Anda di halaman 1dari 34

METODOLOGI PENELITIAN

PROPOSAL PENELITIAN

RISIKO HIPERTENSI PADA ORANG DENGAN GAYA HIDUP BURUK DI


DESA SEMAMBUNG SIDOARJO

Disusun Oleh:

Kelompok 18 / 6D

Anggota:
Kusuma Winahyu NIM 1130017145

FASILITATOR:
Umdatus Soleha, SST., M.Kes

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA

2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami,
sehingga saya dapat menyelesaikan proposal penelitian tentang Risiko
Hipertensi pada Orang dengan Gaya Hidup Buruk di Di Desa Semambung
Sidoarjo. Proposal ini telah saya susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan proposal ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
proposal ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar saya dapat memperbaiki proposal ini.

Akhir kata saya berharap semoga proposal tentang “Risiko Hipertensi


pada Orang dengan Gaya Hidup Buruk di Desa Semambung Sidoarjo”.
Dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Surabaya, 26 Maret
2020

1
DAFTAR ISI

HALAMAN I
JUDUL..............................................................................
...................
KATA Ii
PENGANTAR…..................................................................
.........................
DAFTAR Iii
ISI….................................................................................
.........................
DAFTAR TABEL .....................................................................................................
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN.................................................................
........................
1.1 Latar
Belakang..........................................................................................
...........
1.2 Batasan Masaslah .................................................................................................
1.3 Rumusan
Masalah..............................................................................................
...
1.4 Tujuan
Penelitian ..........................................................................................
.........
1.5 Manfaat Penelitian ...............................................................................................
BAB 2 TINJAUAN
TEORI................................................................................
.......
2.1 Tinjauan Umum Tentang Gaya Hidup ....................................................................
2.2 Tinjauan Umum Tentang Hipertensi....................................................................
BAB 3: KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN..........
3.1 Kerangka Konseptual...........................................................................................
3.2 Hipotesis Penelitian..............................................................................................
BAB 4 METODE
PENELITIAN .......................................................................
......
4. 1 Jenis dan Rancang Bangun Penelitian ..................................................................
4.2 Populasi
Penelitian................................................................................................
4.3 Sampel, Besar Sampel, dan Cara Pengambilan
Sampel.........................................

2
4.4. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................................
4.5 Kerangka Kerja Penelitian ....................................................................................
4.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .......................................................
4.7 Instrumen Penelitian dan Cara Pengumpulan Data ...............................................
4.8 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ....................................................................
4.9 Etika Penelitian .....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................
LEMBAR KUESIONER PENELITIAN ..................................................................

3
DAFTAR TABEL

2.2 Kalsifikasi Hipertensi Menurut JNC VII


4.2 Definisi operasional hubungan gaya hidup buruk
terhadap penderita hipertensi di Desa Semambung
Sidoarjo

DAFTAR GAMBAR

3.1 Kerangka Konseptual Hubungan Gaya Hidup Penderita


Hipertensi di Desa Semambung Sidoarjo
4.1 kerangka Operasional Penelitian hubungan Gaya Hidup
Buruk Terhadap Penderita Hipertensi di Desa
Semambung Sidoarjo

4
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua
kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka
waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal),
jantung (penyakit jantung koroner) dan otak menyebabkan bila tidak dideteksi
secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai (Kemenkes RI, 2014).
Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi
masalah kesehatan penting di seluruh dunia karena prevalensinya yang tinggi
sebesar 22% pada kelompok usia ≥18 tahun pada tahun 2014 dan terus
meningkat, serta hubungannya dengan penyakit kardiovaskuler, stroke, retinopati,
dan penyakit ginjal. Hipertensi juga menjadi faktor risiko ketiga terbesar
penyebab kematian dini. The Third National Health and Nutrition Examination
Survey mengungkapkan bahwa hipertensi mampu meningkatkan risiko penyakit
jantung koroner sebesar 12% dan meningkatkan risiko stroke sebesar 24%.
Hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Betapa tidak,
hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan
primer kesehatan. Hal itu merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang
tinggi.
Peningkatan tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko antara lain
umur, jenis kelamin, etnis, riwayat keluarga, genetik (faktor risiko yang tidak
dapat dirubah/dikontrol) dan gaya hidup seperti asupan garam berlebih, kebiasaan
merokok, konsumsi minuman beralkohol, obesitas, kurang aktifitas fisik, stress
(Kemenkes RI, 2014).
Gaya hidup merupakan faktor terpenting yang sangat mempengaruhi
kehidupan masyarakat. Gaya hidup sangat berpengaruh terhadap kondisi fisik
maupun psikis seseorang. Perubahan gaya hidup dan rendahnya perilaku hidup
sehat seperti pola makan yang tidak baik, proporsi istirahat yang tidak seimbang
dengan aktifitas yang dilakukan, minimnya olahraga, kebiasan-kebiasaan tidak

5
sehat seperti merokok, minum-minuman beralkohol, konsumsi obat-obatan
tertentu dan stress adalah salah satu dari penyebab hipertensi.
Penelitian ini mendapatkan bahwa merokok menunjukkan hubungan
peningkatan kekakuan pembuluh darah, penghentian merokok merupakan gaya
hidup yang penting untuk mencegah penyakit kardiovaskular. Nilai (p=0,000)
yang menyatakan bahwa ada hubungan antara merokok dengan kejadian
hipertensi. Merokok berhubungan dengan peningkatan tekanan darah, hal ini
sesuai dengan hasil penelitian di desa Semambung Sidoarjo, menyatakan bahwa
orang yang merokok memiliki hubungan lebih besar terhadap penyakit hipertensi
daripada orang yang tidak merokok.
Olahraga secara teratur sebanyak tiga kali dalam seminggu dan tiap kalinya 10
menit dapat memaksimalkan tekanan darah. Olahraga seperti berjalan atau
bersepeda, memberikan keuntungan tehadap sistem kardiovaskular, dan dapat
memperbaiki risiko penyakit kardiovaskular. Olahraga yang banyak dilakukan
oleh penduduk desa Semambung Sidoarjo saat ini yaitu berjalan, lari, bersepeda.
Penelitian ini, seseorang yang tidak teratur berolahraga dan tidak olahraga sama
sekali berisiko mengidap hipertensi karena pengaruh dari perilaku gaya hidupnya,
hasil penelitian ini yang tidak aktif secara fisik mengidap penyakit hipertensi.
Kebiasaan berolahraga pada penelitian ini tidak mencakup pekerjaan yang
dilakukan oleh responden, melainkan olahraga yang dilakukan dengan waktu
yang khusus, meskipun pekerjaan seperti mengandalkan aktivitas fisik sehari-
hari. Olahraga yang dilakukan dengan waktu yang dikhususkan sebanyak 3–4 kali
dalam seminggu dan tiap kalinya 20–30 menit, akan memberikan manfaat yang
baik terhadap sistem kardiovaskular.
Menurut WHO, hipertensi merupakan salah satu penyakit yang berhubungan
dengan pekerjaan. Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan bersifat
multifaktorial, sering kali saling terkait di tempat kerja. Seseorang yang tidak
aktif secara fisik memiliki risiko 30-50% lebih besar untuk mengalami hipertensi
(Darmadi, 2013).

