Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh:
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3
1.1 Latar Belakang...................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................4
1.3 Tujuan................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................6
2.1 Pengertian Komunikasi .....................................................................................6
2.2 Pengertian komunikasi terapeutik .....................................................................9
2.3 Komponen komunikasi .....................................................................................9
2.4 Factor-faktor yang mempengaruhi komunikasi ..............................................10
2.5 Tipe komunikasi ..............................................................................................12
2.6 Aplikasi komunikasi dalam keperawatan ........................................................15
2.7 Komunikasi dalam hubungan terapeutik perawat-klien ..................................16
2.8 Pengertian gawat darurat .................................................................................18
2.9 Konsep dasar keperawatan gawat darurat .......................................................18
2.10 Komunikasi dalam SPGDT ...........................................................................20
2.11 Tujuan komunikasi pada gawat darurat .........................................................21
2.12 Fase-fase dalam komunikasi terapeutik gawat darurat ..................................22
2.13 Prinsip komunikasi gawat darurat...............................................................24
2.14 Teknik komunikasi gawat darurat ................................................................24
BAB III PENUTUP................................................................................................30
3.1 Kesimpulan......................................................................................................30
3.2 Saran.................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................31
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi terapeutik merupakan salah satu cara untuk memberikan informasi
yang akurat dan membina hubungan salng percaya dengan klien sehingga klien
akan merasa puas dengan pelayanan keperawatan yang diterimanya. Pada pasien
gawat darurat perlu memperhatikan teknik-teknik dan tahapan baku komunikasi
terapeutik yang baik dan benar.
Komunikasi terapeutik merupakan cara yang efektif unntuk mempengaruhi
tingkah laku manusia dan bermanfaat dalam melaksanakan pelayanan kesehatan
di rumah sakit, sehingga komunikasi harus di kembangkan secara terus menerus
(kariyo,1998). Hubungan antara perawat dan klien yang terapeutik bisa terwujud
dengan adanya interaksi yang terapeutik antar keduanya, interaksi tersebut harus
di lakukan sesuai dengan tahapan-tahapan baku interaksi terapeutikperawat klien,
tahapan itu adalah tahap preorientasi, thap orientasi, tahap kerja dan tahap
terminasi (atuart and sunden 1998). Pelayanan kesehatan menggunakan
komunikasi yang langsung sepperti pelayanan kesehatan, rumah sakit merupakan
tempat untuk mendpatkan pelayanan baik yang bersifat medic maupun
keperawatan.
Gawat Darurat adalah keadan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis
segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut (UU no
44 thn 2009). Gawat darurat adalah suatu keadaan yang terjadinya mendadak
mengakibatkan seseorang atau banyak orang memerlukan penanganan atau
pertolongan segera dalam arti pertolongan secara secara cermat, tepat dan cepat.
Apabila tidak mendapatkan pertolongan semacam itu maka korban akan mati atau
cacat / kehilangan anggota tubuhnya seumur hidup.
Dalam pelaksanaan tindakan dengan klien gawat darurat perawat perlu
melakukan komunikasi terapeutik pada klien harus dengan jujur, memberikan
3
gambaran situasi yang sesungguhnya sedang terjadi dengan tidak menambahkan
kecemasan dan memberikan support verbal maupun non verbal. Klien dapat
merasakan puas ataupun tidak puas apabila klien sudah mendapat pelayanan
kesehatan yang di berikan petugas di IGD, baik yang bersifat fisik, kenyamanan
dan keamanan serta komunikasi terapeutik yang baik.
4
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian komunikasi.
2. Untuk mengetahui pengertian komunikasi terapeutik.
3. Untuk mengetahui komponen komunikasi.
4. Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi komunikasi.
5. Untuk mengetahui jenis komunikasi.
6. Untuk mengetahui aplikasi komunikasi dalam keperawatan.
7. Untuk mengetahui komunikasi dalam hubungan terapeutik perawat-klien.
8. Untuk mengetahui pengertian gawat darurat.
9. Untuk mengetahui konsep dasar keperawatan gawat darurat.
10. Untuk mengetahui komunikasi dalam SPGDT (Sistem Penanggulangan
Gawat Darurat Terpadu).
