Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan kerja merupakan hal penting yang harus diperhatikan baik
oleh perusahaan maupun oleh pekerja. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
merupakan suatu upaya untuk menciptakan suasana bekerja yang aman, nyaman,
dan tujuan akhirnya adalah mencapai produktivitas setinggi-tingginya. Maka dari
itu K3 mutlak untuk dilaksanakan pada setiap jenis bidang pekerjaan tanpa
kecuali. Upaya K3 diharapkan dapat mencegah dan mengurangi risiko terjadinya
kecelakaan maupun penyakit akibat melakukan pekerjaan (Abidin., dkk. 2008).
Berdasarkan kejadian-kejadian kecelakaan kerja, menunjukkan bahwa salah satu
penyebab utama timbulnya kecelakaan kerja karena kurang patuhnya para tenaga
kerja dalam pemakaian alat pelindung diri. Menurut Neal dan Griffin (2002) salah
satu hal yang mempengaruhi kepatuhan terhadap peraturan keselamatan tersebut
adalah iklim keselamatan. Iklim keselamatan merupakan persepsi atas kebijakan,
prosedur, dan praktek yang terkait dengan keselamatan.
Penelitian McGovern, et. al. mengemukakan bahwa iklim keselamatan
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan terhadap
peraturan keselamatan. Hal ini didukung hasil penelitian Neal dan Griffin (2002)
yang menunjukkan adanya korelasi positif yang signifikan antara iklim
keselamatan dan kepatuhan. Iklim kerja (panas) merupakan salah satu faktor yang
pengaruhnya cukup dominan terhadap kinerja sumber daya manusia bahkan
pengaruhnya tidak terbatas pada kinerja saja melainkan dapat lebih jauh lagi, yaitu
pada kesehatan dan keselamatan tenaga kerja. Oleh karena itu, penulis akan
membahas mengenai iklim kerja sehingga dapat diimplementasikan dengan baik
dan benar iklim kerja yang sesuai, mulai dari identifikasi hingga evaluasi iklim
kerja yang digambarkan nilai ambang batasnya.

B. Rumusan Masalah
- Apa definisi dari iklim kerja?

Iklim Kerja| 1
- Bagaimana cara mengidentifikasi iklim kerja?
- Bagaimana mengevaluasi iklim kerja?
- Bagaimana cara mengontrol iklim kerja?
- Bagaimana nilai ambang batas iklim kerja?

C. Tujuan
- Untuk mengetahui definisi dari iklim kerja.
- Untuk mengetahui cara mengidentifikasi iklim kerja.
- Untuk mengetahui evaluasi iklim kerja.
- Untuk mengetahui cara mengontrol iklim kerja.
- Untuk mengetahui nilai ambang batas iklim kerja.

Iklim Kerja| 2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Iklim Kerja (Thermal Stress Antisipation)


Iklim kerja merupakan keadaan lingkungan kerja fisik yang di ukur dari
perpaduan antara suhu udara (suhu basah dan suhu kering), kelembaban udara,
kecepatan aliran udara dan suhu radiasi. Kombinasi dari keempat faktor itu di
hubungkan dengan produksi panas oleh tubuh yang di sebut dengan tekanan
panas (heat stress) adalah beban iklim kerja yang di terima oleh tubuh manusia.
Sedangkan regangan panas (heat strain) merupakan efek yang di terima tubuh
manusia atas beban iklim kerja tersebut.
Tubuh Manusia selalu menghasilkan panas sebagai akibat dari proses
pembakaran zat makanan dengan oksigen (metabolisme). Apabila proses
pengeluaran panas tubuh terganggu maka suhu tubuh akan meningkat.
Lingkungan kerja dengan tubuh selalu saling terjadi pertukaran panas, pertukaran
panas ini tergantung dari suhu lingkungan (iklim kerja).
Iklim kerja dibagi menjadi 2, yaitu iklim panas (heat stress) dan iklim
dingin (cold stress). Iklim kerja panas merupakan meteorologi dari lingkungan
kerja yang dapat disebabkan oleh gerakan angin, kelembapan, suhu udara, suhu
radiasi dan sinar matahari. Agar tetap seimbang antara pengeluaran dan
pembentukan panas maka tubuh mengadakan usaha pertukaran panas dari tubuh
ke lingkungan sekitar melalui kulit dengan cara konduksi, konveksi, radiasi dan
evaporasi. Kemudian yang kedua adalah iklim dingin yaitu pajanan suhu
lingkungan yang terlalu dingin disebut cold stress. Pengaruh suhu dingin dapat
mengurangi efisiensi dengan keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot.
Sedangkan pengaruh suhu ruangan sangat rendah terhadap kesehatan dapat
mengakibatkan penyakit terkenal yang disebut dengan chilblains, trench foot dan
frostbite.

