Anda di halaman 1dari 6

Nama : Gusti Agung Nyoman Ananda Devi Semara Ratih

NIM : 1704551111
Mata Kuliah : Hukum Jaminan
Kelas :B
TAKE HOME UJIAN TENGAH SEMESTER HUKUM JAMINAN
Berikan argumentasi hukum terkait masalah di bawah ini :

1. Objek jaminan gadai yang tidak mencakup pelunasan hutang debitur


PEMBAHASAN
Berdasarkan pasal 1150 KUH Perdata, dapat diketahui bahwa objek jaminan gadai
ini adalah benda bergerak. Adapun terhadap benda bergerak dibagi lagi menjadi dua macam,
yaitu benda bergerak berwujud (lichamelijke zaken) dan tidak berwujud (onlichamelijke
zaken). Benda bergerak yang berwujud merupakan benda yang dapat berpindah atau
dipindahkan. Sedangkan benda bergerak yang tidak berwujud berupa hak untuk
mendapatkan pembayaran uang yang berupa surat-surat berharga.
Akan tetapi, tidak semua objek jaminan gadai dapat menjadi pelunasan hutang bagi
debitur, benda bergerak yang tidak dapat dipindah tangankan tidak dapat digadai,
Pengecualian-pengecualian atas kebendaan bergerak sebagai jaminan pinjaman atau kredit
gadai, sebagai berikut :
1. Barang milik negara atau pemerintah, seperti : Senjata api, Senjata tajam,
Pakaian dinas, Perlengkapan TNI/ Polri dan pemerintah
2. Surat utang, surat atice, surat efek dan surat-surat berharga lainnya
3. Hewan dan tanaman yang masih hidup
4. Segala makanan dan benda yang mudah busuk
5. Benda-benda yang amat kotor
6. Benda-benda yang untuk menguasai dan memindahkannya dari satu
tempat ke tempat lain memerlukan izin
7. Benda yang sebab amat besar tidak dapat disimpan dalam pegadaian
8. Benda-benda yang berbahaya dan mudah terbakar, seperti : Korek api,
Mercon (petasan atau mesiu), Bensin, Minyak tanah, Tabung berisi gas
9. Benda-benda yang berbau busuk dan benda-benda yang mudah merusak
benda lainnya apabila disimpan bersama-sama, seperti : Makanan dan
minuman, Obatan-obatan, Tembakau
10. Benda yang hanya berharga cuma sebentar saja atau yang nilai harganya
naik turun atau yang oleh karena lain sebab tidak dapat ditaksir oleh juru
taksir pegadaian
11. Benda yang hendak digadaikan oleh orang mabuk atau orang yang kurang
ingatan atau orang yang tidak bisa memberi keterangan cukup tentang
benda yang mau digadaikan itu
12. Benda yang disewabelikan
13. Benda yang diperoleh melalui utang dan belum lunas
14. Benda titipan sementara (konsinyasi)
15. Benda yang tidak diketahui asal-usulnya
16. Benda-benda yang bermasalah
17. Pakaian jadi
18. Bahan yang pemakaiannya sangat terbatas dan tidak umum

2. Jaminan gadai yang bukan milik debitur


PEMBAHASAN
Pada umumnya, dari pihak pegadaian sebagai pemberi gadai tidak sedikitpun
mempermasalahkan dari manakah barang tersebut berasal, hal ini disebabkan karena adanya
suatu itikad baik untuk menerima barang jaminan tersebut. Yang dimaksud dengan itikad
baik disini adalah itikad baik yang objektif dimana dalam perjanjian gadai hendaknya
dilaksanakan berdasarkan norma kepatutan dan keadilan, sesuai dengan Pasal 1338
KUHPerdata.
Suatu perjanjian gadai serta hak gadai dapat dinyatakan batal demi hukum
dikarenakan tidak terpenuhinya salah satu unsur yaitu, unsur objektif dimana hal ini dapat
menyebabkan suatu barang jaminan yang dijadikan objek dalam suatu perjanjian gadai
terutama pada jaminan yang bukan berasal dari pemilik sebenarnya yang dapat merubah
kedudukan hukumnya.
Mengacu pada ketentuan Pasal 1977 KUHPerdata, Pasal ini menjadi landasan bagi
pihak pegadaian bahwa barang siapapun yang datang ke pegadaian dengan membawa
barang jaminan yang akan diikat dalam perjanjian gadai maka orang tersebut dianggap
pemilik aslinya. Namun jika terjadi penuntutan dari pihak pemilik aslinya, dimana barang
jaminan tersebut terbukti bukan hak milik debitur maka debitur tersebut telah melakukan
perbuatan melawan hukum yang diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata yang pada intinya
menyatakan setiap perbuatan melanggar hukum serta merugikan orang lain, wajib memberi
ganti rugi kepada pihak yang dirugikan.
Berdasarkan pernyataan diatas maka jika terjadi hal sedemikian rupa, maka debitur
tersebut harus bertanggung jawab kepada pihak-pihak yang dirugikan sesuai dengan
ketentuan dalam Pasal 1365 KUHPerdata. Ganti kerugian tersebut berupa, debitur tersebut
harus mengembalikan sejumlah uang pinjaman kepada pihak pegadaian dan debitur tersebut
harus mengembalikan barang jaminan kepada pemilik aslinya. Pemilik asli barang jaminan
(eigenaar) yang kehilangan hak milik atas barang yang dimilikinya harus memperhatikan
batas waktu jika ingin menuntut dikembalikannya barang miliknya yaitu, dengan cara
menuntut pengembalian barang miliknya dari pemegang gadai dalam jangka waktu selambat
- lambatnya kurang dari 3 (tiga) tahun sejak hilangnya hak milik atas benda miliknya, hal
tersebut berdasarkan ketentuan Pasal 1977 Ayat (2) KUHPerdata. Selain batas waktu hal
lain yang penting yaitu, alat bukti untuk membuktikan kepemilikan asli barang tersebut, hal
ini dikarenakan alat bukti dapat menentukan kualitas putusan suatu perkara.
Pemilik aslinya dapat memiliki kembali barangnya dengan menempuh dua cara
yaitu, dengan cara musyawarah untuk meminta barang miliknya atau penyelesaian di
pengadilan dimana debitur tersebut dinyatakan bersalah dan barang dikembalikan kepada
pemilik aslinya berdasarkan putusan pengadilan.

