Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik, 2 (2) (2014): 141-150

Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik UMA

Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/jppuma

Faktor-faktor yang Mengakibatkan Perceraian dalam


Perkawinan

Armansyah Matondang*

Program Studi Ilmu Kepemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Medan Area, Indonesia

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mengakibatkan terjadinya perceraian di Desa Harapan
Kecamatan Tanah Pinem Kabupaten Dairi. Populasi penelitian ini adalah masyarakat yang beragama Islam telah
bercerai maupun kawin lagi yang berjumlah 120 KK. Sampel penelitian berjumlah 30 orang kepala keluarga yang
beragama Islam dan telah bercerai maupun kawin lagi untuk menjadi sampel dalam penelitian ini secara acak
(random sampling). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mengakibatkan perceraian dalam
rumah tangga di desa Harapan Kecamatan Tanah Pinem Kabupaten Dairi antara lain yakni : Fakor usia muda,
faktor ekonomi, faktor belum memiliki keturunan dan faktor suami sering berlaku kasar menjadi penyebab
terjadinya perceraian di Desa Harapan. Akibat yang Terjadi dari Perceraian di Desa Harapan Kecamatan Tanah
Pinem Kabupaten Dairi adalah hilangnya kasih sayang anak dan renggangnya hubungan keluarga antara pihak
istri dan suami

Kata Kunci: Perceraian; Usia; Kawin

This study aims to identify factors that lead to divorce in the Village of Hope Tanah Pinem Dairi. The study
population was Muslim communities have been divorced and remarried totaling 120 households. These samples
included 30 heads of families who are Muslims and have been divorced and remarried to the sample in this study
were randomly (random sampling). The results showed that the factors that lead to divorce in the household in the
village of Hope Tanah Pinem Dairi, among others, namely: fakor young age, economic factors, factors not yet have
offspring and factors husband often be harsh to be the cause of divorce in the Village of Hope. Happens result of
Divorce in the Village of Hope Tanah Pinem Dairi is the loss of filial affection and Loosening of family relationship
between the wife and husband

Keywords: Divorce; Age; Marry

How to Cite: Matondang, A (2014). Faktor-faktor Yang Mengakibatkan Perceraian di Desa Harapan
Kecamatan Tanah Pinem Kabupaten Dairi, Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik, 2 (2): 141-150

*Corresponding author: p-ISSN: 2549 1660


E-mail: armatondang@gmail.com

141
Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik 2 (2) (2014): 141-150

PENDAHULUAN Oleh karena perkawinan


Setiap manusia yang hidup bersama mempunyai maksud agar suami dan
dalam suatu ikatan perkawinan pasti istri dapat membentuk keluarga yang
mendambakan agar keluarga yang kekal, maka suatu tindakan yang
dibinanya dapat berjalan secara harmonis mengakibatkan putusnya suatu
dan selalu diridhoi oleh Tuhan Yang Maha
perkawinan harus benar-benar dapat
Esa. Hal senada sebagaimana ditegaskan
dipertimbangkan dan dipikirkan
Sulistyo (1998:13), dalam Undang-Undang
No.1 Tahun 1974, bahwa: “Perkawinan masak-masak. Ketentuan ini
ialah ikatan lahir bathin antara seorang dimaksudkan untuk mencegah
pria dan seorang wanita sebagai suami istri tindakan kawin cerai berulang kali,
dengan tujuan membentuk keluarga sehingga suami maupun istri benar-
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal benar menghargai satu sama lain.
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.” Berdasarkan observasi sementara di
Dari pendapat di atas dapat lokasi penelitian, penulis melihat bahwa
diketahui bahwa perkawinan merupakan angka perceraian dikalangan masyarakat
suatu ikatan lahir dan bathin antara suami sangat memprihatinkan, hal ini dapat
istri, yang dilakukan secara sah, untuk dilihat dari banyaknya wanita memiliki
membentuk sebuah keluarga (rumah status janda, maupun pria yang memiliki
tangga) yang bahagia dan kekal yang status duda, dan umumnya mereka yang
dilakukan sesuai agama dan kepercayaan memiliki status tersebut, bukan bercerai
masing-masing. karena ditinggal mati oleh salah satu
Karena perkawinan mempunyai diantara keduanya, namun mereka
maksud agar suami istri dapat membentuk bercerai hidup dalam arti kata keduanya
keluarga yang kekal bahagia, sesuai pula masih hidup lalu memutuskan untuk
dengan hak azasi manusia, maka mengakhiri ikatan perkawinan.
perkawinan harus disetujui oleh kedua Perbedaan pendapat, pertengkaran,
belah pihak yang melangsungkan percekcokan, perselisihan yang terus menerus
perkawinan tersebut, tanpa ada unsur menyebabkan hilangnya rasa cinta dan kasih
paksaan dari pihak manapun sayang. Pertengkaran menyebabkan
Dalam mencapai keluarga yang bersemainya rasa benci dan buruk sangka
bahagia ditempuh upaya menurut terhadap pasangan. Pertengkaran yang
kemampuan masing-masing keluarga. meluap-luap menyebabkan hilangnya rasa
percaya dan terus memicu perceraian.
Namun demikian, banyak juga keluarga
Penyebab perceraian juga dipicu maraknya
yang gagal dalam mengupayakan
pernikahan di bawah umur. Pernikahan di
keharmonisannya, impian buruk akan bawah umur membuat mereka belum siap
terjadi yaitu timbulnya suatu benturan mengatasi pernik-pernik pertikaian yang
“perceraian” yang tidak pernah mereka mereka jumpai.
harapkan. Berdasarkan data Pengadilan Agama
Dampak perceraian mengakibatkan (PA) di Kabupaten Dairi selama tiga bulan
timbul berbagai masalah antara lain terakhir sejak Agustus 2009, faktor
pecahnya keluarga tersebut dari ikatan tali dominan terjadinya perceraian pasangan
perkawinan, hubungan kekeluargaan suami istri di Kabupaten Dairi akibat
menjadi renggang dan dampak yang paling adanya pihak ketiga dan tidak adanya
berat yang nyata akan dialami oleh anak tanggung jawab. Untuk tingkat pendidikan
yang merupakan buah hati dari pasangan suami istri (pasutri) yang
perkawinan itu sendiri. Hal senada diputus bercerai di PA Kabupaten Dairi
sebagaimana dikemukakan Rukmana sebagian besar adalah lulusan SD.
(1992:23) : Salah satu solusi untuk membantu
untuk tidak terjadinya perceraian adalah

