PROPOSAL PENELITIAN
Disusun Oleh:
Kelompok 18 / 6D
Anggota:
Kusuma Winahyu NIM 1130017145
FASILITATOR:
Umdatus Soleha, SST., M.Kes
2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami,
sehingga saya dapat menyelesaikan proposal penelitian tentang Risiko
Hipertensi pada Orang dengan Gaya Hidup Buruk di Di Desa Semambung
Sidoarjo. Proposal ini telah saya susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan proposal ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
proposal ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar saya dapat memperbaiki proposal ini.
Surabaya, 26 Maret
2020
1
DAFTAR ISI
HALAMAN I
JUDUL..............................................................................
...................
KATA Ii
PENGANTAR…..................................................................
.........................
DAFTAR Iii
ISI….................................................................................
.........................
DAFTAR TABEL .....................................................................................................
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN.................................................................
........................
1.1 Latar
Belakang..........................................................................................
...........
1.2 Batasan Masaslah .................................................................................................
1.3 Rumusan
Masalah..............................................................................................
...
1.4 Tujuan
Penelitian ..........................................................................................
.........
1.5 Manfaat Penelitian ...............................................................................................
BAB 2 TINJAUAN
TEORI................................................................................
.......
2.1 Tinjauan Umum Tentang Gaya Hidup ....................................................................
2.2 Tinjauan Umum Tentang Hipertensi....................................................................
BAB 3: KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN..........
3.1 Kerangka Konseptual...........................................................................................
3.2 Hipotesis Penelitian..............................................................................................
BAB 4 METODE
PENELITIAN .......................................................................
......
4. 1 Jenis dan Rancang Bangun Penelitian ..................................................................
4.2 Populasi
Penelitian................................................................................................
4.3 Sampel, Besar Sampel, dan Cara Pengambilan
Sampel.........................................
2
4.4. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................................
4.5 Kerangka Kerja Penelitian ....................................................................................
4.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .......................................................
4.7 Instrumen Penelitian dan Cara Pengumpulan Data ...............................................
4.8 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ....................................................................
4.9 Etika Penelitian .....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................
LEMBAR KUESIONER PENELITIAN ..................................................................
3
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
4
BAB 1
PENDAHULUAN
5
sehat seperti merokok, minum-minuman beralkohol, konsumsi obat-obatan
tertentu dan stress adalah salah satu dari penyebab hipertensi.
Penelitian ini mendapatkan bahwa merokok menunjukkan hubungan
peningkatan kekakuan pembuluh darah, penghentian merokok merupakan gaya
hidup yang penting untuk mencegah penyakit kardiovaskular. Nilai (p=0,000)
yang menyatakan bahwa ada hubungan antara merokok dengan kejadian
hipertensi. Merokok berhubungan dengan peningkatan tekanan darah, hal ini
sesuai dengan hasil penelitian di desa Semambung Sidoarjo, menyatakan bahwa
orang yang merokok memiliki hubungan lebih besar terhadap penyakit hipertensi
daripada orang yang tidak merokok.
Olahraga secara teratur sebanyak tiga kali dalam seminggu dan tiap kalinya 10
menit dapat memaksimalkan tekanan darah. Olahraga seperti berjalan atau
bersepeda, memberikan keuntungan tehadap sistem kardiovaskular, dan dapat
memperbaiki risiko penyakit kardiovaskular. Olahraga yang banyak dilakukan
oleh penduduk desa Semambung Sidoarjo saat ini yaitu berjalan, lari, bersepeda.
Penelitian ini, seseorang yang tidak teratur berolahraga dan tidak olahraga sama
sekali berisiko mengidap hipertensi karena pengaruh dari perilaku gaya hidupnya,
hasil penelitian ini yang tidak aktif secara fisik mengidap penyakit hipertensi.
Kebiasaan berolahraga pada penelitian ini tidak mencakup pekerjaan yang
dilakukan oleh responden, melainkan olahraga yang dilakukan dengan waktu
yang khusus, meskipun pekerjaan seperti mengandalkan aktivitas fisik sehari-
hari. Olahraga yang dilakukan dengan waktu yang dikhususkan sebanyak 3–4 kali
dalam seminggu dan tiap kalinya 20–30 menit, akan memberikan manfaat yang
baik terhadap sistem kardiovaskular.