3. Pengaruh pemasangan akte hipotik


PEMBAHASAN
Pada prinsipnya, pembebanan hipotik dapat langsung diadakan bersamaan dengan
pembuatan akta perjanjian kredit atau pengakuan hutang tanpa harus terlebih dulu dengan
kuasa memasang hipotik. Namun pada prakteknya, seringkali kreditur tidak langsung
membebani objek yang dijadikan jaminan dengan hipotik, tetapi kreditur hanya meminta
Surat Kuasa Memasang Hipotik. Hal ini dilakukan dengan berbagai pertimbangan yaitu
pertimbangan biaya, pertimbangan waktu dan pertimbangan nilai (som) hipotik. Dalam
pertimbangan biaya tidak perlu lagi membayar mahal untuk biaya pembebenan kepada
notaris dan juga biaya pendaftaran hipotik. Kemudian dalam hal pertimbangan waktu, proses
pembebanan hipotik sampai dengan keluarnya akta/sertifikat hipotik membutuhkan waktu
yang lama. Sementara dalam hal pertimbangan nilai hipotik, bagi Bank dengan Surat Kuasa
Memasang Hipotik, bank dapat melakukan pembebanan hipotik pertama, kedua dan
selanjutnya.
Setelah akta Hipotik selesai dibuat, kemudian akta tersebut didaftarkan Bersama-
sama dengan sertifikat hak atas tanah yang bersangkutan. Pendaftaran ini akan melahirkan
suatu sertifikat Hipotik yang dikeluarkan oleh BPN setempat. Tanpa pendaftaran atau
pemasangan akta tersebut, hipotik tidak memiliki kekuatan hukum apapun baik
terhadap debitur ataupun pihak ketiga.
Pada pasal 1179 KUH Perdata secara tegas menentukan :
“pembukuan segala ikatan Hipotik harus dilakukan dalam register-register umum
yang disediakan untuk itu. Jika pembukuan yang demikian tidak dilakukan, maka suatu
hipotik tidaklah mempunyai suatu kekuatan apapun, bahkan pula terhadap orang-orang yang
berpiutang yang tidak mempunyai ikatan Hipotik.”
Pasal tersebut menjelaskan bahwa jika belum melakukan pendaftaran atau
pemasangan akta di kantor pendaftaran tanah, hipotik tidak memiliki kekuatan apapun.
Contohnya saja Hipotik atas kapal laut yang diatur dalam KUHD buku kedua bab
kesatu pasal 314 sampai dengan pasal 316 yang untuk selanjutnya menunjuk pemberlakuan
Pasal-Pasal dari ketentuan – ketentuan hipotek yang terdapat pada KUHPerdata Buku II Bab
Ke-21. Dari ketentuan - ketentuan tersebut dapat kita ketahui bahwa pemberian hipotek
dilakukan dengan pembuatan Akta Hipotek Kapal di hadapan Pegawai pendaftaran dan
pencatat balik nama kapal yang dibantu oleh pegawai pembantu pendaftaran kapal-kapal di
kantor syahbandar setempat tempat kapal didaftarkan. Setelah pembuatan akta hipotek kapal
tersebut selesai, maka harus dilakukan pencatatan/pendaftaran pemberian Hipotek atas
Kapal itu dalam Buku Daftar yang disediakan untuk itu (pasal 315 KUHD), sebagai tanda
telah terbitnya pembebanan Hipotek atas Kapal guna memenuhi syarat publisitas dari
pembebanan Hipotek, Dan dengan pendaftaran itu pula hakhak istimewa dari Hipotek, yang
berupa droit de preference dan droit de suite dapat dilaksanakan oleh kreditor atas Kapal
yang dijaminkan dengan Hipotek tersebut.
Berdasarkan hal diatas maka dapat disimpulkan baik Hipotek maupun Hipotek
kapal laut, Pemasangan akta hipotik itu dilakukan oleh PPAT atau pejabat yang berwenang,
Sedangkan untuk hipotek kapal laut, pemberian hipotek dilakukan dengan pembuatan Akta
Hipotek Kapal di hadapan Pegawai pendaftaran dan pencatat balik nama kapal – kapal dan
jika dikaji dari aspek pengaruh maka boleh dikatakan tidak ada pengaruh, karena lahirnya
hak hipotik itu terjadi pada saat akta tersebut didaftar pada Badan Pertanahan Nasional
maupun Kantor Syahbandar.