1.2 Batasan Masalah


a. Mengetahui besar resiko hipertensi pada orang dengan gaya hidup buruk.
b. Mengidentifikasi faktor risiko hipertensi pada orang yang mempunyai gaya
hidup buruk di desa Semambung Sidoarjo.

6
c. Hasil penelitian dianalisis dengan uji Chi Square dan program statcalc

1.3 Rumusan Masalah


1. Bagaimana hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi
pada orang di desa Semambung Sidoarjo?
2. Bagaimana hubungan antara aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi pada
orang di desa Semambung Sidoarjo?
3. Bagaimana hubungan antara kebiasaan minum beralkohol dengan kejadian
hipertensi pada orang di desa Semambung Sidoarjo?

1.4 Tujuan Penelitian


1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi
pada orang di desa Semambung Sidoarjo
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran hipertensi pada orang di desa Semambung
Sidoarjo.
b. Untuk mengetahui gambaran gaya hidup (kebiasaan merokok, konsumsi
minuman beralkohol, obesitas, kurang aktifitas fisik, stress) pada orang di
desa Semambung Sidoarjo.
c. Untuk mengetahui hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada
orang di desa Semambung Sidoarjo.

1.5 Manfaat Penelitian


a. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber
pengembangan ilmu pengetahuan, bahan bacaan dan pembanding bagi peneliti
berikutnya.
b. Bagi Institusi Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bacaan di
perpustakaan UNUSA KAMPUS A SURABAYA dan menjadi sumber
informasi bagi mahasiswa khususnya mahasiswa Fakultas Keperawatan dan
Kebidanan.

7
c. Bagi Responden
Bagi peneliti merupakan pengalaman yang berharga dalam
mengaplikasikan ilmu dan menambah wawasan mengenai penyakit hipertensi.

8
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Tinjauan Umum Tentang Gaya Hidup


2.1.1 Definisi Gaya Hidup
Menurut Lisnawati (2001) gaya hidup sehat menggambarkan pola
prilaku sehari-hari yang mengarah pada upaya memelihara kondisi fisik,
mental dan sosial berada dalam keadaan positif. Sedangkan menurut
Notoatmodjo (2010) Perilaku sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan
dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatannya.
Gaya hidup sangat berpengaruh terhadap kondisi fisik maupun psikis
seseorang. Perubahan gaya hidup dan rendahnya perilaku hidup sehat seperti
minimnya olahraga, merokok, dan mengonsumsi minuman beralkohol
merupakan salah satu dari penyebab hipertensi.
a. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang terjadi akibat
kontraksi otot skeletal yang meningkatkan pengeluaran energi. Aktivitas fisik
ini dapat berupa aktivitas di tempat kerja, aktivitas di perjalanan, aktivitas di
rumah, dan aktivitas di waktu luang (Quarino, 2014).
Aktifitas fisik sangat mempengaruhi stabilitas tekanan darah. Pada
orang yang tidak aktif melakukan kegiatan fisik cenderung mempunyai denyut
jantung yang lebih tinggi. Hal tersebut mengakibatkan otot jantung bekerja
lebih keras lagi pada kontraksi. Aktifitas fisik membantu seseorang
mengontrol berat badan. aktifitas fisik yang dilakukan rutin selama 30-45
menit setiap hari akan membantu mengontrol tekanan darah.
Contoh aktifitas fisik “olahraga” yang dapat dilakukan untuk
menurunkan tekanan darah tinggi adalah jalan pagi, jalan kaki, senam,
bersepeda, dan berenang. Kegiatan aktivitas ini disarankan agar dilakukan ≥30
menit per hari dan lebih dari ≥3 hari per minggu. (Kemenkes RI, 2013).
Berjalan adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang sederhana, murah,
hemat waktu, dan dapat dilakukan oleh semua orang, tetapi membutuhkan
pengukuran yang objektif. Jumlah langkah yang diambil dapat direkam