142
Armansyah Matondang, Faktor-faktor Yang Mengakibatkan Perceraian di Desa Harapan

dengan mengharap perhatian dan bantuan Masalah perceraian dalam Undang-


BP4 yang ada di daerah ini, sebab Undang No. 1 Thn 1974, diatur dalam
bagaimanapun, jika perceraian itu tetap pasal-pasal berikut: Pasal 38 bahwa
terjadi maka dampaknya sangat besar Perkawinan dapat putus karena: Kematian;
terhadap hubungan kekeluargaan antara Perceraian; Atas putusan pengadilan. Pasal
kedua pihak maupun terhadap 39, Perceraian hanya dapat dilakukan di
kelangsungan pendidikan anak. depan sidang pengadilan yang
bersangkutan berusaha dan tidak berhasil
PEMBAHASAN mendamaikan kedua belah pihak; Untuk
Setiap pasangan menginginkan melakukan perceraian harus ada alasan,
keutuhan dalam membangun rumah bahwa antara suami/istri itu tidak dapat
tangga. Namun realitas menunjukkan hidup rukun sebagai suami istri; Tata cara
angka perceraian kian meningkat. Adanya perceraian di depan sidang pengadilan di
tekanan sosial di masyarakat (social atur dalam peraturan perundang-
pressure) bahwa bercerai bukan undangan sendiri; Pasal 40, Gugatan
merupakan hal yang tabu atau aib di perceraian diajukan kepada pengadilan;
masyarakat, bercerai sudah menjadi hal Tata cara mengajukan gugatan tersebut
yang biasa. Kamus Bahasa Indonesia, pada ayat (1) Pasal ini diatur dalam
(2000:435), menjelaskan hakikat dari perundang-undangan tersendiri.
perceraian adalah sebagai berikut: Dari pendapat di atas dapatlah
Perceraian adalah berakhirnya suatu disimpulkan bahwa yang dimaksud
pernikahan. Saat kedua pasangan tak ingin dengan perceraian adalah putusnya ikatan
melanjutkan kehidupan pernikahannya, perkawinan antara seorang pria dan
mereka bisa meminta pemerintah untuk seorang wanita sebagai suami istri dan
dipisahkan. Selama perceraian, pasangan setelah putusan pengadilan mempunyai
tersebut harus memutuskan bagaimana kekuatan hukum yang tetap berlaku sejak
membagi harta mereka yang diperoleh berlangsungnya perkawinan.
selama pernikahan (seperti rumah, mobil, Permasalahan didalam rumah
perabotan atau kontrak), dan bagaimana tangga sering kali terjadi, dan memang
mereka menerima biaya dan kewajiban sudah menjadi bagian dalam lika-liku
merawat anak-anak mereka. Banyak negara kehidupan didalam rumah tangga, dan
yang memiliki hukum dan aturan tentang dari sini dapat diketahui kasus
perceraian, dan pasangan itu dapat “perceraian” yang kerap kali menjadi
diminta maju ke pengadilan. masalah dalam rumah tangga. Pada
Subekti (1998: 43) memberikan dasarnya faktor yang menyebabkan
batasan tentang perceraian yakni terjadinya perceraian sangat unik dan
“Penghapusan perkawinan dengan kompleks dan masing-masing keluarga
putusan hakim, atas tuntutan salah satu berbeda satu dengan lainnya. Adapun
pihak dalam perkawinan itu.” Razak faktor-faktor yang mengakibatkan
(2001:34) mengatakan bahwa perceraian perceraian dalam rumah tangga dapat
adalah “putusnya hubungan perkawinan”. penulis kemukakan adalah pertama Faktor
Sedangkan dalam UU No. 1 Tahun Ekonomi, Tingkat kebutuhan ekonomi di
1974, ditegaskan bahwa yang dimaksud jaman sekarang ini memaksa kedua
dengan perceraian adalah: "Terlepasnya pasangan harus bekerja untuk memenuhi
ikatan perkawinan antara kedua belah kebutuhan ekonomi keluarga, sehingga
pihak, setelah putusan pengadilan seringkali perbedaan dalam pendapatan
mempunyai kekuatan hukum yang tetap atau gaji membuat tiap pasangan
berlaku sejak berlangsungnya berselisih, terlebih apabila sang suami
perkawinan". yang tidak memiliki pekerjaan.
Dengan melihat kembali keadaan
penduduk, kenyataan yang ada

