Anda di halaman 1dari 14

TUGAS TERSTRUKTUR

Pelayanan Medis Dasar dan PTM


“PENGELOLAAN OBAT SEDERHANA”

Dosen Pengampu:
Emy Yulianti, S.Kep, M.Kes
TIM :
Rohuna, SKM. M.Pd
Emy Yulianti, S.Kep, M.Kes

Disusun Oleh : Kelompok 20


Ainiyah Qurrotu Aini Nugraha (20185123002)
Nurhaya Sarah Syafa Namira (20185123043)
Suci Cahya Ningsih (20185123057)

PRODI DIII KEBIDANAN


POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
2019/2020
KATA PENGANTAR
Rasa syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan Karunia-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan.

Makalah ini disusun untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah dengan judul
“Pengelolaan Obat Sederhana” yang diarahkan oleh dosen pengampuh kami yaitu
Emy Yulianti, S.Kep, M.Kes
Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan
saran demi perbaikan makalah ini akan kami terima dengan senang hati.

Pontianak, 10 September 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................1
C. Tujuan Masalah.....................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN MATERI2

A. Pengertia Obat ......................................................................................................2


B. Kategori Obat Secara Umum................................................................................2
C. Penyimpanan Obat................................................................................................4
D. Pengaturan Penyimpanan......................................................................................5
E. Pencatatan Persediaan Obat..................................................................................5
F. Pemesanan Obat....................................................................................................8
G. Pemberian Obat.....................................................................................................8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................................10
B. Saran......................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit
yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas dalam
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit
adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit
yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu,
Salah satu upaya kesehatan yang dilakukan pemerintah adalah dengan
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan rumah sakit yang antara lain dapat
dicapai dengan penggunaan obat-obatan yang rasional dan berorientasi kepada
pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu dan terjangkau bagi semua
lapisan masyarakat (Siregar, 2004).
Maka dari it dimakalah ini, kita akan membahas tentang “Penyedian Obat
Sederhana”
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari obat?
2. Apa saja kategori obat secara umum?
3. Bagaimana cara penyimpanan obat?
4. Bagaimana pengaturan persediaan obat?
5. Bagaimana pencatatan persediaan obat?
6. Bagaimana pemesanan obat?
7. Bagaimana pemberian obat?
C. TUJUAN
1. Mengetahui penegrtian dari obat
2. Mengetahui apa saja kategori obat secara umum
3. Mengetahui cara penyimpann obat
4. Mengetahui bagaimana pengaturan persediaan obat
5. Mengetahui cara pencatatan persediaan obat
6. Mengetahui bagaimana cara pemesanan obat
7. Mengetahui cara pemberianobat

1
BAB I
PEMBAHASAN
A. Pengertian Obat 
benda atau zat yang dapat digunakan untuk merawat penyakit,
meredakan/menghilangkan gejala, atau mengubah proses kimia dalam tubuh. Obat ialah
suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam
menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit
atau gejala penyakit, luka atau kelainan fisik dan psikis pada manusia atau hewan.
B. Kategori obat secara umum
1. Obat Bebas 

Obat bebas adalah obat OTC (over the counter) atau obat yang dijual secara bebas
di pasaran. Artinya, Kamu bisa sangat mudah dan bebas menemukan dan membeli obat
ini, tanpa harus menggunakan resep dokter. Obat yang tergolong dalam kategori bebas
adalah obat yang memiliki efek samping rendah serta kandungan bahan-bahan yang
relatif aman. Namun meski tidak memerlukan pengawasan dokter, Kamu tetap harus
memenuhi petunjuk dan dosis yang tertera di kemasan ketika mengonsumsinya. 
 

Obat bebas biasanya memiliki gambar lingkaran berwarna hijau dan bergaris tepi
hitam. Simbol tersebut tertera di kemasan obat. Kebanyakan obat bebas adalah obat-
obat untuk mengobati penyakit ringan, seperti batuk, flu, atau demam. Obat bebas juga
bisa berupa vitamin atau suplemen nutrisi. Contoh obat bebas adalah parasetamol.
2. Obat Bebas Terbatas
Obat bebas terbatas memiliki kesamaan dengan obat bebas, yaitu keduanya dijual
bebas di pasaran. Namun, obat bebas terbatas termasuk obat yang lebih keras
ketimbang obat bebas, meski obat dalam golongan ini juga bisa dikonsumsi tanpa resep
dari dokter. Dalam jumlah tertentu, obat ini masih bisa dijual di apotek mana saja.