9
dengan menggunakan pedometer. Pedometer adalah sebuah alat yang
digunakan untuk menghitung langkah seseorang.
Secara universal, jumlah langkah yang dianjurkan setiap hari adalah
10.000 langkah (President’s Council on Physical Fitness and Sports, 2007),
walaupun untuk mencapai tujuan yang sebenarnya masih perlu dilakukan
penelitian berdasarkan usia. CDC (Centers For Disease Control And
Prevention) merekomendasikan aktivitas fisik untuk orang dewasa yaitu 150
menit/minggu sebagai kategori aktivitas fisik sedang.
Hal ini sejalan dengan penelitian Tudor-Locke C. tahun 2011,
menunjukkan bahwa saran aktivitas fisik sedang-berat 150 menit/minggu
dapat dikaitkan dengan kira-kira 7.000 langkah/hari. Peneliti menyimpulkan
bahwa 7.000-8.000 langkah/hari adalah pesan sederhana dan sesuai dengan
rekomendasi aktivitas fisik yang fokus pada jumlah minimal aktivitas fisik
sedang-berat (Quarino, 2014).
b. Merokok
Merokok merupakan suatu aktivitas buruk yang sangat merugikan
kesehatan salah satunya yaitu dapat menyebabkan hipertensi. Merokok sama
halnya dengan membunuh diri secara pelahan-lahan, sebagaimana yang kita
ketahui bahwa di dalam rokok terdapat banyak bahan kimia yang dapat
membahayakan tubuh salah satunya nikotin yang bersifat toksik terhadap
jaringan saraf yang menyebabkan peningkatan tekanan darah baik sistolik
maupun diastolik, denyut jantung bertambah, kontraksi otot jantung seperti
dipaksa, pemakaian bertambah, aliran darah pada koroner meningkat dan
vasokontriksi pada pembuluh darah perifer.
Selain berbahaya bagi diri sendiri, rokok juga berbahaya bagi orang
lain karena karbon monoksida dalam rokok dapat meningkatkan tekanan
darah. Selain itu rokok juga merupakan faktor risiko berbagai macam penyakit
yang mematikan diantaranya jantung koroner, ginjal, hipertensi, dan berbagai
penyakit mematikan lainnya.
Merokok dapat menimbulkan beban kerja jantung dan menaikkan
tekanan darah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nikotin yang terdapat
dalam rokok dapat meningkatkan penggumpalan pembuluh darah dan dapat
menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh darah.

10
Tembakau memiliki efek cukup besar dalam peningkatan tekanan
darah karena dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Kandungan
bahan kimia dalam tembakau juga dapat merusak dinding pembuluh darah.
Karbon monoksida dalam asap rokok akan menggantikan ikatan oksigen
dalam darah. Hal tersebut mengakibatkan tekanan darah meningkat karena
jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup ke dalam
organ dan jaringan tubuh lainnya (Thomas, 2000 dalam Hanafi, 2016).
c. Minuman Beralkohol
Minuman  beralkohol adalah minuman yang mengandung ethanol yang
diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara
fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi, baik dengan cara
memberikan perlakuan terlebih dahulu atau tidak menambahkan bahan lain
atau tidak maupun yang diproses dengan cara mencampur konsentrat dengan
ethanol atau dengan cara pengenceran minuman mengandung ethanol yang
berasal dari fermentasi.
Dalam jumlah yang sedikit, ethanol dapat mempengaruhi otak
sehingga dapat mengubah perasaan menjadi sedikit lebih baik, tetapi dalam
jumlah yang besar pengaruh ethanol pada otak menjadi berbahaya. Orang yang
minum banyak alkohol akan kehilangan kontrol diri dan bahkan bisa
kehilangan kesadaran. Kebiasaan meminum alkohol telah ada sejak zaman
dahulu di semua Negara. Dalam cerita jaman kuno juga banyak disebut-sebut
kesukaan minum minuman yang mengandung alkohol yang bersifat
memabukkan.
Berbagai macam minuman yang mengandung alkohol, misalnya bir,
bir hitam (guines beer), wisky, vodca, brandy, cognac, anggur (wine), dan
sebagainya. Sedangkan minuman yang beralkohol tradisional adalah: brem,
ciu, tuak, dan arak yang sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia sejak
dahulu.

2.2 Tinjauan Umum Tentang Hipertensi


2.2.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali

11
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat/tenang (Kemenkes RI, 2014).
Penyakit darah tinggi atau hipertensi (hypertension) adalah suatu
keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas
normal yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan diastolik
(angka bawah) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur
tekanan darah baik yang berupa alat cuff air raksa (sphygmomanometer)
ataupun alat digital lainnya (Pudiastuti, 2013).
Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan,
berat badan, tingkat aktivitas normal dan kesehatan secara umum adalah
120/80 mmHg. Dalam aktivitas sehari-hari, tekanan darah normalnya adalah
dengan nilai angka kisaran stabil. Tetapi secara umum, angka pemeriksaan
tekanan darah menurun saat tidur dan meningkat diwaktu beraktifitas/olahraga
(Pudiastuti, 2013).
Penyakit darah tinggi merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah
dan jantung yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang di bawah
oleh darah terhambat sampai kejaringan yang membutuhkannya. Tekanan
darah tinggi berarti tekanan tinggi di dalam arteri-arteri. Arteri-arteri adalah
pembuluh-pembuluh yang mengangkut darah dari jantung yang memompa
keseluruh jaringan dan organ-organ tubuh (Pudiastuti, 2013).

12
2.2.2 Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi berdasarkan peningkatan tekanan darah sistol
dan diastol. Klasifikasi hipertensi menurut The Sevent Report of The Joint
National

Tabel 2.2
Kalsifikasi Hipertensi Menurut JNC VII

Klasifikasi tekanan Tekanan Darah Tekanan Darah


darah Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120 – 139 80 – 89
Hipertensi Stadium 1 140 – 159 90 – 99
Hipertensi Stadium 2 160 – 179 100 – 109
Hipertensi Stadium 3 >180 >110
Sumber : Kemenkes RI, 2014

Klasifikasi tekanan darah tinggi sebagai berikut:


a. Tekanan darah normal , yakni jika sistolik kurang dari 120 mmHg dan
diastolik kurang dari 80 mmHg.
b. Tekanan darah prehipertensi, yakni jika sistolik kurang dari 139 mmHg dan
diastolik kurang dari 89 mmHg.
c. Tekanan darah stadium 1, yakni jika sistolik kurang dari 159 mmHg dan
diastolik kurang dari 99 mmHg.
d. Tekanan darah stadium 2, yakni jika sistolik kurang dari 179 mmHg dan
diastolik kurang dari 109 mmHg.
e. Tekanan darah stadium 3, yakni jika sistolik lebih dari 180 mmHg dan
diastolik lebih dari 110 mmHg.
.
2.2.3 Pengukuran tekanan darah
Tekanan darah diukur dengan menggunakan tensimeter atau biasa
disebut dengan sphygmomanometer atau blood pressure monitor. Hasil
pengukuran tekanan darah berupa dua angka yang menunjukkan tekanan
sistolik dan tekanan diastolik. Contohnya tekanan darah 120/80, angka yang di
atas menunjukkan tekanan darah sistolik yaitu tekanan diarteri ssaat jantung

