Dosen Pengampu :
Sri Herwindya Baskara Wijaya, S.Sos., M.Si
Disusun Oleh :
Izzul Hudia Alfaza
(D0219045)
Lahir pada pada 31 Maret 1596 di La Haye, Prancis, pria yang biasa dipanggil sebagai
Renatus Cartesius ini merupakan seorang filsuf dan matematikawan yang biasa disebut
sebagai bapak filsafat modern. Secara ekonomi ia tergolong sebagai kaum borjuis karena
ayahnya yang bernama Joachim merupakan seorang ketua Parlemen Inggris dan memiliki
tanah yang luas. Setelah ayahnya meninggal, semua warisannya jatuh ke tangan Descartes,
sejak itu pula ia mulai tinggal bersama neneknya dan perawatnya.
Dia memulai pendidikannya dengan bersekolah di Kolose Jesuit, Fleche selama 8
tahun, kemudian melanjutkan dengan berkuliah di Universitas Poiters saat umur 16 tahun.
Dua tahun kemudian ia menyelesaikan kuliahnya lalu kembali ke Paris, menyadari bahwa
kehidupan sosial disana terkesan monoton dan membosankan, ia memutuskan untuk
mengucilkan diri di sebuah tempat bernama Faulbourg. Bahkan ia sempat mengikuti tiga
kedinasan tentara yang berbeda dan juga pergi berkeliling dunia untuk mengumpulkan apa
saja yang menurutnya bisa digunakan untuk menemukan sebuah kebenaran dalam ilmu
pengetahuan. Hingga akhirnya ia menggunakan metodenya untuk mencoba membangun
gambaran dunia yang sebenarnya. Pada 1649, seorang Ratu Swedia yang bernama Ratu
Christina memberinya tugas kepada Descartes untuk mengajarinya ilmu filsafat. Namun
tugas itu mengharuskannya untuk bangun jam 5 pagi sehingga hal itu mengubah kebiasaan
Descartes bangun di siang hari. Akibatnya, ia menderita pneumonia selama 1 minggu hingga
akhirnya ia meninggal pada tanggal 1 November 1650.
Rene Descartes
1. Pengetahuan yang pasti
Selama hidupnya Descartes berusaha untuk menemukan kebenaran atas setiap
pengetahuan yang ia dapatkan, menurutnya kebenaran tertinggi berasal dari akal budi
manusia. Atas dasar itulah ia menggunakan metode keraguan, dengan meragukan setiap
pengetahuan yang ada, keraguan itulah yang akan menuntunnya ke kesimpulan yang
sesungguhnya atau biasa disebut dengan kepastian. Saat dia merasa ragu, maka saat itulah dia
mencoba untuk berpikir, dari situlah muncul istilah cogito ergo sum (saya berpikir, maka
saya ada). Eksistensi pikiran manusia merupakan suatu hal yang absolut dan pasti, dengan
begitu pengetahuan diperoleh melalui cara berpikir yang sistematis dan juga rasional. Dalam
hal ini kita harus dapat berpikir diluar apa yang hanya bisa ditangkap oleh pancaindera kita.
Dan segala yang diterima oleh pancaindera kita masih harus tetap diragukan kebenarannya
serta dipilah menjadi bagian yang lebih kecil lagi agar terlihat kebenarannya. Itulah cara
memperoleh pengetahuan yang pasti menurut Descartes.
3. Metafisika
Descartes melihat metafisikia berbasis penalaran dan matematisnya untuk
menyediakan semua fondasi yang diperlukan untuk mengembangkan prinsip fisiknya
sendiri.2 Descartes menyimpulkan bahwa realitas terdiri dari 3 hal yaitu benda material yang
terbatas, benda mental-nonmaterial yang terbatas, serta benda mental tak terbatas. Segala
benda tidak dapat dikaji dari ketentuan kualitatif melainkan kuantitatif. Bagi Descartes,
manusia merupakan makhluk dualitas dimana tubuh merupakan mesin dan yang
menjalankannya adalah jiwa. Akal merupakan substansi yang berdiri sendiri dan berupa
immaterial yang sifatnya adalah berfikir, dan tubuh adalah bagian dari alam materi yang
memiliki sifat keluasan.