143
Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik 2 (2) (2014): 141-150

menunjukkan bahwa sebagian besar Selanjutnya lebih tegas Naqiyah


penduduk Indonesia umumnya (2007: 5), mengatakan sebagai berikut:
berpenghasilan rendah bahkan acapkali Penyebab perceraian juga dipicu maraknya
penghasilan yang diperoleh tidak pernikahan di bawah umur. Pernikahan di
mencukupi kebutuhan hidup, sehingga bawah umur membuat mereka belum siap
dengan tidak tercukupinya kebutuhan mengatasi pernik-pernik pertikaian yang
hidup merupakan penyebab utama mereka jumpai. Pernikahan adalah
terjadinya pertentangan dan memerlukan kesatuan tekad, kepercayaan dan
ketidakbahagiaan dalam keluarga. penerimaan dari setiap pasangan menjalani
mahligai perkawinan. Ketidaksiapan pasangan
Demikian juga dengan cara penggunaan
tentu berhubungan dengan tingkat
dan pengelolaan uang dan susunan
kedewasaan, mengatasi persoalan yang terkait
anggaran belanja merupakan tugas yang dengan kehidupan, seperti keuangan,
penting dalam keluarga. Dengan hubungan kekeluargaan, pekerjaan setiap
penghasilan yang ada keluarga bertahan pasangan. Cara mereka berpikir, bertindak
hidup dan berusaha menghadapi menentukan cara mereka mengambil
pertengkaran-pertengkaran yang mungkin keputusan dalam hidup. Menikah di bawah
timbul jika uang tidak cukup sampai akhir umur yang disertai pendidikan rendah
bulan. Oleh karena itu harus membuat menyebabkan tidak dewasa.
keputusan yang tepat menangani anggaran Dari pendapat di atas bahwa
untuk kebutuhan sehari-hari dan pasangan muda sebelum memasuki
pengeluaran lainnya. jenjang perkawinan belum terpikir
Seperti yang dikemukakan oleh sedemikian jauh dan rumitnya hidup
Agoes (1996:12), bahwa: “Banyak pasangan berumah tangga, terlintas dipikiran
dari kalangan keluarga yang kurang mereka hanya yang indah-indah saja. Hal
mampu sering kali perceraian terjadi ini adalah wajar karena usia masih belia,
karena suami kurang berhasil memenuhi belum terpikir tentang berbagai hal yang
kebutuhan materi dan kebutuhan lainnya akan dihadapinya kelak setelah
dari keluarga”. berkeluarga.
Dari pendapat di atas bahwa Banyak anak muda yang mengira
percekcokan sering terjadi di dalam bahwa dengan modal cinta segalanya akan
keluarga karena sang suami tidak dapat beres padahal kehidupan berumah tangga
memenuhi kebutuhan sehari-hari, secara demikian kompleks meminta pertanggung
berlarut-larut disebabkan sang istri merasa jawaban yang tidak dapat diwakilkan pada
kecewa dan merasa menderita atau siapapun. Makin lama usia perkawinan
tersiksa, sehingga dengan keadaan seperti makin bertambah kewajiban apalagi jika
ini acapkali berlanjut kepada perceraian. anak telah lahir pula.
Kedua adalah Faktor Usia, Faktor Oleh karena itu sering keluarga yang
usia yang terjadi dalam perceraian dalam mereka bina kandas di tengah jalan karena
suatu ikatan perkawinan di lakukan pada ketidak mampuan mereka dalam
usia muda, karena mereka di dalam mengatasi masalah yang timbul dalam
dirinya sedang mengalami perubahan- mengayuh bahtera rumah tangga.
perubahan secara psikologis. Hal ini akan Kenyataan dijumpai dan dihadapi dengan
membuat kerisauan dan kegoncangan kenyataan yang mereka khayalkan
dalam membina rumah tangga yang sebelumnya. Mereka tidak tahan
bahagia. Sebagaimana yang dikemukakan menderita, sedikit cobaan datang menjadi
oleh Sudarshono (1999:23), bahwa : sumber permasalahan suami sitri.
“Perkawinan muda banyak mengandung Ketiga adalah Kurang Pengetahuan
kegagalan karena cinta monyet yang Agama, belakangan ini banyak dilihat
plantonis penuh impian dan khayalan suasana rumah tangga yang tegang tidak
tidak diringi dengan persiapan yang menentu, yang disebabkan oleh
cukup.” kecurigaan antara suami/istri. Mungkin

