Anda di halaman 1dari 12

Contoh 18.

1 Pencatatan Pajak Penghasilan Kini

PT Merapi untuk tahun pajak yang berakhir 31 Desember 2015 memperoleh laba sebelum pajak sebesar
Rp80.000.000.000. Hasil koreksi fiskal diketahui perbedaan permanen koreksi positif sebesar
Rp2.000.000.000. Koreksi temporer sebesar Rp3.000.0000.000 koreksi negatif dan koreksi positif
Rp5.000.000.000. Saldo liabilitas pajak tangguhan sebesar Rp1.700.000.000. Pajak penghasilan yang
telah dipotong oleh pihak lain adalah sebagai berikut.

 Ph final sebesar Rp1.500.000.000 atas penghasilan sewa bruto Rp15.000.000.000, PPh 23 tidak
final sebesar Rp 11.000.000.000 atas penghasilan sebesar Rp50.000.000.000
 Penghasilan diterima dari luar negeri sebesar Rp200.000.000.000. Pajak yang telah dipotong di
luar negeri sebesar Rp6.000.000.000, PPh 24 boleh dikreditkan terkait penghasilan luar negeri
sebesar Rp5.000.000.000.
 Angsuran pembayaran PPh 25 sebesar Rp10.000.000.000.
 Pajak yang dipungut oleh bea cukai, PPh 22 sebesar Rp2.000.000.000 atas impor.

Perusahaan mencatat pembayaran pajak dibayar di muka baik final maupun tidak final sebagai pajak
dibayar di muka. Buatlah jurnal pencatatan pembayaran pajak dan penyesuaian yang dibuat untuk
mengakui utang pajak penghasilan kini. Tarif pajak yang berlaku 25%.

Atas penerimaan penghasilan pajak yang dikenakan pajak final, akan dicatat penghasilan dan pajak
dibayar di muka. Dalam mencatat harus diberikan identifikasi final dan tidak final karena dampaknya
berbeda terhadap nilai liabilitas pajak kini (utang pajak). Sebagai alternatif dapat juga langsung dicatat
sebagai beban pajak.

Kas

Beban dibayar dimuka final

Pendapatan

Kas

Pajak dibayar dimuka tidak final

Pendapatan

Kas

Pajak dibayar dimuka (LN)

Pendapatan
pajak yang dibayar langsung oleh perusahaan ke kas negara baik angsuran pajak dan pajak yang
dipungut akan dicatat sebagai pajak dibayar dimuka. Dalam praktik jurnal ini akan dibuat sesuai waktu
pembayarannya

Pajak dibayar dimuka PPH 22

Pajak dibayar dimuka PPH 25

Kas

pada akhir tahun akan diperhitungkan pajak yang telah dibayar dengan jumlah pajak terutang. jika
jumlah pajak terutang lebih besar dari pajak yang telah dibayarkan, akan diakui sebagai liabilitas pajak
kini. Dalam laporan keuangan disajikan dengan nama utang PPH badar. utang ini menurut ketentuan
pajak harus dibayar paling lambat bulan akhir keempat setelah tanggal laporan keuangan.

Perhitungan pajak terutang:

Penghasilan kena pajak Rp 80.000.000.000 + Rp 2.000.000.000 - Rp 3.000.000.000 + Rp 5.000.000.000 =


Rp 84.000.000.000

Pajak terutang = 25% x Rp 84.000.000.000 = Rp 21.000.000.000

Beban pajak kini

Pajak dibayar dimuka PPH 22

Pajak dibayar dimuka PPH 23

Pajak dibayar dimuka PPH 24

Pajak dibayar dimuka PPH 25

Utang PPH badan (29)

total beban pajak kini merupakan penjumlahan semua pajak yang dibayarkan yaitu pajak final dan pajak
tidak final termasuk juga pajak yang LN yang tidak boleh dikreditkan

Total beban pajak kini = pajak terutang tahunan Rp 21.000.000.000 + final Rp 1.500.000.000 + Rp
1.000.000.000 LN = Rp 23.500.000.000

