919 2264 2 PB PDF
919 2264 2 PB PDF
Armansyah Matondang*
Program Studi Ilmu Kepemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Medan Area, Indonesia
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mengakibatkan terjadinya perceraian di Desa Harapan
Kecamatan Tanah Pinem Kabupaten Dairi. Populasi penelitian ini adalah masyarakat yang beragama Islam telah
bercerai maupun kawin lagi yang berjumlah 120 KK. Sampel penelitian berjumlah 30 orang kepala keluarga yang
beragama Islam dan telah bercerai maupun kawin lagi untuk menjadi sampel dalam penelitian ini secara acak
(random sampling). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mengakibatkan perceraian dalam
rumah tangga di desa Harapan Kecamatan Tanah Pinem Kabupaten Dairi antara lain yakni : Fakor usia muda,
faktor ekonomi, faktor belum memiliki keturunan dan faktor suami sering berlaku kasar menjadi penyebab
terjadinya perceraian di Desa Harapan. Akibat yang Terjadi dari Perceraian di Desa Harapan Kecamatan Tanah
Pinem Kabupaten Dairi adalah hilangnya kasih sayang anak dan renggangnya hubungan keluarga antara pihak
istri dan suami
This study aims to identify factors that lead to divorce in the Village of Hope Tanah Pinem Dairi. The study
population was Muslim communities have been divorced and remarried totaling 120 households. These samples
included 30 heads of families who are Muslims and have been divorced and remarried to the sample in this study
were randomly (random sampling). The results showed that the factors that lead to divorce in the household in the
village of Hope Tanah Pinem Dairi, among others, namely: fakor young age, economic factors, factors not yet have
offspring and factors husband often be harsh to be the cause of divorce in the Village of Hope. Happens result of
Divorce in the Village of Hope Tanah Pinem Dairi is the loss of filial affection and Loosening of family relationship
between the wife and husband
How to Cite: Matondang, A (2014). Faktor-faktor Yang Mengakibatkan Perceraian di Desa Harapan
Kecamatan Tanah Pinem Kabupaten Dairi, Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik, 2 (2): 141-150
141
Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik 2 (2) (2014): 141-150
142
Armansyah Matondang, Faktor-faktor Yang Mengakibatkan Perceraian di Desa Harapan
143
Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik 2 (2) (2014): 141-150
144
Armansyah Matondang, Faktor-faktor Yang Mengakibatkan Perceraian di Desa Harapan
karena persoalan suami yang sering pulang penting dalam kehidupan manusia. Tanpa
malam dengan alasan lembur karena agama, manusia tidak mungkin merasakan
pekerjaan banyak, ataupuan sang istri yang kebahagiaan kebahagiaan dan ketenangan
terlalu sibuk dengan kegiatan arisan hidup. Tanpa agama, mustahil dapat
sehingga melupakan kewajibannya sebagai dibina suasana aman dan tentram dalam
ibu rumah tangga. Sehingga dengan masyarakat maupun keluarga.”
adanya aktivitas di luar rumah yang Biasanya orang yang kurang
melebihi batas kewajaran, sering kali mendapat pendidikan, bila mendapat
menimbulkan kecurigaan antara kedua suatu kesulitan dalam hidup ia menjadi
belah pihak. Jika saja kepala keluarga tidak tentram dan bisa akhirnya anggota-
maupun ibu rumah tangga memiliki anggota keluarga yang lain menjadi
pengetahuan tentang agama, maka mereka sasaran (dipukuli), dan selanjunya
akan memahami fungsinya masing- kemungkinan besar keluarga itu berada
masing, seperti bapak akan pulang dipinggir jurang kehancuran yang dalam.
kerumah jika waktunya harus pulang, Hal senada sebagaimana pendapat Aziz
begitu juga ibu akan selalu (1995:10), : “Banyak terjadi perceraian
memperhatikan keadaan rumah karena kurangnya pengajaran terhadap
tangganya. agama karena itu dalam mewujudkan
Daradjat (1998: 30), menyatakan keluarga sehat maka agama sangat
bahwa: “Biasanya orang yang mengerti dan berperan, yang dapat menetralkan
rajin melaksanakan ajaran agama dalam keadaan keluarga adalah agama.”