11. Untuk mengetahui tujuan komunikasi pada gawat darurat.
12. Untuk mengetahui fase-fase dalam komunikasi terapeutik gawat darurat.
13. Untuk mengetahui prinsip komunikasi gawat darurat.
14. Untuk mengetahui teknik komunikasi gawat darurat.
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Komunikasi
6
dapat dipahami, hubungan, kontak. (2). Perhubungan.
Berikut saya lampirkan pandangan beberapa ahli tentang pengertian
komunikasi:
7
komunikasi dalam tiga konseptual yaitu:
Komunikasi sebagai tindakan satu arah
Suatu pemahaman komunikasi sebagai penyampaian pesan searah dari
seseorang (atau lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang) lainnya,
baik secara langsung (tatap muka) ataupun melalui media, seperti surat
(selebaran), surat kabar, majalah, radio, atau televisi. Pemahaman
komunikasi sebagai proses searah sebenarnya kurang sesuai bila diterapkan
pada komunikasi tatap muka, namun tidak terlalu keliru bila diterapkan pada
komunikasi publik (pidato) yang tidak melibatkan tanya jawab. Pemahaman
komunikasi dalam konsep ini, sebagai definisi berorientasi-sumber. Definisi
seperti ini mengisyaratkan komunikasi semua kegiatan yang secara sengaja
dilakukan seseorang untuk menyampaikan rangsangan untuk
membangkitkan respon orang lain. Dalam konteks ini, komunikasi dianggap
suatu tindakan yang disengaja untuk menyampaikan pesan demi memenuhi
kebutuhan komunikator, seperti menjelaskan sesuatu kepada orang lain atau
membujuk untuk melakukan sesuatu.
Beberapa definisi komunikasi dalam konseptual tindakan satu arah:
8
suatu transmisi informasi terdiri dari rangsangan yang diskriminatif, dari
sumber kepada penerima.
9
Komunikasi mempunyai 6 komponen yaitu (Potter & Perry, 1993):
Proses komunikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor (Potter & Perry, 1993):
A. Perkembangan
10
perawat tidak terpengaruh oleh nilai pribadinya.
D. Latar Belakang Sosial Budaya Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat
dipengaruhi oleh faktor budaya. Budaya juga akan membatasi cara bertindak dan
berkomunikasi seseorang.
E. Emosi
11
H. Peran dan hubungan
Gaya komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan antar orang yang
berkomunikasi. Cara komunikasi seseorang perawat dengan koleganya,
dengan cara komunikasi seorang perawat pada klien akan berbeda
tergantung perannya. Demikian juga antara guru dengan murid.
I. Lingkungan
12
maupun tulisan. Komunikasi ini paling banyak dipakai dalam hubungan antar
manusia. Melalui kata-kata, komunikator mengungkapkan perasaan, emosi,
pemikiran, gagasan, atau maksud mereka, menyampaikan fakta, data, dan informasi
serta menjelaskannya, saling bertukar perasaan dan pemikiran, saling berdebat.
b. Komunikasi Non-verbal
a. Komunikasi langsung
13
a. Komunikasi Intrapersonal
14
dan waktu, serta tahan lama bila didokumentasikan.
a. Komunikasi Agresif
Tipe komunikasi ini dapat mengurangi hak orang lain dan cenderung
merendahkan/ mengendalikan orang lain.
b. Komunikasi Pasif
L. Interview/ anamnesa;
15
O. Komunikasi melalui sentuhan;
A. Hindari komunikasi yang terlalu formal atau tidak tepat. Ciptakan suasana
yang hangat, kekeluargaan.
B. Hindari interupsi, atau gangguan yang timbul akibat dari lingkungan yang
gaduh.
C. Hindari respon dengan kata hanya “ya atau tidak”. Respon tersebut akan
mengakibatkan tidak berjalannya komunikasi dengan baik, karena perawat
kelihatan kurang tertarik dengan topik yang dibicarakan dan enggan untuk
berkomunikasi.
D. Jangan memonopoli pembicaraan.
E. Hindari hambatan personal. Jika perawat sebelum komunikasi
menunjukkan rasa tidak senang kepada klien, maka keadaan ini akan
berdampak terhadap hasil yang didapat selama proses komunikasi.
