Anda di halaman 1dari 24

TRIGGER CASE

KEPERAWATAN GAWAR DARURAT


KEJANG DEMAM

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1 KELAS 6/D

NAMA ANGGOTA KELOMPOK:


1. DESINTA PUSPITA SETYARINI 1130017133
2. KUSUMA WINAHYU 1130017145
3. RISKA NURIYANTI 1130017151
4. NURIL HUSNA 1130017157

FASILITATOR:
ARIF HELMI SETIAWAN, S.Kep.,Ns, M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA

2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa atas segalah rahmat nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihat yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga malakah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menembah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan
itu saran dan kritisk yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Surabaya, 14 April
2020

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
2.3 Patofisiologi
2.4 Pathway
2.5 Manifestasi Klinis
2.6 Klasifikasi
2.7 Komplikasi
2.8 Penatalaksanaan
BAB 3 KASUS DAN PEMBAHASAN
3.1 Trigger Case
3.2 Peran Perawat
BAB 4 PENUTUP
4.1 Penutup
4.2 Saran

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kejang demam merupakan neurologis yang paling sering terjadi pada
anak, 1 dari 25 anak akan mengalami satu kali kejang demam. Hal ini
dikarenakan, anak yang masih berusia dibawah 5 tahun sangatlah rentan
terhadap berbagai penyakit, disebabkan sistem kekebalan tubuh belum
terbangun secara sempurna (Harjaningrum, 2011).Serangan kejang demam
pada anak yang satu dengan yang lain tidaklah sama, tergantung nilai ambang
kejang masing-masing. Oleh karena itu, setiap serangan kejang harus mendapat
penanganan yang cepat dan tepat, apalagi kejang yang berlangsung lama dan
berulang. Sebab, keterlambatan dan kesalahan prosedur bisa mengakibatkan
gejala sisa pada anak, bahkan bisa menyebabkan kematian (Fida & Maya,
2012).
WHO memperkirakan pada tahun 2015 terdapat lebih dari 21,65 juta
penderita kejang demam dan lebih dari 216 ribu diantaranya meninggal.
Insiden terjadinya kejang demam diperkirakan mencapai 4-5% dari jumlah
penduduk di Amerika Serikat. Namun, di Asia angka kejadian kejang demam
lebih tinggi, seperti di Jepang dilaporkan antara antara 6-9% kejadian kejang
demam 5-10% di India, dan 14% di Guat (Hermal, 2010). Angka kejadian
kejang demam di Indonesia sendiri mencapai 2-4% tahun 2008 dengan 80%
disebabkan oleh ISP. Angka kejadian di wilayah Jawa Tengah sekitar 2-5%
pada anak usia 6bulan-5 tahun disetiap tahunnya. 25-50% kejang demam akan
mengalami bangkitan kejang demam berulang.
Kejang demam pada anak dapat mengganggu kehidupan keluarga dan
kehidupan sosial orang tua khususnya ibu, karena ibu dibuat stres dan rasa
cemas yang luar biasa. Bahkan, ada yang mengira anaknya bisa meninggal
karena kejang. Memberikan informasi kepada ibu tentang hubungan demam
dan kejang itu sendiri merupakan hal yang penting untuk menghilangkan stres
dan cemas mereka (Hazaveh, 2011).
Sebenarnya banyak hal yang bisa dilakukan ibu dalam mengatasi demam
pada anak sebelum terjadi kejang dan selanjutnya membawa ke rumah sakit,
mengukur suhu dan memberi obat penurunan panas, kompres air hangat (yang
suhunya kurang lebih sama dengan suhu badan anak) dan memberikan cairan
yang cukup dapat menurunkan suhu tubuh anak. Ibu harus menyadari bahwa
demam merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kejang, dikarenakan
adanya peningkatan suhu tubuh yang cepat (Raftery, 2008).
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Pengertian dari kejang demam ?
2. Bagaimana penyebab dari kejang demam?
3. Bagaimana patofisiologi dati kejang demam?
4. Bagaimana tanda dan gejala dari kejang demam?
5. Bagaimana pentalaksanaan dari kejang demam?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui dan memahami tentang pengertian dari kejang demam
2. Mengetahui dan memahami penyebab dari kejang demam
3. Mengetahui dan memahami patofisiologi dari kejang demam
4. Mengetahui dan memahami tanda dan gejala dari kejang demam
5. Mengetahui dan memahami penetalaksanaan dari kejang demam

BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1. Definisi Kejang Demam


Kejang demam adalah perubahan aktivitas motorik atau behavior yang
bersifat paroksimal dan dalam waktu terbatas akibat dari adanya aktifitas listrik
abnormal di otak yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (Widagno, 2012).
Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada suhu badan tinggi
(kenaikkan suhu tubuh diatas 38⁰C) karena terjadi kelainan ekstrakranial.
Kejang demam atau febrile convulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi
pada kenaikkan suhu tubuh yang disebabkan oleh proses ekstrakranium
(Lestari,2016).
Jadi dapat disimpulkan, kejang demam adalah gangguan yang terjadi
akibat dari peningkatan suhu tubuh anak yang dapat menyebabkan kejang yang
diakibatkan karena proses ekstrakranium.

2.2. Etiologi
Hingga kini belum diketahui pasti penyebab kejang demam. Demam
sering disebabkan infeksi saluran pernapasan atas, otitis media, pneumonia,
dan infeksi saluran kemih (Lestari, 2016). Menurut Ridha (2014), mengatakan
bahwa faktor resiko terjadinya kejang demam diantaranya:
a. Faktor-faktor perinatal
b. Malformasiotak kongenital
c. Faktor genetika
d. Demam
e. Gangguan metabolisme
f. Trauma
g. Neoplasma
h. Gangguan Sirkulasi
Kejang dapat terjadi pada setiap orang yang mengalami hipoksemia
(penurunan oksigen dalam darah) berat, hipoglikemia, asodemia, alkalemia,
dehidrasi, intoksikasi air, atau demam tinggi. Kejang yang disebabkan oleh
gangguan metabolik bersifat reversibel apabila stimulus pencetusnya
dihilangkan (Corwin, 2001).

2.3. Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah
menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan
dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal
membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah ion kalium (K+) dan sangat
sulit dilalui oleh ion Natriun (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida
(Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi
Na+ rendah, sedangkan diluar sel neuron terdapatkeadaan sebaliknya. Karena
perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan luar sel, maka terdapat
perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron.
Untuk menjaga keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan
bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :
a. Perubahan konsentrasi ion diruang ekstraselular
b. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau
aliran listrik dari sekitarnya
c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan
Pada keadaan demam kenaikkan suhu 1⁰C akan mengakibatkan kenaikkan
metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada
anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan
dengan orang dewasa hanya 15%. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat
mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang
singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya
lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat
meluas keseluruh sel maupun ke membran sel disekitarnya dengan bantuan
“neurotransmiter” dan terjadi kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang
yang berbeda dan tergantung tinggi rendahnya ambang kejang seorang anak
akan menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu.
2.4. Pathway
2.5. Manifestasi Klinis
Dewanto (2009), mengatakan gambaran klinis yang dapat dijumpai pada
pasien dengan kejang demam diantaranya :
a. Suhu tubuh mencapai >38⁰C
b. Serangan kejang biasanya berlangsung singkat (kurang dari 15 menit)
c. Sifat bangkitan dapat berbentuk :
 Tonik: mata ke atas, kesadaran hilang dengan segera, bila berdiri jatuh
ke lantai atau tanah, kaku, lengan fleksi, kaki/kepala/leher ekstensi,
tangisan melengking, apneu, peningkatan saliva
 Klonik: gerakan menyentak kasar pada saat tubuh dan ekstremitas
berada pada kontraksi dan relaksasi yang berirama, hipersalivasi, dapat
mengalami inkontinensia urin dan feses
 Tonik Klonik
 Akinetik: tidak melakukan gerakan
d. Umumnya kejang berhenti sendiri, anak akan terbangun dan sadar
kembali tanpa adanya kelainan saraf.
e. Kulit pucat dan membiru
f. Akral dingin

2.6. Klasifikasi
Menurut Ngastiyah ( 1997: 231), klasikfikasi kejang demam adalah :
1. Kejang demam sederhana : yaitu kejang berlangsung kurang dari 15 menit
dan umum. Adapun pedoman untuk mendiagnosa kejang demam
sederhana dapat diketahui melalui criteria Livingstone, yaitu :
 umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun
 kejang berlangsung hanya sebentar, tidak lebih dari 15 menit.
 Kejang bersifat umum
 Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbul demam.
 Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kjang normal
 Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu
normal tidak menunjukan kelainan.
 Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali
2. Kejang kompleks :
Kejang kompleks adalah tidak memenuhi salah satu lebih dari
ketujuh criteria Livingstone. Menurut Mansyur ( 2000: 434) biasanya dari
kejang kompleks diandai dengan kejang yang berlangsung lebih dari 15
menit, fokal atau multiple ( lebih dari 1 kali dalam 24jam). Di sini anak
sebelumnya dapat mempunyai kelainan neurology atau riwayat kejang
dalam atau tanpa kejang dalam riwayat keluarga.