Beban pajak kini

Pajak dibayar dimuka PPH final

Pajak LN dibayar dimuka PPH 24


Beda temporer net Rp5.000.000.000 - Rp3.000.000.000 = Rp2.000.000.000 positif. Pajak tangguhan 25%
x Rp2.000.000.000 =Rp500.000.000. Penghasilan kena pajak lebih besar dibandingkan dengan laba
menurut akuntansi, sehingga pengenaan pajak akan mendahului pengakuan menurut akuntansi. Karena
sebelumnya terdapat liabilitas pajak tangguhan, maka pendapatan pajak tangguhan akan mengurangi
liabilitas pajak tangguhan. Saldo liabilitas pajak tangguhan sebesar Rpl.700.000.000 - Rp500.000.000 =
Rp1.200.000.000.

Liabilitas pajak tangguhan

Pendapatan pajak tangguhan

Saldo total beban pajak perusahaan adalah beban pajak kini ditambah pajak tangguhan =
Rp13.500.000.000 Rp500,000.000 = Rp13.000.000.000.

Penyajian dalam laporan keuangan

Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif

Laba sebelum pajak

Beban pajak:

Beban pajak kini

Pendapatan pajak tangguhan

Total beban pajak

Laba bersih

Laporan posisi keuangan

Utang PPH badan (liabilitas pajak kini)

Liabilitas pajak tangguhan

Utang PPH badan yang muncul dalam laporan keuangan merupakan pajak kurang bayar dalam satu
tahun fiskal atau sering dikenal sebagai pajak rampung atau PPH 29. Utang PPH badan merupakan utang
yang terkait dengan beban pajak entitas. utang pajak yang lain merupakan utang pajak terkait dengan
kewajiban entitas untuk memotong pajak pihak lain sehingga tidak akan mempengaruhi nilai beban
pajak. Entitas dapat menyajikan dalam laporan posisi keuangan hanya satu baris utang pajak dan rincian
jenis-jenis pajak nya di catatan atas laporan keuangan, atau menampilkan rincian utang pajak dalam
laporan posisi keuangan.
Contoh 18.2: Perbedaan Temporer Penghasilan Kena Pajak Dan Laba Sebelum Pajak

PT kencana menurut akuntansi melaporkan pendapatan yang selama tahun 2015 2016 dan 2017 sebesar
Rp 300.000.000 pertahun dan beban sebesar Rp 200. 000 000 pertahun. Untuk tujuan pajak, terdapat
perbedaan temporer terkait dengan pengakuan pendapatan sehingga penghasilan untuk 2015 2016 dan
2017 secara berurutan sebesar Rp 240.000.000, Rp 320.000.000, Rp 340.000.000

Jelaskan bagaimana dampak dari perbedaan ini dalam laporan keuangan entitas

Tabel

Dalam kasus ini perbedaan yang muncul hanya perbedaan temporer sehingga beban pajak menurut
akuntansi dibagi laba sebelum pajak sama dengan tarif pajak yang berlaku yaitu 25%. Jika terdapat
perbedaan permanen tarif pada efektif tidak sama dengan tarif pajak yang berlaku.

Contoh 18.3 Perbedaan Temporer Dapat Dikurangkan

PT Merbabu selama 2015 mengakui beban garansi sebesar 2% dari total penjualan. Garansi akan
dilakukan selama 2 tahun. Total penjualan pada 2015 sebesar Rp 800.000.000. Beban tersebut diakui
menurut akuntansi dengan basis akrual pada saat penjualan terjadi yaitu pada tahun 2015. Menurut
ketentuan pajak, beban tersebut baru diakui jika kita setelah secara nyata memberi garansi kepada
pelanggannya kenyataannya beban garansi atas penjualan 2015 dibayarkan pada tahun 2015 sebesar Rp
2.000.000, 2016 Rp 16.000.000. beban tersebut akan di akru pada 2015 dan menimbulkan liabilitas:

Beban garansi 16.000.000

Liabilitas garansi 16.000.000

Atas garansi ini ada yang telah diberikan jasanya pada 2015 sehingga liabilitas akan berkurang

Liabilitas garansi 2.000.000

Kas (kredit yang lain) 2.000.000

Tabeeel

Menurut akuntansi akan diakui beban garansi sebesar Rp 16.000.000, sedangkan menurut pajak akan
diakui beban garansi sebesar yang telah dibayarkan Rp 2.000.000. Dengan demikian terdapat perbedaan
laba Rp 14.000.000. Laba menurut penghasilan kena pajak lebih besar dibandingkan dengan laba
menurut akuntansi. Perbedaan ini mencerminkan dengan perbedaan pengakuan liabilitas garansi dalam
laporan posisi keuangan sebesar Rp 16.000.000 - Rp 2.000.000 = Rp 14.000.000
Perbedaan tersebut akan kan terpulihkan di masa mendatang sehingga menimbulkan perbedaan
temporer yang dapat dikurangkan. perbedaan tersebut akan diakui sebagai aset pajak tangguhan
sebagai perbedaan atas laba dikalikan dengan tarif pajak pada saat perbedaan tersebut akan
terpulihkan. Misalkan tarif pajak yang berlaku 25% dan tidak akan berubah pada beberapa tahun
berikutnya

Aset pajak tangguhan

Pendapatan pajak tangguhan

Pendapatan pajak tangguhan akan mengurangi beban pajak kini entitas. Dengan demikian dampak dari
jurnal tersebut total beban pajak akan lebih kecil dibandingkan dengan pajak kini. Laba menurut
akuntansi lebih kecil dari laba menurut pajak maka total beban pajak lebih kecil dibandingkan dengan
pajak kini. Total beban pajak akan dipadankan dengan laba sebelum pajak, sehingga tepat karena pada
2015 laba menurut akuntansi lebih kecil.

Pada 2016 dilakukan pembayaran garansi Rp8.000.000 sehingga liabilitas pajak tangguhan akan
berkurang sehingga bersaldo Rp6.000.000. Akibat transaksi ini aset pajak tangguhan juga harus
dikurangi karena liabilitasnya telah terselesaikan. Atas berkurangnya perbedaan temporer yang dapat
dikurangkan tersebut akan dibuat jurnal.

Liabilitas garansi

Kas (kredit yang lain)

Beban pajak tangguhan

Aset pajak tangguhan

Saldo liabilitas pajak tangguhan Rpl.500.000 pada akhir tahun 2016 akan terselesaikan pada tahun 2017
dengan pembayaran garansi sebesar Rp6.000.000.

Liabilitas garansi

Kas (kredit yang lain)

Beban pajak tangguhan

Aset pajak tangguhan

Pada akhir 2017 perbedaan tersebut akan terselesaikan semuanya, sehingga saldo liabilitas garansi 0
dan aset pajak tangguhan juga bersaldo nol.

Perbedaan temporer yang dapat dikurangkandi masa mendatang harus dievaluasi setiap periode untuk
memastikan bahwa perbedaan tersebut dapat dikurangkan. Dalam beberapa kondisi perbedaan
temporer tersebut tidak dapat dikurangkan di masa mendatang. Jika perbedaan temporer tersebut tidak
dapat dikurangkan maka aset pajak tangguhan yang timbul dari perbedaan tersebut tidak boleh diakui
lagi. Untuk menjelaskan keadaan ini dapat dilihat dalam contoh 18.4 yang merupakan lanjutan contoh
18.3

Contoh 18.4 Evaluasi Atas Perbedaan Temporer Dapat Dikurangkan

Melanjutkan kasus dalam Contoh 18.3 namun pada tahun 2017 beban garansi yang dibayarkan sebesar
Rp4.000.000. Garansi tidak dapat lagi digunakan oleh pelanggan pada tahun 2018.

