkan peredaran menggunakan GCS 2. Tindakan
darah pasien dari level 1 3. Hindari gerakan fleksi keperawatan
(tidak pernah) ke level 4 maupun hiperekstensi yang
(sering) dengan kriteria pada daerah leher diberikan
hasil : 4. Berikan edukasi kepada disesuaikan
keluarga dan pasien dengan
1. Tekanan systole dan
untuk memantau tingkat
diastole dalam
adanya suhu yang kesadaran
rentang normal
ekstrim pada daerah klien
2. Nadi dalam rentang
ekstremitas (dingin) 3. Perubahan
normal
5. Berikan oksigen sesuai kepala pada
3. Tidak ada
kondisi pasien satu sisi
ortostatikhipertensi
dapat
4. Tidak ada tanda tanda
menimbulka
peningkatan tekanan
n penekanan
intrakranial
pada vena
jugularis
sehingga
dapat
menghambat
aliran darah
ke otak
4. Suhu yang
ekstrim
mengindikasi
kan
terjadinya
kurang suplai
oksigen yang
parah
5. Dapat
menurunkan
22
hipoksia otak
4. IMPLEMENTASI
Hari Ke 1
No Hari/tanggal Jam Implementasi Paraf
Diagnosa
DX 1 Sabtu, 21 07.00 I : Mengkaji nyeri secara
November 2019 komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan persepsi.
R : Skala nyeri 8 (antara 1-10)
07.05 I : Mengobservasi reaksi nonverbal
dari ketidaknyamanan
R : Klien terlihat menahan nyerinya
07.20 I : Mengajarkan tentang teknik
nonfarmakologi untuk mereduksi
nyeri
R : klien mampu melakukan secara
mandiri
08.00 I : Mengontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri
R : Lingkungan lebih tenang
09.00 I : Melalukan kompres dingin
dibagian yang mengalami nyeri
R : Klien mengatakan nyerinya
berkurang
11.00 I : Melakukan kolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian obat
analgetik (Ibuprofen)
23
R : Klien meminum obat
14.00 I : Mengevaluasi ketidakefektifan
control nyeri
R : klien mengatakan mengkontrol
nyerinya berguna tetapi tidak
langsung menurunkan rasa
nyerinya
DX 2 21 November 2019 06.00 I : Monitor suhu tubuh
R : Suhu tubuh 38,5ºC
09.15 I : Melakukan kompres hangat pada
pasien
R : Klien terlihat nyaman
09.20 I : Menganjurkan klien untuk
meminum banyak air
R : Klien minum air 1 gelas
I : Melakukan kolaborasi dengan tim
10.00 media dalam pemberian obat
antipiretik (Paracetamol)
R : Klien minum obat
DX 3 Sabtu, 21 06.00 I : Monitor TTV klien
November 2019 R : TD 150/80 mmhg,
N : 60x/menit
R : 28x/menit
S : 38,5 ºC
06.05 I : Monitor status neurologi klien
dengan GCS
R : E : 3, V: 5, M:6 (Total 14)
06.05 I : Menghindari gerakan fleksi
maupun hiperekstensi pada daerah
leher
R : Posisi kepala klien lurus
07.00 I : Memberikan edukasi kepada
keluarga dan pasien untuk
memantau adanya suhu ekstrim
24
pada daerah ekstremitas (dingin)
R : Saat diberikan edukasi semuanya
memperhatikan
09.00 I : Memberikan oksigen sesuai kondisi
pasien
R : Diberikan oksigen 5 liter dengan
nasal kanul
Hari Ke 2
DX 1 Minggu, 22 08.00 I : Mengkaji nyeri secara
November 2019 komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan persepsi.
R : Skala nyeri 6 (antara 1-10)
08.05 I : Mengobservasi reaksi nonverbal
dari ketidaknyamanan
R : Klien terlihat memegang
kepalanya saat berbicara
08.05 I : Mengajarkan tentang teknik
nonfarmakologi untuk mereduksi
nyeri
R : klien mampu melakukan secara
mandiri
10.00 I : Melakukan kolaborasi dengan
tim medis dalam pemberian obat
analgetik (Ibuprofen)
R : Klien meminum obat
14.00 I : Mengevaluasi ketidakefektifan
control nyeri
R : klien mengatakan mengkontrol
nyerinya berguna jika klien
mengalami nyeri
DX 2 Minggu, 22 06.00 I : Monitor suhu tubuh
November 2019 R : Suhu tubuh 37,8ºC
09.00 I : Melakukan kompres hangat pada
25
pasien
R : Klien terlihat nyaman
09.00 I : Menganjurkan klien untuk
meminum banyak air
R : Klien minum air 1 gelas
10.00 I : Melakukan kolaborasi dengan
tim media dalam pemberian obat
antipiretik (Paracetamol)
R : Klien minum obat
DX 3 Minggu, 22 06.00 I : Monitor TTV klien
November 2019 06.15 R : TD 150/80 mmhg,
06.15 N : 70x/menit
09.00 R : 25x/menit
S : 37,8 ºC
I : Monitor status neurologi klien
dengan GCS
R : E : 4, V: 5, M:6 (Total 15 :
Compos mentis)
I : Menghindari gerakan fleksi
maupun hiperekstensi pada
daerah leher
I : Memberikan oksigen sesuai
kondisi pasien
R : Diberikan oksigen 5 liter dengan
nasal kanul
Hari Ke 3
DX 1 Senin, 23 06.15 I : Mengkaji nyeri secara
November 2019 komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan persepsi.