2.7. Komplikasi
Pada penderita kejang demam yang mengalami kejang lama biasanya
terjadi hemiparesis. Kelumpuhannya sesuai dengan kejang fokal yang terjadi.
Mula–mula kelumpuhan bersifat flasid, tetapi setelah 2 minggu timbul
spastisitas.
Kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan
anatomis di otak sehingga terjadi epilepsi. Ada beberapa komplikasi yang
mungkin terjadi pada klien dengan kejang demam:
a. Pneumonia aspirasi
b. Asfiksia
c. Retardasi mental

2.8. Penatalaksanaan
Ngastiyah (2012), dalam penanggulangan kejang demam ada beberapa
faktor yang perlu dikerjakan yaitu :
1. Penatalaksanaan Medis
a. Memberantas kejang secepat mungkin
Bila pasien datang dalam keadaan status konvulsivus (kejang), obat
pilihan utama yang diberikan adalah diazepam yang diberikan secara
intravena. Dosis yang diberikan pada pasien kejang disesuaikan dengan
berat badan, kurang dari 10kg 0,5-0,75mg/kgBB dengan minimal dalam
spuit 7,5mg dan untuk BB diatas 20kg 0,5mg/KgBB. Biasanya dosis rata-
rata yang dipakai 0,3mg/kgBB/kali dengan maksimum 5mg pada anak
berumur kurang dari 5 tahun, dan 10mg pada anak yang lebih besar.
Setelah disuntikan pertama secara intravena ditunggu 15 menit, bila
masih kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama juga
melalui intravena. Setelah 15 menit pemberian suntikan kedua masih
kejang, diberikan suntikan ketiga dengan dosis yang sama juga, akan tetapi
pemberiannya secara intramuskular,diharapkan kejang akan berhenti. Bila
belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehid 4%
secara intravena. Efek samping dari pemberian diazepam adalah
mengantuk, hipotensi, penekanan pusat pernapasan.
Pemberian diazepam melalui intravena pada anak yang kejang
seringkali menyulitkan, cara pemberian yang mudah dan efektif adalah
melalui rektum. Dosis yang diberikan sesuai dengan berat badan ialah
berat badan dengan kurang dari 10kg dosis yang diberikan sebesar 5mg,
berat lebih dari 10kg diberikan 10mg. Obat pilihan pertama untuk
menanggulangi kejang atau status konvulsivus yang dipilih oleh para ahli
adalah difenilhidantoin karena tidak mengganggu kesadaran dan tidak
menekan pusat pernapasan, tetapi dapat mengganggu frekuensi irama
jantung.
b. Pengobatan penunjang
Sebelum memberantas kejang tidak boleh dilupakan pengobatan
penunjang yaitu semua pakaian ketat dibuka, posisi kepala sebaiknya
miring untuk mencegah aspirasi isi lambung, usahakan agar jalan napas
bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen. Fungsi vital seperti kesadaran,
suhu, tekanan darah, pernapasan dan fungsi jantung diawasi secara ketat.
Untukcairan intravena sebaiknya diberikan dengan dipantau untuk
kelainan metabolik dan elektrolit. Obat untuk hibernasi adalah
klorpromazin. Untuk mencegah edema otak diberikan kortikorsteroid
dengan dosis 20-30mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis atau sebaiknya
glukokortikoid misalnya dexametason 0,5-1 ampul setiap 6 jam sampai
keadaan membaik
c. Memberikan pengobatan rumat
Setelah kejang diatasi harus disusul pengobatan rumat. Daya kerja
diazepam sangat singkat yaitu berkisar antara 45-60 menit sesudah
disuntikan, oleh karena itu harus diberikan obat antiepileptik dengan daya
kerja lebih lama. Lanjutan pengobatan rumat tergantung daripada keadaan
pasien. Pengobatan ini dibagi atas dua bagian, yaitu pengobatan profilaksis
intermiten dan pengobatan profilaksis jangka panjang.
d. Mencari dan mengobati penyebab
Penyebab kejang demam sederhana maupun epilepsi yang diprovokasi
oleh demam biasanya adalah infeksi respiratorius bagian atas dan otitis
media akut. Pemberian antibiotik yang adekuat perlu untuk mengobati
penyakit tersebut. Secara akademis pasien kejang demam yang datang
untukpertama kali sebaliknya dilakukan pungsi lumbal untuk
menyingkirkan kemungkinan adanya faktor infeksi didalam otak misalnya
meningitis.
2. Penatalaksanaan keperawatan
1) Pengobatan fase akut
a) Airway
(1) Baringkan pasien ditempat yang rata, kepala dimiringkan dan
pasangkan sudip lidah yang telah dibungkus kasa atau bila ada
guedel lebih baik
(2) Singkirkan benda-benda yang ada disekitar pasien, lepaskan pakaian
yang mengganggu pernapasan
(3) Berikan O2 boleh sampai 4 liter/menit
b) Breathing
Isap lendir sampai bersih
c) Circulation
(1) Bila suhu tinggi lakukan kompres hangat secara intensif
(2) Setelah pasien bangun dan sadar berikan minum hangat Jika dengan
tindakan ini kejang tidak segera berhenti, hubungi dokter apakah
perlu pemberian obat penenang.
3. Pencegahan kejang berulang
1) Segera berikan diazepam intravena, dosis rata-rata 0,3mg/kgBB atau
diazepam rektal. Jika kejang tidak berhenti tunggu 15 menit dapat
diulang dengan dengan dosis dan cara yang sama
2) Bila diazepam tidak tersedia, langsung dipakai fenobarbital dengan
dosis awal dan selanjutnya diteruskan dengan pengobatan rumah.
BAB 3
KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1. Trigger Case


