OLEH :
KELOMPOK 4
ADRIWANTO HUTAPEA 4171121001
AGUSMAN P.J LAHAGU 4173321007
DIMAS S.P. NAIBAHO 4173121007
ELANG MULIA LESMANA 4173121009
RAJA INDRA 4171121001
HARAPAN PANJAITAN 4151121026
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN, 2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang mana telah
memberikan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyusun makalah Fisika Zat Padat ini yang
berjudul “Permukaan Fermi”.
Makalah ini kami buat untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi kami dan
pembaca .Makalah ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran untuk menuju kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan .
Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada bagian awal dalam kuliah ini menerangkan tentang dasar-dasar
statistik dan fungsi distribusi partikel sebagai pengetahuan dasar dalam
memahami penerapan statistik pada sistem partikel. Sistem yang
tersusun oleh partikel-partikel tidak identik (terbedakan) dan mematuhi
hukum-hukum fisika klasik dapat didekati dengan statistik klasik Maxwell-
Boltzmann. Sedangkan pada sistem yang tersusun oleh partikel-partikel
identik (tidak terbedakan), hukum-hukum fisika klasik tidak cukup
memadai untuk merepresentasikan keadaan sistem dan hanya dapat
diterangkan dengan hukum-hukum fisika kuantum. Sistem semacam ini
dapat didekati dengan statistik modern, yaitu statistik Fermi-Dirac dan
Bose-Einstein. Statistik Fermi-Dirac sangat tepat untuk menerangkan
perilaku partikel-partikel identik yang memenuhi larangan Pauli,
sedangkan statistik Bose-Einstein sangat tepat untuk menerangkan
perilaku partikel-partikel identik yang tidak memenuhi larangan Pauli.
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, statistic Fermi-dirac dirumuskan
untuk assembli fermion, yaitu system kuantum dengan spin merupakan
kelipatan ganjil dari ħ/2. System ini memiliki satu sifat khas yaitu
memenuhi pinsip eksklusi pauli. Berdasarkan prinssip ini maka tidak ada
fermion yang boleh memiliki sekumpulan bilangan kuantum yang sama.
Satu keadaan energy hanya boleh ditempati maksimum oleh dua fermion
dengan syarat arah spin harus berlawanan.
Setelah memahami bagaimana statistic Fermi-dirac, kita harus
memahami pula bagaimanakah aplikasi dari statistic yang memenuhi
prinsip ekslusi pauli ini.oleh sebab itu, pada makalah ini akan dibahas
mengenai distribusi Fermi-dirac pada suhu 0 K, energi Fermi, distribusi Fermi-
Dirac pada suhu T>0 K, energi rata-rata electron dalam fungsi Fermi-Dirac, sampai teori
bintang katai putih.
B. Perumusan Masalah
1.Apa yang dimaksud dengan Energy Fermi ?
2. bagaimana fungsi distribusi Fermi-Dirac pada suhu 0 K?
3. bagaimana fungsi distribusi Fermi-Dirac pada suhu T>0K?
4. apa saja integral yang mengandung Fermi-Dirac?
5.bagaimana energy rata-rata electron dalam fungsi Fermi Dirac?
6.bagaimana kapasitas kalor logam dalam Fermi-Dirac?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui fungsi distribusi Fermi-Dirac pada suhu 0 K.
2. Untuk mengetahui pengertian energi Fermi.
3. Untuk mengetahui fungsi distribusi Fermi-Dirac pada suhu T>0 K.
4. Untuk mengetahui integral yang mengandung fungsi Fermi-Dirac.
5. Untuk mengetahui energi rata-rata electron dalam fungsi Fermi-Dirac.
6. Untuk mengetahui kapasitas kalor logam dalam fungsi Fermi-Dirac.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Energi Fermi
Energi Fermi adalah energi maksimum yang ditempati oleh elektron
pada suhu 0 K. Dengan prinsip larangan pauli, fermion akan mengisi semua
tingkat energi yang tersedia. Namun pada suhu 0 K, tidak ada satupun
fermion yang menempati energi di atas energi Fermi seperti yang telah
ditunjukkan oleh gambar fungsi distribusi Fermi dirac pada suhu 0 K.
