Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN LEUKIMIA DI RUANG PERAWATAN

LONTARA V ATAS DEPAN RSUP. DR. WAHIDIN


SUDIRO HUSODO MAKASSAR

OLEH

NURFADHILLAH (19 04 067)


ST SAKIAH (19 04 056)

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN


STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
PROGRAM STUDI NERS
2019/2020
A. KONSEP DASAR TEORI
1. ANATOMI SISTEM HEMATOLOGI
Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah
diproduksi, termasuk sumsum tulang dan nodus limpa. Darah merupakan
medium transpor tubuh, volume darah sekitar 7%-10% berat badan
normal dan berjumlah sekitar 5 liter. Darah terdiri dari atas 2 komponen
utama, yaitu sebagai berikut :
1. Plasma darah, bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air,
elektrolit,dan protein darah.
2. Butir- butir darah (blood corpuscles), yang terdiri dari komponen-
komponen berikut ini :
a. Eritrosit : sel darah merah (SDM- red blood cell)
b. Leukosit : sel darah putih (SDP- white blood cell)
c. Trombosit : butir pembeku darah – platelet.
2. STRUKTUR DAN FUNGSI NORMAL SEL DARAH PUTIH
Pada keadaan normal, darah manusia mengandung 4000 - 11.000
sel darah putih per mikroliter. Dari jumlah tersebut, jumlah  tersebut,
jumlah sel terbanyak adalah granulosit (leukosit polimorfonukleus,
PMN). Sel granulosit muda memiliki inti berbentuk seperti kuda, yang
akan berubah menjadi multilobular dengan bertambahnya umur sel.
Sebagian besar sel tersebut mengandung granula neutrofilik (neutrofil),
namun sebagian kecil mengandung granula yang dapat diwarnai dengan
zat warna asam  (eosinofil), dan sebagian lagi mengandung granula
basofilik (basofil). Dua jenis sel yang lazim ditemukan dalam darah tepi
adalah limfosit, yang memiliki inti bulat besar dan sitoplasma sedikit,
dan monosit, yang mengandung banyak sitoplasma tak berglanula dan
mempunyai inti yang berbentuk ginjal. Kerja sama sel tersebut
menyebabkan tubuh memiliki sistem pertahanan yang kuat terhadap
bebagai tumor, infeksi virus, bakteri, dan parasit (Ganong,2008). 
Fungsi Sel Darah Putih adalah sebagai serdadu tubuh yaitu
membunuh dan memakan bibit penyakit/bakteri yang masuk ke dalam
jaringan RES (sistem retikuloendotel), tempat pembiakannya di dalam
limpa dan kelenjar limfe; sebagai pengangkut/ membawa zat lemak dari
dinding usus melalui limpa terus ke pembuluh darah. Sel leukosit
disamping berada di dalam pembuluh darah juga terdapat  di seluruh
jaringan tubuh manusia. Pada kebanyakan penyakit  disebabkan oleh
masuknya kuman/infeksi maka jumlah leukosit yang ada di dalam darah
akan lebih banyak dari biasanya. Hal ini disebabkan sel leukosit yang
biasanya tinggal di dalam kelenjar limfe, sekarang  beredar dalam darah
untuk mempertahankan tubuh dari serangan penyakit tersebut. Jika
jumlah leukosit dalam darah melebihi 11.000/mm 3  disebut leukositosis
dan kurang dari 4000mm3  disebut leukopenia. Macam-macam leukosit
secara jelas meliputi :
a) Agranulosit. Sel leukosit yang tidak mempunyai granula di
dalamnya, yang terdiri dari:
1) Limfosit, macam leukosit yang dihasilkan dari jaringan RES dan
kelenjar limfe, bentuknya ada yang besar dan ada yang kecil, di
dalam sitoplasmanya terdapat granula dan intinya besar,
banyaknya 20%-25% dan fungsinya membunuh dan memakan
bakteri yang masuk ke dalam jaringan tubuh.
2) Monosit. Terbanyak dibuat di sumsum merah, lebih besar dari
limfosit, fungsinya sebagai fagosit dan banyaknya 34%. Di
bawah mikroskop terlihat bahwa protoplasmanya lebar, warna
biru sedikit abu-abu mempunyai bintik-bintik sedikit
kemerahan. Inti selnya bulat atau panjang, warnanya lembayung
muda.
b) Granulosit disebut juga leukosit  granular terdiri dari :
1) Neutrofil atau polimorfonuklear leukosit, mempunyai inti sel
yang kadang-kadang seperti terpisah-pisah, protoplasmanya
banyak bintik-bintik halus/granula, banyaknya 60%-70%.
2) Eusinofil. Ukuran dan bentuknya hampir sama dengan neutrofil
tetapi granula dalam sitoplasmanya lebih besar , banyaknya
24%.
3) Basofil, sel ini kecil dari eusinofil tetapi mempunyai inti yang
bentuknya teratur, di dalam protoplasmanya terdapat granula-
granula besar. Banyaknya setengah bagian sumsum merah,
fungsinya tidak diketahui (Syaifuddin,2006).
3. DEFINISI LEUKIMIA
Leukemia mula-mula dijelaskan oleh Virchow pada tahun 1847
