Anda di halaman 1dari 4

Bagaimanakah Sebenarnya Keputusan

dalam Organisasi Dibuat?


Bagi para pembuat keputusan baru yang hanya memiliki sedikit pengalaman, para pembuat
keputusan yang dihadapkan dengan masalah-masalah sederhana yang memiliki sedikit
alternative tindakan, atau ketika biaya pencarian dan pengevaluasian alternative yang ada sangat
rendah, model rasional memberikan sebuah deskripsi yang cukup akurat tentang proses
keputusan. Tetapi, situasi-situasi seperti ini adalah pengecualian. Sebagian besar keputusan di
dunia nyata tidak mengikuti model rasional. Sebagai contoh, individu biasanya sudah puas
dengan menemukan solusi yang bisa diterima atau masuk akal untuk masalah mereka daripada
sebuah solusi yang optimal.
Berikut adalah deskripsi yang lebih akurat tentang bagaimana sebenarnya sebagian besar
keputusan dalam organisasi dibuat.

Rasionalitas yang Dibatasi


Ketika dihadapkan dengan sebuah masalah yang kompleks, sebagian besar individu merespon
dengan mengurangi masalah tersebut sampai pada tingkat hingga masalah tersebut bisa
dimengerti dengan mudah. Ini terjadi karena kemampuan pemrosesan informasi yang terbatas
dari manusia membuatnya tidak mungkin menerima dan memahami semua informasi yang
dibutuhkan untuk berbuat yang terbaik. Jadi individu-individu berusaha memuaskan, yaitu,
mereka mencari solusi-solusi yang memuaskan dan secukupnya.
Karena kemampuan pikiranmanusia untuk merumuskan dan menyelesaikan masalah-masalah
kompleks terlalu kecil untuk memenuhi berbagai persyaratan rasionalitas, individu beroperasi
dalam rasionalitas yang dibatasi (bounded rationality). Mereka membuat berbagai model
seerhana yang menggali fitur dasar dari masalah tanpa mendapatkan semua kerumitannya.
Kemudian, individu bisa berperilaku secara rasional dalam batas-batas model sederhan tersebut.
Bagaimana cara kerja rasionalitas yang terbatas untuk individu khusus? Setelah masalah
diidentifikasi, pencarian kriteria dan alternatif dimulai. Tetapi daftar kriteria tersebut
kemungkinan besar masih jauh dari lengkap. Pembuat keptusan akan mengidentifikasi sebuah
daftar terbatas yang terdiri atas pilihan-pilihan yang lebih mencolok. Dalam kebanyakan kasus,
pilihan tersebut mewakili kriteria-kriteria yang sudah lazim dan solusi yang sebelumnya telah
terbukti efektif. Setelah rangkaian alternative yang terbatas ini diidentifikasi, pembuat keputusan
mulai meninjau alternatif-alternatif tersebut. Pembuat keputusan akan memulai dengan altenatif-
alternatif yang hanya memiliki tingkat perbedaan yang relatif kecil dari pilihan dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan mengikuti jalan yang sudah lazim dan sering digunakan, pembuat keputusan
terus meninjau alternative-alternatif yang ada hanya sampai ia mengidentifikasi satu alternative
yang cukup bagus – alternatif yang memenuhi tingkat kinerja yang bisa diterima. Jadi, solusi
akhir menunjukkan sebuah ilihan yang minimum daripada sebuah pilihan yang optimal.
Dengan berasumsi bahwa sebuah masalah memiliki lebih dari satu solusi potensial, pilihan yang
minimum adalah pertama yang dapat diterima yang pertama kali ditemui oleh si pembuat
keputusan. Karena pembuat keputusan menggunakan model-model yang sederhana dan terbatas,
mereka biasanya memulai dengan mengidentifikasi alternatif-alternatif yang nyata, alternatif-
allternatif yang lazim menurut mereka, dan alternatif-alternatif yang tidak terlalu jauh dari status
quo. Solusi yang paling sedikit menyimpang dari status quo dan memenuhi kriteria keputusan
adalah solusi yang kemungkinan besar dipilih. Alternatif yang unik dan kretif mungkin mewakili
sebuah solusi optimal untuk sebuah masalah, namun, kemungkinan besar tidak dipilih karena
solusi yang dapat diterima akan diidentifikasi dengan baik sebelum pembuat keputusan
diharuskan mencari terlalu jauh di luar status quo.