Berdasarkan data tersebut pengakuan garansi sebesar Rp16.000.000 namun pembayaran garansi yang
dilakukan hanya sebesar 2.000.000 + 8.000.000 + 4.000.000 = 14.000.000 sehingga terdapat
Rp2.000.000 perbedaan temporer yang tidak dapat diselesaikan. Dengan demikian pada tahun 2017
akan dibuat jurnal berikut ini.

Liabilitas garansi

Kas (kredit yang lain)

Beban pajak tangguhan

Aset pajak tangguhan

Tabeeel

Terkait dengan beban garansi yang telah diestimasi dan diakui Rp16.000.000 ternyata hanya terealisasi
Rp14.000.000, sehingga akan dilakukan koreksi atas estimasi yang telah dilakukan pada 2017. Perbedaan
temporer yang tidak dalam diselesaikari juga akar disesuaikan akibat koreksi atas estimasi yang
dilakukan.

Liabilitas garansi

Kas (kredit yang lain)

Beban pajak tangguhan

Aset pajak tangguhan

Akibat jurnal penyesuaian tersebut saldo liabilitas garansi akan menjadi nol dan aset pajak tangguhan
menjadi nol. Beban garansi dicatat sebagai kredit akan digabungkan dengan pengakuan beban garansi
atas penjualan yang dilakukan pada 2017.
Contoh 18.5 Perbedaan Temporer Kena Pajak

PT sumbing pada awal Januari 2015 membeli kendaraan dengan harga Rp 200.000.000 menurut
akuntansi aset ini disusutkan 5 tahun tanpa nilai sisa sedangkan menurut pajak disusutkan 4 tahun tanpa
nilai sisa.

TABEL

Menurut akuntansi beban depresiasi per tahun Rp40.000.000, sedangkan menurut pajak beban
depresiasi sebesar Rp50.000.000. Akibatnya laba sebelum pajak setiap tahun dari 2015-2018 lebih besar
Rp10.000.000 dibandingkan penghasilan kena pajak. Namun pada 2019, laba menurut akuntansi lebih
kecil Rp40.000.000 karena pada tahun tersebut tidak ada depresiasi.

Akibat beban depresiasi tersebut akumulasi depresiasi menurut akuntansi lebih kecil, sehingga aset net
menjadi lebih besar. Perbedaan tersebut terakumulasi selama empat tahun sehingga saldo perbedaan
pada akhir 2018 sebesar Rp40.000.000. Perbedaan tersebut tidak ada lagi, ketika diakui beban
depresiasi menurut akuntansi sedangkan menurut pajak tidak diakui lagi beban depresiasi.

Akibat laba sebelum pajak diakui lebih tinggi maka akan diakui beban pajak, namun karena
penyelesaiannya ditangguhkan pada saat penghasilan kena pajaknya diakui. Beban pajak tangguhan
diakui sebesar 25% x Rp10.000.000 = Rp2.500.000. Sebagai lawannya akan diakui liabilitas pajak
tangguhan. Jurnal yang dibuat selama empat tahun atas perbedaan laba akuntansi dan penghasilan kena
pajak adalah sebagai berikut.

Beban Pajak Tangguhan 2.500.000

Liabilitas Pajak Tangguhan 2.500.000

Jurnal ini dibuat sama selama empat tahun 2015-2018, sehingga liabilitas pajak tangguhan akan
terakumulasi dan bersaldo Rp10.000.000 pada tahun 2019, Sebaliknya pada tahun 2019, laba sebelum
pajak lebih rendah Rp40.000.000 dibandingkan dengan penghasilan kena pajak. Atas perbedaan
tersebut akan diakui pendapatan pajak tangguhan dan lawannya liabilitas pajak tangguhan. Pendapatan
pajak tangguhan tersebut akan mengurangi beban pajak kini, sehingga pada tahun 2019, total beban
pajak akan iebih kecil dibandingkan dengan pajak kini.