Gottfried Leibniz
1. Konsep Monad
Ketika Descartes menyebutkan bahwa ada tiga substansi yaitu Tuhan, Jiwa, dan
Materi, dan materi memiliki esensi berkembang, Leibniz berpendapat bahwa pengembangan
tidak dapat terjadi hanya pada satu substansi saja, melainkan terjadi pada kumpulan substansi.
Oleh karena itu ia menyebut ketidakterhinggaan materi sebagai monad atau monade dimana
setiap monad memiliki sifat fisik yang abstrak. Monad dia anggap sebagai pusat kesadaran
dimana didalamnya terdapat atom yang ia anggap sebagai jiwa-jiwa. Substansi yang tak
terbatas dianggap Leibniz sebagai faktor-faktor pembentuk alam, monad adalah atom
spiritual yang bukan merupakan material dan tidak menempati ruang, dengan kata lain monad
merupakan kesadaran diri tertutup. Setiap monad memiliki kesadaran diri tak terhingga yang
2
Apollo, “Descartes, Meditation”,
https://www.kompasiana.com/balawadayu/5bcdd0f1bde5755b785d4c44/descartes-meditations-1?page=all,
hal. 1
akan mencerminkan keadaan monad-monad lain, dalam setiap monad tersebut terdapat
keteraturan dan hubungan timbal balik. Jadi walaupun setiap monad memiliki momentumnya
sendiri-sendiri, merek tetap cocok satu sama lain sehingga seakan-akan seperti saling
berinteraksi satu sama lain.
Karakteristik dari monad atau atom spiritual adalah sebagai berikut :
1. Monad adalah suatu eksistensi hidup atau atom hidup yang seluruhnya
merupakan kekuatan aktif yang cenderung bekerja dan bergerak.
2. Ia tidak berbentuk, tidak berskala, dan tidak terbagi.
3. Ia tidak terbentuk dari apapun dan tidak musnah sendiri tapi mesti ada
yang menciptakannya.
4. Dari monad, bentuk bentuk material terbangun.3
3. Teori Pengetahuan
Leibniz berusaha untuk menyatukan kedua pandangan dari Descartes dan John Locke
mengenai pengetahuan, menurutnya ide-ide dan prinsip umum merupakan suatu kesiapan
tersembunyi yang berada dalam jiwa dan tidak mampu kita rasakan, yang membutuhkan
stimulus agar dapat diterima oleh pancaindera kita lalu kita rasakan. Seperti halnya penyataan
Plato bahwa “Jiwa yang memiliki pengetahuan natural sebagai akibat dari kehidupannya di
dunia, ide sebelum bersatu dengan badan yang kemudian ia lupakan karena proses
3
Mangpaat, “Rasionalisme Gottfired Wilhelm Leibniz”, https://mangp44t.wordpress.com/, hal. 1
persatuannya itu. Ketika pengetahuan-pengetahuan inderawi datang, ia mengingatkannya
seperti yang telah diketahuinya.”4
C. PERBEDAAN PEMIKIRAN TOKOH
1. Descartes dan Leibniz memiliki satu pemikiran tentang keberadaan Tuhan yang
sama dimana Tuhan itu nyata adanya dan merupakan makhluk yang kualitas
kesempurnaannya melebihi alam semesta maupun materi apapun yang ada.
2. Keduanya juga sama-sama menganut aliran rasionalisme dimana setiap pandangan
mereka memiliki dasar bahwa akalh merupakan sumber bagi pengetahuan dan
kebenaran. Yang melibatkan pancaindera dan cara berfikir yang kritis untuk
menemukan pengetahuan maupun kebenaran.
4
Mangpaat, “Rasionalisme Gottfired Wilhelm Leibniz”, https://mangp44t.wordpress.com/, hal. 2
DAFTAR PUSTAKA