144
Armansyah Matondang, Faktor-faktor Yang Mengakibatkan Perceraian di Desa Harapan

karena persoalan suami yang sering pulang penting dalam kehidupan manusia. Tanpa
malam dengan alasan lembur karena agama, manusia tidak mungkin merasakan
pekerjaan banyak, ataupuan sang istri yang kebahagiaan kebahagiaan dan ketenangan
terlalu sibuk dengan kegiatan arisan hidup. Tanpa agama, mustahil dapat
sehingga melupakan kewajibannya sebagai dibina suasana aman dan tentram dalam
ibu rumah tangga. Sehingga dengan masyarakat maupun keluarga.”
adanya aktivitas di luar rumah yang Biasanya orang yang kurang
melebihi batas kewajaran, sering kali mendapat pendidikan, bila mendapat
menimbulkan kecurigaan antara kedua suatu kesulitan dalam hidup ia menjadi
belah pihak. Jika saja kepala keluarga tidak tentram dan bisa akhirnya anggota-
maupun ibu rumah tangga memiliki anggota keluarga yang lain menjadi
pengetahuan tentang agama, maka mereka sasaran (dipukuli), dan selanjunya
akan memahami fungsinya masing- kemungkinan besar keluarga itu berada
masing, seperti bapak akan pulang dipinggir jurang kehancuran yang dalam.
kerumah jika waktunya harus pulang, Hal senada sebagaimana pendapat Aziz
begitu juga ibu akan selalu (1995:10), : “Banyak terjadi perceraian
memperhatikan keadaan rumah karena kurangnya pengajaran terhadap
tangganya. agama karena itu dalam mewujudkan
Daradjat (1998: 30), menyatakan keluarga sehat maka agama sangat
bahwa: “Biasanya orang yang mengerti dan berperan, yang dapat menetralkan
rajin melaksanakan ajaran agama dalam keadaan keluarga adalah agama.”
hidupnya, moralnya dapat dipertanggung Dari uraian di atas dapat
jawabkan, sebaliknya orang yang disimpulkan bahwa semakin jauh
akhlaknya merosot, biasanya seseorang dari agama semakin sukarlah
keyakinannya terhadap agama kurang atau hidupnya. Demikian pula pada suatu
tidak ada sama sekali.” keluarga semakin jauh keluarga itu dari
Dari pendapat di atas dapat ajaran agama maka besar kemungkinan
disimpulkan bahwa bila orang yang semakin kacaulah keadaan keluaga itu dan
akhlaknya atau tingkah lakunya tidak semakin susah membangunnya kembali.
baik/buruk biasanya orang tersebut
Keempat adalah adanya ketidak
kepercayaannya kepada agama sangat tipis
sesuaian pendapat dalam rumah tangga.
atau sama sekali tidak ada. Sebaliknya bagi
Naqiyah (2007: 3), mengatakan dengan
orang yang tekun mengerjakan agama atau
tegas bahwa: "Hal yang ditengarahi menjadi
mempedomani nilai-nilai yang terkandung
polemik yang memicu keretakan rumah
di dalam ajaran agama tersebut serta tangga adalah tidak adanya kecerdasan emosi
mengamalkannya untuk kehidupannya dalam memahami perasaan pasangan."
maka tingkah lakunya akan dapat Apabila dalam keluarga tidak ada terdapat
dipertanggung jawabkan. Sebab ia akan persesuaian pendapat antara sesama
berpegang dengan agama itu tadi. anggotanya maka ketentraman,
Demikian pula di dalam keluarga kebahagian, keserasian, kasih sayang,
bila tidak mengamalkan ilmu agama kehangatan/kemesraan sukar di dapat
dengan segenap ajarannya, maka keluarga dalam keluarga.
itu akan kehilangan arah dan pegangan Selanjutnya Maria (1998:39)
dalam membina kehidupan keluarga. menambahkan bahwa: Hakekatnya
Agama adalah merupakan sarana petunjuk perkawinan merupakan “integrasi” proses
jalan yang tepat dalam segala kegiatan dan penyatuan dua insan yang berlangsung
oleh karena itu bila di dalam diri anggota terus menerus selama perkawinan itu
keluarga atau pimpinan keluarga tanpa sendiri. Dalam proses integrasi itu sendiri
bekal agama yang kuat. Hal ini yang biasanya mengalami berbagai hambatan
dikatakan Daradjat (1998:31), bahwa: yang bersifat fisik atau mental/emosional,
“Agama mempunyai fungsi yang amat