Menurut WHO, hipertensi merupakan salah satu penyakit yang berhubungan
dengan pekerjaan. Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan bersifat
multifaktorial, sering kali saling terkait di tempat kerja. Seseorang yang tidak
aktif secara fisik memiliki risiko 30-50% lebih besar untuk mengalami hipertensi
(Darmadi, 2013).
6
c. Hasil penelitian dianalisis dengan uji Chi Square dan program statcalc
7
c. Bagi Responden
Bagi peneliti merupakan pengalaman yang berharga dalam
mengaplikasikan ilmu dan menambah wawasan mengenai penyakit hipertensi.
8
BAB 2
TINJAUAN TEORI
9
dengan menggunakan pedometer. Pedometer adalah sebuah alat yang
digunakan untuk menghitung langkah seseorang.
Secara universal, jumlah langkah yang dianjurkan setiap hari adalah
10.000 langkah (President’s Council on Physical Fitness and Sports, 2007),
walaupun untuk mencapai tujuan yang sebenarnya masih perlu dilakukan
penelitian berdasarkan usia. CDC (Centers For Disease Control And
Prevention) merekomendasikan aktivitas fisik untuk orang dewasa yaitu 150
menit/minggu sebagai kategori aktivitas fisik sedang.
Hal ini sejalan dengan penelitian Tudor-Locke C. tahun 2011,
menunjukkan bahwa saran aktivitas fisik sedang-berat 150 menit/minggu
dapat dikaitkan dengan kira-kira 7.000 langkah/hari. Peneliti menyimpulkan
bahwa 7.000-8.000 langkah/hari adalah pesan sederhana dan sesuai dengan
rekomendasi aktivitas fisik yang fokus pada jumlah minimal aktivitas fisik
sedang-berat (Quarino, 2014).
b. Merokok
Merokok merupakan suatu aktivitas buruk yang sangat merugikan
kesehatan salah satunya yaitu dapat menyebabkan hipertensi. Merokok sama
halnya dengan membunuh diri secara pelahan-lahan, sebagaimana yang kita
ketahui bahwa di dalam rokok terdapat banyak bahan kimia yang dapat
membahayakan tubuh salah satunya nikotin yang bersifat toksik terhadap
jaringan saraf yang menyebabkan peningkatan tekanan darah baik sistolik
maupun diastolik, denyut jantung bertambah, kontraksi otot jantung seperti
dipaksa, pemakaian bertambah, aliran darah pada koroner meningkat dan
vasokontriksi pada pembuluh darah perifer.
Selain berbahaya bagi diri sendiri, rokok juga berbahaya bagi orang
lain karena karbon monoksida dalam rokok dapat meningkatkan tekanan
darah. Selain itu rokok juga merupakan faktor risiko berbagai macam penyakit
yang mematikan diantaranya jantung koroner, ginjal, hipertensi, dan berbagai
penyakit mematikan lainnya.
Merokok dapat menimbulkan beban kerja jantung dan menaikkan
tekanan darah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nikotin yang terdapat
dalam rokok dapat meningkatkan penggumpalan pembuluh darah dan dapat
menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh darah.
10
Tembakau memiliki efek cukup besar dalam peningkatan tekanan
darah karena dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Kandungan
bahan kimia dalam tembakau juga dapat merusak dinding pembuluh darah.
Karbon monoksida dalam asap rokok akan menggantikan ikatan oksigen
dalam darah. Hal tersebut mengakibatkan tekanan darah meningkat karena
jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup ke dalam
organ dan jaringan tubuh lainnya (Thomas, 2000 dalam Hanafi, 2016).
c. Minuman Beralkohol
Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung ethanol yang
diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara
fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi, baik dengan cara
memberikan perlakuan terlebih dahulu atau tidak menambahkan bahan lain
atau tidak maupun yang diproses dengan cara mencampur konsentrat dengan
ethanol atau dengan cara pengenceran minuman mengandung ethanol yang
berasal dari fermentasi.
Dalam jumlah yang sedikit, ethanol dapat mempengaruhi otak
sehingga dapat mengubah perasaan menjadi sedikit lebih baik, tetapi dalam
jumlah yang besar pengaruh ethanol pada otak menjadi berbahaya. Orang yang
minum banyak alkohol akan kehilangan kontrol diri dan bahkan bisa
kehilangan kesadaran. Kebiasaan meminum alkohol telah ada sejak zaman
dahulu di semua Negara. Dalam cerita jaman kuno juga banyak disebut-sebut
kesukaan minum minuman yang mengandung alkohol yang bersifat
memabukkan.
