Puisi Untuk Tanah Suci

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 11

PUISI UNTUK TANAH SUCI

Jelang subuh merambati


Memasuki halamanMu terbayang Masjidil Haram Makkah Al-Mukarramah mendera-dera
Di depan Ka'bah pertama kali kulantunkan do'a untukmu berjuta deras air mata mengalir
Tatkala dahi bersujud di permaidani masjid-Mu
Terasa gigilan yang amat sangat
Sebab menahan rasa haru dan syukur
Subhanallah...
Hanya Engkau ya Allah, yang mengetahui setiap apa yang tersembunyi di balik hati ini
Yang tak mampu tertuang dengan sebatas kata

Setiap kali azan berkumandang di bumi penuh berkah


Setiap kali kaki berjalan memenuhi
Tiada lelah seakan rindu bertemu dengan-Mu
Menjadi aliran energi kehidupan tak bertepi
Subhanallah...
Maha Suci Allah Yang Menciptakan Alam Duniawi...
Menumbuhkan rindu berapi-api akan Tanah Suci
Rindu ingin selalu beribadah tiada henti
Rindu melantunkan do'a dan mengadu pada-mu.
Menangis dan bermunajat kehadirat-Mu

Rindu pada harumnya Ka'bah yang mulia


Ingin bertawaf memuliakanmu
Rindu pada Safa Dan Marwa yang mengajarkan makna beribu pengorbanan Siti Hajar dan Nabi
Ismail
Rindu air Zam-Zam-Mu yang mampu mengusir dahaga berjuta tamu-Mu yang datang ke rumah
mulia-Mu

Ya Allah... Duhai  Ar-Rahmaan, Ar-Rahiim, Al-Maalik, Al-Qudduus, As-Salaam...

Batinku bagai dimensi tak berbingkai


Saat diriku bersujud hina di hadapan Ka’bah...
Begitu dekat terasa dengan-Mu
Untaian do'a dengan menangis di Multazam, Tempat paling mustajab
Tempat semua doa akan terjawab
Dalam balutan kain putih
Bersama jiwa-jiwa lain yang merindu pada-Mu
Yang datang dengan totalitas hati jiwa dan raga
Untuk menjadi tamu-Mu

Dengan hati bergetar, lisan yang berucap ‘Labbaik Allaahumma labbaik, labbaika laa
syariikalaka labbaik. Innalhamda wanni’mata, lakawal mulk, laa syariikalak.’
MenujuMu...Menyahut seruanMu.. Berakhir di pelukanMu...
Subhanallah...
Ya Allah,  Engkau mengundangku ke rumah agung-Mu
Kiblat umat muslim sepenjuru dunia
Mungkinkah Engkau memperkenankan aku datang bertamu lagi
Pada diri yang penuh peluh noda dan alfa
Dengan segenap kerinduan yang menggunung Aku akan datang lagi, dengan izin-Mu
Meski harus tertatih...
Meski harus menyeret langkah
Dengan serpihan cinta yang kurekatkan rapat-rapat
Aku ingin kembali
Menjadi tamu-Mu

Ya Allah, ya Robbi...
Betapa rindu aku ingin kembali...
Aku bagaikan petualang yang telah lama tidak pulang dan merasa ingin kembali...
Betapa aku berharap, kerinduan ini cukup untuk menghantarkanku ke Mekkah dan Madinah
kembali
Tempat  Rasulullah, sang habibullah berawal dan berakhir...
Menyampaikan salam kepada Rasulullah di Raudhah...
Menyungkurkan taubatku di hadapan kesaksian Ka’bah
Tempat cahaya keislaman memancar dan menjadi ‘rahmatan lil ‘aalamin’...
Tempat terindah untuk dijadikan kiblat di setiap langkah mereka yang mengaku hamba Allah...
Dengan lantunan ayat suci qiyamullail yang menghidup nadi imanku...
Dengan salawat kerinduan pada kekasihMu yang mendamai ragaku...

Aku ingin bertemu kembali ya Rabbul ‘Izzati...


‘Labbaik Allaahumma labbaik, labbaika laa syariikalaka labbaik. Innalhamda wanni’mata,
lakawal mulk, laa syariikalak.’ MenujuMu...Menyahut seruanMu.. Berakhir di pelukanMu...

Hingga kini masih kurasa rindu itu


Pada Tanah Haram bumi penuh berkah-Mu
Semoga Allah mengizinkan untuk datang bertamu
Sebelum badan dikandung tanah...

