Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KONSEP SAFE PATIENT HENDLING

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KD II


Dosen Pembimbing : Inggrid Dirgahayu, S.Kp., MKM

Disusun Oleh :

Bioseffa Oktavia 191FK03127


Dini Oktaviani 191FK03126
Inda Wulandari 191FK03117
Nisa Rahmawati 191FK03123
Muhammad Fadhil Fadhlurrahman AK118111
Kelompok 3 Kelas Kecil I
Kelas C Tingkat I

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah KD II yang
berjudul ”Makalah Konsep Safe Patient Hendling”
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya dosen
pembimbing kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Bandung, 13 April 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3
1.1 Latar Belakang...................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................4
1.3 Tujuan................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................5
2.1 Sistem Keselamatan Pasien di Rumah Sakit......................................................5
2.2 Manajemen Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit............................................7
2.3 Langkah Menuju Keselamatan di Rumah Sakit ..............................................10
2.4 Standar Keselamatan Pasien............................................................................14
BAB III PENUTUP................................................................................................19
3.1 Kesimpulan......................................................................................................19
3.2 Saran.................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi resiko. Banyaknya jenis
obat, jenis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah Sakit
yang cukup besar, merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis
(medical errors). Menurut Institute of Medicine (1999), medical error
didefinisikan sebagai: suatu kegagalan tindakan medis yang telah direncanakan
untuk diselesaikan tidak seperti yang diharapkan (yaitu, kesalahan tindakan) atau
perencanaan yang salah untuk mencapai suatu tujuan. Kesalahan yang terjadi
dalam proses asuhan medis ini akan mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera pada pasien, bisa berupa Near Miss atau Adverese event
(Kerjaan Tidak Diharapkan/KTD).
Di Indonesia, telah dikeluarkan pula Kepmen nomor
496/Menkes/SK/IV/2005 tentang Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit, ang
tujuan utamanya adalah untuk tercapainya pelayanan medis prima di Rmah Sakit
yang jauh di medical Error dan memberikan keselamatan bagi pasien.
Perkembangan ini diikuti oleh Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia
(PERSI) yang berinisiatif melakukan pertemuan dan mengajak semua stakeholder
rumah sakit untuk lebih memperhatikan keselamatan pasien di Rumah Sakit.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia telah mengeluarkan Peraturan
Menteri Kesehatan no 1691/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
Peraturan ini menjadi tonggak utama operasionalisasi Keselamatan Pasien di
Rumah Sakit seluruh Indoensia. Banyak rumah sakit di Indoensia yang telah
berupaya membangun dan engembangkan Keselamatan Pasien, amun upaya
tersebut dilaksanakan berdasarkan pemahaman manajemen terhadap Keselamatan
Pasien. Peraturan Menteru in memberikan panduan bagi manajemen rumah sakit
agar dapat menjalankan spirit Keselamatan Pasien secara utuh.

3
Menurut PMK 1691/2011, Keselamatan Pasien adalah suatu system di
Rumah Sakit yang menjadikan pelayanan terhadap pasien menjadi lebih aman,
oleh karena dilaksanakannya: assessment resiko, identifikasi dan analisi insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya resiko dan mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat tindakan medis atau tidak dilakukannya
tindakan medis yang seharusnya diambil. Sistem tersebut merupakan system yang
seharusnya dilaksanakan secara normative.
Melihat lengkapnya urutan mekanisme Keselamatan Pasien dalam PMK
tersebut, Keselamatan Pasien dalam PMK tersebut maka, jika diterapkan oleh
manajemen rumah sakit, diharapkan kinerja pelayanan klinis rumah sakit dapat
meningkat serta hal-hal yang merugikan pasien (medical error, nursing error, dan
lainnya) dapat dikurangi semaksimal mungkin.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Sistem Keselamatan Pasien di Rumah Sakit?
2. Bagaimana Manajemen Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit?
3. Bagaimana Langkah Menuju Keselamatan di Rumah Sakit?
4. Bagaimana Standar Keselamatan Pasien?