hidupnya, moralnya dapat dipertanggung Dari uraian di atas dapat
jawabkan, sebaliknya orang yang disimpulkan bahwa semakin jauh
akhlaknya merosot, biasanya seseorang dari agama semakin sukarlah
keyakinannya terhadap agama kurang atau hidupnya. Demikian pula pada suatu
tidak ada sama sekali.” keluarga semakin jauh keluarga itu dari
Dari pendapat di atas dapat ajaran agama maka besar kemungkinan
disimpulkan bahwa bila orang yang semakin kacaulah keadaan keluaga itu dan
akhlaknya atau tingkah lakunya tidak semakin susah membangunnya kembali.
baik/buruk biasanya orang tersebut
Keempat adalah adanya ketidak
kepercayaannya kepada agama sangat tipis
sesuaian pendapat dalam rumah tangga.
atau sama sekali tidak ada. Sebaliknya bagi
Naqiyah (2007: 3), mengatakan dengan
orang yang tekun mengerjakan agama atau
tegas bahwa: "Hal yang ditengarahi menjadi
mempedomani nilai-nilai yang terkandung
polemik yang memicu keretakan rumah
di dalam ajaran agama tersebut serta tangga adalah tidak adanya kecerdasan emosi
mengamalkannya untuk kehidupannya dalam memahami perasaan pasangan."
maka tingkah lakunya akan dapat Apabila dalam keluarga tidak ada terdapat
dipertanggung jawabkan. Sebab ia akan persesuaian pendapat antara sesama
berpegang dengan agama itu tadi. anggotanya maka ketentraman,
Demikian pula di dalam keluarga kebahagian, keserasian, kasih sayang,
bila tidak mengamalkan ilmu agama kehangatan/kemesraan sukar di dapat
dengan segenap ajarannya, maka keluarga dalam keluarga.
itu akan kehilangan arah dan pegangan Selanjutnya Maria (1998:39)
dalam membina kehidupan keluarga. menambahkan bahwa: Hakekatnya
Agama adalah merupakan sarana petunjuk perkawinan merupakan “integrasi” proses
jalan yang tepat dalam segala kegiatan dan penyatuan dua insan yang berlangsung
oleh karena itu bila di dalam diri anggota terus menerus selama perkawinan itu
keluarga atau pimpinan keluarga tanpa sendiri. Dalam proses integrasi itu sendiri
bekal agama yang kuat. Hal ini yang biasanya mengalami berbagai hambatan
dikatakan Daradjat (1998:31), bahwa: yang bersifat fisik atau mental/emosional,
“Agama mempunyai fungsi yang amat
145
Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik 2 (2) (2014): 141-150
yang menyatakan diri dalam bentuk Gunarsih, (1993: 76) mengatakan bahwa:
benturan-benturan pendapat, sikap atau “Keduanya berasal dari daerah yang sama
tingkah laku antara suami isteri yang dengan latar belakang kebudayaan dan
menimbulkan rasa kesal, marah, benci, agama yang sama pula. Namun latar
curiga dan sebel yang terkadang belakang keluarga dan cara pendidikan
mengakibatkan terjadinya suatu mereka sangat berbeda. Setelah memasuki
malapetaka besar “Peceraian”. pernikahan mulailah timbul pertentangan
Sejalan dengan itu Fahmi (1997: 11), dan peselisihan paham.”
menyatakan bahwa: “Semenjak dahulu Dari pendapat di atas dapat dilihat
diberi batasan tentang rumah tangga retak bahwa sekalipun ada latar belakang
adalah rumah yang merupakan titik pokok kehidupan mereka yang sama seperti
dari tidak adanya persesuaian.” agama, berasal dari daerah yang sama. Hal
Lebih tegas Naqiyah (2007: 03), ini belum dapat menjamin keserasian dan
mengatakan sebagai berikut: Melongok kedamaian hidup dari kedua pribadi
penyebab maraknya gugatan cerai kebanyakan tersebut. Sebab masih ada sebahagian lagi
dipicu oleh persoalan sepele, kemudian dari latar belakang kehidupan mereka
dibesar-besarkan. Misalnya seorang suami yang tidak sama dan sangat jauh berbeda.
menggugat cerai istrinya hanya karena si istri Selanjutnya Agoes (1996: 23)
menggunakan HP milik suami tanpa ijin, mengatakan bahwa: Pada masa
kemudian suami menuduh istri menelpon laki- perkenalan mereka sedang jatuh cinta
laki bukan muhrim tanpa sepengetahuan biasanya lebih tertarik pada “pesan” dari
suami, Suami marah dan melakukan gugatan
luar pasangannya. Bila menemukan
cerai ke PA. Contoh ini, adalah sebagian kecil
perbedaan, maka toleransi yang diciptakan
masalah emosi yang menimbulkan prasangka
buruk secara terus menerus menyebabkan bagi perbedaan ini nampaknya cukup luas.