Bias dan Kesalahan Umum


Para pembuat keputusan terlibat dalam rasionalitas yang dibatasi, tetapi sejumlah penelitian
memberi tahu kita bahwa pembuat keputusan juga memungkinkan berbagai bias dan skesalahan
sistematis memasuki penilaian-penilaian mereka.

Bias Kepercayaan Diri yang Berlebih (Overconfidence Bias)


Dari sudut pandang organisasional, salah satu penemuan yang lebih menarik terkait kepercayaan
diri berlebih adalah individu yang kemampuan intelektual dan antarpesonalnya paling lemah
kemungkinan besar menaksir kinerja dan kemampuan mereka terlalu tinggi. Jadi ketika para
manajer dan karyawan menjadi lebih tahu tentang sebuah persoalan, kemungkinan besar mereka
tidak akan menunjukkan kepercayaan diri yang berlebih. Kepercayaan diri yang berlebih
kemungkinan besar muncul ketika anggota-anggota organisasional mempertimbangkan isu-isu
atau masalah-masalah yang berada di luar bidang keahlian mereka.

Bias Jangkar
Bias jangkar (anchoring bias) adalah kecenderungan untuk sangat tertarik dengan informasi
awal. Setelah ditentukan, kemudian kita gagal menyesuaikan diri dengan baik untuk informasi
yang berikutnya. Bias jangkar terjadi karena pikiran kita muncul untuk memberikan sejumlah
penekanan yang tidak seimbang terhadap informasi awal yang diterima. Jadi, kesan, ide,
imbalan, dan perkiraan awal membawa bobot yang tidak semestinya sehubungan dengan
informasi yang akan diterima nantinya.

Bias Konfirmasi
Bias konfirmasi (confirmation bias) mewakili sebuah kasus persepsi selektif. Kita mencari
informasi yang menguatkan pilihan-pilihan kita di masa lalu, dan hal ini mengabaikan informasi
yang bertentangan dengan penilaian-penilaian masa lalu. Kita juga cenderung begitu saja
menerima informasi yang menguatkan pandangan-pandangan yang telah terbentuk sebelumnya.
Oleh karena itu, informasi yang kita kumpulkan biasanya cenderung mendukung pandangan-
pandangan yang telah kita miliki.

Bias Ketersediaan
Bias ketersediaan (availability bias), yaitu kecenderungan individu mendasar penilaian mereka
pada informasi yang sudah tersedia bagi mereka. Peristiwa-peristiwa yang memicu emosi, yang
sangat nyata, atau yang terjadi baru-baru ini cenderung lebih berada dalam ingatan kita.
Akibatnya, kita cenderung manksir terlalu tinggi peristiwa-peristiwa yang kurang mungkin
terjadi, seperti kecelakaan pesawat terbang.

Bias Representatif
Bias representatif adalah menilai kemungkinan suatu kejadian dengan menganggap situasi saat
ini sama seperti situasi di masa lalu. Adakalanya kita semua salah dan jatuh ke dalam bias
representative. Misalnya, para manajer sering kali memprediksikan kinerja sebuah produk baru
dengan mengaitkannya dengan keberhasilan produk sebelumnya. Atau apabila tiga lulusan dari
perguruan tinggi yang sama dipekerjakan dan akhirnya mereka adalah pekerja-pekerja yang
buruk, para manajer mungkin memprediksi bahwa pelamar kerja saat ini yang berasal dari
perguruan tinggi yang sama tidak akan menjadi seorang karyawan yang baik.

Peningkatan Komitmen
Peningkatan komitmen (escalation of commitment) merujuk pada sikap mempertahankan
sebuah keputusan meskipun terdapat bukti nyata bahwa keputusan tersebut salah. Peningkatan
komitmen juga sesuai dengan bukti bahwa individu berusaha terlihat konsisten dalam apa yang
mereka katakana dan lakukan. Komitmen yang semakin tinggi terhadap tindakan-tindakan yang
sebelumnya mendatangkan konsistensi.