1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui Sistem Keselamatan Pasien di Rumah Sakit.
2. Dapat mengetahui Manajemen Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit.
3. Dapat mengetahui Langkah Menuju Keselamatan di Rumah Sakit.
4. Dapat mengetahui Standar Keselamatan Pasien.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sistem keselamatan pasien di Rumah Sakit


Sistem keselamatan dalam organisasi kesehatan berupaya mencegah
potensi bahaya kepada pasien, keluarga serta kerabat pasien, staf-staf profesional
kesehatan, pekerja layanan kontrak, volunteer, individu lainnya yang
kegiatannya melibatkan mereka dalam lingkungan kesehatan. Keselamatan
merupakan salah satu aspek kualitas, dimana kualitas tidak hanya meliputi
pencegahan dari bahaya, tetapi juga tersedianya layanan serta perawatan yang
efektif bagi mereka yang membutuhkan dan menghindari pelayanan yang tidak
efektif atau berbahaya (Kohn, et. Al., 2000).
Rumah sakit serta institusi-institusi lainnya telah berupaya memastikan
keselamatan pasien dari berbagai bidang. Akan tetapi, dibandingkan dengan
pelayanan perawatan di rumah sakit, pelayanan perawatan diluar rumah sakit,
baik di institusi tertentu, rumah, ataupun kantor medis, pengetahuan mengenai
jenis dan besarnya kesalahanserta perkembangan sistem keselamatan belum
sempurna. Keselamatan cenderung ditangani tidak secara luas dengan
mengandalkan pendidikan, pelatihan, kebijakan, dan prosedur. Selain itu, tidak
diragukan lagi bahwa banyak alasan atas kurangnya perhatian terhadap pada
keselamatan tersebut yang meliputi: staf yang terbatas atau sedikit, kurangnya
pengetahuan akan cara yang lebih efektif untuk meningkatkan kualitas pelayanan
atau infrastruktur yang mendukung diberlakukannya pengetahuan tersebut,
Kurangnya kepekaan atau kesadaran akan kesalahan bisa dikarenakan kerusakan
sudah teratasi atau dihilangkan dalam raung dan waktu kesalahan itu terjadi dan
tidak adanya efek pada individu akibat kesalahan, Kurangnya sistem data untuk
melacak dan belajar dari kesalahan yang terjadi, kecepatan akan terjadinya
perubahan dan pengenalan akan teknologi baru, dan juga adanya hambatan dari
segi budaya yang terjadi di rumah sakit (Kohn, et. Al., 2000).

5
Setelah meninjau mengenai apa yang dipelajari dari industri beresiko tinggi,
telah diidentifikasi lima prinsip yang diterapkan secara bermanfaat pada desain
kesehatan yang aman baik dalam praktek group kecil. Rumah sakit, ataupun
sistem kesehatan yang besar. Prinsip-prinsip tersebut meliputi:
1. Memberikan Kepemimpinan
 Menjadikan keselamatan pasien menjadi prioritas utama perusahaan
 Menjadikan keselamatan pasien menjadi tanggung jawab semua
individu
 Membuat penugasan yang jelas serta ekspektasi pada pengawasan
keselamatan
 Menyediakan sumber daya manusia serta finansial untuk menganalisa
kesalahan dan mendesain ulang system
 Mengembangkan mekanisme efektif untuk mengidentifikasi dan
menangani praktisi yang tidak aman
2. Menghormati batas manusia dalam proses desain
 Mendesain pekerjaan untuk keselamatan pasien
 Menghindari mengandalkan penggunaan memori
 Menggunakan fungsi pemaksaan
 Menghindari mengandalkan kewaspadaan
 Menyederhanakan proses-proses utama
 Menstandarisasi proses kerja
3. Mempromosikan fungsi team yang efektif
 Berlatih dengan tim yang diharapkan dapat bekerja dalam tim tersebut
 Menyertakan pasien dalam mendesain keselamatan dan proses
keperawatan
4. Mengantisipasi hal yang tdiak terduga