sebagai “darah putih”, adalah penyakit neoplastik yang ditandai oleh
proliferasi abnormal dari sel-sel hematopoietik (Price, 1994).
Leukemia adalah proliferase leukosit yang tidak terkontrol di
dalam darah, sumsum tulang, dan jaringan retikuloendotelial (Tuker,
1998).
Leukemia merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan
proliferasi dini yang berlebihan (sel muda) dari sel darah putih (SDP)
(Engram, 1998).
Leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel
darah putih dalam sumsum tulang, mengganti elemen sumsum tulang
normal. Juga terjadi proliferasi di hati,limpa dan nodus limfatikus dan
invasi organ nonhematologis, seperti meninges, traktus gastrointestinal,
ginjal dan kulit (Smeltzer, 2001).
Leukemia adalah penyakit mengenai sel darah putih yang
mengalami pembelahan yang berulang-ulang.penyakit ini semacam
kanker yang menyerang sel-sel darah putih. Akibatnya fungsi sel darah
putih terganggu, bahkan sel-sel darah merah dapat terdesak karena
pertumbuhan yang berlebihan ini jumlah sel darah merah menurun
(Irianto,2004).
Leukemia (kanker darah) merupakan suatu penyakit yang
ditandai pertambahan jumlah sel darah putih (leukosit). Pertambahan ini
sangat cepat dan tak terkendali serta bentuk sel- sel darah putihnya tidak
normal (Yatim, 2003).
Leukemia merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan
proliferasi dini yang berlebihan dari sel darah putih (Handayani, 2008)
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
Leukemia adalah suatu penyakit sistem hematologi yang ditandai dengan
proliferasi yang berlebihan dan tidak normal pada sel darah putih yang
mengakibatkan fungsi sel darah putih terganggu.
4. KLASIFIKASI LEUKEMIA
Leukemia dapat diklafikasikan ke dalam :
a. Maturitas sel :
- Akut (sel-sel asal berdiferensiasi secara buruk)
- Kronis (lebih banyak sel dewasa)
b. Tipe-tipe sel asal
- Mielositik (Mieloblast yang dihasilkan sumsum tulang)
- Limfositik (limfoblast yang dihasilkan sistem limfatik)
Normalnya, sel asal (mieloblast dan limfoblast) tak ada pada
darah perifer. Maturitas sel  dan tipe sel dikombinasikan untuk
membentuk empat tipe utama leukemia :
a. LEUKEMIA  MIELOGENUS AKUT (LMA)
Leukemia Mielogenus Akut (LMA) atau leukemia mielositik
akut atau dapat juga disebut leukemia granulositik akut (LGA),
mengenai sel stem hematopetik yang kelak berdiferensiasi ke semua
sel mieloid; monosit, granulosit (basofil, netrofil, eosinofil), eritrosit,
dan trombosit. Dikarakteristikan oleh produksi berlebihan dari
mieloblast. Semua kelompok usia dapat terkena; insidensi meningkat
sesuai dengan bertambahnya usia. Merupakan leukemia
nonlimfositik yang paling sering terjadi.
b. LEUKEMIA  MIELOGENUS KRONIS (LMK)
Leukemia Mielogenus Kronis (LMK) atau leukemia
mielositik kronis atau leukemia granulositik kronis (LGK), juga
dimasukan dalam keganasan sel stem mieloid. Namun, lebih banyak
terdapat sel normal di banding pada bentuk akut, sehingga penyakit
ini lebih ringan. Abnormalitas genetika yang dinamakan kromosom
Philadelpia ditemukan 90% sampai 95% pasien dengan LMK. LMK
jarang menyerang individu di bawah 20 tahun, namun insidensinya
meningkat sesuai pertambahan usia.
Gambaran menonjol adalah :
a. Adanya kromosom Philadelphia pada sel – sel darah. Ini adalah
kromosom abnorm al yang ditemukan pada sel – sel sumsum
tulang.
b. Krisis Blast. Fase yang dikarakteristik oleh proliferasi tiba-tiba
dari jumlah besar mieloblast. Temuan ini menandakan
pengubahan LMK menjadi LMA. Kematian sering terjadi dalam
beberapa bulan saat sel – sel leukemia menjadi resisten terhadap
kemoterapi selama krisis blast.
c. LEUKEMIA LIMFOSITIK AKUT (LLA)
Leukemia Limfositik Akut (LLA) dianggap sebagai suatu
proliferasi ganas limfoblas. Paling sering terjadi pada anak-anak,
dengan laki-laki lebih banyak dibanding perempuan,dengan puncak
insidensi pada usia 4 tahun. Setelah usia 15 tahun , LLA jarang
terjadi.
d. LEUKEMIA LIMFOSITIK KRONIS (LLK)
Leukemia Limfositik Kronis (LLK) cenderung merupakan
kelainan ringan yang terutama mengenai individu antara usia 50
sampai 70 tahun. Negara-negara barat melaporkan penyakit ini
sebagai leukemia yang umum terjadi. LLK dikarakteristikan oleh
proliferasi dari diferensiasi limfosit yang baik (mudah dikenali sel-
sel yang menunjukkan jaringan asal).
Kelompok Klasifikasi Leukemia Akut Menurut
French-American-British (FAB)