13
berdenyut atau berkontraksi memompa darah melalui pembuluh tersebut dan
angka yang di bawah menunjukkan tekanan diastolik yaitu tekanan diarteri
saat jantung berelaksasi diatara dua denyutan/kontraksi. Angka-angka ini
memiliki satuan millimeter merkuri (mmHg, Hg adalah symbol kimia untuk
merkuri).
Satuan ini menunjukkan cara pengukuran tekanan darah sejak pertama kali
ditemukan (Palmer dan William, 2007). Saat ini terdapat dua jenis tensimeter
yaitu :
a. Tensimeter digital
Tensimeter digital merupakan alat tensimeter yang lebih mudah
digunakan dibandingkan tensimeter manual. Alat ini dapat memberikan nilai
hasil pengukuran tanpa harus mendengarkan bunyi aliran darah (bunyi
korotkrof) dan hasil pengukuran dapat dilihat pada layar. Beberapa alat
tensimeter digital juga dapat mencetak hasil pengukuran tekanan darah
(Medycalogi, 2017).
b. Tensimeter manual
Tensimeter manual dibedakan menjadi dua yaitu tensimeter aneroid
dan tensimeter air raksa. Cara mengoperasikan kedua jenis tensimeter ini
sama. Perbedaan kedua jenis tensimeter ini adalah pada alat untuk membaca
hasil pengukuran di mana pada tensimeter aneroid, hasil pengukuran dapat
dilihat melalui angka yang ditunjukkan oleh jarum pada cakram angka
sedangkan pada tensimeter raksa hasil pengukuran dapat dilihat melalui nilai
yang ditunjukkan oleh air raksa pada skala yang ada (Medicalogy, 2017).
Menurut Benson dan Casey (2006) ada beberapa hal yang harus
diperhatikan sebelum melakukan pengukuran tekanan darah yaitu:
1. Jangan minum kafein atau merokok selama 30 menit sebelum pengukuran
2. Duduk diam selama 5 menit
3. Selama pengukuran, duduk di kursi dengan kedua kaki di lantai dan kedua
lengan bertumpu sehingga siku berada pada posisi yang sama tinggi dengan
jantung
4. Bagian manset yang dipompa setidaknya harus mengelilingi 80% lengan,
dan manset harus ditempatkan pada kulit yang telanjang, bukan pada baju
5. Jangan berbicara selama pengukuran.

14
2.2.4 Patofisiologi Hipertensi
Dimulai dengan “atherosclerosis” gangguan struktur anatomi
pembuluh darah perifer yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah.
Kekakuan pembuluh darah disertai dengan penyempitan dan kemungkinan
pembesaran plaque yang menghambat gangguan peredaran darah perifer.
Kekakuan dan kelambanan aliran darah menyebabkan beban jantung
bertambah berat yang akhirnya dikompensasi dengan peningkatan upaya
pemompaan jantung yang akhirnya memberikan gambaran peningkatan
tekanan darah dalam sistem sirkulasi (Bustan, 2007).

2.2.5 Etiologi Hipertensi


Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi menjadi primer dan
sekunder.
prevalensi hipertensi sekunder hanya sekitar 5-8% dari seluruh penderita
hipertensi.
a. Hipertensi Esensial/Primer
Hipertensi primer atau esensial merupakan hipertensi yang belum
diketahui penyebabnya walaupun dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya
hidup seperti obesitas, alkohol, merokok, kurang bergerak/inaktivitas, dan pola
makan. Tipe ini terjadi pada sebagian besar kasus tekanan darah tinggi, sekitar
95%. Hipertensi primer biasanya timbul pada usia 30-50 tahun.
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan sebagai akibat
dari adanya penyakit lain. Tipe ini lebih jarang terjadi, hanya sekitar 5% dari
seluruh kasus tekanan darah tinggi. Beberapa hal yang menjadi penyebab
terjadinya hipertensi sekunder adalah penyakit ginjal, kelainan hormonal,
obat-obatan ( Pudiastuti, 2013).

2.2.6 Komplikasi Hipertensi


Hipertensi dalam jangka waktu yang lama akan merusak endotel dan
mempercepat atherosclerosis. Komplikasi dari hipertensi dapat merusak
organ tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak dan pembuluh darah besar.
Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk terjadinya penyakit
jantung dan stroke.

15
a. Penyakit Jantung
Peningkatan tekanan darah secara sistemik meningkatkan resisten
terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri sehingga beban jantung
berkurang. Sebagai akibatnya, terjadi hipertropi terhadap ventrikel kiri untuk
meningkatkan kontraksi. Hipertropi ini ditandai dengan ketebalan dinding
yang bertambah, fungsi ruang yang memburuk dan dilatasi ruang jantung.
Akan tetapi, kemampuan ventrikel untuk mempertahankan curah jantung
dengan hipertropi kompensasi akhirnya terlampaui dan terjadi dan dilatasi
“(payah jantung)”. Jantung semakin terancam seiring parahnya aterosklerosis
koroner (Shanty, 2011).
b. Stroke
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan dua jenis stroke yaitu stroke
iskemik dan stroke hemoragik. Jenis stroke yang paling sering sekitar 80%
kasus adalah stroke iskemik. Stroke ini terjadi akibat aliran darah diarteri otak
terganggu dengan mekanisme yang mirip dengan gangguan aliran darah di
arteri koroner saat serangan jantung atau angina. Otak menjadi kekurangan
oksigen dan nutrisi. Sedangkan stroke hemoragik sekitar 20% kasus timbul
pada saat pembuluh darah diotak atau di dekat otak pecah, penyebab utamanya
adalah tekanan darah tinggi yang parsisten. Hal ini menyebabkan darah
meresap keruang diantara sel-sel otak. Walaupun stroke hemoragik tidak
sesering stroke iskemik, namun komplikasinya dapat menjadi lebih serius
(Marliani dan Tantan, 2007).
c. Ginjal
Komplikasi hipertensi timbul karena pembuluh darah dalam ginjal
mengalami “atherosclerosis” karena tekanan darah terlalu tinggi sehingga
aliran darah keginjal akan menurun dan ginjal tidak dapat melaksanakan
fungsinya. Fungsi ginjal adalah membuang semua bahan sisa dari dalam darah.
Bila ginjal tidak berfungsi, bahan sisa akan menumpuk dalam darah dan ginjal
akan mengecil dan berhenti berfungsi (Marliani dan Tantan, 2007).
d. Mata
Tekanan darah tinggi dapat mempersempit atau menyumbat arteri di
mata, sehingga menyebabkan kerusakan pada retina (area pada mata yang
sensitive terhadap cahaya). Keadaan ini disebut penyakit “vascular” retina.
Penyakit ini dapat menyebabkan kebutaan dan merupakan indikator awal