SUMEKS.CO – Para orang tua kerap panik melihat anak demam, terutama
bila tiba-tiba kejang. Hal ini pernah dialami Dwiyanti (24) yang memiliki buah
hati berusia 1,3 tahun. Dia bercerita, putranya mengalami demam dengan suhu
39 derajat. Ia pun memberikan obat penurun panas sebagai langkah pertama.
“Tak sampai disitu, sayapun mengompres dengan air hangat,” ujarnya.
Sayangnya, suhu tubuh putranya tak kunjung turun. Tiba-tiba pukul 01.00
WIB, mata Putra melotot ke atas dengan kepala tercungak. Karena panik, Ia
langsung membawa anaknya ke RS untuk pemeriksaan. “Kata dokter Putra
mengalami kejang demam,” ungkapnya.
Dokter Inggriani Tobarasi, SpA, M. Kes mengatakan, kasus yang dialami buah
hati Ibu Dewiyanti kerap terjadi. Anak rentan mengalami kejang dikarenakan
beberapa sebab. “Kejadian kejang bisa dari dalam otak maupun di luar otak,”
ujarnya. Di dalam otak, kejang memiliki dua tipe yakni kejang demam
sederhana adalah kejang demam yang tipe kejangnya umum, singkat dan hanya
sekali dalam 24 jam. Sedangkan kejang demam kompleks adalah kejang
demam yang memenuhi kriteria antara lain, kejang demam yang tipe kejangnya
fokal, artinya kejangnya tidak seluruh tubuh misalnya kejangnya cuma tangan
kiri saja atau kaki kanan saja atau kejangnya berlangsung lebih dari 15 menit
dan kejang lebih dari satu kali dalam 24 jam.
“Kejang sering terjadi pada anak, terutama usia balita,” beber dokter
spesialis anak dari RS Siloam Sriwijaya Palembang. Dia menerangkan kejang
demam merupakan penyakit yang diturunkan. Jika orang tua pernah mengalami
kejang demam, maka anak mereka berpotensi besar mengalami kejang demam.
Kejang demam biasanya dianggap sebagai kondisi tidak membahayakan.
Awalnya, biasanya kejang terjadi bersifat lokal dan hanya menjadi kejang
umum. Jika terdapat peningkatan suhu tubuh pasien yang melewati ambang
batas.