Berbagai macam minuman yang mengandung alkohol, misalnya bir,
bir hitam (guines beer), wisky, vodca, brandy, cognac, anggur (wine), dan
sebagainya. Sedangkan minuman yang beralkohol tradisional adalah: brem,
ciu, tuak, dan arak yang sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia sejak
dahulu.
11
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat/tenang (Kemenkes RI, 2014).
Penyakit darah tinggi atau hipertensi (hypertension) adalah suatu
keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas
normal yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan diastolik
(angka bawah) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur
tekanan darah baik yang berupa alat cuff air raksa (sphygmomanometer)
ataupun alat digital lainnya (Pudiastuti, 2013).
Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan,
berat badan, tingkat aktivitas normal dan kesehatan secara umum adalah
120/80 mmHg. Dalam aktivitas sehari-hari, tekanan darah normalnya adalah
dengan nilai angka kisaran stabil. Tetapi secara umum, angka pemeriksaan
tekanan darah menurun saat tidur dan meningkat diwaktu beraktifitas/olahraga
(Pudiastuti, 2013).
Penyakit darah tinggi merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah
dan jantung yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang di bawah
oleh darah terhambat sampai kejaringan yang membutuhkannya. Tekanan
darah tinggi berarti tekanan tinggi di dalam arteri-arteri. Arteri-arteri adalah
pembuluh-pembuluh yang mengangkut darah dari jantung yang memompa
keseluruh jaringan dan organ-organ tubuh (Pudiastuti, 2013).
12
2.2.2 Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi berdasarkan peningkatan tekanan darah sistol
dan diastol. Klasifikasi hipertensi menurut The Sevent Report of The Joint
National
Tabel 2.2
Kalsifikasi Hipertensi Menurut JNC VII
13
berdenyut atau berkontraksi memompa darah melalui pembuluh tersebut dan
angka yang di bawah menunjukkan tekanan diastolik yaitu tekanan diarteri
saat jantung berelaksasi diatara dua denyutan/kontraksi. Angka-angka ini
memiliki satuan millimeter merkuri (mmHg, Hg adalah symbol kimia untuk
merkuri).
Satuan ini menunjukkan cara pengukuran tekanan darah sejak pertama kali
ditemukan (Palmer dan William, 2007). Saat ini terdapat dua jenis tensimeter
yaitu :
a. Tensimeter digital
Tensimeter digital merupakan alat tensimeter yang lebih mudah
digunakan dibandingkan tensimeter manual. Alat ini dapat memberikan nilai
hasil pengukuran tanpa harus mendengarkan bunyi aliran darah (bunyi
korotkrof) dan hasil pengukuran dapat dilihat pada layar. Beberapa alat
tensimeter digital juga dapat mencetak hasil pengukuran tekanan darah
(Medycalogi, 2017).
b. Tensimeter manual
Tensimeter manual dibedakan menjadi dua yaitu tensimeter aneroid
dan tensimeter air raksa. Cara mengoperasikan kedua jenis tensimeter ini
sama. Perbedaan kedua jenis tensimeter ini adalah pada alat untuk membaca
hasil pengukuran di mana pada tensimeter aneroid, hasil pengukuran dapat
dilihat melalui angka yang ditunjukkan oleh jarum pada cakram angka
sedangkan pada tensimeter raksa hasil pengukuran dapat dilihat melalui nilai
yang ditunjukkan oleh air raksa pada skala yang ada (Medicalogy, 2017).
Menurut Benson dan Casey (2006) ada beberapa hal yang harus
diperhatikan sebelum melakukan pengukuran tekanan darah yaitu:
1. Jangan minum kafein atau merokok selama 30 menit sebelum pengukuran
2. Duduk diam selama 5 menit
3. Selama pengukuran, duduk di kursi dengan kedua kaki di lantai dan kedua
lengan bertumpu sehingga siku berada pada posisi yang sama tinggi dengan
jantung
4. Bagian manset yang dipompa setidaknya harus mengelilingi 80% lengan,
dan manset harus ditempatkan pada kulit yang telanjang, bukan pada baju
5. Jangan berbicara selama pengukuran.
14
2.2.4 Patofisiologi Hipertensi
Dimulai dengan “atherosclerosis” gangguan struktur anatomi
pembuluh darah perifer yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah.