16
penyakit jantung. Oleh karena itu, dokter lain akan melihat bagian belakang
mata anda dengan alat yang disebut oftalmoskop (Marliani dan Tantan, 2007).

2.2.7 Gejala Hipertensi


Peningkatan tekanan darah kadang merupakan satu-satunya gejala
pada hipertensi esensial dan tergantung dari tinggi rendahnya tekanan darah.
Gejala yang timbul berbeda-beda. Kadang hipertensi esensial berjalan tanpa
gejala dan baru timbul keluhan setelah terjadi kompilasi yang spesifik pada
organ tertentu seperti ginjal, mata, otak dan jantung. Penderita hipertensi
mungkin tidak menunjukkan gejala selama bertahun-tahun. Masa laten ini
menyelubungi perkembangan penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang
bermakna. Bila terdapat gejala biasanya hanya bersifat spesifik, misalnya sakit
kepala atau pusing. Akan tetapi, pada penderita hipertensi berat biasanya akan
timbul gejala antara lain: Sakit kepala, kelelahan, mual dan muntah, sesak
nafas, gelisah, pandangan menjadi kabur, mata berkunang-kunang, mudah
marah, telinga berdengung, sulit tidur, rasa berat ditengkuk, nyeri di daerah
bagian belakang, nyeri di dada, otot lemah, pembekakan pada kaki dan
pergelangan kaki, keringat berlebihan, kulit tampak pucat atau kemerahan,
denyut jantung menjadi kuat, cepat atau tidak teratur, impotensi, darah diurin,
dan mimisan (Bujawati, 2012).

2.2.8 Pencegahan Hipertensi


Pengobatan hipertensi memang penting tetapi tidak lengkap jika tanpa
dilakukan tindakan pencegahan untuk menurunkan faktor risiko penyakit
hipertensi . Upaya pencegahan yang dapat dilakukan meliputi :
1. Memeriksakan tekanan darah secara teratur
2. Menjaga berat badan dalam rentang normal
3. Mengatur pola makan antara lain dengan mengonsumsi makanan berserat,
rendah lemak, dan mengurangi garam
4. Menghentikan kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol
5. Tidur secara tratur
6. Mengurangi stress dengan melakukan rekreasi

17
2.2.9 Pengobatan Hipertensi
Pengobatan hipertensi bertujan untuk mengurangi morbiditas dan
mortalitas serta mengontrol tekanan darah. Pengobatan hipertensi dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu non farmakologi/perubahan gaya hidup dan
farmakologi (Pudiastuti, 2013).
1. Non Farmakologi/Perubahan Gaya Hidup
Non farmakologi dapat dilakukan dengan cara modifikasi gaya hidup
diantaranya yaitu:
a. Menurunkan Berat Badan Bila Status Gizi Berlebih
penderita hipertensi yang obesitas dianjurkan untuk menurunkan berat
badan, membatasi asupan kalori, dan peningkatan pemakaian kalori dengan
latihan fisik yang teratur (Pudistuti, 2013).
b. Membatasi Asupan Garam
11
Asupan garam tidak boleh lebih dari ( ) sendok teh atau 6
42
gram/hari. Contohnya biscuit, crackers, keripik dan makanan kering yang
asin serta makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, kornet,
sayuran serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink) (Kemenkes RI, 2013).
c. Meningkatkan Aktivitas Fisik
Orang yang aktivitasnya rendah berisiko terkena hipertensi 30-50%
daripada yang aktif. Aktifitas fisik yang dilakukan rutin selama 30-45 menit
setiap hari dengan frekuensi 3-5 kali per minggu akan membantu
mengontrol tekanan darah. Contoh aktivitas fisik/olahraga yang dapat
dilakukan seperti: jalan, lari, jogging, bersepeda ( Pudiastuti, 2013 dan
Kemenkes RI, 2013).
d. Menghindari Konsumsi Beralkohol
Alkohol dapat meningkatkan tekanan darah dan menyebabkan resitansi
terhadap obat anti hipertensi. Penderita yang minum alkohol sebaiknya
membatasi asupan etanol sekitar satu ons sehari (Pudiastuti, 2013).
2. Farmakologi
Pengobatan farmakologi yaitu obat anti hipertensi yang dianjurkan
oleh JNC VII yaitu:
a. Diuretika