Iklim Kerja| 3
B. Identifikasi Iklim Kerja (Thermal Stress Recognize)
1. Heat Stress
Heat stress di tempat kerja dapat diidentifikasi melalui faktor resiko
yang ditimbulkan di tempat kerja serta dampak terhadap tenaga kerja. Adapun
faktor resiko di tempat kerja adalah lingkungan yang panas, tingginya
tuntutan kerja dan tuntutan penggunaan pakaian pelindung. Faktor-faktor ini
merupakan pertimbangan dasar dalam hal evaluasi tekanan panas (heat stress)
dan rincian dari evaluasi tekanan panas. Intinya, jika tempat kerja dikatakan
panas melalui penilaian subjektif pekerja dan supervisor, maka tekanan panas
mungkin ada. Jika tuntutan pekerjaan dari luar tinggi maka hal tersebut akan
mempengaruhi tingkat kenyamanan pekerja. Pakaian adalah faktor ketiga.
Pakaian kerja untuk lingkungan tempat kerja panas sebaiknya dari bahan
yang mudah menyerap keringat seperti bahan yang terbuat dari katun,
sehingga penguapan mudah terjadi. Penilaian lanjutan melalui penyesuaian
dan perilaku fisiologis pekerja.
2. Cold Stress
Respon subjektif dari pekerja merupakan cara terbaik untuk
mengidentifikasi tekanan dingin (cold stress) di tempat kerja. Umumnya jika
tempat kerja dingin, maka akan ada cold stress. Perilaku pekerja yang
terpapar cold stress akan mencari lokasi yang hangat, menambah lapisan
pakaian atau meningkatkan kinerjanya. Perilaku lain yaitu hilangnya
ketangkasan tangan, menggigil, kecelakaan, dan menunjukkan sikap yang
kurang nyaman.

C. Evaluasi Iklim Kerja (Thermal Stress Evaluation)


1. Heat Stress
Pada tahun 1969, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan
perlindungan bagi para pekerja terhadap tekanan panas (heat stress). Satu
rekomendasi pusat sekitar suhu inti tubuh, yang dapat diperkirakan dari suhu
oral seperti yang dijelaskan suhu inti tidak boleh melebihi 38 oC (100.4 oF)
setiap hari terpapar. Paparan harian yang terlalu lama untuk heat stress

Iklim Kerja| 4
dievaluasi dengan asumsi bahwa kondisi kerja yang lazim untuk delapan jam
penuh dengan istirahat nominal. Dalam hal ini, heat stress dievaluasi dalam
hal aman paparan setiap kali untuk tingkat tertentu. Paparan yang aman
diresepkan melalui workrest siklus berdasarkan kriteria paparan lamanya
perhari atau melalui analisis keseimbangan panas. Metode untuk
mengevaluasi heat stress membutuhkan setidaknya penilaian metabolisme
dan beberapa langkah-langkah suhu lingkungan. Evaluasi heat stress di
tempat kerja juga dapat dicapai dengan menunjukkan bahwa tidak ada suatu
sikap fisiologis berlebihan dalam bekerja. Artinya, paparan kurang penting
jika dinilai evaluasinya dari dosis atau hasilnya. Pertama, gambaran dari arus
ACGIH TLV® untuk heat stress dan ketegangan disediakan untuk mengatur
evaluasi dari paparan pekerjaan. Hal ini diikuti oleh diskusi metode untuk
menilai tingkat metabolisme dan kondisi lingkungan. Metode untuk
mengevaluasi kronis dan paparan memiliki waktu yang terbatas serta metode
untuk mengevaluasi regangan fisiologis.
2. Cold Stress
a. Monitoring Tempat Kerja
Ketika suhu turun di bawah 16 oC (61 oF), harus dilakukan
pemantauan tempat kerja. Di bawah -1 oC (30 oF), suhu bola pijar kering
dan kecepatan udara harus diukur dan dicatat setidaknya setiap 4 jam.
Ketika kecepatan udara lebih besar dari 2 m/s (5 mil per jam, mph), ECT
harus ditentukan. Ketika ECT turun di bawah -7 oC (19 oF), seharusnya
juga dicatat.
b. Sistem Cold Stress
Hipotermia dapat terjadi dengan suhu udara hingga 10 oC (50 oF).
ACGIH merekomendasikan bahwa langkah-langkah protektif ketika suhu
udara kurang dari 5 oC (41 oF). Persamaan 15 dapat digunakan untuk
memperkirakan jumlah insulasi pakaian (Iclo dalam satuan CLO, di mana
1 clo = 0,155 m2 C/ W) yang diperlukan untuk tugas tertentu dalam suhu
udara tertentu (Tdb di C) dan tingkat metabolisme (M dalam watt). Waktu
paparan maksimum tergantung pada suhu udara dan gerakan udara ambien