Kekakuan pembuluh darah disertai dengan penyempitan dan kemungkinan
pembesaran plaque yang menghambat gangguan peredaran darah perifer.
Kekakuan dan kelambanan aliran darah menyebabkan beban jantung
bertambah berat yang akhirnya dikompensasi dengan peningkatan upaya
pemompaan jantung yang akhirnya memberikan gambaran peningkatan
tekanan darah dalam sistem sirkulasi (Bustan, 2007).
15
a. Penyakit Jantung
Peningkatan tekanan darah secara sistemik meningkatkan resisten
terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri sehingga beban jantung
berkurang. Sebagai akibatnya, terjadi hipertropi terhadap ventrikel kiri untuk
meningkatkan kontraksi. Hipertropi ini ditandai dengan ketebalan dinding
yang bertambah, fungsi ruang yang memburuk dan dilatasi ruang jantung.
Akan tetapi, kemampuan ventrikel untuk mempertahankan curah jantung
dengan hipertropi kompensasi akhirnya terlampaui dan terjadi dan dilatasi
“(payah jantung)”. Jantung semakin terancam seiring parahnya aterosklerosis
koroner (Shanty, 2011).
b. Stroke
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan dua jenis stroke yaitu stroke
iskemik dan stroke hemoragik. Jenis stroke yang paling sering sekitar 80%
kasus adalah stroke iskemik. Stroke ini terjadi akibat aliran darah diarteri otak
terganggu dengan mekanisme yang mirip dengan gangguan aliran darah di
arteri koroner saat serangan jantung atau angina. Otak menjadi kekurangan
oksigen dan nutrisi. Sedangkan stroke hemoragik sekitar 20% kasus timbul
pada saat pembuluh darah diotak atau di dekat otak pecah, penyebab utamanya
adalah tekanan darah tinggi yang parsisten. Hal ini menyebabkan darah
meresap keruang diantara sel-sel otak. Walaupun stroke hemoragik tidak
sesering stroke iskemik, namun komplikasinya dapat menjadi lebih serius
(Marliani dan Tantan, 2007).
c. Ginjal
Komplikasi hipertensi timbul karena pembuluh darah dalam ginjal
mengalami “atherosclerosis” karena tekanan darah terlalu tinggi sehingga
aliran darah keginjal akan menurun dan ginjal tidak dapat melaksanakan
fungsinya. Fungsi ginjal adalah membuang semua bahan sisa dari dalam darah.
Bila ginjal tidak berfungsi, bahan sisa akan menumpuk dalam darah dan ginjal
akan mengecil dan berhenti berfungsi (Marliani dan Tantan, 2007).
d. Mata
Tekanan darah tinggi dapat mempersempit atau menyumbat arteri di
mata, sehingga menyebabkan kerusakan pada retina (area pada mata yang
sensitive terhadap cahaya). Keadaan ini disebut penyakit “vascular” retina.
Penyakit ini dapat menyebabkan kebutaan dan merupakan indikator awal
16
penyakit jantung. Oleh karena itu, dokter lain akan melihat bagian belakang
mata anda dengan alat yang disebut oftalmoskop (Marliani dan Tantan, 2007).
17
2.2.9 Pengobatan Hipertensi
Pengobatan hipertensi bertujan untuk mengurangi morbiditas dan
mortalitas serta mengontrol tekanan darah. Pengobatan hipertensi dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu non farmakologi/perubahan gaya hidup dan
farmakologi (Pudiastuti, 2013).
1. Non Farmakologi/Perubahan Gaya Hidup
Non farmakologi dapat dilakukan dengan cara modifikasi gaya hidup
diantaranya yaitu:
a. Menurunkan Berat Badan Bila Status Gizi Berlebih
penderita hipertensi yang obesitas dianjurkan untuk menurunkan berat
badan, membatasi asupan kalori, dan peningkatan pemakaian kalori dengan
latihan fisik yang teratur (Pudistuti, 2013).
b. Membatasi Asupan Garam
11
Asupan garam tidak boleh lebih dari ( ) sendok teh atau 6
42
gram/hari. Contohnya biscuit, crackers, keripik dan makanan kering yang
asin serta makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, kornet,
sayuran serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink) (Kemenkes RI, 2013).