Leukemia Limfositik Akut


L-1        pada masa kanak-kanak: populasi sel homogen
L-2        Leukemia limfositik akut tampak pada orang dewasa: populasi sel
heterogen
L-3         Limfoma Burkitt-tipe leukemia: sel-sel besar, populasi sel
homogen.
Leukemia Mieloblastik Akut
M-1        Diferensiasi granulositik tanpa pematangan
M-2     Diferensiasi granulositik disertai pematangan menjadi stadium
promielositik
M-3       Diferensiasi granulositik disertai promielosit hipergranular yang
dikaitkan dengan pembekuan intra vaskular tersebar
(Disseminated intravascular coagulation).
M-4        Leukemia mielomonositik akut: kedua garis sel granulosit dan
monosit.
M-5a       Leukemia monositik akut : kurang berdiferesiasi
M-5b      Leukemia monositik akut : berdiferensiasi baik
M-6        Eritroblast predominan disertai diseritropoiesis berat
M-7        Leukemia megakariositik.

5. ETIOLOGI
Penyebab leukemia belum diketahui secara pasti. Diperkirakan
bukan penyebab tunggal tetapi gabungan dari faktor resiko antara lain :
a. Terinfeksi virus. Agen virus sudah lama diidentifikasi sebagai
penyebab leukemia pada hewan. Pada tahun 1980, diisolasi virus
HTLV-1 dari leukemia sel T manusia pada limfosit seorang
penderita limfoma kulit dan sejak saat itu diisolasi dari sampel serum
penderita leukemia sel T.
b. Faktor Genetik. Pengaruh genetik maupun faktor-faktor lingkungan
kelihatannya memainkan peranan , namun jarang terdapat leukemia
familial, tetapi insidensi leukemia lebih tinggi dari saudara kandung
anak-anak yang terserang , dengan insidensi yang meningkat sampai
20% pada kembar monozigot (identik).
c. Kelainan Herediter. Individu dengan kelainan kromosom, seperti
Sindrom Down, kelihatannya mempunyai insidensi leukemia akut 20
puluh kali lipat.
d. Faktor lingkungan.
1) Radiasi. Kontak dengan radiasi ionisasi disertai manifestasi
leukemia yang timbul bertahun-tahun kemudian.
2) Zat Kimia. Zat kimia misalnya : benzen, arsen, kloramfenikol,
fenilbutazon, dan agen antineoplastik dikaitkan dengan frekuensi
yang meningkat khususnya agen-agen alkil. Kemungkinan
leukemia meningkat pada penderita yang diobati baik dengan
radiasi maupun kemoterapi.
6. PATOFISIOLOGI
Jika penyebab leukemia virus, virus tersebut akan masuk ke dalam
tubuh manusia jika struktur antigennya sesuai dengan struktur antigen
manusia. Bila struktur antigen individu tidak sama dengan struktur
antigen virus, maka virus tersebut ditolaknya seperti pada benda asing
lain. Struktur antigen manusia terbentuk oleh struktur antigen dari
berbagai alat tubuh, terutama kulit dan selaput lendir yang terletak di
permukaan tubuh (kulit disebut juga antigen jaringan ). Oleh WHO
terhadap antigen jaringan telah ditetapkan istilah HL-A (Human
Leucocyte Lucos A). Sistem HL-A individu ini diturunkan menurut
hukum genetika sehingga adanya peranan faktor ras dan keluarga dalam
etiologi leukemia tidak dapat diabaikan.
Leukemia merupakan proliferasi dari sel pembuat darah yang
bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal. Leukemia dikatakan
penyakit darah yang disebabkan karena terjadinya kerusakan pada pabrik
pembuat sel darah yaitu sumsum tulang. Penyakit ini sering disebut
kanker darah. Keadaan yang sebenarnya sumsum tulang bekerja aktif
membuat sel-sel darah tetapi yang dihasilkan adalah sel darah yang tidak
normal dan sel ini mendesak pertumbuhan sel darah normal.
Proses patofisiologi leukemia dimulai dari transformasi ganas sel
induk hematologis dan turunannya. Proliferasi ganas sel induk ini
menghasilkan sel leukemia dan mengakibatkan penekanan hematopoesis
normal, sehingga terjadi bone marrow failure, infiltrasi sel leukemia ke
dalam organ, sehingga menimbulkan organomegali, katabolisme sel
meningkat, sehingga terjadi keadaan hiperkatabolik.
7. MANIFESTASI KLINIS
a. Gejala yang khas leukemia secara umum :
1) Pucat
2) Panas
3) Splenomegali
4) Hepatomegali
5) Limfadenopati
6) Perdarahan dapat berupa ekimosis, petekia, epitaksis, dan
perdarahan gusi