145
Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik 2 (2) (2014): 141-150

yang menyatakan diri dalam bentuk Gunarsih, (1993: 76) mengatakan bahwa:
benturan-benturan pendapat, sikap atau “Keduanya berasal dari daerah yang sama
tingkah laku antara suami isteri yang dengan latar belakang kebudayaan dan
menimbulkan rasa kesal, marah, benci, agama yang sama pula. Namun latar
curiga dan sebel yang terkadang belakang keluarga dan cara pendidikan
mengakibatkan terjadinya suatu mereka sangat berbeda. Setelah memasuki
malapetaka besar “Peceraian”. pernikahan mulailah timbul pertentangan
Sejalan dengan itu Fahmi (1997: 11), dan peselisihan paham.”
menyatakan bahwa: “Semenjak dahulu Dari pendapat di atas dapat dilihat
diberi batasan tentang rumah tangga retak bahwa sekalipun ada latar belakang
adalah rumah yang merupakan titik pokok kehidupan mereka yang sama seperti
dari tidak adanya persesuaian.” agama, berasal dari daerah yang sama. Hal
Lebih tegas Naqiyah (2007: 03), ini belum dapat menjamin keserasian dan
mengatakan sebagai berikut: Melongok kedamaian hidup dari kedua pribadi
penyebab maraknya gugatan cerai kebanyakan tersebut. Sebab masih ada sebahagian lagi
dipicu oleh persoalan sepele, kemudian dari latar belakang kehidupan mereka
dibesar-besarkan. Misalnya seorang suami yang tidak sama dan sangat jauh berbeda.
menggugat cerai istrinya hanya karena si istri Selanjutnya Agoes (1996: 23)
menggunakan HP milik suami tanpa ijin, mengatakan bahwa: Pada masa
kemudian suami menuduh istri menelpon laki- perkenalan mereka sedang jatuh cinta
laki bukan muhrim tanpa sepengetahuan biasanya lebih tertarik pada “pesan” dari
suami, Suami marah dan melakukan gugatan
luar pasangannya. Bila menemukan
cerai ke PA. Contoh ini, adalah sebagian kecil
perbedaan, maka toleransi yang diciptakan
masalah emosi yang menimbulkan prasangka
buruk secara terus menerus menyebabkan bagi perbedaan ini nampaknya cukup luas.
perceraian. Pasangan tersebut dibajak emosi. Apabila pasangan itu menikah lagi bila
Berdasarkan pendapat di atas dapat usia pernikahan sudah cukup tua, gejolak-
disimpulkan bahwa persesuaian pendapat gejolak sejenak dan pesona luar di masa
sangat penting dalam keluarga sebab itu perkenalan ini biasanya memudar”.
dapat memberikan andil yang besar Dari pendapat di atas bahwa
sehingga dapat menjadi pilar-pilar dasar perbedaan-perbedaan yang semula tidak
yang bisa memperkokoh berdirinya suatu nampak akan muncul ke permukaan. Bila
keluarga yang damai dan abadi. Sedangkan perbedaan ini tidak diselesaikan apabila
salah pengertian antara suami istri dan menyangkut aspek-aspek kehidupan yang
sebaliknya dapat menimbulkan suatu prinsipil, maka ada kemungkinan hidup
perceraian. rumah tangga itu terancam. Terdapatnya
Perbedaan pendapat, pertengkaran, perbedaan azas-azas latar belakang
percekcokan, perselisihan yang terus menerus kehidupan yang besar pula untuk
menyebabkan hilangnya rasa cinta dan kasih membatasi, bila ia diabaikan dan tidak ada
sayang. Pertengkaran hanya menyebabkan pengertian dari kedua belah pihak serta
bersemainya rasa benci dan buruk sangka tidak ada keinginan untuk memperbaiki
terhadap pasangan. Pertengkaran yang dan mengatasinya maka jurang yang akan
meluap-luap akan menyebabkan hilangnya memisahkan antara kedua pribadi tersebut
rasa percaya dan terus memicu perceraian. semakin bertambah pula.
Sementara perselisihan yang berakhir dengan Akibat yang Terjadi dari Perceraian,
baik dengan menyadari dan mengetahui disebutkan pada pasal 41 UU No.1 Thn
perasaan masing-masing, bersikap empati dan 1974, dijelaskan akibat putusnya
mau memaafkan kesalahan pasangannya. perkawinan karena perceraian ialah: Baik
Faktor latar belakang kehidupan ibu atau bapak tetap berkewajiban
yang sangat jauh berbeda antara suami memelihara dan mendidik anak-anaknya
dan istri dalam rumah tangga bisa semata-mata berdasarkan kepentingan
menimbulkan hal-hal yang negatife. anak bilamana ada perselisihan mengenai