6
 Mengadopsi pendekatan proaktif: Memeriksa proses keperawatan
terhadap ancaman untuk keselamatan dan mendesain ulang hal
tersebut sebelum adanya kecelakaan
 Mendesain untuk pemulihan
 Meningkatkan keakuratan dan ketepatan waktu dalam pengaksesan
informasi
5. Menciptakan lingkungan belajar
 Menggunakan simulasi bila memungkinkan
 Mendorong pelaporan akan kesalahan dan kondisi berbahaya
 Pastikan tidak adanya retaliasi ketika melaporkan kesalahan
 Mengembangkan budaya bekerja dimana komunikasi mengalir dengan
bebas terlepas dari gradien otoritas
 Penerapan mekanisme umpan balik dan pembelajaran dari keselahan
(Kohn, et. Al., 2000)

2.2 Manajemen pengendalian infeksi di Rumah Sakit


Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) adalah pendekatan ilmiah
dan solusi praktis yang dirancang untuk mencegah bahaya yang disebabkan oleh
infeksi pada pasien dan petugas kesehatan (WHO, 2020). PPI sangat penting
dilaksanakan dirumah sakit, disamping sebagai tolak ukur mutu pelayanan, hal
ini juga bertujuan untuk melindungi klien, petugas, keluarga, serta pengunjung
dari resiko tertularnya infeksi. Resiko infeksi di rumah sakit atau yang biasa
dikenal dengan istilah infeksi nosokomial atau Hospital Acquired Infections
(HAI‘s) merupakan masalah yang menjadi perhatian diseluruh dunia
(Mustariningrum, et. Al., 2015). Program pengendalian infeksi nosokomial
merupakan salah satu pilar utama mutu pelayanan kesehatan. Menurut WHO,
Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapatkan serta berkembang selama
pasien dirawat di rumah sakit. Selain itu pada sumber lain juga dikatakan infeksi

7
nosokomial sebagai infeksi yang terjadi di rumah sakit atau fasilitas kesehatan
lain yang didapatkan dan berkembang setelah pasien dirawat 2x24 jam. Oleh
karena itu sebelum dirawat pasien tidak memiliki gejala serta tidak dalam masa
inkubasi. Infeksi nosokomial ini bukan dikarenakan infeksi yang telah
dideritanya. Pasien, petugas kesehatan, pengnjung, serta penunggu pasien
merupakan kelompok yang beresiko mendapatkan infeksi nosokomial, karena
infeksi ini dapat menular antar pasien dan petugas, pesien ke pasien lainnya,
pasien ke keluarga atau pengunjung, bahkan dari petugas ke pasien. Studi yang
dilakukan WHO mengatakan pada sekitar 55 rumah sakit di 14 negara di seluruh
dunia menunjukkan 8,7% pasien rumah sakit menderita infeksi selama menjalani
perawatan di rumah sakit, dengan 5% dari proporsi infeksi nosokomial
keseluruhan merupakan bakteremia nosokomial (Kartika, et. Al., 2015).