16
mempelajari diri sendiri, belajar dari orang lain, dan membuka diri, ini secara
tidak langsung akan mendorong seseorang untuk melakukan komunikasi
dengan orang lain/ komunikasi interpersonal.
Upaya meningkatkan kesadaran diri kadang menyakitkan dan tidak mudah,
khususnya jika ditemukan konflik dengan ideal diri seseorang. Untuk itulah kita
membutuhkan komunikasi sebagai alat. Perawat disini perlu memahami 4 fokus
analisa diri :
1. Kesadaran diri.
c. Membuka diri.
2. Eksplorasi perasaan
17
mendasarkan pemilihan responnya. Pemilihan respon perlu didasarkan pada
nilai, nilai/standar perilaku yg pantas tersebut bila ditetapkan sebagai prinsip
maka nilai akan menjadi pusat kehidupan.
4. Role model dan rasa tanggung jawab.
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi
gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat)
bila tidak mendapat pertolongan secepatnya misalnya :sumbatan jalan napas
atau distress napas, luka tusuk dada/perut dengan shock dan sesak, hipotensi /
shock.
18
mendapatkan pertolongan secepatnya. Bisanya di lambangkan dengan label
merah. Misalnya AMI (Acut Miocart Infac).
F. Pasien Meninggal
Label hitam ( Pasien sudah meninggal, merupakan prioritas terakhir).
Adapun petugas triage di lakukan oleh dokter atau perawat senior yang
berpengalaman dan petugas triage juga bertanggung jawab dalam
operasi,pengawasan penerimaan pasien dan daerah ruang tunggu.
1. Cemas
Cemas sering dialami oleh hampir semua manusia. Perasaan tersebut
ditandai oleh rasa ketakutan, tidak menyenangkan, seringkali disertai oleh gejala
otonomik, seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, gelisah, dan sebagainya.
Kumpulan gejala tertentu yang ditemui selama kecemasan cenderung bervariasi,
pada setiap orang tidak sama.
2. Histeris
Dalam penggunaan sehari-hari nya histeria menjelaskan akses emosi
yang tidak terkendali. Orang yang "histeris" sering kehilangan kontrol diri
karena ketakutan yang luar biasa karena suatu kejadian atau suatu kondisi.
19
3. Mudah marah
Hal ini terjadi apabila seseorang dalam kondisi gelisah dan tidak
tahu apa yang harus di perbuat
Fase pelayanan pra rumah sakit adalah pelayanan kepada penderita gawat
darurat yang melibatkat masyarakat atau orang awam dan petugas kesehatan.
Pada umunya yang pertama yang menemukan penderita gawat darurat di
tempat musibah adalah masyarakat yang dikenal oleh orang awam. Oleh
karena bermanfaat bila orang awam diberi dan dilatih pengetahuan dan
keterampilan penanggulanganan gawat darurat. Komunikasi yang dilakukan
pada fase pra rumah sakit yaitu dengan meyakinkan warga bahwa seorang
perawat, mengecek kesadaran korban dengan memanggil nama korban,
menghubungi organisasi gawat darurat terdekat untuk pertolongan lanjut ke
rumah sakit.
20
tenagan kesehatan yang dilakukan di dalam rumh sakit seperti pertolongan di
unit gawat darurat. Komunikasi yang dilakukan pada tahap ini sama dengan
komunikasi terapeutik, tetapi dalam hal ini tindakan yang cepat dan tepat
lebih utama dilakukan kepada korban.