146
Armansyah Matondang, Faktor-faktor Yang Mengakibatkan Perceraian di Desa Harapan

penguasaan anak-anak Pengadilan menenangkan diri membuat orang sejenak


memberi keputusannya; Bapak yang merenung dan mencari inspirasi serta
bertanggung jawab atas semua biaya mendengarkan kata hati. Orang yang tenang
pemeliharaan dan pendidikan yang tidak akan mudah terbawa emosi
diperlukan anak itu : bilamana bapak pertengkaran. Sebaliknya, dengan
dalam kenyataan tidak dapat memenuhi menenangkan diri, akan mengakhirkan
kewajiban tersebut. Pengadilan dapat perselisihan dengan menyadari kesalahan
masing-masing.
menentukan bahwa ibu ikut memikul
Dialog batin dilakukan dengan
biaya tersebut; Pengadilan dapat
berbicara dengan batin, mengenai apa yang
mewajibakan kepada bekas suami untuk diinginkan dan mengapa keinginan itu tidak
memberikan biaya penghidupan dan/atau terpenuhi serta bagaimana mengatasi realitas
menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas menurut diri. Dialog batin perlu dilakukan
istri. guna membersihkan pikiran-pikiran irasional.
Dampak perceraian mengakibatkan Dialog batin dengan mendengarkan hati
timbul berbagai masalah antara lain nurani dan akal pikiran akan menemukan
pecahnya keluarga tersebut dari ikatan tali jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi
perkawinan, hubungan kekeluargaan oleh pasangan.
menjadi renggang dan dampak yang paling Meminta nasehat perkawinan. Setiap
berat yang nyata akan dialami oleh anak pasangan perlu mencari penasehat untuk
yang merupakan buah hati dari membantu mengatasi persolan rumah tangga
perkawinan itu sendiri. Hal senada yang sudah akut. Mendatangi para tokoh
sebagaimana dikemukakan oleh Kartono agamawan, para guru, atau para konselor
(1998: 250) bahwa: Apabila keluarga perkawinan akan membantu mencari alternatif
dari perselisihan yang dihadapi. Nasehat
menjadi berantakan disebabkan oleh
perkawinan juga bisa dilakukan dengan
perceraian, atau salah satu orang tua
membaca buku-buku yang berguna tentang
“kabur” dan hidup bersama tidak sah
hakekat perkawinan dan tujuan hidup
dengan patner baru, ataupun bercerai dan pasangan. Nasehat perkawinan juga diperoleh
kawin lagi maka muncullah runtunan dari contoh atau teladan para keluarga
kesulitan, khususnya bagi anak-anak. sejahtera, misalnya dengan cara saling
Pertikaian antara ayah dan ibu itu berkunjung dan bertukar pengalaman dengan
mengacaukan hati anak, bahkan sering sesama teman atau sahabat dalam mengatasi
membuat mereka sedih dan panik. konflik rumah tangga. Nasehat perkawinan
Bila terjadi musibah seperti ini pada yang diperoleh dari teman, sahabat atau ahli
keluarga yang mempunyai anak, maka akan menguatkan kembali jiwa yang krisis.
keadaan anak tersebut dapat dibayangkan Nasehat perkawinan bisa menjadikan tempat
sangat menyedihkan bila ditinjau dari segi konsultasi para pasangan yang tengah
kelanjutan hidupnya. berkonflik.
Suami istri adalah dua pribadi yang Mendengar dan berbicara secara
berbeda, dan berusaha hidup selaras dalam terbuka dengan pasangan. Saling
keutuhan rumah tangga. Untuk itu dibutuhkan mendengarkan keluhan pasangan, mencoba
banyak rasa saling mengerti perasaan memahami jalan pikiran masing-masing akan
pasangan. Hal ini dapat di atasi dengan cara, membuat saling pengertian. Mendengarkan
sebagaimana dikemukakan Naqiyah (2007: 3) pasangan adalah perlu dalam sebuah relasi
berikut: Menenangkan diri dilakukan guna keluarga. Setiap orang ingin didengarkan oleh
meredam emosi impulsif. Menenangkan diri pasangan tentang kerisauan-kerisauan mereka
dilakukan dengan cara, misalnya relaksasi, yang bergejolak. Saling berbicara secara
yoga, bersilaturrahmi, mendatangi tempat- terbuka tentang masalah yang jumpai oleh
tempat rekreasi, mengheningkan diri dalam setiap pasangan, bukan membicarakan tentang
doa-doa, berdzikir (mengingat Allah SWT). kepribadian. Karena kepribadian tidak bisa di
Menenangkan diri juga akan menenangkan rubah. Membicarakan kepribadian negatif
jiwa-jiwa yang gelisah, membersihkan racun- masing-masing hanya akan memicu setiap
racun emosi yang membajak hati. Dengan pasangan menjadi merasa ditolak, tidak