Pada studi pendahuluan di RSUD dr. Iskak Tulungagung ditemukan


peningkatan trend angka GDR (Growth Death Rate) dan NDR (Net Death Rate)
serta BOR (Bed Occupancy Rate) dengan jumlah tempat tidur (TT) saat ini
sebanyak 393 buah. Peningkatan BOR dan jumlah TT menyebabkan ruang rawat
inap makin padat sehingga berpotensi meningkatkan kejadian infeksi nosokomial
di rumah sakit. Pada 2013, septicaemia unspecified merupakan penyebab
kematian terbanyak pasien rawat inap sebanyak 78,15% (Mustariningrum, et.
Al., 2015).
Pengendalian infeksi bergantung pada system manajemen yang tepat ,
mengintegrasikan pengendalian infeksi tersebut ke dalam manajemen pada
semua tingkatan. Pengendalian infeksi menyediakan kerangka kerja untuk
identifikasi bahaya dan pengembangan rencana aksi untuk menghilangkan
bahaya atau meminimalkan efeknya melalui langkah-langkah pengendalian
(Mamishi, et. Al., 2014). Program PPI yang berhasil harus mampu membimbing,
mendukung, dan menilai PPI secara efektif di fasilitas. Untuk mencapai hal

8
tersebut, program harus memperoleh dan mempertahankan atribut-atribut
berikut :

 Anggota staff yang ditunjuk sebagai penanggung jawab atas PPI di


fasilitas tersebut
 Pemimpin PPI yang kompeten dengan pendidikan serta pelatihan yang
sesuai
 Otoritas formal yang diberikan kepada program PPI
 Dukungan nyata dari fasilitas kepemimpinan
 Sumber daya yang memadai untuk kegiatan PPI
 Kemitraan dengan stakeholder utama serta petugas kesehatan garis depan
 Komunikasi yang efektif mengenai PPI (Curless, et. Al., 2018)

Melakukan tindakan pencegahan standar untuk seluruh pasien


merupakan strategi utama untuk meminimalisirkan penularan infeksi dalam
situasi kesehatan. Hal terssebut sangatlah penting bahwa tindakan pencegahan
standar ini diterapkan setiap saat ketika merawat setiap pasien terlepas dari
status penyakit menularnya. Pencegahan standar ini meliputi:

 Hand hygiene
 Penggunaan Alat Proteksi Diri (APD) yang sesuai dengan bahaya
terkenanya suatu cairan tubuh
 Penggunaan teknik aseptik bila diperlukan
 Secara tepat memproses kembali instrumen dan alat yang dapat digunakan
kembali
 Melakukan safe handling pada benda-benda tajam serta sesuatu yang
berpotensi menyebabkan infeksi
 Melakukan kontrol terhadap lingkungan meliputi Bersih-bersih dan
manajemen akan adanya bahan cair yang tumpah (SA Health, 2020)

9
Staf-staf inti dan kelompok yang terlibat dalam program PPI meliputi

 Leadership administrative
 Komite PPI
 Kelompok kerja
 Pengawasan organisasi dari kepemimpinan fasilitas utama
 Otoritas kesehatan publik nasional atau regional, termasuk agensi PPI
nasional ataupun internasional

2.3 Langkah Menuju Keselamatan di Rumah Sakit


1.Sembilan solusi keselamatan Pasien di RS (WHO Collaborating Centre for
Patient  Safety, 2 May 2007), yaitu:
1)      Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike
medication names)
2)      Pastikan identifikasi pasien
3)      Komunikasi secara benar saat serah terima pasien
4)      Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
5)      Kendalikan cairan elektrolit pekat
6)      Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
7)      Hindari salah kateter dan salah sambung slang
8)      Gunakan alat injeksi sekali pakai
9)      Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi nosokomial.
2. Tujuh langkah menuju keselamatan pasien RS (berdasarkan KKP-RS
No.001-VIII-2005) sebagai panduan bagi staf Rumah Sakit

1.      Bangun kesadaran akan nilai keselamatan Pasien, “ciptakan


kepemimpinan & budaya yang terbuka dan adil”

Bagi Rumah sakit:

10
 Kebijakan: tindakan staf segera setelah insiden, langkah kumpul fakta,  
dukungan kepada staf, pasien, keluarga
 Kebijakan: peran & akuntabilitas individual pada insiden
 Tumbuhkan budaya pelaporan & belajar dari insiden
 Lakukan asesmen dg menggunakan survei penilaian KP