Liabilitas pajak tangguhan 10.000.000

Pendapatan pajak tangguhan 10.000.000

Untuk depresiasi aset tetap, perbedaan temporer juga dapat terjad akibat nilai sisa. Menurut regulasi
pajak di Indonesia, depresiasi dilakukan atas nilai seluruh aset tanpa memperhitungkan nilai sisa.
Sementara menurut akuntansi, entitas dapat menetapkan nilai sisa. Akibat nilai sisa maka betan
depresiasi menurut pajak dan akuntansi berbeda. Perbedaan tersebut, pada masa manfaat aset akan
tetap ada dan akan diakui liabilitas pajak tangguhan karena beban depresiasi menurut akuntansi secara
total lebih kecil dibandingkan dengan beban depresiasi menurut pajak. Perbedaan ini akan hilang pada
saat aset dijual atau dilepas. Pada saat aset dijual atau dilepas, entitas akan mengakui keuntungan atau
kerugian penjualan sebesar selisih nilai jual dengan nilai sisa. Sementara menurut pajak, seluruh hasil
penjualan akan diakui sebagai keuntungan karena nilai sisa aset nol. Perbedaan keuntungan dan
kerugian penjualan aset ini akan mencerminkan perbedaan akibat nilai sisa. Liabilitas pajak tangguhan
akan terpulihkan pada saat aset tersebut dijual atau dilepaskan.

Contoh 18.6 Perbedaan Temporer Dan Permanen Serta Pajak Kini

PT Sindoro pada tahun 2015 melaporkan laba sebelum pajak sebesar Rp900.000.000. Dalam rekonsiliasi
fiskal terdapat perbedaan antara akuntansi dan pajak yang disebabkan oleh beberapa hal berikut.

1. Beban depresiasi menurut akuntansi lebih kecil dibandingkan menurut pajak sebesar Rp20.000.000.

2. Beban garansi menurut akuntansi lebih besar Rp80.000.000 dibandingkan menurut pajak.

3. Beban sumbangan sebesar Rp10.000.000 tidak diperkenankan menurut pajak.

4. Penghasilan sewa tanah dan bangunan sebesar Rp70.000.000 dikenakan pajak final sebesar 10%.

Tarif pajak yang berlaku sebesar 25%. Entitas belum memiliki saldo awal aset/liabilitas pajak tangguhan.
Pajak dibayar di muka terdiri atas angsuran pajak (PPh 25) Rp180.000.000, PPh 23 sebesar
Rp20.000.000, dan pajak final atas sewa Rp.12.500.000. Entitas menyusun laporan keuangan tahunan,
sehingga jurnal penyesuaian beban pajak dilakukan di akhir tahun.

TABEL

Beban depresiasi menurut akuntansi terlalu kecil sehingga laba akuntansi lebih besar. Hal tersebut
memunculkan perbedaan kena pajak sebesar Rp20.000.000, liabilitas pajak tangguhan yang diakui
sebesar 5.000.000 (25% x 20.000.000).

Beban garansi menurut akuntansi terlalu besar sehingga laba akuntansi lebih kecil, atau penghasilan
kena pajak lebih besar sehingga memunculkan perbedaan dapat dikurangkan sebesar Rp80.000.000,
aset pajak tangguhan diakui sebesar Rp20.000.000.

Kedua perbedaan tersebut menghasilkan pendapatan pajak tanggunan Rp15,000,000. Beban


sumbangan tidak boleh diakui sehingga koreksi positif, menambah penghasilan kena pajak. Penghasilan
final tidak diperhitungkan dalam perhitungan penghasilan kena pajak sehingga dilakukan koreksi negatif.

Beban pajak kini entitas gabungan pajak terutang dalam satu tahun fiskal ditambah pajak atas
penghasilan yang dikenakan pajak final = 235.00.000 + 12.500.000 = 247.500.000. Total beban pajak
entitas merupakan penjumalah beban pajak kini dan pajak tangguhan sebesar: Rp247.500.000 -
Rp15.000.000 = Rp232.500.000.