"Wahai Tuhan kami! Terimalah daripada kami (amal kami); 


sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mendengar, lagi Maha mengetahui [al-Quran, al-
Baqarah:127] 

Ya Allah, izinkan aku kemba


RINTIHAN PERINDU

Daku tenggelam dalam euforia rindu mendalam yang impak dahsyatnya melebihi apa pun yang pernah
kualami sebelumnya..

Rindu itu menghinggap, menyelinap, meresap, lantas menjalar ke seluruh sel di tubuhku.. Aku begitu
mendamba kehadiranNya hingga pernah dalam suatu doaku, yang mampu kuucap hanyalah namaNya...

Tiada henti, tiada putus, aku terus saja berbisik sepanjang hari, Ya Allah, ya Allah, ya Allah.”

“Duhai Ar-Rahmaan, Ar-Rahiim, Al-Maalik, Al-Qudduus, As-Salaam, Al-Mu’min, Al-Muhaimin,


Al-‘Aziiz, Al-Jabbaar, Al-Mutakabbir, Al-Khaaliq, Al-Baari’, Al-Mushawwir, Al-Ghaffaar, Al-Qahhaar,
Al-Wahhaab, Ar-Razzaaq, Al-Fattaah, Al-‘Aliim, Al-Qaabidh, Al-Baasith, Al-Khaafidh, Ar-Raafi’, Al-
Mu’izz, Al-Mudzill, As-Samii’, Al-Bashiir, Al-Hakam, Al-‘Adl, Al-Lathiif, Al-Khabiir, Al-Haliim,
Al-‘Azhiim, duhai Dzul Jalali wal Ikram..

” Hatiku demikian sunyi dan pilu tanpaMu..

Aku bagaikan anak kecil yang tersesat mencari ibunya, nelayan yang terdampar di pulau tak
berpenghuni, atau burung bersayap patah yang hanyut terbawa arus sungai, atau layang-layang yang putus
talinya dihembus angin badai .. Aku memanggil-manggil namaNya, berharap Ia mendengarku,
mengenaliku, menyayangiku lalu menyelamatkanku...

Ohh.. Rindu, Amat rindu...

Batinku terkapai-kapai dalam dimensi tak berbingkai, tiada penghujungnya.. Rintihanku terlolong-lolong
bagai majnun yang mencintai kekasihnya, tiada noktah pengakhirnya.. Aku membayangkan diriku
bersujud hina di hadapan Ka’bah... Di tanah suci... Begitu dekat denganNya... Aku membayangkan
menangis di Multazam, tempat paling mustajab.. tempat seluruh doa akan terjawab.. Aku membayangkan
diriku berbalut putih, bertawaf bersama jiwa-jiwa lain yang merinduNya..

Namun... Layakkah aku melamar kasih kudusNya? Dengan apa yang aku ada.. dengan dina dosaku yang
gelita.. Itu saja yang aku ada!! Apa lagi yang kumiliki, selain khilaf yang menggunung nista?.. Layakkah
aku menggapai cahaya yang tak terhingga pancarannya??

“Ya Allah, ya Allah, ya Allah... Akankah Engkau mengundangku ke rumahMu, kiblat umat muslim
sepenjuru dunia? Mungkinkah Engkau memperkenankan aku datang bertamu, meski diri ini penuh peluh
noda?

Duhai Al-Ghafuur, Asy-Syakuur, Al-‘Aliiy, Al-Kabiir, Al-Hafiizh, Al-Muqiit, Al-Hasiib, Al-Jaliil, Al-
Kariim, Al-Raqiib, Al-Mujiib, Al-Waasi’, Al-Hakiim, Al-Waduud, Al-Majiid, Al-Baa’its, Asy-Syahiid,
Al-Haqq, Al-Wakiil, Al-Qawiyy, Al-Maatin, Al-Waliyyu, Al-Hamiid, Al-Muhshi, Al-Mubdi’, Al-Mu’iid,
Al-Muhyii, Al-Mumiit, Al-Hayyu, Al-Qayyuum, Al-Waajid, Al-Maajid, Al-Waahid..

" Undanglah aku, ya Allah... Aku akan datang, dengan berlari... Dengan segenap kerinduan yang
menggumpal... Aku akan datang, meski harus tertatih..meski harus mengesot, Dengan repihan cinta yang
kurekatkan rapat-rapat.
Undanglah aku, ya Allah... Aku menghiba, mengemis, dan menghamba... Meminta Allah
memperkenankan pintaku, berjumpa diriNya di titik paling dekat denganNya sepenjuru dunia.. Karena
aku tidak tahu bilakah waktuku akan tiba... Sungguh, aku tidak mahu jika sampai hujung perjalanan
fanaku, belum jua aku menyungkurkan taubatku di hadapan kesaksian Ka’bah dan menyampaikan salam
kepada Rasulullah di Raudhah... Aku tidak sanggup membayangkan, seandainya hingga akhir hayatku,

Allah belum mengizinkanku bertamu ke tanah suci...