Untuk mendapatkan persamaan energi Fermi, kita dapat menghitung
terlebih dahulu jumlah total fermion, yaitu
∞
N=V ∫ n ( E ) dE
0
∞
N=V ∫ g ( E ) f ( E ) dE
0
Jumlah total fermion dapat dihitung dengan mudah pada suhu 0 K karena
fungsi distribusi Fermi-dirac memiliki bentuk yang sederhana. Jika
perhitungan dilakukan pada T=0 maka
EF ∞
N=V ∫ g ( E ) f ( E ) dE+V ∫ g ( E ) f ( E ) dE
0 EF
EF ∞
N=V ∫ g ( E ) x 1 x dE+ V ∫ g ( E ) x 0 x dE
0 EF
EF
N=V ∫ g ( E ) dE
0
Rumus kerapatan keadaan per satuan volume, yaitu
3 1
1
g ( E )= 3 4 π √ 2 m 2 E 2
h
Khusus untuk electron, karena satu keadaan dapat ditempati oleh dua
fermion yang spin yang berlawanan, maka jumlah total fermion dapat
dihitung,
E 3 1
1
F
N=V ∫ 2 x 3 4 π √ 2 m 2 E 2 dE
0 h
3E 1
V
F
N= 3 8 π √ 2 m 2 ∫ E 2 dE
h 0
3 3
V 2
N= 3 8 π √ 2 m 2 x E F 2
h 3
3
3N 2m
8 πV (
= 2 EF 2
h )
2
3 N 3 2m
( )
8 πV
= 2 EF
h
h 3 N 23
2
EF= ( )
2 m 8 πV
Persamaan tersebut di atasdisebut dengan energi Fermi. Melalui hubungan
suhu Fermi yang berbanding lurus dengan energi Fermi, maka dapat
diperoleh pernyataan mengenai suhu Fermi pada suhu 0 K sebagai berikut
EF
T F=
k
h2 3 N 23
T F= ( )
2mk 8 πV
1
Dari persamaan di atas, jika E=EF maka f ( E )= pada berapapun suhu
2
assembli. E Fadalah energi Fermi. Dengan demikian dapat didefnisikan bahwa
nergi Fermi sama dengan energi ketika fungsi distribusi memiliki nilai tepat
setengah.
Ketika suhu assembli 0 K, berlaku:
Jika E> E F , maka
( E−E F ) ( E−E F )
= =∞
kT 0
Sehingga,
1
f ( E > E F ,T =0 )= =0∞
e +1
Jika E< E F , maka
( E−E F ) ( E−E F )
= =−∞
kT 0
Sehingga,
1
f ( E < E F ,T =0 )=
=1 −∞
e +1
Dari dua persamaan trsebut dapat disimpulkan bahwa pada suhu T=0, fungsi
distribusi Fermi-Dirac bernilai 1 untuk semua energi di bawah energi Fermi
dan bernilai nol untuk semua energi di atas energi Fermi, seperti yang
tampak pada gambar di bawah ini.
Dengan demikian
3 3
2 5 1
Pbl=
8 π √ 2m
x
2 √ 2 m E 2 ( kT )2 π 2
E F2 +
12 π 2
F
h3 5 h3 6
Karena umumnya kT <<< E F maka suku kedua jauh lebih kecil daripada suku pertama sehingga
kita dapat mengaproksimiasi
3
2 5
8π √2 m 2 2
Pbl≈ x EF
h3 5
Selanjutnya kita lihat penyebut persamaan diawal tadi tampak bahwa:
3
2 1
8 π √2 m 2
ϕ( E )= E
h3
3
2 1
dϕ 8 π √ 2 m 1 − 2
= x E
dE h3 2
3
2 1
dϕ 4 π √ 2 m − 2
= E
dE h3
3
EF E 1
2 F
∫ ϕ (E )dE=8h3π √ 2 m ∫E 2
dE
0 0
3
EF 3
2
∫ ϕ( E )dE= 8h3π √ 2 m x 23 E2F
0
Dengan demikian kita dapatkan
3 3
2 3 2 2 1
8π 2m 2 4 π √2 m − 2 2π
Pnyb= √ 3 x E F ( E 2F+
kT )
h 3 h3 6
Karena umumnya kT<< E F maka suku kedua jauh lebih kecil daripada suku pertama sehingga
kita dapat mengaproksimasi
3
2 3
8 π √2 m 3 2
Pnyb≈ x EF
h3 2
Dengan demikian energi rata-rata menjadi
Pbl
E=
Pnyb
3
2 5
8 π √2m 2 2
x EF
h3 5
E= 3
2 3
8 π √2m 2 2
x EF
h3 3
3
E= E F
5
Jika kita mengambil sampai orde kedua, maka energi rata – rata diperoleh dari persamaan
3 3
2 5 1
Pbl=
8 π √ 2m
x
2
E F2 +
12 π √ 2 m E 2 ( kT )2 π 2
2
3 3 F
h 5 h 6
Dan
3 3
2 3 2 1 2
8π √2m 2 4 π √2 m − 2 2π
Pnyb= x E 2F+ E F ( kT )