b. Gejala yang tidak khas


1) Sakit/ nyeri sendi atau sakit tulang disalahtafsirkan sebagai
reumatik
2) Lesi purpura pada kulit
3) Efusi pleura
4) Kejang
a. Leukemia Mielogenus Akut
1) Kebanyakan tanda dan gejala terjadi akibat berkurangnya
produksi sel darah normal.
2) Peka terhadap infeksi akibat granulositopenia, kekurangan
granulosit
3) Kelelahan dan kelemahan terjadi karena anemia
4) Kecendrungan perdarahan terjadi akibat trombositopenia,
kurangnya jumlah trombosit.
5) Proliferase sel lukemi dalam organ mengakibatkan  berbagai
gejala tambahan : nyeri akibat pembesaran limfa; sakit kepala
atau muntah akibat leukemi meningeal (sering terjadi pada
leukemia limfositik); dan nyeri tulang akibat penyebaran
sumsum tulang belakang.
b. Leukemia Mielogenus Kronis
Gambaran klinis LMK mirip dengan gambaran LMA, tetapi tanda
dan gejalanya lebih ringan. Banyak pasien yang menunjukkan tanda
dan gejala selama bertahun-tahun.
1) Terdapat peningkatan leukosit, kadang sampai jumlah yang luar
biasa.
2) Limpa sering membesar.
c. Leukemia Limfositik Akut
Limfosit imatur berploriferasi dalam sumsum tulang dan
jaringan perifer dan menggangu perkembangan sel normal.
Akibatnya: Hematopoesis normal terhambat, mengakibatkan
penurunan jumah leukosit, sel darah merah, dan trombosit. Eritrosit
dan trombosit jumlahnya rendah dan leukosit jumlahnya dapat
rendah atau tinggi tetapi selalu terdapat sel imatur.
Manifestasi infiltrasi leukemia ke organ-organ lain lebih
sering terjadi pada LLA daripada jenis leukemia lain dan
mengakibatkan :
1) Nyeri karena pembesaran hati dan limpa
2) Sakit kepala
3) Muntah karena keterlibatan meninges
4) Nyeri tulang.
d. Leukemia Limfositik Kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan baru terdiagnosa
pada saat penanganan fisik atau penanganan untuk penyakit lain.
Manifestasi yang mungkin terjadi adanya :
1) Anemia
2) Infeksi
3) Pembesaran nodus limfe dan organ abdominal
4) Jumlah eritrosit dan trombosit mungkin normal atau menurun.
5) Terjadi penurunan jumlah limfosit (limfositopenia)
8. KOMPLIKASI
Komplikasi leukemia meliputi perdarahan dan infeksi, yang
merupakan penyabab utama kematian. Pembentukan batu ginjal, anemia
dan masalah gastroentestinal merupakan komplikasi lain.
Risiko perdarahan berhubungan dengan tingkat defisiensi
trombosit (trombositopenia). Angka trombosit rendah ditandai dengan
memar (ekimosis) dan petekia (bintik  perdarahan kemerahan atau
keabuan sebesar ujung jarum di permukaan kulit). Pasien juga dapat
mengalami perdarahan berat jika jumah trombositnya turun sampai di
bawah 20.000/mm3 darah. Dengan alasan tidak jelas, demam dan infeksi
dapat meningkatkan kemungkinan perdarahan.
Karena kekurangan granulosit matur dan normal, pasien selalu
dalam keadaan terancam infeksi. Kemungkinan terjadinya infeksi
meningkat sesuai dengan derajat netropenia, sehingga jika granulosit
berada di bawah 100/ml darah sangat mungkin terjadi infeksi sistemik.
Disfungsi imum mempertinggi resiko infeksi.
Penghancuran sel besar-besaran yang terjadi selama pemberian
kemoterapi akan meningkatkan kadar asam urat dan membuat pasien
rentan mengalami pembentukan batu ginjal dan kolik ginjal. Maka
pasien memerlukan asupan cairan yang tinggi untuk mencegah
kristalisasi asam urat dan pembentukan batu. Masalah  gastrointestinal
dapat terjadi akibat infiltrasi leukosit abnormal ke oran abdominal selain
akibat toksisitas obat kemoterapi. Sering terjadi anoreksia, mual,
muntah, diare, dan lesi mukosa mulut. 
9. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK    
a. Pemeriksaan laboratorium
Gejala yang terlihat pada darah tepi berdasarkan pada kelainan sumsum
tulang berupa pansitopenia, limfositosis yang kadang-kadang
menyebabkan gambaran darah tepi menoton dan terdapat sel blas.
Terdapatnya sel blas dalam darah tepi merupakan gajala patognomik untuk
leukemia.kolesterol mungkin rendah, asam urat dapat meningkat ,
hipogamaglobinea. Dari pemeriksaan sumsum tulang akan ditemukan
gambaran yang menoton, yaitu hanya terdiri dari sel limfopoietik patologis
sedangkan sistem lain terdesak (aplasia sekunder). Pada LMA selain
gambaran yang menoton, terlihat pula adanya hiatus leukemia ialah
keadaan yang memperlihatkan  banyak sel blas (mieloblas), beberapa sel
tua (segmen) dan sangat kurang bentuk pematangan sel yang berada di
antaranya (promielosit, mielosit, metamielosit dan sel batang).
b. Biopsi Limpa
Pemeriksaan ini memperlihatkan proliferase sel leukemia dan sel yang
berasal dari jaringan limpa yang terdesak, seperti limfosit normal, RES,
granulosit, dan pulp cell.  
c. Pungsi Sumsum Tulang
Pungsi sumsum tulang merupakan pengambilan sedikit cairan sumsum
tulang, yang bertujuan untuk penilaian terhadap simpanan zat besi,
mendapatkan spesimen untuk pemeriksaan bakteriovirologis (biakan
mikrobiologi), untuk diagnosa sitomorfologi/ evaluasi produk pematangan
sel asal darah. Tempat yang biasanya digunakan aspirasi untuk pungsi
sumsum tulang adalah spina iliaka posterior superior (SIPS), krista iliaka,
spina iliaka anterior superior (SIAS), sternum di antara iga ke-2 dan ke-3
midsternal atau sedikit di kanannya (jangan lebih dari 1 cm), spina
dorsalis/prosesus spinosus vertebra lumbalis.
d. Cairan Serebrospinal
Bila terdapat peninggian jumlah sel patologis dan protein,berarti suatu
leukemia meningeal. Kelainan ini dapat terjadi setiap saat pada perjalanan
penyakit baik dalam keadaan remisi maupun keadaan kambuh. Untuk
mencegahnya diberikan metotreksat (MTX) secara intratekal secara rutin
pada setiap pasien baru atau pasien yang menunjukkan gejala tekanan
intrakranial meninggi.
e. Sitogenik
Pada kasus LMK 70-90% menunjukkan kelainan kromosom, yaitu
kromosom 21 (kromosom Philadelpia atau Ph 1). 50-70% dari pasien LLA
dan LMA mempunyai kelainan berupa:
1) Kelainan jumlah kromosom seperti diploid (2n), hiploid (2n-a),
hiperploid (2n+a).
2) Kariotip yang pseudodiploid pada kasus dengan jumlah kromosom
yang diploid.
3)Bertambah atau hilangnya bagian kromosom (partial depletion).
4)Terdapatnya marker chromosome yaitu elemen yang secara morfologis
bukan merupakan kromosom normal; dari bentuk yang sengat besar
sampai yang sangat kecil.