18
Diuretika { tablet hydrochlorothiazide (HTC), Lasix (furosemide) }
merupakan golongan obat hipertensi dengan proses pengeluaran cairan
tubuh/natrium lewat urin sehingga mengurangi volume cairan dalam tubuh.
Dengan turunnya kadar natrium maka tekanan darah akan turun. Tetapi
karena potassium kemungkinan terbuang dalam cairan urin, maka
pengontrolan konsumsi potassium harus dilakukan (Pudiastuti, 2013)
b. Vasodilator
Obat vasodilator dapat langsung mengembangkan dinding arteriol
sehingga daya tahan pembuluh perifer berkurang dan tekanan darah menurun.
Obat yang termasuk dalam jenis vasolidator adalah hidralazine dan encarazine
(Gunawan, 2001).
c. Antagonis kalsium
Mekanisme obat antagonis kalsium adalah menghambat pemasukan
ion kalsium kedalam sel otot polos pembuluh dengan efek vasodilitasi dan
turunnya tekanan darah. Obat jenis antagonis kalsium yang terkenal adalah
nifedipin dan verapamil (Gunawan, 2001)
2.2.10 Faktor Risiko Hipertensi
Faktor risiko terjadinya hipertensi dibagi menjadi dua kategori
yaitu faktor yang tidak dapat diubah dan faktor yang dapat diubah.
1. Faktor risiko yang tidak dapat dirubah
Faktor risiko yang tidak dapat diubah, antara lain:
a. Genetik/Keturunan
Jika seseorang memiliki orang-tua atau saudara yang memiliki tekanan
darah tinggi, maka kemungkinan ia menderita tekanan darah tinggi lebih
besar. Penelitian menunjukkan bahwa tekanan darah seorang anak akan lebih
mendekati tekanan darah orang tuanya bila mereka memiliki hubungan darah
dibandingkan anak yang diadopsi. Hal ini menunjukkan bahwa gen yang
diturunkan, dan bukan hanya faktor lingkungan (seperti makanan/status sosial)
berperan besar dalam menentukan tekanan darah (Palmer dan Williams,
2007).
b. Usia
Semakin bertambahnya usia, risiko terkena hipertensi lebih besar. Di
Inggris prevalensi tekanan darah tinggi pada usia pertengahan adalah sekitar
20% dan meningkat lebih dari 50% pada usia di atas 60 tahun. Arteri

19
kehilangan elastisitas/kelenturan serta tekanan darah meningkat seiring dengan
bertambahnya usia. Takanan darah tinggi juga dapat terjadi pada usia muda,
namun prevalensinya rendah kurang dari 20% (Palmer dan Williams, 2007).

c. Jenis kelamin
Pria sering mengalami tanda-tanda hipertensi pada usia akhir tiga
puluhan sedangkan wanita sering mengalami hipertensi setelah menopause.
Tekanan darah wanita, khususnya sistolik meningkat lebih tajam sesuai usia.
Setelah 55 tahun, wanita memang mempunyai risiko lebih tinggi untuk
menderita hipertensi. Salah satu penyebab terjadinya pola tersebut adalah
karena hormon kedua jenis kelamin. Produksi hormon esterogen menurun saat
menopause, wanita kehilangan efek menguntungkan sehingga tekanan darah
meningkat (Benson dan Casey, 2006).
d. Etnis/Suku Bangsa
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang yang berkulit hitam
daripada orang yang berkulit putih. Sampai saat ini, belum diketehaui secara
pasti penyebabnya. Namun, pada orang kulit hitam ditemukan kadar renin
yang lebih rendah dan sensivitas terhadap vasopresin lebih besar (Armilawaty,
2007).
2. Faktor risiko yang dapat dirubah.
Faktor risiko yang dapat diubah yaitu:
a. Obesitas/Kelebihan Berat Badan
Kelebihan lemak tubuh, khususnya lemak abdominal, erat kaitannya
dengan hipertensi. Tingginya peningkatan tekanan darah tergantung pada
besarnya penambahan berat badan. Akan tetapi tidak semua obesitas akan
terkena hipertensi. Tergantung pada individu masing-masing. Peningkatan
tekanan darah di atas nilai optimal yaitu >120/80 mmHg akan meningkatkan
risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler. Penurunan berat badan sekitar 5kg
dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan.
Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30% memiliki berat
badan lebih, untuk itu hendaknya memperhatikan jumlah makanan yang
dikonsumsi harus cukup dan proporsional artinya sesuai dengan kebutuhan
tubuh, tidak berlebih dan tidak kurang.

20
b. Alkohol
Orang yang gemar mengonsumsi alkohol dengan kadar tinggi akan
memiliki tekanan darah yang cepat berubah dan cenderung meningkat tinggi.
Alkohol juga memiliki efek yang hampir sama dengan “karbon monoksida”
yaitu dapat meningkatkan keasaman darah. Meminum alkohol secara
berlebihan, yaitu tiga kali/lebih dalam sehari merupakan faktor penyebab 7%
kasus hipertensi (Anna Palmer, 2007).
Kita dianjurkan untuk tidak mengonsumsi alkohol karena selain
dilarang dalam agama alkohol juga dapat memberikan dampak buruk bagi
kesehatan dan alkohol merupakan faktor risiko berbagai macam penyakit salah
satunya yaitu hipertensi.
c. Stress
Stress adalah suatu hal yang membuat anda tegang, marah,
frustasi/tidak bahagia. Terlalu banyak stress akan memmengaruhi kesehatan
dan kesejateraan kita salah satunya penyakit hipertensi. Hubungan antara stres
dengan hipertensi diduga melalui saraf simpatis yang dapat meningkatkan
tekanan darah secara intermiten. Di samping itu juga dapat merangsang
kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung
berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah meningkat.
Apabila stress berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian tekanan
darah yang menetap dan tubuh akan berusaha mengadakan penyesuian
sehingga timbul kelainan organis/perubahan patologis (Sugiyono, 2007 dalam
Pramana, 2016).

21
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah

Faktor internal yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:


1. Genetik/Keturunan
2. Usia
3. Jenis Kelamin
4. Etnis/Suku Bangssa

Faktor Eksternal yang Mempengaruhi terjadinya Hipertensi:


1. Merokok
2. Konsumsi minuman beralkohol
3. Asupan garam berlebih
4. Obesitas/Kelebihan Berat Badan
5. Kurang aktifitas fisik seperti: olahraga
6. Stress

1. Stroke
1. Merokok 2. Penyakit
2. Obesitas jantung
Hipertensi Ringan :
3. Minum koroner
140-159/90-99
alkohol 3. Gagal jantung
mmHg.
4. Stress 4. Kerusakan
Hipertensi Sedang :
5. Komsumsi pembuluh
160-179/100-109
garam darah
mmHg.
berlebihan 5. Gagal ginjal

6. Gaya Hidup
Yang Buruk

Secara non farmakologi

1. Pengontrolan berat badan


2. Membatasi asupan garam
3. Meningkatkan aktifitas fisik
4. Menghindari alkohol

Keterangan:
: Tidak di teliti
: Menghubungkan kejadian

22
: Di teliti
3.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah hubungan gaya hidup
dengan kejadian hipertensi di desa Semambung Sidoarjo.

