Jurnal PFD L-8
Jurnal PFD L-8
NIM : 24040119120015
PERCOBAAN L – 8
JEMBATAN WHEATSTONE
I. Tujuan Percobaan
1.1. Menentukan nilai suatu tahanan yang tidak diketahui
1.2. Menentukan koreksi ujung jembatan wheatstone
II. Dasar Teori
II.1. Arus Listrik
Arus listrik terbuat dari suatu aliran muatan listrik yang bergerak
mengelilingi rangkaian listrik. Aliran tersebut mengalir dari sumber listrik yang
bermuatan positif kemudian bergerak mengelilingi rangkaian tersebut dan
menuju ke sumber listrik yang bermuatan negatif. Sumber listrik tersebut
mempunyai suatu gaya yang mampu mendorong arus untuk bergerak (Sang,
2010).
Arus diukur dalam ampere, sedangkan alat untuk mengukur arus listrik
adalah amperemeter. Secara umum, ketika arus stabil yang mengalir pada
waktu, muatan listrik yang mengalir adalah (Duncan & Kenett, 2014).
Q=I×t … (2.1)
Keterangan:
t = waktu (s)
Arus DC adalah arus yang mempunyai nilai tetap atau konstan terhadap
satuan waktu, artinya di manapun jika ditinjau arus tersebut pada waktu berbeda
akan mendapat nilai yang sama. Elektron berpindah dari terminal negatif menuju
terminal positif, dan mereka selalu bergerak pada lintasan dan arah yang sama
(Ramdhani, 2005).
Arus AC atau biasa disebut arus bolak balik bekerja seperti halnya
sebutan tersebut. Elektron akan bergerak dengan satu arah kemudian bergerak
dengan arah yang berlawanan, bergantian kesana kemari pada posisi yang relatif
tetap. Arus A dapat dijumpai pada generator maupun alternator dengan cara
menekan tombol yang terdapat pada terminal (Serway, 2006).
II.2. Hambatan
Elektron – elektron akan bergerak lebih mudah melalui konduktor dari
pada bahan penghantar listrik lainnya ketika terdapat beda potensial. Suatu
bentuk ketahanan dari suatu bahan penghantar listrik terhadap arus listrik yang
mengalir di sebut hambatan. Konduktor yang baik memiliki hambatan yang
kecil, sedangkan penghantar listrik yang buruk akan memiliki hambatan yang
besar (Duncan & Kenett, 2014).
Hambatan listrik diukur dengan satuan ohms. Simbol nya yaitu Ω, yang
berasal dari bahasa Yunani (Hewitt, 2012).
L
R= ρ … (2.3)
A
Keterangan :
R = hambatan (Ω)
Keterangan:
V = tegangan (V)
R = hambatan (Ω)
(Hewitt, 2012).
Beda potensial diukur dalam volt (V), sedangkan alat untuk mengukur
beda potensial disebut voltmeter. Secara umum, jika usaha yang dilakukan
ketika muatan listrik melewati dua titik percabangan, beda potensial tegangan
diantara titik percabangan tersebut yaitu :
E
V= … (2.4)
Q
Keterangan:
Pada gambar Rangkaian Pembagi Tegangan berikut, bisa dilihat bentuk rangkaian
sederhana yang tidak terlalu kompleks. Dari rangkaian di atas, bisa dilihat bahwa tegangan
output yang diberi simbol VO, dan juga arus yang bersimbol I, mengalir ke rangkaian R1 dan
R2. Dan hasil di tegangan VI merupakan hasil dari penggabungan atau penjumlahan dari
rumus VS dan VO. Untuk rumusnya adalah :
VI = VS + VO = I (R1+I) R2 … (2.5)
R2 R2
VO = VI × ( +R2) – IO × (R1 × + R2) … (2.6)
R1 R1
VO
VO = – IO × R P … (2.7)
C
Simbol VO/C ini adalah arus tegangan pada V O yang tidak terbebani. Dan
pada rangkaian pembagi tegangan pada gambar tersebut jika arus R1 adalah I,
maka arus R2 adalah I – IO. Pasalnya pada rangkaian arus di R 2, arus tegangan
sudah terbagi ke arah beban terpasang (Hilalliati, 2014).
Galvanometer sendiri adalah adalah alat yang dapat mengukur kuat arus
yang sangat kecil. Galvanometer dalam proses pengerjaannya menggunakan
arus gulungan putar yang terdiri dari sebuah magnet yang tidak bergerak dan
sebuah potongan kawat yang merupakan suatu bagian yang mudah bergerak dan
dilalui arus listrik (Suryanto, 1999).