Aset pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan dalam penyajian akan disajikan neto sehingga akan
disajikan sebagai aset pajak tangguhan 15.000.000 (20.000.000 – 5.000.000)
Tarif efekti pajak entitas dihitung dari total beban pajalk dibagi laba sebelum pajak sebesar 25,83%
(232.500.000/900.000.000). Jika tarif pajak efektif dihitung dari beban pajak kini, sebesar 27.5%
(247.500.000/900.000.000), sering disebut sebagati current effective tax rate. Perbedaan tarif pajak
efektif dengan tarif pajak pemerintah karena terdapat perbedaan permanen.

Jurnal yang akan dibuat untuk penyesuaian akhir tahun dan pengakuan pajak tangguhan adalah:

Beban pajak penghasilan (kini)

Pajak dibayar dimuka angsuran PPH 25

Pajak dibayar dimuka PPH 23

Utang PPH badan

Beban pajak penghasilan (kini)

Pajak dibayar dimuka

Aset pajak tangguhan

Liabilitas pajak tangguhan

Pendapatan pajak tangguhan

Penyajian dalam laporan laba rugi

Laba sebelum pajak

Beban pajak penghasilan:

Pajak kini

Pajak tangguhan

Total beban pajak penghasilan

Laba bersih

Penyajian dalam laporan posisi keuangan

Aset pajak tangguhan

Contoh 18.7 Kompensasi Kerugian


PT Slamet pada tahun 2015 mengalami rugi sebelum pajak sebesar Rp700.000.000. Pada tahun 2016
entitas memperoleh laba sebelum pajak sebesar Rp100.000.000, tahun 2017 sebesar Rp200.000.00 dan
pada tahun 2018 sebesar Rp600.000.000. Entitas tidak memiliki perbedaan permanen dan temporer
sehingga laba (rugi) sebelum pajak menurut akuntansi sama dengan laba (rugi) kena pajak. Tarif pajak
yang berlaku sebesar 25%.

TABEL

Pada ahun 2015 atas kerugian sebesar Rp700.000.000 diakui aset pajak tangguhan dan pendapatan
pajak tangguhan. Sesuai dengan prinsip matching, manfaat kompensasi akan diakui pada saat terjadinya
kerugian.Aset pajak tangguhan diakui, karena kompensasi tersebut memberikan manfaat di masa
mendatang, karena jika entitas memperoleh laba tidak perlu membayar pajak. Aset pajak tangguhan
dan pendapatan pajak tangguhan diakui sebesar Rp700.000.000 x 25% = 175.000.000

Pada tahun 2016, atas laba yang diperoleh dikenakan pajak sehingga pajak kini nol. Namun kompensasi
kerugian akan dimanfaatkan sebesar Rp100.000.000, sehingga aset pajak tangguhan akan berkurang
sebesar 25% x Rp100.000.000 = Rp25.000.000.

Pada tahun 2017 kompensasi yang dimanfaatkan Rp200.000.000 sehingga aset pajak tangguhan akan
berkurang dan diakui beban pajak tangguhan sebesar 25% x Rp100.000.000 = Rp25.000.000. Pada tahun
2018, kompensasi yang masih dapat dimanfaatkan sebesar Rp400.000.000 (Rp700.000.000 –
Rp100.000.000 - Rp200.000.000). Dengan demikian entitas tetap harus membayar pajak atas
penghasilan yang cidak dapat lagi dikompensasi sebesar Rp600.000.000 - Rp400.000.000 =
Rp200.000.000. Pajak kini yang dibayarkan sebesar 25% x Rp200:000.000 = Rp50.000.000. Total beban
pajak adalah Rp100.000.000 + Rp50.000.000 = Rp150.000.000.

Pengakuan pajak tangguhan atas kompensasi kerugian akan menyebabkan tarif pajak efektif sama
seperti tarif pajak yang berlaku 25%. Namun jika tarif efektif hanya dihitung dari pajak yang dibayarkan
atau pajak kini saja, maka terlihat CETR nol dan baru terlihat pada tahun 2018. Contoh tersebut
menunjukkan bahwa penggunaan pendekatan pajak tangguhan memberikan informasi yang lebih
bermanfaat bagi pembaca karena dapat menunjukkan potensi manfaat dalam laporan posisi keuangan
dan beban diakui pada waktu yang lebih tepat.