23
BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis dan Rancang Bangun penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian


kuantitatif. Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik
observasional. Pendekatan cross sectional untuk menjelaskan hubungan kausal
antara variabel-variabel atau mempelajari dinamika korelasi antara faktor-
faktor risiko dengan efek dengan cara pendekatan, observasi/pengumpulan
data sekaligus pada suatu saat point time approach (Notoatmodjo, 2012).

4.2 Populasi Penelitian


Populasi dalam penelitian ini adalah sebagian penderita
hipertensi di desa Semambung Sidoarjo sejumlah 806
penderita.

4.3 Sampel, Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel


1. Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
semua penderita hipertensi di desa Semambung Sidoarjo.
2. Besar sampel
Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan
menggunakan rumus dari Sugiyono (2016).

λ2 . N . P . Q
s=
d 2 ( N−1 ) + λ 2 P .Q
Keterangan:
s : jumlah sampel
N : Populasi
λ :1
d : Batas presisi yang diharapkan (0,05)
P = Q = 0,5 (Sugiyono, 2016)

24
Dari rumus di atas, maka didapatkan:
Diketahui:
N: 806 pasien hipertensi

λ2 . N . P . Q
s= 2 2
d ( N−1 ) + λ P .Q
12 .806 .0,05 .0,05
s=
0,052 ( 806−1 )+ 12 .0,5 .0,5
201,5
s=
2,0125+0,25

201,5
s=
2,2625

s=89,06(dibulatkan menjadi89)
Jadi, jumlah sampel dalam penelitian yaitu 89 orang.
3. Cara Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah probability
sampling yaitu pengambilan sampel dengan maksud untuk memberikan
peluang yang sama dalam pengambilan sampel, dengan jenis stratified random
sampling yaitu metode pengambilan sampel dimana populasi bersifat
heterogen dibagi bagi dalam lapisan/strata (Riyanto, 2011 dan Notoatmodjo,
2010).

4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di desa Semambung
Sidoarjo. Pemilihan lokasi tersebut didasari atas beberapa
pertimbangan antara lain:
a. Peneliti sudah mengenal lokasi penelitian.
b. Peneliti dapat menjangkau tempat penelitian.
c. Penelitian serupa mengenai hubungan gaya hidup dengan
kejadian hipertensi sudah pernah dilakukan.

25
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada 27 April 2020.

4.5 Kerangka Kerja Penelitian

Gambar 4.1
Kerangka operasional penelitian hubungan gaya hidup buruk
terhadap terapi penderita hipertensi di desa Semambung Sidoarjo

Populasi
Semua penderita hipertensi di desa
Semambung Sidoarjo

Sampling
Menggunakan probability sampling
dengan stratified random sampling

Pengumpulan Data
Menggunakan data primer dan data
sekunder

Pengolahan Data
Data diolah dengan cara editing, coding,
tabulating

Analisa Data
Menggunakan uji statistik chi-square

Hasil penelitian

Pembahasan

Simpulan dan Saran


26
4.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini ada 2 yaitu variabel
independent/bebas dan variabel dependent/tergantung.
Variabel independent dalam penelitian ini adalah gaya hidup
sedangkan variabel dependent adalah hipertensi
2. Definisi Operasional

Tabel 4.2
Definisi operasional hubungan gaya hidup buruk terhadap penderita
hipertensi di desa Semambung Sidoarjo.

Jenis Parameter
Definisi Item Kategori dan dan Skala
Variabel
Operasional Pertanya Kriteria Pengukura
an n
Variabel Skor 0 untuk nilai >
Durasi
Independ 85%
aktifitas fisik
ent: 1–9 Skor 1 untuk nilai
para
Gaya 75–84%
responden
hidup Skor 2 untuk nilai
65–74%
Skor 3 untuk nilai <
65%
Parameter:
Gaya Hidup baik: Kuesioner
Jika penjumlahan
skor <5, maka Skala
responden pengukuran:
mempunyai kualitas Data Ordinal
hidup yang baik

Gaya Hidup buruk:


Jika penjumlahan
skor >5, maka
responden
mempunyai kualitas
hidup yang buruk

27
Variabel Tekanan darah 1. Hipertensi
Dependen tinggi berlaku (sistolik >140 Skala
t: apabila tekanan mmHg). pengukuran:
Hipertensi Kategori: Data Ordinal
darah sistolik
Hipertensi Stadium
melebihi 140 1
mmHg Hipertensi Stadium
2
Hipertensi Stadium
3
2. Tidak Hipertensi
(sistolik <140
mmHg).

4.7 Instrumen Penelitian dan Cara Pengumpulan Data


1. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk
pengumpulan data penelitian (Notoatmodjo, 2010). Instrumen penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini berupa tensimeter digital, pedometer, dan
kuesioner yang berisi sejumlah pertanyaan maupun pernyataan untuk menggali
beberapa informasi dari responden. Kuesioner adalah daftar pertanyaan atau
pernyataan yang sudah tersusun dengan baik dan matang dimana responden
tinggal memberi jawaban (Notoatmodjo, 2010).
2. Cara Pengumpulan Data Penelitian
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini
diperoleh dari hasil pengisian kuesioner yang telah diisi
dengan benar oleh responden. Responden akan diberikan
nomor responden. Nomor responden dipilih secara acak
menggunakan teknik simple random sampling. Nomor yang
keluar akan dijadikan responden dalam penelitian ini.