c. Meningkatkan Aktivitas Fisik
Orang yang aktivitasnya rendah berisiko terkena hipertensi 30-50%
daripada yang aktif. Aktifitas fisik yang dilakukan rutin selama 30-45 menit
setiap hari dengan frekuensi 3-5 kali per minggu akan membantu
mengontrol tekanan darah. Contoh aktivitas fisik/olahraga yang dapat
dilakukan seperti: jalan, lari, jogging, bersepeda ( Pudiastuti, 2013 dan
Kemenkes RI, 2013).
d. Menghindari Konsumsi Beralkohol
Alkohol dapat meningkatkan tekanan darah dan menyebabkan resitansi
terhadap obat anti hipertensi. Penderita yang minum alkohol sebaiknya
membatasi asupan etanol sekitar satu ons sehari (Pudiastuti, 2013).
2. Farmakologi
Pengobatan farmakologi yaitu obat anti hipertensi yang dianjurkan
oleh JNC VII yaitu:
a. Diuretika
18
Diuretika { tablet hydrochlorothiazide (HTC), Lasix (furosemide) }
merupakan golongan obat hipertensi dengan proses pengeluaran cairan
tubuh/natrium lewat urin sehingga mengurangi volume cairan dalam tubuh.
Dengan turunnya kadar natrium maka tekanan darah akan turun. Tetapi
karena potassium kemungkinan terbuang dalam cairan urin, maka
pengontrolan konsumsi potassium harus dilakukan (Pudiastuti, 2013)
b. Vasodilator
Obat vasodilator dapat langsung mengembangkan dinding arteriol
sehingga daya tahan pembuluh perifer berkurang dan tekanan darah menurun.
Obat yang termasuk dalam jenis vasolidator adalah hidralazine dan encarazine
(Gunawan, 2001).
c. Antagonis kalsium
Mekanisme obat antagonis kalsium adalah menghambat pemasukan
ion kalsium kedalam sel otot polos pembuluh dengan efek vasodilitasi dan
turunnya tekanan darah. Obat jenis antagonis kalsium yang terkenal adalah
nifedipin dan verapamil (Gunawan, 2001)
2.2.10 Faktor Risiko Hipertensi
Faktor risiko terjadinya hipertensi dibagi menjadi dua kategori
yaitu faktor yang tidak dapat diubah dan faktor yang dapat diubah.
1. Faktor risiko yang tidak dapat dirubah
Faktor risiko yang tidak dapat diubah, antara lain:
a. Genetik/Keturunan
Jika seseorang memiliki orang-tua atau saudara yang memiliki tekanan
darah tinggi, maka kemungkinan ia menderita tekanan darah tinggi lebih
besar. Penelitian menunjukkan bahwa tekanan darah seorang anak akan lebih
mendekati tekanan darah orang tuanya bila mereka memiliki hubungan darah
dibandingkan anak yang diadopsi. Hal ini menunjukkan bahwa gen yang
diturunkan, dan bukan hanya faktor lingkungan (seperti makanan/status sosial)
berperan besar dalam menentukan tekanan darah (Palmer dan Williams,
2007).
b. Usia
Semakin bertambahnya usia, risiko terkena hipertensi lebih besar. Di
Inggris prevalensi tekanan darah tinggi pada usia pertengahan adalah sekitar
20% dan meningkat lebih dari 50% pada usia di atas 60 tahun. Arteri
19
kehilangan elastisitas/kelenturan serta tekanan darah meningkat seiring dengan
bertambahnya usia. Takanan darah tinggi juga dapat terjadi pada usia muda,
namun prevalensinya rendah kurang dari 20% (Palmer dan Williams, 2007).
c. Jenis kelamin
Pria sering mengalami tanda-tanda hipertensi pada usia akhir tiga
puluhan sedangkan wanita sering mengalami hipertensi setelah menopause.
Tekanan darah wanita, khususnya sistolik meningkat lebih tajam sesuai usia.