Kejang akibat demam jarang sekali berlangsung lebih dari beberapa menit.
Umumnya tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan EEG saat kejang dan
pasien memiliki kemungkinan untuk sembuh sempurna. Kejang demam
biasanya timbul pada anak dengan suhu tubuh di atas 38°C (100,4°F). “Selain
itu infeksi virus atau bakteri dan bahkan imunisasi yang menyebabkan demam
tinggi seperti herpes virus dapat menjadi faktor penyebab dari kejang demam,”
pungkasnya.

3.2. Peran Perawat


1. Pre Hospital
Penatalaksanaan keperawatan menurut Irdawati (2009) :
a. Semua pakaian ketat dibuka
b. Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi lambung
c. Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen
d. Monitor suhu tubuh, cara paling akurat adalah dengan suhu rektal
e. Obat untuk penurun panas, pengobatan ini dapat mengurangi
ketidaknyamanan anak dan menurunkan suhu 1 sampai 1,5°C
f. Berikan kompres hangat
Mengompres dilakukan dengan handuk atau wascloth (waslap atau
lap badan) yang dibasahi dengan air hangat (30°C) kemudian dilapkan
seluruh badan. Penurunan suhu tubuh terjadi saat air menguap dari
permukaan kulit. Oleh karena itu, anak jangan “dibungkus” dengan lap
atau handuk basah atau didiamkan dalam air karena penguapan akan
terhambat. Tambah kehangatan airnya bila demamnya semakin tinggi
g. Menaikkan asupan cairan anak
Anak dengan demam dapat merasa tidak lapar dan sebaiknya tidak
memaksa anak untuk makan. Akan tetapi cairan seperti susu (ASI atau
susu formula) dan air harus tetap diberikan atau bahkan lebih sering.
Anak yang lebih tua dapat diberikan sup atau buah-buahan yang banyak
mengandung air.
h. Istirahatkan anak saat demam
Demam menyebabkan anak lemah dan tidak nyaman. Orang tua
sebaiknya mendorong anaknya untuk cukup istirahat. Sebaiknya tidak
memaksa anak untuk tidur atau istirahat bila anak sudah merasa baikan
dan anak dapat kembali ke sekolah atau aktivitas lainnya ketika suhu
sudah normal dalam 24 jam.
2. Intra Hospital
a. Penanganan posisi
Pemberian posisi untuk mempertahankan suplai oksigen pada anak
kejang supaya tidak berdampak fatal seperti kematian, meliputi
pemberian posisiekstensidanpemberianposisisupinasi.Airway adalah
yang pertama kali harusdinilaiuntukmengkajikelancarannafas
b. Penanganangangguanpernafasan
Dilakukan menggunakan tongspatel dan sucsion serta oksigen.
Menurut Kartikawati (dalamGregorius, Wahyuningsih, danRufaida,
2015) menunjukkan bahwa perawat mengkaji apakah ada muntah,
perdarahan, benda asing dalam mulut seperti lender dan dengarkan bunyi
nafas, menghisap lender dengan suction secarateratur. Friedman (dalam
Gregorius, et al., 2015) yaitu penanganan bantuan pernafasan dapat
dilakukan dengan oksigenasi.
c. Penanganansirkulasi
Penanganan sirkulasi dilakukan dengan pemberian cairan infus,
selain itu juga dengan mengukur tanda vital. Penanganan segera dengan
pemberian larutan Ringer Laktat secara intravena harus memberikan
respon yang baik menurut Nur (dalam Gregorius, et al.,
2015).Pemasangan infuse adalah salah satu cara atau bagian dari
pengobatan untuk memasukkan obat atau vitamin kedalam tubuh pasien
menurut Darmawan (dalam Gregorius, et al., 2015).
d. Pemberian obat
Pemberian obat pada pasien kejang demam diberikan obat stesolit
dan diazepam dengan dosis sesuai dengan umur.Pada tahap ini juga
dilakukan melihat tingkat kesadaran pasien, tahapan ini memiliki hal
yang biasa dikenal dengan istilah AVPU, meliputi Alert (sadar), verbal
(berespon terhadap suara), pain (berespon terhadap nyeri), unresponsive
(tidak berespon) Kartikawati(dalam Gregorius, et al., 2015).
BAB 4
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal di atas 38°C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstra
kranium. Infeksi virus saluran pernafasan atas, roseola, dan otitis media akut
adalah penyebab kejang demam yang paling sering. Dalam penaggulangan
kejang demam ada 4 faktor yang perlu dikerjakan yaitu: memberantas kejang
secepat mungkin, pengobatan penunjang, memberikan pengobatan rumat,
mencari dan mengobati penyebab.