21
1. Komunikasi kesehatan
2. Komunikasi medis
Sistem komunikasi ini digunakan untuk menunjang pelayanan kesehatan
di bidang teknis-medis.
a. Tujuan
22
A. Eksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan sendiri.
B. Analisa kekuatan-kelemahan professional.
C. Dapatkan data tentang klien jika mungkin.
D. Rencanakan pertemuan pertama.
2. Fase Orientasi
Tahap dimana seorang perawat menggali keluhan-keluhan yang
dirasakan oleh klien atau pasien dengan tanda dan gejala yang lain untuk
memperkuat diagnosa keperawatan. Fase orientasi terdiri dari:
A. Pengenalan
B. Persetujuan Komunikasi
C. Program Orientasi yang meliputi :
- Penentuan batas hubungan
- Pengidentifikasian masalah
- Mengkaji tingkat kecemasan diri sendiri dan pasien
- Mengkaji apa yang diharapkan
3. Fase Kerja
Fase kerja ini perawat mengimplementasikan rencana keperawatan yang
dibuat pada tahap orientasi, perawat juga membantu klien mengatasi
kecemasan, meningkatan kemandirian dan tanggungjawab diri sendiri.
4. Fase Terminasi
Fase terminasi merupakan fase persiapan mental untuk membuat
perencanaan tentang kesimpulan pengobatan yang telah didapatkan. Dan
juga berfungsi untuk mengantisipasi masalah yang akan timbul. Pada tahap
ini interaksi akan diakhiri.
23
2.13 Prinsip Komunikasi Gawat Darurat
Ciptakan lingkungan terapeutik dengan menunjukan prilaku dan sikap seperti:
2. Mendengar pasif
Adalah kegiatan mendengar dengan kegiatan non verbal untuk klien.
Misalnya dengan kontak mata, menganggukkan kepala dan juga
keikutsertaan secara verbal, misalnya “uh huuh”, ‘mmhumm”, “yeah”.
24
3. Penerimaan
Adalah mendukung dan menerima informasi dengan tingkah laku
yang menunjukkan ketertarikan dan tidak menilai. Penerimaan bukan
berarti persetujuan. Menunjukkan penerimaan berarti kesediaan mendengar
tanpa menunjukkan keraguan atau ketidaksetujuan. Dikarenakan hal
tersebut, perawat harus sadar terhadap ekspresi non verbal. Bagi perawat
perlu menghindari : memutar mata keatas, menggelengkan kepala,
menurut/memandang dengan muka masam pada saat berinteraksi dengan
klien.
Beberapa cara untuk menunjukkan penerimaan (Potter & Perry,1993) :
a. Mendengar tanpa memotong pembicaraan
b. Menyediakan umpan balik yang menunjukkan pengertian
c. Yakin bahwa tanda non verbal sesuai dengan verbal
d. Hindari mendebat, mengekspresikan keraguan atau usaha untuk
merubah pikiran klien.
25
ingin mendiskusikan hal ini dengan saya.”
4. Klarifikasi
Klarifikasi sama denga validasi yaitu menanyakan pada klien apa
yang tidak dimengerti perawat terhadap situasi yang ada.
Misalnya :
Klien :“Saya seperti patung saja disini.”
Perawat :“Mari kita lihat apakah saya mengerti apa yang bapak maksud
dengan “patung”.
5. Focusing
adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan untuk membatasi area
diskusi sehingga percakapan menjadi lebih spesifik dan dimengerti (Stuart
& Sundeen, 1995).
6. Observasi
Observasi merupakan kegiatan mengamati klien, kegiatan ini
dilakukan sedemikian rupa sehingga klien tidak menjadi malu atau marah.
7. Menawarkan informasi
Menyediakan tambahan informasi dengan tujuan untuk mendapatkan
respon lebih lanjut. Keuntungan dari tehnik ini adalah akan memfasilitasi
komunikasi, mendorong pendidikan kesehatan dan memfasilitasi klien
untuk mengambil keputusan. Perawat sebaiknya menghindari pemberian
nasehat pada saat pemberian informasi.
8. Diam (memelihara ketenangan)
Diam dilakukan dengan tujuan untuk mengorganisir pemikiran,
memproses informasi, menunjukkan bahwa perawat bersedia untuk
menunggu respon.
9. Assertive
Kemampuan dengan secara meyakinkan dan nyaman
mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan tetap menghargai
26
hak orang lain.