Setelah 55 tahun, wanita memang mempunyai risiko lebih tinggi untuk
menderita hipertensi. Salah satu penyebab terjadinya pola tersebut adalah
karena hormon kedua jenis kelamin. Produksi hormon esterogen menurun saat
menopause, wanita kehilangan efek menguntungkan sehingga tekanan darah
meningkat (Benson dan Casey, 2006).
d. Etnis/Suku Bangsa
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang yang berkulit hitam
daripada orang yang berkulit putih. Sampai saat ini, belum diketehaui secara
pasti penyebabnya. Namun, pada orang kulit hitam ditemukan kadar renin
yang lebih rendah dan sensivitas terhadap vasopresin lebih besar (Armilawaty,
2007).
2. Faktor risiko yang dapat dirubah.
Faktor risiko yang dapat diubah yaitu:
a. Obesitas/Kelebihan Berat Badan
Kelebihan lemak tubuh, khususnya lemak abdominal, erat kaitannya
dengan hipertensi. Tingginya peningkatan tekanan darah tergantung pada
besarnya penambahan berat badan. Akan tetapi tidak semua obesitas akan
terkena hipertensi. Tergantung pada individu masing-masing. Peningkatan
tekanan darah di atas nilai optimal yaitu >120/80 mmHg akan meningkatkan
risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler. Penurunan berat badan sekitar 5kg
dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan.
Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30% memiliki berat
badan lebih, untuk itu hendaknya memperhatikan jumlah makanan yang
dikonsumsi harus cukup dan proporsional artinya sesuai dengan kebutuhan
tubuh, tidak berlebih dan tidak kurang.
20
b. Alkohol
Orang yang gemar mengonsumsi alkohol dengan kadar tinggi akan
memiliki tekanan darah yang cepat berubah dan cenderung meningkat tinggi.
Alkohol juga memiliki efek yang hampir sama dengan “karbon monoksida”
yaitu dapat meningkatkan keasaman darah. Meminum alkohol secara
berlebihan, yaitu tiga kali/lebih dalam sehari merupakan faktor penyebab 7%
kasus hipertensi (Anna Palmer, 2007).
Kita dianjurkan untuk tidak mengonsumsi alkohol karena selain
dilarang dalam agama alkohol juga dapat memberikan dampak buruk bagi
kesehatan dan alkohol merupakan faktor risiko berbagai macam penyakit salah
satunya yaitu hipertensi.
c. Stress
Stress adalah suatu hal yang membuat anda tegang, marah,
frustasi/tidak bahagia. Terlalu banyak stress akan memmengaruhi kesehatan
dan kesejateraan kita salah satunya penyakit hipertensi. Hubungan antara stres
dengan hipertensi diduga melalui saraf simpatis yang dapat meningkatkan
tekanan darah secara intermiten. Di samping itu juga dapat merangsang
kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung
berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah meningkat.
Apabila stress berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian tekanan
darah yang menetap dan tubuh akan berusaha mengadakan penyesuian
sehingga timbul kelainan organis/perubahan patologis (Sugiyono, 2007 dalam
Pramana, 2016).
21
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual
1. Stroke
1. Merokok 2. Penyakit
2. Obesitas jantung
Hipertensi Ringan :
3. Minum koroner
140-159/90-99
alkohol 3. Gagal jantung
mmHg.
4. Stress 4. Kerusakan
Hipertensi Sedang :
5. Komsumsi pembuluh
160-179/100-109
garam darah
mmHg.
berlebihan 5. Gagal ginjal
6. Gaya Hidup
Yang Buruk
Keterangan:
: Tidak di teliti
: Menghubungkan kejadian
22
: Di teliti
3.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah hubungan gaya hidup
dengan kejadian hipertensi di desa Semambung Sidoarjo.
23
BAB 4
METODE PENELITIAN
λ2 . N . P . Q
s=
d 2 ( N−1 ) + λ 2 P .Q
Keterangan:
s : jumlah sampel
N : Populasi
λ :1
d : Batas presisi yang diharapkan (0,05)
P = Q = 0,5 (Sugiyono, 2016)
24
Dari rumus di atas, maka didapatkan:
Diketahui:
N: 806 pasien hipertensi
λ2 . N . P . Q
s= 2 2
d ( N−1 ) + λ P .Q
12 .806 .0,05 .0,05
s=
0,052 ( 806−1 )+ 12 .0,5 .0,5
201,5
s=
2,0125+0,25
201,5
s=
2,2625
s=89,06(dibulatkan menjadi89)
Jadi, jumlah sampel dalam penelitian yaitu 89 orang.