V
gabungkan hal ini dengan kesebandingan di atas. Kita dapat I = . Hubungan
R
ini sering dituliskan V = I × R tetapi lebih berupa deskripsi mengenai kelas
bahan tertentu. Resistor mempunyai hambatan mulai kurang dari satu Ohm
sampai jutaan Ohm (Giancoli, 2001).
Gambar 2.5 Jembatan Wheatstone
Hasil kali antara hambatan berhadapan yang satu akan sama dengan hasil
kali hambatan berhadapan lainnya jika beda potensial antara c dan d bernilai nol.
Persamaan R1 × R2 = R3 × R4 dapat diturunkan dengan menerapkan Hukum
Kirchoff dalam rangkaian tersebut. Hambatan listrik suatu penghantar
merupakan karakteristik dari suatu bahan penghantar tersebut yang mana adalah
kemampuan dari penghantar itu untuk mengalirkan arus listrik, yang secara
matematis dapat dituliskan:
L
R= ρ … (2.8)
A
Keterangan :
R = hambatan (Ω)
Keterangan gambar:
S = skalar penghubung
G = galvanometer
E = sumber tegangan
Rs = hambatan geser
Saat saklar di tutup, maka arus akan melewati rangkaian. Jika jarum
galvanometer menyimpang artinya ada arus yang melewatinya, yaitu antara titik
C dan D ada beda potensial. Dengan mengatur besarnya Ra dan Rb juga
hambatan geser (Rs) akan dapat dicapai bila galvanometer (G) tak teraliri arus
artinya, tak ada beda potensial antara titik C dan D. Dengan demikian akan
berlaku persamaan:
Ra
Rx = Rs … (2.9)
Rb
L1
Rx = Ra … (2.10)
L2
∑ cabang. I = 0
2.8. Galvanometer
Untuk muatan positif arah gerak dibawah kumparan, sisi kumparan yang
dekat dengan kutub utara dan kutub selatan mengalami gaya lorentz yang sama
besar tetapi berlawanan arah, yang menyebabkan komponen akan terputus. Arus
yang memotong kumparan tersebut disebut arus induksi (Wahyudianto, 2014).
3. Metodologi Penelitian
3.3. Alat dan Bahan
3.3.1. Galvanometer
Berfungsi sebagai pengukur arus listrik yang relatif kecil.
3.3.2. Pena logam
Berfungsi sebagai alat penunjuk untuk mengetahui titik
keseimbangan.
3.3.3. Resistor
Berfungsi sebagai pengatur dalam membatasi jumlah arus
yang mengalir.
3.3.4. Mistar
Berfungsi sebagai pengukur panjang L1 dan L2.
3.3.5. Penjepit Buaya
Berfungsi sebagai penghubung rangkaian.
3.3.6. Baterai
Berfungsi sebagai sumber arus listrik.
3.3.7. Kawat
Berfungsi sebagai media perambatan arus listrik mencari
milai hambatan.
3.4. Gambar alat dan bahan
3.4.1. Galvanometer
3.4.4. Mistar
3.4.6. Baterai
3.4.7. Kawat
Keterangan Gambar :
1. Baterai
2. Resistor yang dicari
3. Galvanometer
4. Kawat
5. Penjepit buaya
6. Resistor penguji
7. Mistar
8. Kabel
9. Pena logam
3.6. Diagram Alir
Mulai
Variasi R
dan S Ya
Tidak
Selesai
L2
Maka didapatkan S.L1 = R.L2 atau S = R, yang
L1
nantinya nilai S dapat diketahui.
Duncan, T., & Kennett, H. 2014. Cambridge IGSE Physics Third Edition. UK:
Cambridge University Press.
Hewitt, P. G. 2012. Conceptual Integrated Science: Second Edition. San Fransisco, US:
Pearson Education Inc.
Rickard, G., Burger, N., Clark, W., Geelan, d., Jeffrey, F., Johnstone, K., Whalley, K.
2009. Science Focus 2 Second Edition. Sydney: Pearson Heinemann.
Serway, R. A., & John W. Jewett, J. 2006. Principles pf Physics: A Calculus Based
Texth Fouth Edition. Belmont, USA: Thomson Learning.
Tipler, P. A., & Mosca, G. 2008. Physics for Scientists and Engineers: Sixth Edition.
New York: W. H. Freeman and Company.
Wahyudianto. 2014. Kajian Teknik Gejala pada Linier Generator untuk Alternatif
Pembangkit Listrik. Jurnal Teknik Pomits Vol.3 No.1 ISSN: 2337 – 3539.