Untuk menentukan pengobatannya harus diketahui jenis kelainan
yang ditemukan. Pada leukemia biasanya didapatkan dari hasil darah tepi
berupa limfositosis lebih dari 80% atau terdapat sel blas. Juga diperlukan
pemeriksaan dari sumsum tulang dengan menggunakan mikroskop
elektron akan terlihat adanya sel patologis.
10. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN PENUNJANG
a. Penetalaksanaan Medis
1) Transfusi darah, biasanya diberikan jika kadar Hb kurang dari 6g%.
Pada trombositopenia yang berat dan perdarahan masif, dapat
diberikan transfusi trombosit dan bila terdapat tanda-tanda DIC dapat
diberikan heparin
2) Kortikosteroid (prednison, kortison, deksametason dan sebagainya).
Setelah dicapai remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan
akhirnya dihentikan.
3) Sitostatika. Selain sitostatika yang lama (6-merkaptopurin atau 6-mp,
metotreksat atau MTX) pada waktu ini dipakai pula yang baru dan
lebih poten seperti vinkristin (Oncovin), rubidomisin (daunorubycine)
dan berbagai nama obat lainnya. Umumnya sitostatika diberikan dalam
kombinasi bersama-sama dengan prednison. Pada pemberian obat-
obatan ini sering terdapat efek samping berupa alopesia (botak),
stomatitis, leukopenia, infeksi sekunder atau kandidiasis. Bila jumlah
leukosit kurang dari 2000/mm3 pemberiannya harus hati-hati.
4) Infeksi sekunder dihindarkan (lebih baik pasien dirawat di kamar yang
suci hama/ steril).
5) Imunoterapi, merupakan cara pengobatan terbaru. Setelah tercapai
remisi dan jumlah sel leukemia cukup rendah (105-106), imunoterapi
mulai diberikan (mengenai cara pengobatan yang terbaru masih dalam
pengembangan).
Cara pengobatan berbeda-beda pada setiap klinik bergantung dari
pengalaman, tetapi prnsipnya sama, yaitu dengan pola dasar :
a. Induksi. Dimaksud untuk mencapai remisi dengan bebagai obat
tersebut sampai sel blas dalam sumsum tulang kurang dari 5%.
b. Konsolidasi. Bertujuan agar sel yang tersisa tidak cepat
memperbanyak diri lagi.
c. Rumat. Untuk mempertahankan masa remisi agar lebih lama. Biasanya
dengan memberikan sitostatika setengah dosis biasa.
d. Reinduksi. Dimaksukan untuk mencegah relaps. Biasanya dilakukan
setiap 3-6 bulan dengan pemberian obat-obat seperti pada induksi
selama 10-14 hari.
e. Mencegah terjadinya leukemia pada susunan syaraf pusat. Diberikan
MTX secara intratekal dan radiasi kranial.
f. Pengobatan imunologik.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Masalah pasien yang perlu diperhatikan umumnya sama dengan
pasien lain yang menderita penyakit darah. Tetapi karena prognosis pasien
pada umumnya kurang menggembirakan (sama seperti pasien kanker
lainnya) maka pendekatan psikososial harus diutamakan. Yang perlu
diusahakan ialah ruangan yang aseptik dan cara bekerja yang aseptik pula.
Sikap perawat yang ramah dan lembut diharapkan tidak hanya untuk
pasien saja tetapi juga pada keluarga yang dalam hal ini sangat peka
perasaannya jika mengetahui penyakit anaknya atau keluarganya. 
Beberapa cara yang bisa kita anjurkan adalah hindari menyikat gigi
terlalu keras, karena bulu sikat gigi dapat mencederai gusi. Menyarankan
klien supaya berhati-hati ketika berjalan di lantai yang licin seperti kamar
mandi agar tidak jatuh. Memberikan klien dan keluarganya pendidikan
kesehatan bagaimana cara mengatasi perdarahan hidung, misalnya
dibendung dengan kapas atau perban, posisi kepala menengadah.
Untuk menangani infeksi klien harus menjaga kebersihan diri,
seperti mencuci tangan, mandi 3x sehari. Menganjurkan keluarga klien
untuk menjaga keersihan diri mereka, membatasi jumlah pengunjung
karena dikhawatirkan dapat menularkan penyaki-penyakit seperti flu dan
batuk. Menciptakan lingkungan yang bersih dan jika perlu pertahankan
tehnik isolasi.
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a) Data biografi pasien
Leukemia banyak menyerang laki-laki dari pada wanita dan
menyerang pada usia lebih dari 20 tahun khususnya pada orang
dewasa
b) Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang pada penyakit leukemia klien biasanya
lemah, lelah, wajah terlihat pucat, sakit kepala, anoreksia, muntah,
sesak, nafas cepat.
c) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada riwayat kesehatan dahulu pada klien dengan leukemia, kaji
adanya tanda-tanda anemia yaitu pucat, kelemahan, sesak, nafas
cepat. Adanya tanda-tanda leucopenia yaitu demam dan adanya
infeksi. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia yaitu ptechiae,
purpura, perdarahan membran mukosa. Kaji adanya tanda-tanda
invasi ekstra medulola yaitu limfadenopati, hepatomegali,
splenomegali. Kaji adanya pembesaran testis. Kaji adanya
hematuria, hipertensi, gagal ginjal, inflamasi disekitar rectal, nyeri (
Lawrence, 2003).
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Dari riwayat kesehatan keluarga, adanya keluarga yang mengalami
gangguan hematologis serta adanya faktor herediter misal kembar
monozigot.
e) Pemerikasaan Fisik
1) Keadaan Umum : Keadaan umum pada penderita leukemia
tampak lemah, kesadaran bersifat composmentis selama belum
terjadi komplikasi
2) Tanda-Tanda Vital : Tekanan darah : tidak normal (TD normal
120/80 mmHg) Nadi : Suhu : meningkat jika terjadi infeksi,
RR : Dispneu, takhipneu
3) Pemeriksaan fisik head to toe
a. Pemeriksaan kepala
- Bentuk : perhatikan bentuk kepala apakah simetris
atau tidak. Biasanya pada penderita leukemia betuk
kepala simetris.
- Rambut: perhatikan keadaan rambut mudah dicabut
atau tidak,warna, hygiene
- Nyeri tekan: palpasi nyeri tekan, ada atau tidak.
Biasanya pada penderita tidak ada nyeri tekan.
b. Pemeriksaan mata
- Palpebra: perhatikan kesimetrisan kiri dan kanan
- Konjungtiva : anemis atau tidak. Pada penderita
leukemia akan ditemukan konjungtiva yang anemis.
- Sclera : ikterik atau tidak. Sclera penderita leukemia
akan terlihat tidak ikterik.
c. Pemeriksaan hidung
- Inskpeksi kesimetrisan bentuk hidung, mukosa
hidung, palpasi adanya polip. Penderita leukemia
memiliki pemeriksaan hidung yang normal.
d. Pemeriksaan mulut
- Inspeksi apakah terdapat peradangan (infeksi oleh
jamur atau bakteri ), perdarahan gusi. Biasa papa
penderita leukemia, ditemukan bibir pucat, sudut –