147
Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik 2 (2) (2014): 141-150

dicintai dan dipersalahkan. Untuk itu dalam diperoleh, karena hidup berumah tangga
membicarakan perlu mempertimbangkan, harus benar-benar siap baik secara fisik
apakah hal yang dibicarakan tidak maupun secara mental. Namun apapun
menyinggung kepribadian (baca:bawaan) yang akan terjadi harus dihadapi dengan
pasangan?. Bagaimana perasaan pasangan sabar dan tabah tidak secara emosional.
apabila saya mengatakan hal ini?. Jika setiap Banyak orang yang mengalami perceraian
pasangan mampu menimbang rasa maka akan pernah merasa kecewa, karena perceraian
terjadi pembicaraan yang terbuka, penuh rasa
merupakan suatu kegagalan dalam
percaya dan meningkatkan rasa cinta.
membina rumah tangga.
Dari uraian di atas diketahui bahwa
laki-laki dan perempuan berbeda dalam Yang menyebabkan rumah tangga
menghendel masalah emosi masing-masing. timbul pertengkaran karena masalah
Hal yang rawan bagi laki-laki ialah laki-laki ekonomi. Ini terbukti dari hasil penelitian
cenderung mempertahankan ego dan harga yang diperoleh di daerah penelitian.
diri mereka, dan tidak kuat dikritik istri secara Masalah ekonomi adalah masalah yang
terus menerus, dan bersikap membisu. Hal kompleks pada saat sekarang ini, karena
yang rawan bagi perempuan cenderung kebutuhan terus meningkat dan
emosional, suka mengkritik dan menangis. penghasilan sedikit serta kebutuhan
Sikap yang berbeda tersebut kerapkali semakin bertambah.
memicu pertengkaran dan dilanjutkan dengan Perbedaan pendapat dalam
perceraian apabila tidak memiliki kecerdasan menyelesaikan masalah bukan menjadi
emosi untuk mengerti perasaan masing- factor terbesar di kalangan masyarakat
masing pasangan. yang menjadi penyebab mereka bercerai.
Pada dasarnya perceraian tidak akan Pada dasarnya responden berpendapat
terjadi jika suami istri mengerti solusi dalam
bahwa mereka sangat tidak setuju dengan
mengatasi perselisihan dalam rumah tangga
adanya perceraian, namun karena sesuatu
seperti, mampu menenangkan diri dilakukan
hal maka perceraian yang tidak diinginkan
guna meredam emosi impulsif, mengadakan
dialog batin, meminta nasehat perkawinan tersebut terjadi juga. Oleh karena itu,
serta mendengar dan berbicara secara terbuka setiap orang yang berumah tangga
dengan pasangan. menginginkan keluarganya penuh damai
Pada dasarnya ada beberapa faktor dan tentram. Akan tetapi karena beberapa
yang menyebabkan terjadinya perceraian, faktor-faktor yang menyebabkan rumah
yakni tidak adanya kesesuaian pendapat tangga yang tadinya bahagia jadi
antara suami istri, kurangnya pendidikan berantakan, sehingga terjadilah yang tidak
agama, dan yang terakhir disebabkan oleh diinginkan dari kedua belah pihak yaitu
faktor ekonomi. Dalam berumah tangga perceraian dan perpisahan.
dalam kategori masih usia jagung, namun Salah satu penyebab terjadinya
karena sesuatu hal mereka tidak mampu perceraian karena pasangan suami istri
membina rumah tangga hingga tua. Hal belum memiliki keturunan. Memiliki
ini sangat memungkinkan terjadi karena keturunan merupakan dambaan setiap
mereka menikah pada usia muda, dan pasangan suami istri, karena rumah tangga
ketika menemukan problema dalam serasa sudah lengkap dengan hadirnya
rumah tangga, mereka tidak mampu anak. Anak bisa menjadi pengobat hati.
mengatasinya, sehingga solusi tercepat Pertengkaran sering disebabkan karena
dan dianggap dapat menyelesaikan pasangan belum memiliki keturunan,
masalah yang dihadapi adalah dengan mereka sering kali saling tuduh bahwa
mengakhiri perkawinan. salah satunya mandul tidak bisa
Hasil analisa data di atas memberi mendapatkan anak. Jika pertengkaran ini
gambaran bahwa hidup berumah tangga sering terjadi, yang paling sering kena
tidaklah gampang, harus dipikirkan secara dampaknya adalah sang istri, yang selalu
matang dari kedua belah pihak. Hal ini dituduh tidak mampu memberi
terbukti dari hasil penelitian yang keturunan.

148
Armansyah Matondang, Faktor-faktor Yang Mengakibatkan Perceraian di Desa Harapan

Terjadinya perceriaan disebabkan tangga. Faktor belum memiliki keturunan.