Betapa rindu aku akan Allah... Aku bagaikan petualang yang telah lama tidak pulang dan merasa ingin
kembali... Betapa aku berharap, kerinduan ini cukup untuk menghantarkanku ke Mekkah dan
Madinah...tempat Rasulullah, sang habibullah berawal dan berakhir... Tempat cahaya keislaman
memancar dan menjadi ‘rahmatan lil ‘aalamin’... Tempat terindah untuk dijadikan kiblat di setiap langkah
mereka yang mengaku hamba Allah...

“Duhai Al-Ahad, Ash-Shamad, Al-Qaadir, Al-Muqtadir, Al-Muqaddim, Al-Muakhkhir, Al-Awwal, Al-


Aakhir, Azh-Zhaahir, Al-Baathin, Al-Waalii, Al-Muta’aalii, Al-Barru, At-Tawwaab, Al-Muntaqim,
Al-‘Afuwwu, Ar-Rauuf, Maalikul Mulki, Dzul-Jalaali Wal-Ikraam, Al-Muqsith, Al-Jaami’, Al-Ghaniyyu,
Al-Mughnii, Al-Maani’, Adh-Dhaarru, An-Naafi’, An-Nuur, Al-Haadii, Al-Badii’, Al-Baaqii, Al-Waarits,
Ar-Rasyiid, Ash-Shabuur."

Izinkan aku mengucapkan ‘Labbaik Allaahumma labbaik, labbaika laa syariikalaka labbaik. Innalhamda
wanni’mata, lakawal mulk, laa syariikalak.’ MenujuMu...Menyahut seruanMu.. Berakhir di pelukanMu...

Aku ingin bertemuMu ya Rabbul ‘Izzati..

. Jika aku boleh memilih akhirku, aku ingin di sini, Tuhanku... Di pintu rumahMu... Dengan lantunan ayat
suci qiyamullail yang menghidup nadi imanku.. Dengan salawat kerinduan pada kekasihMu yang
mendamai ragaku. .

Di bawah naungan Ka’bahMu, Tuhanku... Seandainya Engkau bertanya di mana aku ingin dijemput... Di
hadapan Multazam, bersama ampunanMu... Di pelukan Masjidil Haram, bersama rahmatMu... Di
hamparan tanah Mekah, bersama keredhaanMu..

Di sini, Tuhanku.. Di dalam sujud bersama cintaMu.. Sentiasa dekat denganMu..

Mine coins - make money: http://bit.ly/money_crypto


Puisi Karya
Anwari WMK

MULTAZAM

Di Multasam itu
Kubawakan resahku padaMu

Bertahun lamanya
Kubawakan pohon-pohon filsafat
KepadaMu
Engkau tersenyum

Bertahun lamanya
Kubawakan bercawan-cawan ilmu
KepadaMu
Engkau pun tersenyum

Bertahun lamanya
Kubawakan bertangkai-tangkai puisi
KepadaMu
Engkau juga tersenyum

Sekarang di Multazam
Kubawakan resahku padaMu
Negeri tempat aku dilahirkan
Tercabik kuasa angkara murka

Sudah terlalu lama


Kuasa angkara murka itu
Bercokol melumat
Bentangan langit kekuasaan
Hingga tak ada lagi matahari cinta

Kini, di Multazam
Segalanya kuadukan padaMu

Makkah, 7 Mei 2011

Catatan:
Multazam: wilayah antara Hjar Aswad dan pintu Ka'bah.
BURUNG-BURUNG DI ATAS KABAH

Di sini waktu berhenti mengalir, burung-burung berterbangan di atas Ka'bah mengiringi ribuan manusia
bertawaf sepanjang saat. Burung-burung itu senandungkan keindahan lagu tentang manusia yang musti
sampai di tapal batas pencarian: menemukan jalan pulang kembali kepada dirinya yang hakiki.

Segenap tapal batas waktu lalu meleleh. Siang meleleh. Malam meleleh. Di Ka'bah itu manusia mengalir,
berputar, sepanjang waktu bersama burung-burung yang terus bersiul, tiada henti. Waktu sungguh telah
meleleh.

Tapi tiba-tiba seekor jangkrik merayap di pinggiran jauh pelataran Ka'bah sejurus arah Multazam,
berjingkrak di antara hamparan sujud yang sempit. Dua orang jamaah mengusir jangkrik itu agar tak
mengganggu sujud yang hendak dihamparkan segera.