sudut bibir pecah – pecah
e. Pemeriksaan telinga
- Inspeksi simetris kiri dan kanan, sirumen. Palpasi
nyeri tekan. Periksa fungsi pendengaran dan
keseimbangan. Pada penderita leukemia biasanya
tidak ditemukan kelainan dan bersifat normal.
f. Pemeriksaan leher
- Inspeksi dan palpasi adanya pembesaran getah bening
kelenjer tiroid, JVP, normalnya 5-2. Penderita
leukemia tidak mengalami pembesaran kelenjer tiroid.
g. Pemeriksaan thorak
1. Jantung
- Inspeksi : iktus terlihat atau tidak, inspeksi
kesimetrisan. Pada penderita leukemia, iktus
terlihat
- Palpasi : raba iktus kordis. Normalnya, iktus
teraba.
- Perkusi : tentukan batas jantung.
- Auskultasi : terdengar bunyi jantung 1 dan 2,
normal.
2) Paru – paru
- Inspeksi : kesimetrisan kiri dan kanan saat
inspirasi dan ekspirasi, biasanya normal.
- Palpasi : vokal femoris teraba, simetris kiri
dan kanan.
- Auskultasi : biasanya bunyi nafas vesikuler.
h. Pemeriksaan abdomen
- Inspeksi : apakah dinding abdomen mengalami
memar, bekas operasi, dsb.
- Auskultasi : bising usus normal
- Palpasi : palpasi apakah ada nyeri tekan, hepar teraba
atau tidak. Biasaya terdapat nyeri tekan, dan hepar
akan teraba.
- Perkusi : lak ukan perkusi, biasa didapat bunyi
tympani untuk semua daerah abdomen
i. Pemeriksaan Ekstremitas
- inspeksi kesemetrisan, palpasi adanya nyeri tekan
pada ekstremitas atas dan bawah. Biasanya pada
penderita leukemia akan mengalami nyeri pada tulang
dan persendian.
j. Pemeriksaan Penunjang
- Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC).
Anak dengan CBC kurang dari 10.000/mm3 saat
didiagnosis memiliki memiliki prognosis paling baik;
jumlah lekosit lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda
prognosis kurang baik pada anak sembarang umur,
hitung darah lengkap biasanya juga menunjukkan
normositik, anemia normositik.
- Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml
- Retikulosit : jumlah biasaya rendah
- Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)
- SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan
peningkatan SDP immature
- PTT : memanjang
- LDH : mungkin meningkat
- Asam urat serum : mungkin meningkat
- Muramidase serum : pengikatan pada leukemia
monositik akut dan mielomonositik
- Copper serum : meningkat
- Zink serum : menurun
k. Pengkajian 11 Fungsional Gordon
1. Persepsi dan Penanganan Kesehatan
- Mengkaji kesehatan klien secara umum.
- Menanyakan alasan klien datang ke RS dan
harapannya.
- Mengkaji gambaran/pandangan klien terhadap
sakit dan cara penangannya.
- Kepatuhan terhadap obat.
- Mengkaji riwayat kesehatan keluarga klien.
- Mengkaji tindakan dalam menjaga kesehatan.
2. Nutrisi dan Metabolik
- Mengkaji intake makanan dan cairan klien.
- Mengkaji gambaran komposisi makan.
- Mengkaji nafsu makan, dan factor-faktor yang
mempengaruhi nafsu makan.
- Mangkaji makanan kesukaan, pantangan atau
alergi yang ada.
- Mengkaji apakah menggunakan suplemen
makanan.
- Mengkaji apakah menggunakan obat diet tertentu.
- Mengkaji perubahan berat badan yang terjadi.
- Biasanya klien dengan leukemia mengalami
penurunan nafsu makan, sehingga berat badannya
juga menurun.
3. Eliminasi
- Mengkaji pola miksi yang meliputi: frekuensi,
warna, dan bau.
- Apakah ada masalah dalam pengeluaran urine.
- Mengkaji apakah menggunakan alat bantu untuk
berkemih.
- Mengkaji pola defekasi yang meliputi : frekuensi,
warna,dan karakteristiknya.
- Apakah menggunakan alat bantu untuk defekasi.
- Mengkaji pengeluaran melalui IWL .
4. Aktivitas dan Latihan
- Mengkaji gambaran aktivitas sehari-hari klien
sebelum dan sesudah merasakan sakit.
- Pola olahraga yang biasa dilakukan.
- Mengkaji aktivitas yang dilakukan waktu
senggang.
- Biasanya klien mengalami kelelahan, dan tidak
dapat beraktivitas dengan baik.
5. Tidur dan Istirahat
- Mengkaji pola tidur klien yang meliputi lama
waktu tidur, dan keefektifan.
- Mengkaji apakah mempunyai kebiasaan sebelum
tidur.
- Menanyakan apakah mengalami kesulitan dalam
tidur.
- Mengkaji kebiasaan jam berapa tidur dan bangun
klien.
- Biasanya tidur klien terganggu karena penyakit
yang dideritanya.
6. Kognitif dan Persepsi
- Mengkaji kemampuan membaca, menulis dan
mendengar klien.
- Menanyakan pada klien atau keluarga apakah
mengalami kesulitan dalam mendengar.
- Mengkaji apakah klien menggunakan alat bantu
lihat atau dengar.
- Mengkaji apakah ada keluhan pusing atau
sebagainya.
- Biasanya klien sering mengalami pusing.
7. Persepsi Diri- Konsep Diri
- Mengkaji bagaimana gambaran diri klien.
- Mengkaji apakah sakit yang ia alami mengubah
gambaran diri klien.
- Hal-hal apa saja yang membebani pikiran klien.
- Mengkaji apakah klien sering merasa cemas,
depresi, dan takut.
- Biasanya klien merasa cemas dan takut jika
penyakitnya tidak bisa disembuhkan.
8. Peran – Hubungan
- Mengkaji pekerjaan klien.
- Apakah hubungan yang dijalin klien dengan
rekan kerja, keluarga dan lingkungan sekitar
berjalan dengan baik.
- Apa yang menjadi peran klien dalam keluarga.
- Mengkaji bagaimana penyelesaian konflik dalam
keluarga.
- Mengkaji bagaimana keadaan ekomoni klien.
- Apakah dalam lingkungan klien mengikuti
kegiatan social.
9. Seksualitas dan Reproduksi
- Mengkaji bagaimana hubungan klien dengan
pasangan.
- Mengkaji apakah klien menggunakan alat bantu
atau alat pelindung saat melakukan hubungan
seks.
- Mengkaji apakah terdapat kesulitan dalam
pemenuhan kebutuhan seks.
- Biasanya pada wanita, siklus menstruasinya tidak
teratur, karena terjadinya perdarahan.
10. Koping – Toleransi Stress
- Mengkaji apa yang menjadi visi klien kedepan.
- Mengkaji apakah klien biasa mendapatkan apa
yang diinginkannya.
- Mengkaji sejauh mana klien harus berusaha untuk
mendaptkan apa yang diinginkan.
- Mengkaji bagaimana penanganan klien tentang
stress yang mungkin ia hadapi.
11. Nilai- Kepercayaan
- Mengkaji agama klien.
- Sejauh mana ia taat pada agama yang ia anut.
- Mengkaji sejauh mana agama/ nilai yang ia
percayai mempengaruhi kehidupannya.
- Mengkaji apakah agama atau nilai kepercayaan
merupakan hal yang penting dalam kehidupan
klien.
Perumusan Diagnosa NANDA, NOC, NIC
No. Diagnosa (NANDA) Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)