4. Diantara hak istimewa; gadai, hipotik dan privilege, yang mana lebih diutamakan
pelunasannya?
PEMBAHASAN
Pasal 1133 KUHPerdata disebutkan bahwa hak didahulukan bagi si kreditur ini
dapat timbul dari adanya hak istimewa (privilege), gadai dan hipotik. Dapat disimpulkan
bahwa hak didahulukan itu muncul dari dua hal, yaitu adanya hak istimewa dan hak jaminan
kebendaan Piutang-piutang yang pelunasannya harus didahulukan dinamakan piutang
preferensi atau piutang istimewa, sedangkan piutang-piutang yang pelunasannya
diselesaikan menurut asas keseimbangan atau asas umum disebut piutang konkuren.
Timbul persoalan dari ketiga piutang tersebut, manakah yang harus didahulukan
pembayarannya serta bagaimanakah urutan pembayarannya, apabila ketiga jenis piutang itu
kewajiban untuk melunasi adapada seorang debitur.
Perlu diketahui bahwa obyek dari gadai menurut Pasal 1150 KUHPerdata adalah
benda bergerak, sedangkan obyek hipotek menurut Pasal 1162 KUHPerdata adalah benda
tidak bergerak. Dengan demikian gadai dan hipotek tidak menimbulkan persoalan, karena
masing-masing obyeknya berlainan, sehingga piutang dengan hak gadai dan hak hipotek
masing-masing harus didahulukan. Oleh karena itu tidak perlu untuk menentukan tingkatan
preferensi antara gadai dan hipotek.
Lain dengan privilege, yang dapat membebani baik benda bergerak maupun tidak
bergerak, maka dipandang perlu kiranya satu pihak dengan gadai dan hipotek di lain pihak.
Pasal 1134 ayat (2) KUHPerdata menentukan bahwa ”Gadai dan hipotek adalah lebih
tinggi daripada privilege, kecuali oleh undang-undang ditentukan sebaliknya”. Dengan
demikian dalam hal-hal tertentu, privelege dapat lebih tinggi tingkatannya daripada gadai
dan hipotek. Didukung oleh pendapat dari Subekti yang berpendapat bahwa kedudukan
gadai dan hipotik lebih tinggi dibanding hak istimewa, kecuali oleh undang-undang
menentukan lain. Hak ini bukanlah hak kebendaan, karena hak ini tidak memberikan
kekuasaan atas suatu benda, hak ini baru timbul saat adanya penyitaan atas benda debitur
dan harta debitur tidak mencukupi untuk membayar semua utangnya. Bisa diartikan bahwa
hak tersebut di atas muncul saat terjadinya pailit atas debitur. Hak istimewa diberikan oleh
undang-undang karena merupakan suatu hak yang dapat ditagih berdasarkan sifat
piutangnya. Berbeda dengan gadai dan hipotik (termasuk juga hak tanggungan atas tanah),
dimana keduanya adalah hak kebendaan yang muncul karena diperjanjikan terlebih dahulu
dan pelunasannya tidak harus didahului oleh adanya keadaan pailit debitur. Privilege adalah
hak jaminan yang ditimbulkan karena undang-undang, sedangkan gadai dan hipotek adalah
hak jaminan karena adanya perjanjian.
Menurut Purwahid Patrik Piutang-piutang dengan hak privilege yang didahulukan
pelunasannya daripada piutang dengan hak gadai dan hipotek, antara lain :
1. Biaya yang semata-mata dikeluarkan untuk mengeksekusi suatu benda bergerak
atau benda tidak bergerak (Pasal 1139 sub 1 KUHPerdata).
2. Piutang-piutang dari orang yang menyewakan benda-benda tak bergerak (Pasal
1138 sub 2 juncto 1140 dan 1142 KUHPerdata).
3. Biaya perkara yang semata-mata disebabkan karena pelelangan dan
penyelesaian suatu warisan atau benda lain (Pasal 1149 sub 1 KUHPerdata)
4. Biaya untuk menyelamatkan suatu benda bergerak, yang harus dikeluarkan
setelah benda itu digadaikan (Pasal 1147 (2) KUHPerdata).
5. Hak-hak yang didahulukan mengenai kapal Pasal 31 c KUH Dagang (tidak
berlaku di Indonesia).
6. Beberapa privilege tentang fiskal (Pasal 1137 KUHPerdata).

Anda mungkin juga menyukai