karena umur yang masih terlalu muda, Salah satu penyebab terjadinya perceraian
karena usia muda hanya memikirkan yang di Desa Harapan karena pasangan suami
indah-indah saja serta sifatnya terlalu istri belum memiliki keturunan. Memiliki
emosional dalam menghadapi sesuatu hal keturunan merupakan dambaan setiap
sehingga kurang memahami arti sebuah pasangan suami istri, karena rumah tangga
perkawinan. serasa sudah lengkap dengan hadirnya
Pada dasarnya responden aktif anak. Anak bisa menjadi pengobat hati.
mengikuti keagamaan namun karena Pertengkaran sering disebabkan karena
mereka kurang mampu menangkap pesan pasangan belum memiliki keturunan,
dari isi ceramah yang selama ini mereka mereka sering kali saling tuduh bahwa
dengarkan baik melalui kegiatan salah satunya mandul tidak bisa
keagamaan, maka perceraianpun terjadi mendapatkan anak. Jika pertengkaran ini
juga. Seandainya saja responden mampu sering terjadi, yang paling sering kena
menangkap pesan dari kegiatan kegamaan dampaknya adalah sang istri, yang selalu
yang selama ini diikuti tentunya tidak ada dituduh tidak mampu memberi
lagi perceraian. keturunan. Faktor suami sering berlaku
Masyarakat yang telah bercerai dan kasar menjadi penyebab terjadinya
telah menikah lagi berasal dari status perceraian di Desa Harapan. Akibat yang
sosial yang tidak jauh berbeda, jadi latar Terjadi dari Perceraian di Desa Harapan
belakang kehidupan yang berbeda bukan Kecamatan Tanah Pinem Kabupaten Dairi
menjadi faktor utama penyebab terjadinya adalah hilangnya kasih sayang anak dan
perceraian dikalangan masyarakat. renggangnya hubungan keluarga antara
Setelah berkeluarga maka suami pihak istri dan suami.
selaku kepala keluarga wajib memberi
nafkah kepada anak dan istrinya. Jadi DAFTAR PUSTAKA
setelah menikah sudah selayaknya Agoes, A.Y. 1996. Masalah-Masalah Dalam
kumpul-kumpul di warung kopi dari pagi Perkawinan dan Keluarga Dalam apa
hingga sore hari hanya untuk bermain dan Bagaimana Mengatasi Problema
catur atau mengobrol yang tidak ada Keluarga. Jakarta: Pustaka Antara
manfaatnya sudah selayaknya dikurangi, Ali, M. 1982. Penelitian Pendidikan Prosedur
dan Strategi. Bandung: Angkasa
karena lebih baik bekerja demi kebutuhan
Arikunto, S. 1996. Prosedur Penelitian. Jakarta:
hidup keluarga. Rineka Cipta
Aznin, A. 1995. Kesehatan Dalam Keluarga:
SIMPULAN Dalam Nasehat Perkawinan dan
Faktor usia muda sangat Keluarga. Yogyakarta: Kanisius
menentukan dalam hidup berumah Cark, P.J., 1991. Wanita dan Keluarga.
tangga, ketika menemukan problema Kepenuhan Jati Diri Dalam Perkawinan
dalam rumah tangga, mereka tidak dan Keluarga. Yogyakarta: Kanisius
Daradjat, Z. 1991. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta:
mampu mengatasinya, sehingga solusi
Bulan Bintang
tercepat dan dianggap dapat ……………….. 1991. Peranan Agama dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung
adalah dengan mengakhiri perkawinan. Agung
Faktor ekonomi, yang menyebabkan Faisal, S. 1982. Metodologi Penelitian.
sering timbul pertengkaran di rumah Bandung: Tarsito
tangga. Masalah ekonomi adalah masalah Gunarsih, D.S. 1993. Hak dan Kewajiban Suami
yang kompleks pada saat sekarang ini, Istri. Surabaya: Bina Ilmu
karena kebutuhan terus meningkat dan Maria. 1990. Jika Benturan Melanda
penghasilan sedikit, sedangkan Perkawinan, Dalam Nasehat Perkawinan
dan Keluarga. Jakarta: BP4
penghasilan hanya pas-pasan, sering
menjadi pemicu perceraian dalam rumah

149
Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik 2 (2) (2014): 141-150

Mustafa, F. 1991. Kesehatan Jiwa Dalam Sumardi, M. 1985. Kemiskinan dan Kebutuhan
Keluarga, Sekolah dan Masyarakat. Pokok. Jakarta: Rajawali
Terjemahan Dr. Zakiah Dardjat. Jakarta: Undang-Undang Perkawinan. UU No. I Tahun
Bulan Bintang 1974. Surabaya: Tinta Mas
Tjiptoherijanto, P. 1997. Prospek Undang-Undang Perkawinan. PP No.9 Tahun
Perekonomian Indonesia Dalam Rangka 1975. Surabaya: Tinta Mas
Globalisasi, Rineka Cipta: Jakarta Waskita. Yulius. 1989. Membina Rumah
Pidarta, M, 1997. Landasan Kependidikan. Tangga Bahagia. Jakarta: Bina Aksara
Jakarta: Rineka Cipta. Burgerlijk, W. 1992. Kitab-Kitab Undang-
Rukmana, N. 1992. Tuntunan Praktis Undang Hukum Perdata. Jakarta:
Perkawinan. Jakarta: Penebar Swadaya Pradnya Paramita
Subekti. Cet XXI. Pokok-Pokok Hukum Zuhdi, M. 1994. Masail Fiqhiyah. Jakarta. Haji
Perdata. Intermasa Masagung.
Sudarshono. 1989. Perceraian Dalam
Masyarakat dan Pencegahannya. Jakarta:
Gramedia

150

Anda mungkin juga menyukai