4.2. Saran
Bagi mahasiswa perawat setelah membaca makalah ini dapat memahami
dan mengaplikasikan penatalaksanaan kejang demam serta dijadikan sebagai
pedoman atau panduan untuk melakukannya.
DAFTAR PUSTAKA

Lestari, T, 2016.Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuha Medika

Ngastiyah. 2012. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC

Nurlaili, Ain, dan Supono (2018). Studi Komparatif Pemberian Kompres


Hangat dan Tepidspongeter hadap Penurunan Suhu Tubuh pada Anak
dengan Kejang Demam di RSUD dr. Soedarsono Pasuruan. Jurnal
Keperawatan Terapan, 4(2). 128-137

OktidanArina (2008).Kegawatdaruratan Kejang Demam pada Anak.Berita


Ilmu Keperawatan, 1(2). 97-100

Ridha, N.H, 2014. Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta : Pustaka

Widagno, 2012. Tata Laksana Masalah Penyakit Anak dengan Kejang


Demam. Jakarta : CV Agung Seto
LAMPIRAN
1. ReviewJurnal 1
a. Judul Jurnal
Studi Komparatif Pemberian Kompres Hangat dan Tepidsponge
Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Dengan Kejang Demam Di
RSUD dr. Soedarsono Pasuruan
b. Peneliti
Rizky Nurlaili, Hurun Ain, Supono
c. Tahun
2018
d. Kesimpulan
Penelitian ini dilaksanakan di ruang anak RSUD dr. Soedarsono
Pasuruan. Populasi dalam penelitian ini yaitu semua anak yang
mengalami kejang demam berjumlah 30 anak. Pengambilan sampel
menggunakan teknik purposive sampling sebanyak 30 anak dari 15
anak sebagai kelompok kompres hangat daerah temporalis dan 15
anak sebagai kelompok tepidsponge. Peneliti mengukur suhu tubuh
sebelum diberi perlakuan (pre test), dan 30 menit setelah pelaksaanan
(post test).
Hasil penelitian ini menujukkan ada perbedaan efektifitas
pemberian kompres hangat dan tepidsponge terhadap penurunan suhu
tubuh pada anak dengan kejang demam.
2. Review Jurnal 2
a. Judul Jurnal
Peningkatan Self Efficacy Ibu Melalui Metode Chalk And Talk
Tentang Penanganan Pertama Kejang Demam Pada Balita Di Desa
Plosowahyu Kabupaten Lamongan.
b. Peneliti
Farida Juanita, Selviana Manggarwati
c. Tahun
2016
d. Kesimpulan
Self efficacy seseorang sangat ditentukan oleh kerja keras dan
ketekunan dalam menghadapi situasi tertentu, di samping itu self efficacy
juga dipengaruhi oleh sejumlah stres dan pengalaman kecemasan individu.
Salah satu metode pembelajaran sely efficacy yaitu dengan chalk and talk .
kelebihan dari metode ini adalah bisa mengontrol urutan dan keluasan
materi pembelajaran. Sangat efektif bila materi yang disampaikan sudah
cukup dikuasai oleh masyarakat, masyarakat bisa secara langsung melihat
dan mengobservasi, dan bisa digunakan dalam jumlah yang cukup banyak.
Populasi dalam penelitian ini yaitu ibu yang memiliki anak balita di
Desa Plosowahyu Kabupaten Lamongan sejumlah 21 orang. Dalam
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dengan pemberian metode chalk
and talk tentang penanganan kedaruratan kejang demam dapat
memberikan dampak positif bagi masyarakat khususnya seorang ibu yang
memilki anak balita.