3. Cara Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah probability
sampling yaitu pengambilan sampel dengan maksud untuk memberikan
peluang yang sama dalam pengambilan sampel, dengan jenis stratified random
sampling yaitu metode pengambilan sampel dimana populasi bersifat
heterogen dibagi bagi dalam lapisan/strata (Riyanto, 2011 dan Notoatmodjo,
2010).
25
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada 27 April 2020.
Gambar 4.1
Kerangka operasional penelitian hubungan gaya hidup buruk
terhadap terapi penderita hipertensi di desa Semambung Sidoarjo
Populasi
Semua penderita hipertensi di desa
Semambung Sidoarjo
Sampling
Menggunakan probability sampling
dengan stratified random sampling
Pengumpulan Data
Menggunakan data primer dan data
sekunder
Pengolahan Data
Data diolah dengan cara editing, coding,
tabulating
Analisa Data
Menggunakan uji statistik chi-square
Hasil penelitian
Pembahasan
Tabel 4.2
Definisi operasional hubungan gaya hidup buruk terhadap penderita
hipertensi di desa Semambung Sidoarjo.
Jenis Parameter
Definisi Item Kategori dan dan Skala
Variabel
Operasional Pertanya Kriteria Pengukura
an n
Variabel Skor 0 untuk nilai >
Durasi
Independ 85%
aktifitas fisik
ent: 1–9 Skor 1 untuk nilai
para
Gaya 75–84%
responden
hidup Skor 2 untuk nilai
65–74%
Skor 3 untuk nilai <
65%
Parameter:
Gaya Hidup baik: Kuesioner
Jika penjumlahan
skor <5, maka Skala
responden pengukuran:
mempunyai kualitas Data Ordinal
hidup yang baik
27
Variabel Tekanan darah 1. Hipertensi
Dependen tinggi berlaku (sistolik >140 Skala
t: apabila tekanan mmHg). pengukuran:
Hipertensi Kategori: Data Ordinal
darah sistolik
Hipertensi Stadium
melebihi 140 1
mmHg Hipertensi Stadium
2
Hipertensi Stadium
3
2. Tidak Hipertensi
(sistolik <140
mmHg).
28
a. Editing
Memeriksa kelengkapan, kejelasan makna jawaban, konsistensi
maupun kesalahan antar jawaban pada kuesioner. Kegiatan ini dilakukan
dengan cara
memeriksa data hasil jawaban dari kuesioner yang telah diberikan kepada
responden dan kemudian dilakukan koreksi apakah telah terjawab dengan
lengkap. Editing dilakukan dilapangan sehingga bila terjadi kekurangan/tidak
sesuai dapat segera dilengkapi.
b. Coding
Memberikan kode-kode untuk memudahkan proses pengolahan data.
Pemberian kode pada data dilakukan saat memasukkan/entry data untuk
diolah menggunakan komputer.
c. Tabulating
Menghitung jawaban kuesioner dari responden yang sudah diberi kode
kemudian mengelompokkan data sesuai variabel yang diteliti kemudian
dimasukkan ke dalam tabel.
2. Analisis Data Penelitian
Teknik analisis data yang digunakan adalah uji statistik chi-square
dengan tingkat kepercayaan 95%. Bila p < 0,05 berarti hasil perhitungan
statistik bermakna/signifikan maka ada hubungan yang bermakna antara
variabel independent dengan dependent sedangkan jika p > 0,05 berarti tidak
ada hubungan yang bermakna antara variabel independent dengan dependent.
29
peneliti tidak berhak untuk memaksa dan wajib menghormati
haknya sebagi responden.
30
DAFTAR PUSTAKA
Bustan. M.N. 2007. “Epidemiologi Penyakit Tidak Menular“. Jakarta: PT Rineka Cipta
Casey, A dan Benson, H. 2006. “Menurunkan Tekanan Darah“. Jakarta: PT Bhuanha Ilmu
Populer.
Kemenkes RI. 2013. “Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013“. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI.
I. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Umur : Tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan Laki-laki
4. Pendidikan : S1 S2 S3
5. Bidang Pekerjaan : Pegawai Karyawan Swasta
Petani Pedagang Dll
Petunjuk Pengisian
32
satu dari dua pilihan yang paling sesuai degan keadaan Anda. Tidak
ada jawaban benar maupun salah. Berilah tanda silang (X) pada
jawaban yang Anda pilih.
33