h3 3 h3 6
Dengan persamaannya
3 3
2 5 1
8 π √2 m 2
x
12 π
E2F + 3
√ 2 m E2 (kT )2 π 2 2
F
h3 5 h 6
E= 3 3
2 3 1
8 π √2 m 2
x
4π
E2F + 3 √ 2 m E−2 ( kT )2 π 2
2
F
h3 3 h 6
2
15 2 kT
[ ( ) ( )
]
1+ π
3 24 Ef
E= E F 2
5 3 kT
1+ ( ) π
24 (E )2
U=N E
[ 1+( ) ( )
3
1+( ) π
24
24
(
π
kT
E )
Ef
2
f
2
]
2
15 2 kT
[ ] ( ) ( )
1+ π
3 24 Ef
U= NE F 2
5 3 kT
1+( ) π
24 (E ) 2
Jika suhu sangat kecil dibandungkan dengan suhu Fermi maka kT << E F sehingga persamaan
diatas dapat diapromaksi sebagai berikut
2 2 −1
3 15 2 kT 3 2 kT
5 24
π
[
( ) ( ) ][ ( ) ( ) ]
U= NE F 1+
Ef
2
1+
24
π
EF
2
3 15 kT 3 kT
5 [ 24 ( E ) ][ 24 ( E ) ]
U≈ NE 1+( ) πF 1−( ) π 2
F
2
F
−1
Dimana kita telah menggunakan aturan binomial ( 1+x ) ≈1−x untuk suku kedua. Karena
kT<< E F kita dapat mempertahankan perkalian hanya sampai suku yang mengandung T2. Dengan
asumsi ini maka persamaan diatas dapat diaproksimasi lebih lanjut menjadi
3 15 2 kT 2 3 2 kT 2 3 1 2 kT 2
[ ( ) ( ) ( ) ( )] [ ( )]
U≈ NEF 1+ π − π }¿U≈ NEF 1+ π
5 24 EF 24 EF 5 2 EF
Akhirnya kita dapatkan kapasitas panas elektronik, yaitu kapasitas panas yang diperoleh dari
sumbangan energi elektron, dengan sumbangan dari elektron adalah
dU
C e=
dT
3 π 2 Nk 2
C e= T
5 EF
C e=γT
2 2
Dengan γ =3 π Nk /5 E f tampak dari persamaan diatas bahwa kapasitas kalor elektronik
berubah secara linier terhadap suhu. Jika kita memiliki logam maka kita memiliki sekaligus
asembli fonon ( getaran atom) seta assembli fermion (elektron bebas). Akibatnya, kapasitas kalor
logam mendapat kontribusi dari dua macam assembli tersebut. Dengan demikian, pada suhu
dibawah suhu Debye dan dibawah suhu fermi maka kapasitas panas logam memenuhi persamaan
umum
C=γT + AT 3
Suku pertama disumbangkan oleh elektron dansuku kedua dusimbangkan oleh fonon. Persamaan
diatas sudah dilakukan secara eksperimen. Berdasarkan persamaan
C e=γT maka nilai γ
kita dapat menentukan energi Fermi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan mengenai aplikasi statistic Fermi-dirac dapat disimpulkan
bahwa
1. Pada suhu 0 K, semua fermion terkumpul pada tingkat energi di bawah
energi maksimum yang disebut dengan energi Fermi, sehingga fungsi
distribusi Fermi Dirac tiba-tiba diskontinu pada energi batas tersebut.
2. Energi Fermi adalah energi maksimum yang ditempati oleh elektron
pada suhu 0 K.
3. Pada suhu T > 0 K sudah ada fermion yang menempati tingkat energi
di atas energi Fermi fermion yang menempati tigkat energi di bawah
sehingga energi Fermi menjadi berkurang. Akibatnya terjadi distorsi
distribusi Fermi Dirac yang hanya berada pada daerah yang ordenya
sekitar kT di sekitar energy Fermi.
4. Energy rata-rata electron
5. pada suhu dibawah suhu Debye dan dibawah suhu fermi maka kapasitas panas logam
memenuhi persamaan umum
C=γT + AT 3
B. Saran
Sebelum mempelajari mengenai aplikasi statistic Fermi-dirac, hal yang perlu
dipahami terlebih dulu adalah prinsip statistic Fermi-dirac, kerapatan
keadaan kuantum dan beberapa teknik integral
DAFTAR PUSTAKA