1 Nyeri akut b.d infiltrasi NOC: 1400. Manajemen Nyeri


leukosit ke jaringan sistemik a. Tingkat Nyeri Aktivitas Keperawatan:
Domain 12 : Kenyamanan b. Kontrol Nyeri a. Observasi reaksi nonverbal dari
Kelas 1 : Kenyamanan fisik c. Tingkat Ketidaknyamanan ketidaknyamanan.
Kode : 00133 setelah dilakukan tindakan keperawatan pada b. Lakukan pengkajian nyeri secara
Batasan karakteristik : klien nyeri akan berkurang. komprehensif termasuk lokasi, karakterisitik,
a. Perubahan kemampuan Kriteria Hasil : durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
untuk melanjutkan aktivitas a. Menyatakan nyeri berkurang dengan presipitasi.
sebelumnya
indikator 1-3 (tidak ada, ringan, sedang ) c. Ajarkan teknik non farmakologis : tekni
b. Anoreksia
c. Atrofi/pembesaran b. Ekspresi  wajah tenang. relaksasi napas dalam, distraksi, kompres
kelompok otot yang terlibat c. Tidak ada petunjuk non verbal tentang nyeri hangat.
d. Perubahan pola tidur
d. HR 60-100x/mnt, RR 16-24x/mnt, TD d. Berikan informasi mengenai nyeri seperti
e. Depresi
f. Raut wajah ( misal, mata 120/80mmHg. penyebab nyeri, berapa lama nyeri dirasakan.
sayu, terpukul, gerakan e. Menerima medikasi nyeri sesuai yang 2210. Pemberian Analgesik
tetap atau menyebar,
diresepkan Aktivitas Keperawatan:
meringis)
g. Kelelahan f. Mengambil peran aktif dalam pemberian a. Cek kebenaran pengobatan meliputi obat,
h. Takut akan cedera analgetik. dosis, dan frekuensi obat analgesic yg
i. Menjaga prilaku g. Skala nyeri 1-3 (tidak ada, ringan, sedang ) diresepkan.
j. Lekas marah
k. Kebiasaan protektif b. Cek adanya riwayat alergi obat
teramati c. Pilih analgesic atau kombinasi analgesic
l. Pengurangan interaksi yang sesuai ketika lebih dari satu diberikan.
dengan orang lain
d. Pilih rute pemberian analgesic (Intravena,
m. Kurang istirahat
n. Melaporkan nyeri secara Intramuskular atau per Oral)
verbal
2 Resiko infeksi b.d penurunan NOC : Manajemen lingkungan
sistem kekebalan tubuh Status imun Intervensi yang dilakukan :
Domain 11 : setelah dilakukan tindakan keperawatan pada a. Pantau tanda / gejala infeksi (misalnya suhu
Keamanan/Perlindugan klien, klien akan  terbebas dari gejala infeksi. tubuh, denyut jantung, pembuangan,
Kelas 1 : Infeksi Kriteria Hasil: penampilan luka, sekresi, penampilan urin,
Kode : 00004 a. Faktor resiko akan hilang ditunjukkan suhu kulit, lesi kulit, keletihan dan malaise,
Faktor-faktor risiko : dengan status imun pasien nilai leukosit).
a. Prosedur Infasif b. Pasien menunjukkan pengendalian resiko, b. Kaji faktor yang meningkatkan serangan
b. Kerusakan jaringan dan dibuktikan dengan indikator berikut ini infeksi (misalnya: usia lanjut, tanggap imun
peningkatan paparan (antara 1-3: tidak pernah, jarang, kadang- rendah, malnutrisi).
lingkungan kadang,). c. Instruksikan untuk menjaga higiene pribadi
c. Malnutrisi c. Mengindikasi status gastrointestinal, untuk melindungi tubuh terhadap infeksi
d. Peningkatan paparan pernapasan, genitourinaria, dan imum dalam baik pada pasien maupun keluarga.
lingkungan patogen batas normal. d. Berikan terapi antibiotik bila diperlukan
e. Imonusupresi d. Menunjukkan higiene pribadi yang adekuat. sesuai dengan instruksi dokter.
f. Tidak adekuat pertahanan e. Leukosit  4000 - 11.000/mL, Neutrofil : 150- e. Pertahankan teknik isolasi, bila diperlukan.
sekunder (penurunan Hb, 300/mL f. Lindungi pasien dari kontaminasi silang
Leukopenia, penekanan f. Suhu 36-37oC dengan tidak menugaskan perawat yang
respon inflamasi) sama untuk setiap pasien infeksi dan
g. Penyakit kronik memisahkan pasien infeksi dalam kamar
h. Imunosupresi yang berbeda.
i. Malnutrisi
j. Pertahan primer tidak
adekuat (kerusakan kulit,
trauma jaringan, gangguan
peristaltik)
3 Resiko perdarahan b.d NOC : Pembekuan darah Pencegahan perdarahan
trombositopenia Tujuan : setelah dilakukan tindakan Intervensi yang dilakukan :
Factor resiko : keperawatan pada klien, menunjukkan resiko a. Monitor kemungkinan terjadinya perdarahan
a. Aneurisme cedera menurun. pada pasien
b. Sirkumsisi
Kriteria Hasil: b. Catat kadar HB dan Ht setelah pasien
c. Defisiensi pengetahuan
d. Koagulopati intravaskuler a. Menunjukkan pengendalian resiko mengalami kehilangan banyak darah
diseminata dibuktikan dengan indikator ini 1-3 (tidak c. Pantau gejala dan tanda timbulnya
e. Riwayat jatuh
pernah, jarang, kadang-kadang). perdarahan yang berkelanjutan 9cek sekresi
f. Gangguan gastrointestinal
(mis.,penyakit ulkus b. Menghidari cedera fisik. pasien baik yang terlihat maupun yang tidak
lambung, polip, varises) c. Mempersiapkan lingkungan yang aman disadari perawat)
g. Gangguan fungsi hati (mis,
(misalnya, meniadakan ketidakteraturan d. Pantau factor koagulasi, termasuk protrombin
sirosis, hepatitis)
h. Koagulopati inheren (mis, dan tumpahan, penempatan pegangan (Pt), waktu paruh tromboplastin (PTT),
trombositopenia) tangan, penggunaan tikar karet, serta fibrinogen, degradasi fibrin, dan kadar
i. Komplikasi pascapartum pegangan tangan di kamar mandi). platelet dalam darah)
(mis, atoni uteri, retensi d. Tanda-tanda pendarahan berkurang. e. Pantau tanda-tanda vital, osmotic, termasuk
plasenta)
Ekimosis tidak ada/berkurang, peteki  tidak TD
ada, epistaksis tidak ada atau jarang. f. Atur kepatenan/ kualitas produk / alat yang
e. Trombosit : 150.000-450.000/mL berhubungan dengan perdarahan
g. Lindungai pasien dari hal-hal yang
menimbulkan trauma dan bias menimbulkan
perdarahan
h. Jangan lakukan injeksi
i. Gunakan sikat gigi yang lembut untuk
perawatan oral pasien
j. Hindari tindakan invasive
k. Cegah memasukkan sesuatu kedalam lubang
daerah yang mengalami perdarahan
l. Cegah terjadi konstipasi
m. Ajarkan pasien dan keluarga untuk
mengenali tanda-gejala terjadinya perdarahan
dan tindakan pertama untuk penanganan
selama perdarahan berlangsung
4 Intoleransi aktivitas b.d NOC : Terapi aktivitas
kelemahan umum (anemia) Toleransi aktivitas Intervensi yang dilakukan:
Batasan Karakteristik : Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan a. Kolaborasi dengan terapis dalam
a. Respon tekanan darah pada klien, terjadi         peningkatan toleransi merncanakan dan memonitor program