Kesalahan yang Tidak Disengaja


Kecenderungan kita untuk percaya bahwa kita bisa memprediksikan hasil dari peristiwa-
peristiwa yang tidak disengaja adalah kesalahan yang tidak disengaja (randomness error).
Pembuatan keputusan menjadi terganggu ketika kita berusaha mengaitkan peristiwa-peristiwa
yang tidak disengaja. Salah satu kerusakan paling serius yang disebabkan oleh peristiwa-
peristiwa yang tidak disengaja adalah ketika kita mengubah pola imajiner menjadi takhayul.
Meskipun banyak dari kita terlibat dalam beberapa perilaku takhayul, hal ini bisa meleahkan
ketika memengaruhi penilaian-penilaian harian atau keputusan-keputusan besar. Ekstremnya,
beberapa pembuat keputusan jadi dikendalikan oleh takhayul – menjadikannya hampir tidak
mungkin bagi mereka untuk mengubah rutinitas atau memproses informasi baru secara objektif.

Kutukan Pemenang
Kutukan pemenang (winner’s curse) adalah proses pembuatan keputusan yang memperlihatkan
bahwa partisipan yang menang dalam sebuah lelang biasanya membayar terlalu tinggi untuk
barang yang dimenangkan. Kutukan pemenang muncul dalam tawar-menawar yang kompetitif.
Beberapa pembeli akan merendahkan nilai sebuah barang dan individu lain meninggikannya, dan
penawar tertinggi (pemenang) akan menjadi individu yang menaksir paling tinggi. Logika
memprediksi bahwa kutukan pemenang menjadi lebih kuat ketika jumlah penawar meningkat.
Ini karena semakin banyak penawar, semakin besar kemungkinan beberapa dari mereka sangat
meninggikan nilai barang tersebut.

Bias Peninjauan Kembali


Bias peninjauan kembali (hindsight bias) adalah kecenderungan kita untuk pura-pura yakin
bahwa kita telah memprediksikan hasil dari sebuah peristiwa secara akurat, setelah hasil tersebut
benar-benar diketahui. Ketika sesuatu terjadi dan kita memiliki umpan balik yang akurat tentang
hasil tersebut, rupanya kita cukup baik dalam menyimpulkan bahwa hasil ini relatif nyata. Bias
peninjauan kembali mengurangi kemampuan kita untuk belajar dari masa lalu. Hal ini
memungkinkan kita untuk berpikir bahwa kita lebih baik dalam membuat prediksi daripada yang
sebenarnya dan bisa menjadikan kita lebih yakin akan akurasi keputusan di masa mendatang.

Intuisi
Pembuatan keputusan yang intuitif (intuitive decision making) adalah sebuah proses tidak
sadar yang berasal dari pengalaman yang disaring. Proses ini tidak selalu terlepas dari analisis
rasional. Sebaliknya, keduanya saling melengkapi, dan yang penting, intuisi bisa menjadi suatu
kekuatan yang sangat kuat dalam pembuatan keputusan.
Hamper selama abad kedua puluh, para ahli percaya bahwa penggunaan intuisi oleh para
pembuat keputusan adalah irasional atau tidak efektif. Hal tersebut tidak lagi menjadi
permasalahan. Terdapat semakin banyak pengakuan bahwa analisis rasional telah diberi
penekanan yang berlebih dan bahwa dalam hal-hal tertentu, mengandalkan intuisi bisa
meningkatkan pembuatan keputusan.
Kapankah individu cenderung menggunakan pembuatan keputusan intuitif?
Telah diidentifikasi delapan kondisi:
(1) Ketika terdapat tingkat ketidakpastian yang tinggi;
(2) Ketika hanya terdapat sedikit teladan yang bisa digunakan;
(3) Ketika variabel-variabelnya kurang bisa diprediksi secara ilmiah;
(4) Ketika fakta-fakta dibatasi;
(5) Ketika fakta-fakta tidak menunjukkan jalan dengan jelas;
(6) Ketika hanya digunakan sedikit data analisis;
(7) Ketika terdapat beberapa solusi alternatif masuk akal yang bisa dipilih, di mana setiap
solusi memiliki penjelasan yang baik; dan
(8) Ketika waktu yang ada sangat terbatas dan terdapat tekanan untuk membuat keputusan
yang tepat.

Anda mungkin juga menyukai