4.8 Teknik Pengolahan Data Penelitian dan Analis Data Penelitian


1. Teknik Pengolahan Data Penelitian
Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan menggunakan alat bantu
komputer dengan program olah data statistik. Langkah-langkah pengolahan
data tersebut meliputi:

28
a. Editing
Memeriksa kelengkapan, kejelasan makna jawaban, konsistensi
maupun kesalahan antar jawaban pada kuesioner. Kegiatan ini dilakukan
dengan cara
memeriksa data hasil jawaban dari kuesioner yang telah diberikan kepada
responden dan kemudian dilakukan koreksi apakah telah terjawab dengan
lengkap. Editing dilakukan dilapangan sehingga bila terjadi kekurangan/tidak
sesuai dapat segera dilengkapi.
b. Coding
Memberikan kode-kode untuk memudahkan proses pengolahan data.
Pemberian kode pada data dilakukan saat memasukkan/entry data untuk
diolah menggunakan komputer.
c. Tabulating
Menghitung jawaban kuesioner dari responden yang sudah diberi kode
kemudian mengelompokkan data sesuai variabel yang diteliti kemudian
dimasukkan ke dalam tabel.
2. Analisis Data Penelitian
Teknik analisis data yang digunakan adalah uji statistik chi-square
dengan tingkat kepercayaan 95%. Bila p < 0,05 berarti hasil perhitungan
statistik bermakna/signifikan maka ada hubungan yang bermakna antara
variabel independent dengan dependent sedangkan jika p > 0,05 berarti tidak
ada hubungan yang bermakna antara variabel independent dengan dependent.

4.9 Etika Penelitian


1. Persetujuan Responden (Informed Concent)
Prinsip ini berkaitan dengan kebebasan seseorang untuk
menjadi responden. Responden berhak bertanya, menolak
atau memberikan informasi serta persetujuan dalam
penelitian. Partisipan terbebas dari bentuk paksaan apapun.
Peneliti memberikan lembar persetujuan dan memberikan
penjelasan kepada responden, jika responden menolak maka

29
peneliti tidak berhak untuk memaksa dan wajib menghormati
haknya sebagi responden.

2. Tanpa Nama (Anonimity)


Untuk menjaga kerahasiaan subjek, responden tidak
perlu mencantumkan nama dalam lembar kuesioner. Pada
lembar pengumpulan, penulis hanya memberikan kode-kode
tertentu.
3. Kerahasiaan (confidentility)
Kerahasiaan informasi yang telah diberikan oleh subjek
dijamin oleh peneliti.

30
DAFTAR PUSTAKA

Bustan. M.N. 2007. “Epidemiologi Penyakit Tidak Menular“. Jakarta: PT Rineka Cipta

Casey, A dan Benson, H. 2006. “Menurunkan Tekanan Darah“. Jakarta: PT Bhuanha Ilmu
Populer.

Darmadi, R, dkk. 2013. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Hipertensi pada


Pegawai Negeri Sipil” Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak.

Gunawan, L. 2001. “Hipertensi Tekanan Darah Tinggi“. Yogyakarta: Kanisius.

Hanafi, A. 2016. “Gambaran Gaya Hidup Penderita Hipertensi di Kecamatan Sumowono


Kabupaten Semarang”. Semarang: fakultas kedokteran Universitas Diponegoro.

Kemenkes RI. 2013. “Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013“. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI.

Kesehatan RI. 2014. “Infodatin Hipertensi“. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Lisnawati. 2001. “Kepribadian, Nilai dan Gaya Hidup“.

Notoatmodjo, S. 2010. “Ilmu Perilaku Kesehatan“. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2012. “Metode Penelitian Kesehatan“. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Palmer, A dan Williams, B. 2007. “Tekanan Darah Tinggi“. Jakarta: Erlangga.

Pramana, L. D. 2016 . “Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Hipertensi di


Wilayah Kerja Puskesmas Demak II”. Semarang: Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Muhammadiyah Semarang.

Pudiastuti, R.D. 2013. “Penyakit-Penyakit Mematikan“. Yogyakarta: Nuha Medika.


31
Quarino, A. 2014. “Perbandingan Rerata Jumlah Langkah Sebagai Penanda Aktivitas
Fisik antara Pekerja dengan Sindroma Metabolik dan Tanpa Sindroma Metabolik”.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Riwidikdo, H. 2010. “Statistik Kesehatan“. Yogyakarta: Mitra Cendekia

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN

I. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Umur : Tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan Laki-laki
4. Pendidikan : S1 S2 S3
5. Bidang Pekerjaan : Pegawai Karyawan Swasta
Petani Pedagang Dll

II. PERTANYAAN GAYA HIDUP


a. Lingkar Perut
1. Lingkar perut : cm
b. Hipertensi
1. Sistolik : mmHg
2. Diastolik : mmHg
c. Aktivitas Fisik
1. Jumlah langkah kaki : hari

Petunjuk Pengisian

Berikut ini terdapat sejumlah pernyataan yang berkaitan dengan


perilaku sehari-hari. Baca dan pahamilah terlebih dahulu setiap
pernyataan tersebut sebelum menjawab, kemudian pilihlah salah

32
satu dari dua pilihan yang paling sesuai degan keadaan Anda. Tidak
ada jawaban benar maupun salah. Berilah tanda silang (X) pada
jawaban yang Anda pilih.

1. Riwayat Keluarga Hipertensi


1. Apakah Anda memiliki keluarga yang pernah menderita penyakit
hipertensi/tekanan darah tinggi?
a. Ya (ibu, ayah, kakek, nenek, paman dan bibi)
b. Tidak
2. Merokok
1. Apakah Anda merokok?
a. Ya
b. Tidak berhenti
2. Berapa umur Anda mulai merokok : tahun
3. Rata-rata berapa batang rokok yang Anda hisap perhari?
a. >20 batang perhari
b. 10 - 20 batang perhari
c. <10 batang perhari
3. Konsumsi Minuman Beralkohol
1. Apakah anda mengkonsumsi minuman beralkohol?
a. Ya
b. Tidak
2. Jika ya, berapa kali Anda mengkonsumsi beralkohol?
a. ≥2 gelas perhari
b. <2 gelas perhari
4. Berapa durasi/jam tidur anda dalam 24 jam
5. Apakah anda penderita insomnia?
a. Ya
b. Tidak

33

Anda mungkin juga menyukai