Anda di halaman 1dari 5

PENGUKURAN CVP

( CENTRAL VENOUSE PRESSURE)

1. Definisi
Pengukuran Central Venous Pressure atau tekanan vena sentral secara langsung
merefleksikan tekanan pada atrium kanan. Secara tidak langsung menggambarkan
beban awal jantung kanan atau tekanan ventrikel kanan pada akhir diastole. Menurut
Gardner dan Woods nilai normal tekanan vena sentral adalah 3-8 cmH2O atau 2-6
mmHg. Sementara menurut Sutanto (2004) nilai normal CVP adalah 4 – 10 mmHg.
Tekanan vena sentral diukur dengan transduser tekanan dalam milimeter air
raksa (mmHg) atau manometer air (cm H2O). Untuk mengkonversi air raksa ke air,
nilai air raksa dikalikan 1,36 (mmHg x 1,36); untuk mengkonversi air ke air raksa,
nilai air dibagi 1,36 (cm H2O : 1,36).
Tekanan vena sentral pada bayi yang sehat antara -2 sampai +4 mmHg, dan
pasien yang menderita kelainan jantung bawaan antara 4--8 mmHg. Pada pasien yang
memakai ventilator nilainya antara 2--6 mmHg dan sering tidak toleran dengan
tekanan yang rendah antara 0--3 mmHg. Nilai tekanan vena sentral yang lebih dari 8
mmHg biasanya sering disertai dengan disfungsi miokard atau tekanan dalam torak
yang meninggi seperti pada pneumotorak, tamponade jantung, regurgitasi trikuspid,
hipertensi pulmonal, atau gagal ventrikel.
Jika peninggian nilai tekanan vena sentral kurang 3 mmHg setelah pemberian
cairan, misalnya 50--200 cc, maka tambahan cairan masih dapat diberikan.
Sedangkan bila peninggian tekanan lebih dari 7 mmHg, berarti cairan yang diberikan
telah maksimal.

2. Tujuan
Pengukuran Central Venous Pressure bertujuan untuk mengetahui gambaran
gangguan yang terjadi pada jantung kanan atau tekanan ventrikel kanan

3. Indikasi :
Pemantauan tekanan vena sentral dilakukan pada pasien pasien yang
menjalani operasi jantung atau prosedur bedah lainnya dimana terjadi kehilangan
darah atau perpindahan cairan dalam jumlah yang besar. Juga dilakukan pada pasien
yang mendapat obat vasoaktif, nutrisi parenteral, atau untuk mendapatkan akses
vena karena tidak adekuatnya vena perifer.

4. Alat dan bahan


a. Skala pengukur
b. Selang penghubung (manometer line)
c. Standar infus
d. Three way stopcock
e. Pipa U
f. Set infus

5. Prosedur
Cara Pengukuran CVP
Pengukuran CVP dapat dilakukan dengan cara invasif dan non invasif.
Pengukuran CVP secara nonivasif dapat dilakukan dengan cara mengukur tekanan
vena jugularis. Secara invasif dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1) memasang
kateter CVP yang ditempatkan pada vena kava superior atau atrium kanan, teknik
pengukuran dapat menggunakan manometer air atau transduser, 2) Melalui bagian
proksimal kateter arteri pulmonalis . Pengukuran ini hanya dapat dilakukan dengan
menggunakan sistem transduser.
Pengukuran tekanan vena sentral dilakukan dengan pemasangan jarum atau
kateter pada vena dan dihubungkan dengan suatu transduser. Biasanya dipasang
pada saat operasi setelah induksi anestesi atau intubasi sedangkan pada ruang rawat
intensif dilakukan dengan sedasi dan anestesi lokal. Pemasangannya harus dipandu
dengan pemeriksaan EKG untuk mendeteksi terjadinya aritmia. Kateter yang
digunakan bervariasi sesuai dengan usia pasien, yaitu nomor 3 untuk pasien dengan
berat badan kurang dari 3 kg, nomor 4 untuk berat badan kurang dari 10 kg, nomor 5
untuk berat badan 10 sampai 20 kg, serta nomor 6 untuk berat badan lebih dari 20
kg.
Langkah pegukuran CVP adalah sebagai berikut :
1) Mempersiapkan alat dengan tahapan :
a. Menghubungkan set infus dg cairan NaCl 0,9%
b. Mengeluarkan udara dari selang infuse
c. Menghubungkan skala pengukuran dengan threeway stopcock
d. Menghubungkan three way stopcock dengan selang infuse
e. Menghubungkan manometer line dengan three way stopcock
f. Mengeluarkan udara dari manometer line
g. Mengisi cairan ke skala pengukur sampai 25 cmH2O
h. Menghubungkan manometer line dengan kateter yang sudah terpasang