Jurnal yang dibuat:

2015 aset pajak tangguhan

Pendapatan pajak tangguhan

2016 beban pajak tangguhan

Aset pajak tangguhan

2017 beban pajak tangguhan

Aset pajak tangguhan


2018 beban pajak tangguhan

Beban pajak kini

Aset pajak tangguhan

Utang PPH badan

Contoh 18.8 Penyesuaian Aset Pajak Tangguhan

PT Lawu pada tahun 2015 mengalami kerugian sebelum pajak sebesar Rp 500.000.000. Entitas
memperkirakan kerugian ini bersifat sementara, berdasarkan rencana kerja perusahaan dapat diyakini
bahwa entitas dapat memanfaatkan kompensasi kerugian tersebut di masa depan. Pada tahun 2016
entitas memperoleh laba sebesar Rp20.000.000. Entitas masih meyakini bahwa kompensasi masih dapat
dimanfaatkan. Pada tahun 2017 entitas memperoleh laba Rp40.000.000. Berdasarkan kinerja dua tahun
tersebut entitas memprediksi bahwa dari sisa kompensasi kerugian di tahun 2017 sebesar
Rp440.000.000 (Rp500.000.000 - Rp40.000.000 - Rp20.000.000) hanya dapat dimanfaatkan sebesar
Rp240.000.000 sisanya kemungkinan tidak dapat dimanfaatkansehingga laba sebesar Rp200.000.00 dan
pada tahun 2018 memperoleh laba Rp600.000.000. Entitas tidak memiliki perbedaan permanen dan
temporer sehingga laba (rugi) akuntansi sama dengan laba (rugi) menurut pajak. Tarif pajak yang berlaku
sebesar 25%.

TABELL

Pada tahun 2015 manfaat kompensasi sebesar Rp500.000.000, akan diakui sebagai pendapatan dan aset
pajak tangguhan sebesar Rp125.000.000 Pada tahun 2016 aset pajak tangguhan berkurang sebesar 25%
x Rp20.000.0000 = Rp5.000.000. Pada tahun 2017 aset pajak cangguhan berkurang sebesar 25% x
Rp40.000.0000 = Rp10.000.000. Atas informasi bahwa kompensasi yang dapat dimanfaatkan hanya
sebesar Rp240.000.000 dan sisanya Rp200.000.000 tidak dapat dimanfaatkan. Untuk itu dibuat
penyesuaian atas aset pajak tangguhan, sehingga saldo aset pajak tangguhan hanya mencerminkan
potensi manfaat kompensasi yang dapat dimanfaatkan sebesar 25% x Rp240.000.000 = Rp60.000.000.

2018 aset pajak tangguhan

Pendapatan pajak tangguhan

2016 beban pajak tangguhan

Aset pajak tangguhan

2017 beban pajak tangguhan

Aset pajak tangguhan

Penyesuaian
2017 beban pajak tangguhan

Beban pajak kini

Penyesuaian aset pajak tangguhan tidak hanya dilakukan an-naba dari kompensasi kerugian yang tidak
dapat dimanfaatkan. Dalam beberapa kasus dapat saja terjadi perbedaan temporer yang awalnya
diprediksi dapat dikurangkan ternyata sesuai dengan ketentuan perpajakan tidak dapat dikurangkan.
Kondisi si tersebut juga harus dibuatkan jurnal penyesuaian. Misalnya beban penyisihan piutang
menurut akuntansi sudah diakui dan atas pengakuan tersebut diharapkan beban tersebut diakui oleh
pajak. Namun dalam kenyataannya, beban penyisihan atau penghapusan piutang tersebut tidak
memenuhi syarat administrasi pajak sehingga tidak dapat dibebankan. Kondisi ini mengharuskan entitas
melakukan penyesuaian atas aset pajak tangguhan yang telah diakui.

Anda mungkin juga menyukai