Iklim Kerja| 5
dan diikuti dengan pemanasan istirahat 10 menit. Pengurangan dalam
waktu kerja dianjurkan jika tingkat pekerjaan rendah sampai sedang,
karena generasi panas internal akan lebih rendah. Ada titik di mana
pekerjaan tidak darurat tidak harus dilakukan.
c. Lokal Cold Stress
Kulit tidak dapat membeku sampai suhu udara kurang dari -1 oC
30oF) dan ada sedikit risiko cedera dingin lokal yang terkait dengan ECTS
lebih besar dari -30 oC (-22 oF) (atau tingkat kehilangan panas kurang dari
1750 W / m2). Membatasi suhu permukaan untuk melindungi kontak
o o
terhadap kulit tepapar dingin adalah -7 C (19 F). Jika kontak
berkepanjangan (misalnya, untuk alat), batas tersebut -1 oC (30 oF).
Ketangkasan tangan ketika ada gangguan bekerja selama 10-20 menit pada
suhu di bawah 16 C (61 F).

D. Pengendalian Iklim Kerja (Thermal Stress Control)


1. Heat Stress
a. Aklimitasi
Setiap calon tenaga kerja yang akan bekerja di lingkungan tempat
kerja panas harus melakukan penyesuaian fisiologis terhadap pajanan panas
secara bertahap. Proses aklimitasi sebaiknya dilakukan secara bertahap
sebagai berikut: pada hari pertama selama 2 jam. Pada hari kedua tenaga
kerja bekerja di lingkungan tempat kerja yang panas selama 4 jam.
Sedangkan pada hari ketiga tenaga kerja bekerja selama 6 jam. Demikian
seterusnya, sehingga akhirnya pada hari ke lima, aklimitasi telah mencapai
100% atau 8 jam ataua 1 shift kerja.
b. Penggantian Cairan
Kehilangan air yang sangat banyak dari tubuh dalam bentuk keringat
adalah untuk tujuan pendinginan dengan penguapan. Kehilangan dapat
mencapai 6 liter air dalam 1 hari. NIOSH menyarankan agar tenaga kerja
minum sebanyak 150 – 200 CC setiap 15 – 20 menit. Air minum sebaiknya

Iklim Kerja| 6
disimpan di tempat dingin dan ditempatkan dekat dengan tempat kerja
sehingga tenaga kerja dapat mengambil tanpa meninggalkan tenaga kerja.
c. Engineering Control
1) Menurunkan Suhu Udara
Suhu udara dapat diturunkan dengan memasang ventilasi denga
cara pengenceran dan dengan pendinginan secara aktif. Ventilasi dengan
cara pengenceran maksudnya memasukkan udara yang lebih dingin dari
tempat lain (dari luar gedung) ke dalam lingkungan tempat kerja panas.
Cara ini dapat dilaksanakan untuk mendinginkan seluruh ruangan atau
hanya pendinginan setempat. Pendinginan secara aktif diartikan sebagai
pendinginan dengan mesin atau penguapan dengan pendinginan udara
yang akan digunakan didinginkan lebih dulu dengan mesin pendingin,
selanjutnya baru dimasukkan ke lingkungan tempat kerja untuk
mengencerkan udara lingkungan kerja panas.
2) Menurunkan Kelembaban Udara
Dengan menggunakan ruangan yang dingin akan menurunkan
tekanan panas, hal ini disebabkan oleh karena suhu udara dan
kelembaban udara yang lebih rendah, sehingga meningkatkan kecepatan
penguapan dengan pendinginan.
3) Menurunkan Panas Radiasi
Panas radiasi dapat datang dari sumber dengan suhu permukaan
yang tinggi (dari dapur peleburan). Bila suatu sumber panas dapat
ditentukan atau dilokalisir, maka panas radiasi dapat dikembalikan secara
efektif dengan memasang lembaran logam alumunium sebagai perisai di
sekeliling sumber tanpa menyentuh dinding dapur. Permukaan logam
aluminium yang menghadap ke sumber dibuat mengkilap. Ternyata
dengan cara demikian 95% energi panas radiasi yang dipancarkan dari
sumber akan dipantulkan kembali, sedangkan yang 5% lainnya akan
diabsorbsi oleh logam aluminium. Dengan cara demikian udara
dibelakang logam aluminium akan tetap terasa dingin.