R : Skala nyeri 5 (antara 1-10)
12.00 I : Melakukan kolaborasi dengan
tim medis dalam pemberian obat
analgetik (Ibuprofen)
26
R : Klien meminum obat
14.00 I : Mengevaluasi ketidakefektifan
control nyeri
R : klien mengalami nyeri lagi
DX 2 Senin, 23 06.00 I : Monitor suhu tubuh
November 2019 R : Suhu tubuh 36,5ºC
09.00 I : Menganjurkan klien untuk
meminum banyak air
R : Klien minum air 1 gelas
DX 3 Senin, 23 06.00 I : Monitor TTV klien
November 2019 R : TD 130/80 mmhg,
N : 85x/menit
R : 21x/menit
S : 36,5 ºC
06.05 I : Monitor status neurologi klien
dengan GCS
R : E : 4, V: 5, M:6 (Total 15 :
Compos mentis)
09.00 I : Memberikan oksigen sesuai
kondisi pasien
R : Diberikan oksigen 5 liter dengan
nasal kanul
5. Evaluasi
27
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
DX 2 Sabtu, 21 14.00 S : Keluarga klien mengatakan
November 2019 bahwa suhu tubuh suaminya
masih panas
O : Kulit terasa hangat, suhu tubuh
38,5ºC
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
DX 3 Sabtu, 21 14.00 S : Klien megatakan masih terasa
November 2019 kaku kuduk di bagian leher
O : Kesadaran klien apatis
TD 150/80 mmhg,
N : 60x/menit
R : 28x/menit
S : 38,5 ºC
Mendapat terapi oksigen 5 liter
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Hari Ke 2
DX 1 Minggu. 22 14.00 S : Klien mengatakan masih terasa
November 2019 nyeri dikepalanya dan sulit untuk
tidur
O : Klien
A : Skala nyeri 6, masih terlihat
menahan nyeri
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
DX 2 Minggu. 22 14.00 S : Keluarga klien mengatakan
November 2019 bahwa suhu tubuh sudah mulai
turun
O : Suhu 37,8 ºC
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
DX 3 Minggu. 22 14.00 S : Klien mengatakan masih terasa
28
November 2019 kaku dibagian leher
O : Kesadaran klien apatis
TD 150/80 mmhg,
N : 70x/menit
R : 25x/menit
S : 37,8ºC
Mendapat terapi oksigen 5 liter
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
Hari Ke 3
DX 1 Senin, 23 14.00 S : Klien mengatakan masih terasa
November 2019 nyeri di kepalanya, tetapi pada
malam hari klien bisa tidur
O : Skala nyeri 5
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
DX 2 Senin, 23 14.00 S : Klien mengatakan suhu tubuhnya
November 2019 menurun
O : Suhu tubuh 36,5 ºC
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
DX 3 Senin, 23 14.00 S : Klien mengatakan kaku kuduk
November 2019 bagian leher sudah berkurang
O : Kesadaran klien Compos Mentis
TD 130/80 mmhg,
N : 85x/menit
R : 21x/menit
S : 36,5ºC
Mendapatkan terapi oksigen 5
liter
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
29
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Meningitis adalah peradangan selaput (meninges) di sekitar otak dan sumsum
tulang belakang. Pebengkakan dari meningitis biasanya memicu gejala seperti sakit
kepala, demam, dan leher kaku. Sebagian besar kasus meningitis disebabkan oleh
infeksi virus, tetapi infeksi bakteri dan jamur juga bisa menyebabkan penyakit
meningitis. Infeksi akut ini biasanya ditimbulkan oleh salah satu dari mikroorganisme
pneumokok, meningokok, stafilokok, streptokok, hemophilus influenza dan bahan
aseptis (virus) (Long,2006).
Meningitis adalah inflamasi akut pada meninges. Organisme penyebab meningitis
bacterial memasuki area secara langsung sebagai akibat cidera traumatic atau secara
tidak langsung bila ditempat lain didalam tubuh kedalam cairan serebrospinal (CSS).
Berbagai agens dapat menimbulkan inflamasi pada meningitis termasuk bakteri, virus,
jamur, dan zat kimia lainnya (Betz, 2009).
B. Saran
Semoga makalah yang kami susun ini bermanfaat bagi kita semua terutama bagi
mahasiswa/mahasiswi kesehatan, sehingga dapat membantu proses pembelajaran dan
dapat mengefektifkan kemandirian dan kreativitas mahasiswa. Selain itu diperlukan
lebih banyak referensi untuk menunjang proses pembelajaran selanjutnya.
30