2) Cara Pengukuran
a. Memberikan penjelasan kepada pasien
b. Mengatur posisi pasien
c. Lavelling, adalah mensejajarkan letak jantung (atrium kanan) dengan skala
pengukur atau tansduser
d. Letak jantung dapat ditentukan dg cara membuat garis pertemuan antara sela
iga ke empat (ICS IV) dengan garis pertengahan aksila
e. Menentukan nilai CVP, dengan memperhatikan undulasi pada manometer dan
nilai dibaca pada akhir ekspirasi
f. Membereskan alat-alat
g. Memberitahu pasien bahwa tindakan telah selesai
6. Hal yang perlu diperhatikan
Pada beberapa keadaan, didapatkan penurunan tekanan vena sentral, preload
ventrikel kanan, serta curah jantung. Sistem kardiopulmonal yang lain normal, seperti
pada dehidrasi berat, sepsis, perdarahan, diabetik ketoasidosis, dan lain-lain. Pada
kasus-kasus yang berat, penanganannya sebaiknya dipandu dengan pemasangan
tekanan vena sentral sehingga didapatkan data tentang kebutuhan cairan yang baik
untuk membantu curah jantung18.
Kelemahan pemeriksaan tekanan vena sentral sebagai indikator preload otot
jantung adalah bahwa tekanan vena sentral hanya mengukur tekanan sisi kanan saja
sehingga tidak menggambarkan tekanan sistemik. Toussain memperlihatkan
kelemahan pemeriksaan tekanan vena sentral dibandingkan dengan tekanan baji
pada diagnosa tanpa gangguan jantung dan lebih jelek lagi pada yang ada gangguan
jantung. Shoemaker dkk. (1988) memperlihatkan bahwa pemeriksaan tekanan vena
sentral dan parameter non-invasif yang lain seperti frekuensi jantung, EKG, serta urine
output sama tidak adekuatnya untuk mendeteksi gagal sirkulasi.

KETERANGAN :
Pengukuran CVP dilakukan setelah pemasangan CVP. Adapun penjelasan singkat
tentang pemasangan CVP yaitu sebagai berikut :
1. Pemasangan kateter CVP dapat dilakukan secara perkutan atau dengan cutdown
melalui vena sentral atau vena perifer, seperti vena basilika, vena sephalika, vena
jugularis interna/eksterna dan vena subklavia.
2. Adapun gelombang CVP terdiri dari gelombang:
a= kontraksi atrium kanan
c= dari kontraksi ventrikel kanan
x= enggambarkan relaksasi atrium triskuspid
v= penutupan katup trikuspid
y= pembukaan katup trikuspid
3. Peranan Perawat dalam melakukan pemasangan kateter CVP antara lain :
1. Sebelum Pemasangan
a. Mempersiapkan alat untuk penusukan dan alat-alat untuk pemantauan
b. Mempersiapkan pasien; memberikan penjelasan, tujuan pemantauan, dan
mengatur posisi sesuai dg daerah pemasangan
2. Saat Pemasangan
a. Memelihara alat-alat selalu steril
b. Memantau tanda dan gejala komplikasi yg dpt terjadi pada saat pemasangan
spt gg irama jtg, perdarahan
c. Membuat klien merasa nyaman dan aman selama prosedurdilakukan
3. Setelah Pemasangan
a. Mendapatkan nilai yang akurat dengan cara: 1) melakukan Zero Balance:
menentukan titik nol/letak atrium, yaitu pertemuan antara garis ICS IV dengan
midaksila, 2) Zero balance: dilakukan pd setiap pergantian dinas , atau
gelombang tidak sesuai dg kondisi klien, 3) melakukan kalibrasi untuk
mengetahui fungsi monitor/transduser, setiap shift, ragu terhadap gelombang.
b. Mengkorelasikan nilai yg terlihat pada monitor dengan keadaan klinis klien.
c. Mencatat nilai tekanan dan kecenderungan perubahan hemodinamik.
d. Memantau perubahan hemodinamik setelah pemberian obat-obatan.
e. Mencegah terjadi komplikasi & mengetahui gejala & tanda komplikasi (spt.
Emboli udara, balon pecah, aritmia, kelebihan cairan,hematom,
infeksi,penumotorak, rupture arteri pulmonalis, & infark pulmonal).
f. Memberikan rasa nyaman dan aman pada klien.
g. Memastikan letak alat2 yang terpasang pada posisi yang tepat dan cara
memantau gelombang tekanan pada monitor dan melakukan pemeriksaan foto
toraks (CVP, Swan gans).
4. Komplikasi pemasangan tekakan vena sentral adalah bakteremia, emboli udara,
hematom lokal, pneumotorak, dan sepsis. Oleh karena itu, kateter vena sentral harus
dicabut atau diganti setelah 3 hari pemasangan.

Sumber:
Rokhaeni H. (2001). Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Jakarta: Bidang Diklat RS
Jantung Harapan Kita

Anda mungkin juga menyukai