Iklim Kerja| 7
d. Administratif Control
1) Training
Pendidikan atau pelatihan bagi calon tenaga kerja sebelum
ditempatkan dan setelah ditempatkan yang dilaksanakan secara berkala.
Pendidikan yang demikian dilaksanakan baik untuk para calon tenaga
kerja yang akan bekerja di lingkungan tempat kerja panas atau para
tenaga kerja yang bekerja di lingkungan kerja panas maupun untuk
supervisornya. Informasi yang menguntungkan yang dapat diperoleh dari
pendidikan ini adalah cara-cara mengendalikan tekanan panas dan cara-
cara untuk mengendalikan resiko yang berhubungan dengan panas.
2) Membagi Pekerjaan
Untuk mengurangi pajanan panas, pekerjaan dapat dibagi atau
dikerjakan oleh beberapa orang dengan cara bergantian. Dengan
demikian pemaparan terhadap panas bagi pekerja turun/berkurang atau
hanya berlangsung dalam waktu yang singkat.
3) Perlindungan Perorangan
Perlindungan perorangan dalah suatau cara pengendalian yang
diselenggarakan untuk perorangan. Untuk tekanan panas, perlindungan
perorangan terutama berupa suatu pakaian pendingin, namun juga dapat
termasuk pakaian yang dapat memantulkan panas radiasi yang tinggi
dalam lingkungan tempat kerja panas.
e. Upaya pengendalian dengan pengadaan Alat Pelindung Diri (APD) yaitu
helm, masker,sepatu, dan pakaian kerja yang diberikan kepada pekerja.
2. Cold Stress
a. Hindari paparan lebih lanjut terhadap dingin, cepat pindahkan ke area
yang lebih  hangat.
b. Jika kondisi memungkinkan, hangatkan organ yang terkena penyakit
forstbite di dalam wadah yang berisi air hangat. Hangatkan secara
perlahan sampai kulitnya berubah menjadi memerah kurang lebih 45
menit.

Iklim Kerja| 8
c. Jika tidak tersedia air hangat, balut daerah yang mengalami frostbite
dengan kain atau jika tangan yang terkena, selipkan saja tangan di bawah
ketiak atau di perut untuk menghangatkan organ yang terkena forstbite.
d. Jangan pernah menggosok atau menggaruk daerah yang mengalami
frostbite karena dapat menyebabkan infeksi bahkan cidera jaringan lebih
lanjut.
e. Jika mati rasa tetap berlanjut selama proses penghangatan segera pergi ke
rumah sakit.

E. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja


Lingkungan kerja yang panas diukur dengan beberapa pengukuran seperti
suhu kering, suhu basah, suhu bola, kecepatan angin dan kelembaban udara.
Gabungan dari pengukuran suhu basah, suhu kering, suhu bola, kelembaban udara
dan kecepatan angin disebut dengan iklim kerja (Haryuti et al.,1987).
Alat yang dapat digunakan adalah Arsmann psychrometer  untuk mengukur
suhu basa, termometer kata untuk mengukur kecepatan kecepatan udara dan
termometer bola untuk mengukur suhu radiasi. Selain itu pengukuran iklim kerja
dapat menggunakan “Questemp”  yaitu suatu alat digital untuk mengukur tekanan
panas dengan parameter Indek Suhu Bola Basah (ISBB). Alat ini dapat mengukur
suhu basah, suhu kering dan suhu radiasi.Pengukuran tekanan panas di
lingkungan kerja dilakukan dengan meletakkan alat pada ketinggian 1,2 m (3,3
kaki) bagi tenaga kerja yang berdiri dan 0,6m (2 kaki) bila tenaga kerja duduk
dalam melakukan pekerjaan. Pada saat pengukuran reservoir (tandon) termometer
suhu basah diisi dengan aquadest dan waktu adaptasi alat 10 menit (Tim Hiperkes,
2006).
Pengukuran suhu basah dan suhu kering menggunakan peralatan yang sama
yaitu thermometer suhu udara, perbedaannya terletak pada pemasangan kain katun
pada bola (bulb) thermometer tersebut. Suhu basah menunjukkan keadaan uap air
dan angin di udara. Suhu bola atau suhu radiasi merupakan pengukuran suhu
akibat adanya radiasi panas di lingkungan. Radiasi panas bisa berasal dari sinar
matahari, proses produksi ataupun proses metabolisme tubuh. Kelembaban udara