abnormal terhadap aktivitas aktifitas. aktivitas
b. Respon frekwensi jantung
Kriteria Hasil: b. Tingkatkan komitmen pasien dalam
abnormal terhadap aktivitas
c. Perubahan EKG yang a. Mentolenrasi aktivitas yang biasa dilakukan beraktivitas
mencerminkan aritmia dan ditunjukan dengan daya tahan, c. Bantu mengekplorasi aktivitas yang
d. Perubahan EKG yang
penghematan energi, dan perawatan diri : bemanfaat bagi pasien
mencerminkan iskemia
e. Ketidaknyamanan setelah Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (AKSI). d. Bantu mengidentifikasi sumberdaya yang
beraktivitas b. Menunjukkan penghematan energi, ditandai dimiliki dalam beraktivitas
f. Dipsnea setelah beraktivitas
dengan indikator 1-5 (tidak sama sekali, e. Bantu pasien/keluarga dalam beradaptasi
g. Menyatakan merasa letih
h. Menyatakan merasa lemah ringan, sedang, berat, atau sangat berat),  dengan lingkungan
menyadari keterbatasan energi, f. Bantu menyusun aktivitas fisik
menyeimbangkan aktivitas dan istirahat. g. Pastikan lingkungan aman untuk pergerakan
c. Mengungkapkan secara verbal pemahaman otot
tentang kebutuhan oksigen, pengobatan, h. Jelaskan aktivitas motorik untuk
dan/atau peralatan yang dapat meningkatkan meningkatkan tonus otot
toleransi terhadap aktivitas. i. Berikan reinforcemen positif selama
d. Istirahat jika mengalami keletihan beraktivitas
e. Melaporkan tingkat keletihan j. Monitor respon emosional, fisik, sosial dan
f. Hb : 13-16gr/dL (laki-laki), Hb : 12-14gr/dL spiritual
(perempuan)
g. Ht : lk = 40-58%, Perempuan = 37-43% Manajemen energy
h. ERITROSIT : Lk = 4,6-6,2 jt/mm3, Perempuan Intervensi yang dilakukan
= 4,2-5,4 jt/mm3 a. Tentukan pembatasan aktivitas fisik pasien
i. HR 60-100x/mnt, RR 16-24x/mnt, TD b. Jelaskan tanda yang menyebabkan
120/80mmHg, S :36-37oC kelemahan
c. Jelaskan penyebab kelemahan
d. Jelaskan apa dan bagaimana aktivitas yang
dibutuhkan untuk membangun energi
e. Monitor intake nutrisi yang adekuat
f. Monitor respon kardiorespirasi selama
aktivitas
g. Monitor pola tidur
h. Monitor lokasi ketidaknyamanan/nyeri
i. Batasi stimulus lingkungan
j. Anjurkan bedrest
k. Lakukan ROM aktif/pasif
l. Bantu pasien membuat jadwal istirahat
m. Monitor efek obat stimulan dan depresan
n. Monitor respon oksigenasi pasien
5 Ketidakseimbangan nutrisi Status Nutrisi Mengontrol nafsu makan:
kurang dari kebutuhan tubuh Klien diharapkan mampu untuk menormalkan: Intervensi yang dilakukuan:
b.d faktor biologi (anoreksia) a. Pemasukan nutrisi a. Anjurkan asupan kalori yang sesuai dengan
Batasan karakteristik : b. Pemasukan makanan kebutuhan dan gaya hidup.
a. Berat badan 20 % atau lebih c. Pemasukan cairan b. Kontrol asupan nutrisi dan kalori.
di bawah ideal d. Energy c. Anjurkan kepada klien untuk mengkonsumsi
b. Dilaporkan adanya intake e. Berat badan nutrisi yang cukup.
makanan yang kurang dari
f. Tonus otot Pengontrolan nutrisi
RDA (Recomended Daily
Allowance g. Hidrasi Intervensi yang dilakukuan:
c. Membran mukosa dan Nafsu makan a. Tanyakan apakah pasien mempunyai alergi
konjungtiva pucat
Klien diharapkan mampu untuk menormalkan: terhadap makanan
d. Kelemahan otot yang
digunakan untuk a. Menyeimbangkan nafsu makan b. Tentukan makanan pilihan pasien
menelan/mengunyah b. Menyeimbangkan Pasokan cairan tubuh c. Tentukan jumlah kalori dan jenis zat
e. Luka, inflamasi pada
c. Menyeimbangkan Pasokan nutrisi tubuh makanan yang diperlukan untuk memenuhi
rongga mulut
f. Mudah merasa kenyang, Weight gain behavior : nutrisi, ketika berkolaborasi dengan ahli
sesaat setelah mengunyah Klien diharapkan mampu : makanan, jika diperlukan
makanan a. Mengidentifikasi penyebab kehilangan berat d. Tunjukkan intake kalori yang tepat sesuai
g. Dilaporkan atau fakta
adanya kekurangan badan tipe tubuh dan gaya hidup
makanan b. Memilih sebuah target sehat berat badan. e. Timbang berat badan pasien pad jarak waktu
h. Dilaporkan adanya c. Mengidentifikasi pemasukan kalori yang tepat
perubahan sensasi rasa
d. Memilihara suplai nutrisi makanan dan Terapi Nutrisi
i. Perasaan ketidakmampuan
untuk mengunyah makanan minuman yg adekuat Intervensi yang dilakukan :
j. Miskonsepsi e. Meningkatkan nafsu makan a. Monitor pemasukan cairan dan makanan dan
k. Kehilangan BB dengan
menghitung pemasukan kalori sehari-hari
makanan cukup
l. Keengganan untuk makan b. Bantu pasien membentuk posisi duduk yang
m. Kram pada abdomen benar sebelum makan
n. Tonus otot jelek
c. Ajarkan pasien dan kelurga tentang memilih
o. Nyeri abdominal dengan makanan
atau tanpa patologi
p. Kurang berminat terhadap
makanan
q. Pembuluh darah kapiler
mulai rapuh
r. Diare dan atau steatorrhea
s. Kehilangan rambut yang
cukup banyak (rontok)
t. Suara usus hiperaktif
u. Kurangnya informasi,
misinformasi
6 Kerusakan integritas kulit Intregitas jaringan : kulit dan membran Pengawasan kulit
b.d zat kimia (kemoterapi, mukosa Intervensi yang dilakukan:
radioterapi) Klien diharapkan mampu menormalkan : a. Amati warna kulit, kehangatan (suhu),
Domain 11 : Keamanan / a. Temperatur bengkak, getaran, tekstur kulit, udem.
Perlindungan b. Sensasi b. Pantau area yang tidak berwarna dan memar
Kelas 2 : Cidera fisik c. Elastisitas kulit serta membran mukosa.
Kode : 00046 d. Pigmentasi c. Pantau kelainan kekeringan dan kelembaban
Batasan karakteristik e. Warna kulit.
a. Kerusakan lapisan kulit f. Ketebalan d. Catat perubahan kulit atau membran mukosa.
(dermis) g. Jaringan bebas lesi. e. Pantau warna kulit.
b. Gangguan permukaan kulit f. Pantau suhu kulit.
(epidermis) b. Instruksikan anggota keluarga / pemberi
c. Invasi struktur tubuh perawatan tentang tanda – tanda dari
Eksternal : kerusakan kulit.
a. Zat kimia, Radiasi
b. Usia yang ekstrim
c. Kelembapan
d. Hipertermia, Hipotermia
e. Faktor mekanik (mis..gaya
gunting [shearing forces])
f. Medikasi
g. Lembab
h. Imobilitasi fisik
Internal:
a. Perubahan status cairan
b. Perubahan pigmentasi
c. Perubahan turgor
d. Faktor perkembangan
e. Kondisi
ketidakseimbangan nutrisi
(mis.obesitas, emasiasi)
f. Penurunan imunologis
g. Penurunan sirkulasi
h. Kondisi gangguan
metabolik
i. Gangguan sensasi
j. Tonjolan tulang

Anda mungkin juga menyukai