Bagi Tim:
 Anggota mampu berbicara, peduli & berani lapor bila ada insiden
 Laporan terbuka & terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan
tindakan/solusi yg tepat

2.      Pimpin dan dukung staf anda, “bangunlah komitmen &focus yang kuat
& jelas tentang KP di RS anda”

Bagi Rumah Sakit:


 Ada anggota Direksi yg bertanggung jawab atas KP
 Di bagian-2 ada orang yg dpt menjadi “Penggerak” (champion) KP
 Prioritaskan KP dlm agenda rapat Direksi/Manajemen
 Masukkan KP dlm semua program latihan staf

Bagi Tim:
 Ada “penggerak” dlm tim utk memimpin Gerakan KP
 Jelaskan relevansi & pentingnya, serta manfaat gerakan KP
 Tumbuhkan sikap ksatria yg menghargai pelaporan insiden

3.      Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko, “kembangkan sistem &


proses pengelolaan risiko, serta lakukan identifikasi & asesmen hal yg
potensial brmasalah”

Bagi Rumah Sakit:

11
 Struktur & proses mjmn risiko klinis & non klinis, mencakup KP
 Kembangkan indikator kinerja bagi sistem pengelolaan risiko
 Gunakan informasi dr sistem pelaporan insiden & asesmen risiko &
tingkatkan kepedulian thdp pasien

Bagi Tim:
 Diskusi isu KP dlm forum2, utk umpan balik kpd mjmn terkait
 Penilaian risiko pd individu pasien
 Proses asesmen risiko teratur, tentukan akseptabilitas tiap risiko, & langkah
memperkecil risiko tsb

4.      Kembangkan sistem pelaporan, “pastikan staf Anda agar dg mudah dpt
melaporkan kejadian/insiden serta RS mengatur pelaporan kpd KKP-RS”

Bagi Rumah sakit:


 Lengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden, ke dlm maupun ke
luar yg hrs dilaporkan ke KKPRS – PERSI

Bagi Tim:
 Dorong anggota utk melaporkan setiap insiden & insiden yg telah dicegah
tetapi tetap terjadi juga, sbg bahan pelajaran yg penting

5.      Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien, “kembangkan cara-cara


komunikasi yg terbuka         dg pasien”

Bagi Rumah Sakit


 Kebijakan : komunikasi terbuka ttg insiden dg pasien & keluarga
 Pasien & keluarga mendpt informasi bila terjadi insiden
 Dukungan,pelatihan & dorongan semangat kpd staf agar selalu terbuka kpd
pasien & kel. (dlm seluruh proses asuhan pasien

12
Bagi Tim:
 Hargai & dukung keterlibatan pasien & kel. bila tlh terjadi insiden
 Prioritaskan pemberitahuan kpd pasien & kel. bila terjadi insiden
 Segera stlh kejadian, tunjukkan empati kpd pasien & kel.

6.      Belajar dan berbagi pengalaman tentang Keselamatan pasien, “dorong


staf anda utk melakukan analisis akar masalah utk belajar bagaimana &
mengapa kejadian itu timbul”

Bagi Rumah Sakit:


 Staf terlatih mengkaji insiden scr tepat, mengidentifikasi sebab
 Kebijakan: kriteria pelaksanaan Analisis Akar Masalah (Root Cause
Analysis/RCA) atau Failure Modes & Effects Analysis (FMEA) atau metoda
analisis lain, mencakup semua insiden & minimum 1 x per tahun utk proses
risiko tinggi

Bagi Tim:
 Diskusikan dlm tim pengalaman dari hasil analisis insiden
 Identifikasi bgn lain yg mungkin terkena dampak & bagi pengalaman tersebut

7.      Cegah cedera melalui implementasi system Keselamatan pasien,


“Gunakan informasi yg ada ttg kejadian/masalah utk melakukan perubahan
pd sistem pelayanan”

Bagi Rumah Sakit:


 Tentukan solusi dg informasi dr sistem pelaporan, asesmen risiko, kajian
insiden, audit serta analisis
 Solusi mencakup penjabaran ulang sistem, penyesuaian pelatihan staf &
kegiatan klinis, penggunaan instrumen yg menjamin KP
 Asesmen risiko utk setiap perubahan

13
 Sosialisasikan solusi yg dikembangkan oleh KKPRS-PERSI
 Umpan balik kpd staf ttg setiap tindakan yg diambil atas insiden

Bagi Tim:
 Kembangkan asuhan pasien menjadi lebih baik & lebih aman
 Telaah perubahan yg dibuat tim & pastikan pelaksanaannya

Umpan balik atas setiap tindak lanjut ttg insiden yg dilaporkan

2.4 Standar Keselamatan Pasien

1.      Hak pasien


Standarnya adalah
Pasien & keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang
rencana & hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian
Tidak Diharapkan).

Kriterianya adalah
1)      Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan
2)      Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan
3)      Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan yang
jelas dan benar   kepada pasien dan keluarga tentang rencana dan hasil
pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan
terjadinya KTD

2.      Mendidik pasien dan keluarga


Standarnya adalah
RS harus mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab
pasien dalam asuhan pasien.

Kriterianya adalah:

14
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dgn keterlibatan
pasien adalah partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di RS harus ada
system dan mekanisme mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban &
tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.Dengan pendidikan tersebut
diharapkan pasien & keluarga dapat:
1)      Memberikan info yg benar, jelas, lengkap dan jujur
2)      Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab
3)      Mengajukan pertanyaan untuk hal yg tdk dimengerti
4)      Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan
5)      Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS
6)      Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa
7)      Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati

3.      Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan


Standarnya adalah
RS menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga
dan antar unit pelayanan.

Kriterianya adalah:
1)      koordinasi pelayanan secara menyeluruh
2)      koordinasi pelayanan disesuaikan kebutuhan pasien dan kelayakan
sumber daya
3)      koordinasi pelayanan mencakup peningkatan komunikasi
4)      komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan

4.      Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan


program peningkatan keselamatan pasien
Standarnya adalah

15
RS harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yg ada, memonitor &
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif
KTD, & melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta KP.

Kriterianya adalah
1)      Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang
baik, sesuai dengan  ”Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah
Sakit”.
2)      Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja
3)      Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif
4)      Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil
analisis

5.      Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien


Standarnya adalah
1)      Pimpinan dorong & jamin implementasi progr KP melalui penerapan “7
Langkah Menuju KP RS ”.
2)      Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif identifikasi risiko
KP & program mengurangi KTD.
3)      Pimpinan dorong & tumbuhkan komunikasi & koordinasi antar unit &
individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang KP
4)      Pimpinan mengalokasikan sumber daya yg adekuat utk mengukur,
mengkaji, & meningkatkan kinerja RS serta tingkatkan KP.
5)      Pimpinan mengukur & mengkaji efektifitas kontribusinyadalam
meningkatkan kinerja RS & KP.

          Kriterianya adalah


1)      Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
2)      Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan
program meminimalkan insiden,

16
3)      Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari
rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi
4)      Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan
kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan
penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.
5)      Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan
insiden,
6)      Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden
7)      Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit
dan antar pengelola pelayanan
8)      Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan
9)      Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan
kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja rumah sakit
dan keselamatan pasien

6.      Mendidik staf tentang keselamatan pasien


Standarnya adalah
1)      RS memiliki proses pendidikan, pelatihan & orientasi untuk setiap jabatan
mencakup keterkaitan jabatan dengan KP secara jelas.
2)      RS menyelenggarakan pendidikan & pelatihan yang berkelanjutan untuk
meningkatkan & memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan
interdisiplin dalam pelayanan pasien.

Kriterianya adalah
1)      memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik
keselamatan pasien
2)      mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan
inservice training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.