perceraian. Pasangan tersebut dibajak emosi. Apabila pasangan itu menikah lagi bila
Berdasarkan pendapat di atas dapat usia pernikahan sudah cukup tua, gejolak-
disimpulkan bahwa persesuaian pendapat gejolak sejenak dan pesona luar di masa
sangat penting dalam keluarga sebab itu perkenalan ini biasanya memudar”.
dapat memberikan andil yang besar Dari pendapat di atas bahwa
sehingga dapat menjadi pilar-pilar dasar perbedaan-perbedaan yang semula tidak
yang bisa memperkokoh berdirinya suatu nampak akan muncul ke permukaan. Bila
keluarga yang damai dan abadi. Sedangkan perbedaan ini tidak diselesaikan apabila
salah pengertian antara suami istri dan menyangkut aspek-aspek kehidupan yang
sebaliknya dapat menimbulkan suatu prinsipil, maka ada kemungkinan hidup
perceraian. rumah tangga itu terancam. Terdapatnya
Perbedaan pendapat, pertengkaran, perbedaan azas-azas latar belakang
percekcokan, perselisihan yang terus menerus kehidupan yang besar pula untuk
menyebabkan hilangnya rasa cinta dan kasih membatasi, bila ia diabaikan dan tidak ada
sayang. Pertengkaran hanya menyebabkan pengertian dari kedua belah pihak serta
bersemainya rasa benci dan buruk sangka tidak ada keinginan untuk memperbaiki
terhadap pasangan. Pertengkaran yang dan mengatasinya maka jurang yang akan
meluap-luap akan menyebabkan hilangnya memisahkan antara kedua pribadi tersebut
rasa percaya dan terus memicu perceraian. semakin bertambah pula.
Sementara perselisihan yang berakhir dengan Akibat yang Terjadi dari Perceraian,
baik dengan menyadari dan mengetahui disebutkan pada pasal 41 UU No.1 Thn
perasaan masing-masing, bersikap empati dan 1974, dijelaskan akibat putusnya
mau memaafkan kesalahan pasangannya. perkawinan karena perceraian ialah: Baik
Faktor latar belakang kehidupan ibu atau bapak tetap berkewajiban
yang sangat jauh berbeda antara suami memelihara dan mendidik anak-anaknya
dan istri dalam rumah tangga bisa semata-mata berdasarkan kepentingan
menimbulkan hal-hal yang negatife. anak bilamana ada perselisihan mengenai
146
Armansyah Matondang, Faktor-faktor Yang Mengakibatkan Perceraian di Desa Harapan
147
Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik 2 (2) (2014): 141-150
dicintai dan dipersalahkan. Untuk itu dalam diperoleh, karena hidup berumah tangga
membicarakan perlu mempertimbangkan, harus benar-benar siap baik secara fisik
apakah hal yang dibicarakan tidak maupun secara mental. Namun apapun
menyinggung kepribadian (baca:bawaan) yang akan terjadi harus dihadapi dengan
pasangan?. Bagaimana perasaan pasangan sabar dan tabah tidak secara emosional.
apabila saya mengatakan hal ini?. Jika setiap Banyak orang yang mengalami perceraian
pasangan mampu menimbang rasa maka akan pernah merasa kecewa, karena perceraian
terjadi pembicaraan yang terbuka, penuh rasa
merupakan suatu kegagalan dalam
percaya dan meningkatkan rasa cinta.
membina rumah tangga.
Dari uraian di atas diketahui bahwa
laki-laki dan perempuan berbeda dalam Yang menyebabkan rumah tangga
menghendel masalah emosi masing-masing. timbul pertengkaran karena masalah
Hal yang rawan bagi laki-laki ialah laki-laki ekonomi. Ini terbukti dari hasil penelitian
cenderung mempertahankan ego dan harga yang diperoleh di daerah penelitian.
diri mereka, dan tidak kuat dikritik istri secara Masalah ekonomi adalah masalah yang
terus menerus, dan bersikap membisu. Hal kompleks pada saat sekarang ini, karena
yang rawan bagi perempuan cenderung kebutuhan terus meningkat dan
emosional, suka mengkritik dan menangis. penghasilan sedikit serta kebutuhan
Sikap yang berbeda tersebut kerapkali semakin bertambah.
memicu pertengkaran dan dilanjutkan dengan Perbedaan pendapat dalam
perceraian apabila tidak memiliki kecerdasan menyelesaikan masalah bukan menjadi
emosi untuk mengerti perasaan masing- factor terbesar di kalangan masyarakat
masing pasangan. yang menjadi penyebab mereka bercerai.