Iklim Kerja| 9
mengukur banyaknyanya uap air yang berada di udara sedangkan kecepatan
gerakan udara atau angin merupakan pengukuran terhadap gerakan udara.
Suhu Kering (Dry bulb temperature) adalah suhu yang ditunjukkan oleh
termometer suhu kering. Suhu basah alami (Natural Wet bulb temperature) adalah
suhu yang ditunjukkan termomoter suhu basah. Suhu bola (Globe Temperature)
adalah suhu yang ditunjukkan oleh temperatur bola. (Hiperkes, 2005) Suhu tubuh
manusia dapat dipertahankan secara menetap oleh suatu sistem pengatur suhu
(Thermoregulatory system). Suhu menetap ini adalah akibat keseimbangan
diantara panas yang dihasilkan didalam tubuh sebagai akibat metabolisme dan
pertukaran panas diantara tubuh dengan lingkungan sekitar. Dari suatu
penyelidikan diperoleh hasil bahwa produktivias kerja manusia akan mencapai
tingkat yang paling tinggi pada temperatur sekitar 24 derajat Celsius sampai 27
derajat Celsius (Sritomo Wigjosoebrata, 2003). 
Di Indonesia, parameter yang digunakan untuk menilai tingkat iklim kerja
adalah Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB). Hal ini telah ditentukan dengan
Permenaker No. 13/Men/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Di
Tempat Kerja.
Tabel 1. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah Dan Bola
(ISBB) yang Diperkenankan
Pengaturan waktu kerja setiap ISBB (oC)
Beban Kerja
jam
Ringan Sedang Berat
75% - 100% 31,0 28,0 -
50% - 75% 31,0 29,0 27,5
25% - 50% 32,0 30,0 29,0
0% - 25% 32,2 31,1 30,5

1. Beban kerja ringan membutuhkan kalori 100 – 200 kilo kalori/jam


2. Beban kerja sedang membutuhkan kalori > 200 – 350 kilo kalori/jam
3. Beban kerja berat membutuhkan kalori > 350 – 500 kilo kalori/jam.
Lingkungan kerja yang panas lebih banyak menimbulkan permasalahan
daripada lingkungan kerja yang dingin. Hal ini karena, umumnya manusia lebih

Iklim Kerja| 10
mudah melindungi dirinya dari pengaruh suhu udara yang rendah daripada suhu
udara yang tinggi.

BAB III
PENUTUP

Iklim Kerja| 11
A. Kesimpulan
- Iklim kerja merupakan keadaan lingkungan kerja fisik yang di ukur dari
perpaduan antara suhu udara (suhu basah dan suhu kering), kelembaban
udara, kecepatan aliran udara dan suhu radiasi.
- Heat stress di tempat kerja dapat diidentifikasi melalui faktor resiko yang
ditimbulkan di tempat kerja serta dampak terhadap tenaga kerja.
Sedangkan cold stress dilihat melalui respon subjektif dari pekerja
merupakan cara terbaik untuk mengidentifikasi tekanan dingin (cold
stress) di tempat kerja.
- Heat stress dapat dievaluasi dengan asumsi bahwa kondisi kerja yang
lazim untuk delapan jam penuh dengan istirahat nominal. Sedangkan cold
stress dapat dievluasi melalui monitoring tempat kerja, sistem cold stress,
lokal stres cold.
- Pengendalian iklim kerja dapart dilakukan aklimitasi, penggantian cairan,
engineering control, administratif control, hindari paparan lebih lanjut
terhadap dingin serta cepat pindahkan ke area yang lebih  hangat.
- Nilai ambang batas iklim kerja ditentukan dengan Permenaker No.
13/Men/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Di Tempat
Kerja.

B. Saran
Untuk mengurangi paparan heat stress dan cold stress dapat dilakukan
beberapa proses pengendalian yang perlu dipatuhi oleh tenaga kerja. Oleh karena
itu diharapkan tenaga kerja maupun pihak atasan dapat bekerjasama untuk
menghilangkan atau mengurangi jumlah paparan berdasarkan nilai ambang batas
yang telah ditentukan. Sehingga baik atasan maupun bawahan tidak ada yang
dirugikan.

Iklim Kerja| 12

Anda mungkin juga menyukai