17
3)      menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork)
guna mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka
melayani pasien.
7.      Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien.

             Standarnya adalah


1)      RS merencanakan & mendesain proses manajemen informasi KP untuk
memenuhi kebutuhan informasi internal & eksternal.
2)      Transmisi data & informasi harus tepat waktu & akurat.

             Kriterianya adalah


1)      disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait
dengan keselamatan pasien.
2)      Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk
merevisi manajemen informasi yang ada

18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keselamatan pasien merupakan upaya untuk melindungi hak setiap orang
terutama dalam pelayanan kesehatan agar memperoleh pelayanan kesehatan yang
berrmutu dan aman.
Indonesia salah satu negara yang menerapkan keselamatan pasien sejak tahun
2005 dengan di dirikannya Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS)
oleh Persatuan Rumah Sakit seluruh Indonesia (PERSI). Dalam
perkembangannya Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) Departemen
Kesehatan menyusun Standar Keselamatan Pasien Rumah Sakit dalam instrument
Standar Akreditasi Rumah Sakit.
Peraturan perundang-undangan memberikan jaminan kepastian perlindungan
hukum terhadap semua komponen yang terlibat dalam keselamatan pasien, yaitu
pasien itu sendiri, sumber daya manusia dirumah sakit, dan masyarakat.
Ketentuan mengenai keselamatan pasien dalam peraturan perundang-undangan
memberikan kejelasan atas tanggung jawab hukum bagi semua komponen
tersebut.

3.2 Saran
Agar pemerintah lebih memperhatikan dan meningkatkan upaya keselamatan
pasien dalam rangka meningkatkann pelayanan kesehatan agar lebih bermutu dan
aman dengan mengeluarkann dan memperbaiki aturan mengenai keselamatan
pasien yang mengacu pada perkembangan keselamatan pasien (patient safety)
internasional yang di sesuaikan dengan kondisi yang ada di Indonesia.
Agar setia rumah sakit menerapkan system keselamatan pasien dalam rangka
meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan aman serta menjalankan
peraturan perundang-undangan yang mewajibkan untuk itu.

19
Agar seluruh komponen sarana pelayanan kesehatan bekerja sama dalam
upaya mewujudkan patient safety karena upaya keselamatan pasien hanya bisa
dicapai dengan baik dengan baik dengan kerjasama semua pihak.

20
DAFTAR PUSTAKA
Curless, M. S., Gerland, M. A., dan Maragakis, L. L., 2018, Infection Prevention and
Control – Module 11: Infection prevention and Control Program Management,
Jhpiego Corporation: MD

Kartika, Y., Hariyant, T., dan Pujiastuti, L., 2015, Faktor Sumber daya Manusia dan
Komitmen Manajemen yang Mempengaruhi Surveillance Infeksi Nosokomial di
Rumah Sakit Paru Batu, Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 28, Supp. 2, pp. 181-185.

Kohn, L. T., Corrigan, J. M., dan Donaldson, M. S., 2000, To Err is Human: Building
a Safer Health System, National Academies Press: Washington D. C.

Mustariningrum, D. L. T., Koeswo, M., dan Ahsan, 2015, Kinerja IPCLN dalam
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit: Peran Pelatihan, Motivasi
Kerja, dan Supervisi, Jurnal Aplikasi Manajemen, Vol. 15(4), pp. 643-652.

Mamishi, S., Pourakbari, B., Teymuri, M., Babamahmoodi, A., dan Mahmoudi, S.,
2014, Management of Hospital Infection Control in Iran: A Need for Implementation
of Multidisciplinary Approach, Osong Public Health and Research Perspectives, Vol.
5(4), pp. 179-186.

SA Health, 2020, Prevention and Management of Infection in Healthcare Settings,


SA Health: South Australia.

WHO, 2020, Infection Prevention and Control, URL: https://www.who.int/infection-


prevention/about/ipc/en/

21

Anda mungkin juga menyukai