3. Review Jurnal 3
a. Judul Jurnal
Pengalaman Perawat Dalam Penanganan Pada Anak Dengan Kejang
Deman Di Ruang IGD RSUD Karanganyar.
b. Peneliti
Gregorius Christian Wibisono, Wahyuningsih Safitri, Rufaida Nur
Fitriana
c. Tahun
2015
d. Kesimpulan
Dalam jurnal ini data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan
4 partisipan didapatkan :
1) Penanganan posisi
Tujuan pemberian posisi yaitu untuk mempertahankan suplai
oksigen pada anak kejang supaya tidak berdampak fatal. Penanganan
airway juga harus diperkirakan adanya dugaan trauma pada vertebra
servikal. Vertebra servikal harus sangat hati-hati dijaga setiap saat dan
jangan terlalu hiperekstensi, hiperefleksi atau rotasi yang dapat
menganggu jalan nafas (Nur, 2012).
2) Upaya penanganan gangguan pernafasan
Hasil penelitian pengalaman perawat pada anak kejang demam
dari hasil wawancara partisipan 1 dan 4 dapat disimpulkan bahwa
bantuan tindakan pernafasan dilakukan menggunakan tongspatel dan
suction. Sedangkan hasil wawancara dari keempat partisipan
disimpulkan bahwa bantuan pernafasan diberikan dengan pemberian
oksigenasi.
3) Penanganan sirkulasi
Hasil penelitian pengalaman perawat pada anak kejang demam
dari hasil wawancara partisipan 2, 3 dan 4 dapat disimpulkan bahwa
penanganan sirkulasi dilakukan dengan pemberian cairan infus. Dari
hasil wawancara partisipan 2 didapatkan bahwa penanganan sirkulasi
dilakukan juga dengan mengukur tanda vital. Penanganan segera
dengan pemberian larutan Ringer Laktat melalui intravena.
4) Pemberian obat
Dari hasil wawancara keempat partisipan mengungkapkan
bahwa pemberian obat pada pasien kejang demam diberikan obat
stesolit dan diazepam dengan dosis sesuai dengan umur sebanyak 0,4-
0,6mg/KgBB/dosis melalui dubur atau rektal supposutorial.

4. Review Jurnal 4
a. Judul Jurnal
Kejang Demam dan Penatalaksanaanya
b. Peneliti
Irdawati
c. Tahun
2009
d. Kesimpulan
Penatalaksanaan medis
Menurut Livingston (2011) penatalaksanaan medis yaitu:
1) Menghentikan kejang secepat mungkin diberikan
antikonvulsan secara intravena jika klien masih kejang
2) Pemberian oksigen
3) Penghisapan lendir jika perlu
4) Mencari dan mengobati penyebab pengobatan rumah
profilaksis intermiten. Untuk mencegah kejang berulang, diberikan
obat campuran anti konvulsan dan antipiretika
Penatalaksanaan keperawatan
1) Semua pakaian ketat dibuka
2) Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi
lambung
3) Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan
oksigen
4) Monitor suhu tubuh
5) Obat untuk penurun panas, pengobatan ini dapat
mengurangi ketidaknyamanan anak dan menurunkan suhu 1
sampai 1,5°C
6) Berikan kompres hangat
7) Menaikkan asupan cairan anak
8) Istirahatkan anak saat demam

5. Review Jurnal 5
a. Judul Jurnal
Kegawatdaruratan Kejang Demam Pada Anak
b. Peneliti
Okti Sri Purwanti, Arina Maliya
c. Tahun
2008
d. Kesimpulan
Penanggulangan kejang demam terdapat 4 faktor yang perlu
dikerjakan :
1) Memberantas kejang secepat mungkin Bila pasien datang dalam
keadaan status konvulsivus, obat pilihan utama adalah diazepam
2) Pengobatan penunjang
Sebelum memberantas kejang tidak boleh dilupakan perlunya
pengobatan penunjang
a) Posisi kepala dimiringkan untuk mencegah aspirasi isi
lambung
b) Usahakan jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan
oksigen, bila perlu dilakukan intubasi atau trakeostomi
c) Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur
d) Diberikan oksigen
e) Semua pakain ketat dibuka
f) Awasi kesadaran secara ketat
g) Kompres hangat
Anak yang mengalami panas tinggi dan berisiko terjadi kejang
demam, sebaiknya dilakukan :
a) Buka pakaian sampai hanya tinggal celana dalamnya saja
b) Singkirkan benda-benda disekelilingnya agar ia terlindung
dari cidera
c) Setelah tubuh mendingan, kejangnya akan berhenti,
letakkan recovery position/gulingkan tubuhnya hingga ia berbaring
miring jagaagarkepalanya tetap menegadah kebelakang. Selimuti
tubuhnya dengan selimut atau seprei tipis dan tenangkan dirinya.
Jika suhu tubuhnya naik lagi, basuhlah kembali
3) Mencari dan mengobati penyebab
Pada pasien yang kejang pemeriksaan lebih intensif seperti
fungsi lumbal, darah rutin, gula darah, faal hati, elektrolit, bila perlu
rontgen kepala, EEG, ensefalografi.

Anda mungkin juga menyukai