Pada dasarnya perceraian tidak akan Pada dasarnya responden berpendapat
terjadi jika suami istri mengerti solusi dalam
bahwa mereka sangat tidak setuju dengan
mengatasi perselisihan dalam rumah tangga
adanya perceraian, namun karena sesuatu
seperti, mampu menenangkan diri dilakukan
hal maka perceraian yang tidak diinginkan
guna meredam emosi impulsif, mengadakan
dialog batin, meminta nasehat perkawinan tersebut terjadi juga. Oleh karena itu,
serta mendengar dan berbicara secara terbuka setiap orang yang berumah tangga
dengan pasangan. menginginkan keluarganya penuh damai
Pada dasarnya ada beberapa faktor dan tentram. Akan tetapi karena beberapa
yang menyebabkan terjadinya perceraian, faktor-faktor yang menyebabkan rumah
yakni tidak adanya kesesuaian pendapat tangga yang tadinya bahagia jadi
antara suami istri, kurangnya pendidikan berantakan, sehingga terjadilah yang tidak
agama, dan yang terakhir disebabkan oleh diinginkan dari kedua belah pihak yaitu
faktor ekonomi. Dalam berumah tangga perceraian dan perpisahan.
dalam kategori masih usia jagung, namun Salah satu penyebab terjadinya
karena sesuatu hal mereka tidak mampu perceraian karena pasangan suami istri
membina rumah tangga hingga tua. Hal belum memiliki keturunan. Memiliki
ini sangat memungkinkan terjadi karena keturunan merupakan dambaan setiap
mereka menikah pada usia muda, dan pasangan suami istri, karena rumah tangga
ketika menemukan problema dalam serasa sudah lengkap dengan hadirnya
rumah tangga, mereka tidak mampu anak. Anak bisa menjadi pengobat hati.
mengatasinya, sehingga solusi tercepat Pertengkaran sering disebabkan karena
dan dianggap dapat menyelesaikan pasangan belum memiliki keturunan,
masalah yang dihadapi adalah dengan mereka sering kali saling tuduh bahwa
mengakhiri perkawinan. salah satunya mandul tidak bisa
Hasil analisa data di atas memberi mendapatkan anak. Jika pertengkaran ini
gambaran bahwa hidup berumah tangga sering terjadi, yang paling sering kena
tidaklah gampang, harus dipikirkan secara dampaknya adalah sang istri, yang selalu
matang dari kedua belah pihak. Hal ini dituduh tidak mampu memberi
terbukti dari hasil penelitian yang keturunan.
148
Armansyah Matondang, Faktor-faktor Yang Mengakibatkan Perceraian di Desa Harapan
149
Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik 2 (2) (2014): 141-150
Mustafa, F. 1991. Kesehatan Jiwa Dalam Sumardi, M. 1985. Kemiskinan dan Kebutuhan
Keluarga, Sekolah dan Masyarakat. Pokok. Jakarta: Rajawali
Terjemahan Dr. Zakiah Dardjat. Jakarta: Undang-Undang Perkawinan. UU No. I Tahun
Bulan Bintang 1974. Surabaya: Tinta Mas
Tjiptoherijanto, P. 1997. Prospek Undang-Undang Perkawinan. PP No.9 Tahun
Perekonomian Indonesia Dalam Rangka 1975. Surabaya: Tinta Mas
Globalisasi, Rineka Cipta: Jakarta Waskita. Yulius. 1989. Membina Rumah
Pidarta, M, 1997. Landasan Kependidikan. Tangga Bahagia. Jakarta: Bina Aksara
Jakarta: Rineka Cipta. Burgerlijk, W. 1992. Kitab-Kitab Undang-
Rukmana, N. 1992. Tuntunan Praktis Undang Hukum Perdata. Jakarta:
Perkawinan. Jakarta: Penebar Swadaya Pradnya Paramita
Subekti. Cet XXI. Pokok-Pokok Hukum Zuhdi, M. 1994. Masail Fiqhiyah. Jakarta. Haji
Perdata. Intermasa Masagung.
Sudarshono. 1989. Perceraian Dalam
Masyarakat dan Pencegahannya. Jakarta:
Gramedia
150