Komunikasi assertive (Smith, 1992) :
a. Mampu menggunakan berbagai strategi komunikasi untuk
mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan tertentu yang secara
terus menerus melindungi hak diri dan orang lain.
b. Memiliki perilaku yang positif mengenai komunikasi dengan jujur/terus
terang dan adil.
c. Merasa nyaman dalam mengontrol perasaan negatif misalnya cemas,
tegang, malu atau takut.
d. Merasa yakin bahwa anda dapat melakukan sendiri dengan jalan tetap
menghormati diri dan orang lain.
e. Menjaga hak diri dan orang lain sama pentingnya.
27
pengakuan dan menandakan kesadaran (Schult & Videbeck,1998).
Misalnya, Perawat : “Saya melihat anda sudah bisa memakai baju dengan
rapi hari ini”, “Saya melihat anda tampak segar dan bersih hari ini”.
12. Offering self (menawarkan diri)
adalah menyediakan diri tanpa respon bersyarat atau respon yang
diharapkan (Schult Videbeck,1998).
Misalnya, Perawat : “Aku akan duduk menemanimu selama 15 menit.”
13. Offering general leads (memberi petunjuk umum)
Mendukung klien untuk meneruskan (Schult &
Videbeck,1998). Misalnya : “Dan kemudian?”, “Teruskan…”.
14. Giving broad opening (memberi pertanyaan terbuka)
Memberikan inisiatif pada klien, mendorong klien untuk menyeleksi
topik yang akan dibicarakan.
Misalnya : “Darimana anda akan mulai?”Apa yang anda pikirkan pagi ini?”.
Kegiatan ini akan bernilai apabila klien menunjukkan penerimaan dan nilai
dari inisiatif klien dan akan menjadi non terapeutik apabila perawat
mendominasi interaksi dan menolak respon klien.
15. Placing the time in time (menempatkan urutan/waktu)
Melakukan klarifikasi antara waktu dan kejadian atau antara satu
kejadian dengan kejadian lain (Schult & Videbeck,1998). Misalnya : “Hal
itu terjadi sebelum atau sesudah?…Apa yang terjadi sebelumnya?”.
16. Encourage descrip. of perception (mendukung deskripsi dari persepsi)
Meminta pada klien mengungkapkan secara verbal apa yang
dirasakan atau diterima (Schult & Videbeck,1998). Misalnya : “Apa yang
terjadi?Ceritakan apa yang anda alami?”
17. Encourage comparison (mendukung perbandingan)
Menanyakan pada klien mengenai kesamaan atau perbedaan (Schult
& Videbeck, 1998). Misalnya: “Apakah hai ini pernah terjadi sebelumnya?
Apakah hal ini mengingatkanmu pada sesuatu hal?”
28
18. Restating (mengulang)
Pengulangan pikiran utama yang diekspresikan klien (Stuart &
Sundeen, 1995). Misalnya: “Anda berkata bahwa ibu Anda meninggalkan
Anda saat Anda berumur 5 tahun”. Teknik ini bernilai terapeutik ditandai
dengan perawat mendengar dan melakukan validasi, mendukung klien dan
memberikan perhatian terhadap apa yang baru saja dikatakan klien. Teknik
ini juga bisa digunakan pada saat kita akan klarifikasi, misalnya :
29
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunikasi yang dilakukan kepada pasien yang dalam kondisi gawat
darurat yaitu dengan komunikasi seperti komunikasi terapiotik lain, tetapi
dalam hal ini yang lebih di utamakan dalam mengatasi gawat darurat adalah
tindakan yang akan diberikan kepada pasien harus lebih cepat dan tepat.
Komunikasi terapeutik yang dilakukan pada keadaan gawat darurat juga juga
perlu untuk memperhatika prinsip dan teknik untuk mencapai tujuan dari
komunikasi dalam keadaan gawat darurat..
3.2 Saran
Diharapkan kita sebagai calon perawat bisa professional dalam melakukan
komunikasi terapeutik pada saat dilapangan. Sehingga pasien yang kita tangani
merasa nyaman saat kita rawat.
30
DAFTAR PUSTAKA
Devito,Joseph. 1997. Komunikasi Antar manusia. Jakarta : Professional Book.
Freska, Windy. Maisa, Estika Mariani. Sarfika, Rika. 2018. Buku Ajar Keperawatan
Dasar 2 Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan. Padang: Andalas University Press.
31
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
32
DAFTAR PUSTAKA
33