Jangkrik itu lalu berlalu dari pandangan manusia. Tapi ia segera ceritakan kepada burung-burung yang
tiada lelah terbang di atas Ka'bah. Berkatalah jangkrik itu: "Tak setiap manusia yang lebur dalam tawaf
menemukan jalan dalam dirinya, jalan pulang mencapai kesejatiannya yang hakiki."

Dan burung-burung takzim mendengar cerita jangkrik itu.

Mekkah, 8 Mei 2011


sejuta Takbir
Sejuta takbir
Sejuta takmidz dan tasbih
Yg berusaha kulafazkan
Tak berarti
Dibanding
Tak terhingga
Nikmat
Yg Engkau berikan.
Bahkan
Sehelaan nafasku
Pun aku tak bisa
Perhitungkan
Ya Rabb
Ya Khalik
Ya Rahman
Ya Rahim
Ampunilah
Ini
Hambamu
Yang tak pandai
Berterima kasih
3 Nov 2009
Di langit antara Indonesia dan Madinah
Dua: Di Rawdah
Kami menengokmu ya Rasul Allah
Kami menyapamu ya Kekasih Allah
Kami merindukanmu ya Putera Abdullah
Kami menangisimu ya Nabi akhir zaman
Kami mengenang perjuanganmu ya Al Amin
Semoga kesejahteraan dan kedamaian dilimpahkan padamu wahai Sang Tauladan
Madinah, 5 Nov 2009

Tiga: Di Jabbal Rahmah


Ketika Adam dan Hawa bertemu kembali
Meski di bukit gersang ini
Cinta dan rindu mereka yg telah tercerai
Seketika tumbuh mekar lagi
Dan di Jabbal Rahmah yg penuh berkah ini
Kami meneguhkan kembali
Cinta dan janji
Agar tetap terus bersemi
Di ujung usia kami
Jabbal Rahmah, 6 November 2009
Empat: Hanya ada Allah
Hanya ada nama Allah
Di dinding-dinding masjid Nabawi
Hanya ada nama Allah
Di nafas dan doa kami
Masjid Nabawi, 8 Nov 2009
Lima: Di Depan Ka'bah
Aku ini debu
Aku ini abu
Aku ini daki
Apa aku ini?
Aku ini
Bukan
Apa-apa
Tak berarti
Tak bernilai
Aku:
Kotor
Hina
Kecil
Lemah
Di hadapanMu Yg Maha Besar
Di hadapanMu Yg Maha Kuat
Di hadapanMu Yg Maha Suci
Masjid Haram, 12 Nov 2009
Sebuah rindu 

Masjid Nabawi, Madinah Al-Munawarrah

Kini kutinggalkanmu

Dengan segenap kerinduan untuk datang lagi suatu saat nanti

Tak pernah ku temui rumah-Mu seindah itu

Andai aku dapat temui yang lain

tapi tak sedamai saat aku bersujud di dalam sana,

dalam masjid yang tak pernah sepi dari lantunan ayat-ayat Al-Quran,

tak pernah luput dari pijakan kaki-kaki berandai surga,

tak pernah sejengkal tiada tanda sujud,

tak pernah hampa dari sepanjang untaian kata doa

dari hamba-hamba yang mengharap penuh ridha-Mu

untuk ampunan dan keselamatan

Di Masjid Nabawi

aku bersimpuh

Dari Masjid Nabawi aku beranjak

Membuahkan rasa rindu di lubuk hati terdalam

rindu mata ini akan ukiran-ukiran indah di dinding dan kubahmu

Rindu tangan ini akan menengadah dalam kerinduan bibir mengucap doa di bawah naunganmu
Rindu kaki ini akan ruku di atas lantaimu

Rindu kening ini akan bersujud di sajadahmu

Rindu wajah ini akan salam usai shalatku

Ya Allah pemilik tanah ini,

izinkanlah saudara seimanku untuk bertandang ke tanah suci ini

demi memenuhi panggilan-Mu

Dan izinkanlah kunjungan pertamaku ini tidaklah juga

menjadi kunjungan yang terkahir kali

Ya Allah, Maha Suci Hanya Bagi-Mu

Haramkanlah seluruh tubuhku dari neraka-Mu

Masukkanlah aku dalam surga firdaus-Mu

Masjid Nabawi

Kapan lagi aku menjejak di Raudah-mu

dengan sujud harap ampunan, bersimbah air mataku

saat aku mengaku bertaubat pada-Nya

Masjid Nabawi

Aku rindu untuk datang lagi suatu hari

Rindukanlah aku…

Antara Madinah dan Mekkah,


6.16 pm (waktu setempat), Jumat, 21 Agustus 2009

Anda mungkin juga menyukai