2
Obat jenis bebas terbatas juga memiliki simbol tertentu di kemasannya, yaitu
lingkaran biru bergaris tepi hitam. Tidak hanya itu, pada kemasan obat bebas terbatas
juga tertulis peringatan-peringatan seperti:
a. P1: Awas! Obat Keras! Baca Aturan Pakainya.
b. P2: Awas! Obat Keras! Baca Aturan Pakainya.
c. P3: Awas! Obat Keras! Hanya untuk Bagian Luar Tubuh.
d. P4: Awas! Obat Keras! Hanya untuk Dibakar.
e. P5: Awas! Obat Keras! Tidak Boleh Ditelan.
f. P6: Awas! Obat Keras! Obat Wasir, Jangan Ditelan.
 
Obat bebas terbatas bisa digunakan untuk mengobat penyakit dari yang tergolong
ringan hingga serius. Kalau Kamu belum sembuh juga, meski sudah mengonsumsi obat
dengan golongan bebas terbatas, lebih baik berhenti mengonsumsinya dan periksakan
diri ke dokter. 
 
3. Obat Keras
Obat keras sudah termasuk obat yang tidak bisa dibeli bebas di apotek tanpa resep
dokter, meski dijual legal di apotek. Tanpa resep dokter dan jika pemakaiannya tidak
sesuai, dikhawatirkan obat ini bisa memperparah penyakit, meracuni tubuh, bahkan
menyebabkan kematian. Simbol obat keras yang ada di kemasan obat adalah lingkaran
merah bergaris tepi hitam dan terdapat huruf K di dalamnya.

 
Pada umumnya, banyak obat-obat tertentu yang termasuk dalam golongan ini, seperti: 
a. Obat generik.
b. Obat Wajib Apotek (OWA).
c. Psikotropika.
d. Obat yang mengandung hormon, seperti obat penenang atau obat diabetes.
e. Antibiotik, seperti tetrasiklin, penisilin, ampisilin, sefalosporin.

Untuk psikotropika, obat-obatan jenis ini memengaruhi susunan sistem saraf pusat,
sehingga bisa menimbulkan perubahan pada mental dan perilaku orang yang
mengonsumsinya. Maka dari itu, obat psikotropika hanya bisa dikonsumsi di bawah
pengawasan dokter. Psikotropika juga dibagi menjadi 4 golongan berdasarkan bahaya
dampaknya pada tubuh manusia. Psikotropika golongan I adalah obat yang tidak boleh
digunakan untuk terapi. Psikotropika golongan I hanya boleh dipakai untuk keperluan
ilmu pengetahuan, karena memiliki potensi yang kuat untuk menyebabkan
ketergantungan pada penggunanya. 
 
Lain dari psikotropika golongan I, psikotropika golongan II bisa digunakan untuk
pengobatan maupun untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Namun, psikotropika
3
golongan II tetap memiliki potensi kuat untuk menyebabkan ketergantungan.
Psikotropika golongan III lebih banyak digunakan untuk pengobatan, meski obat jenis
ini juga bisa dimanfaatkan untuk keperluan ilmu pengetahuan. Risiko ketergantungan
pada psikotropika golongan III cenderung rendah. Selain itu, sama seperti golongan III,
risiko ketergantungan psikotropika golongan IV juga rendah. Psikotripika golongan IV
banyak digunakan untuk pengobatan maupun keperluan ilmu pengetahuan.
 
Karena bersifat keras, psikotropika dan obat keras berada di dalam kategori yang
sama. Keduanya juga memiliki simbol yang sama. Contoh obat keras adalah loratadine,
pseudoeedrin, bromhexin HCL, alprazolam, clobazam. Sementara itu, contoh obat
psikotropika adalah ekstasi, phenobital, sabu-sabu, diazepam.
 
4. Obat Narkotika 
Narkotika adalah obat-obatan yang bisa berasal dari tanaman maupun tidak.
Narkotika juga bisa berupa sintesis atau semi sintesis. Sama seperti psikotropika,
narkotika menimbulkan efek ketergantungan, khususnya jenis yang bisa mengurangi
rasa sakit, nyeri, dan tingkat kesadaran. Obat narkotika hanya boleh dijual di apotek,
namun harus di bawah resep dokter. Obat narkotika memiliki simbol lambang palang
merah yang tertera di kemasannya. 

 
Mirip dengan psikotropika, narkotika juga memiliki golongan-golongan tertentu.
Narkotika golongan I hanya digunakan untuk ilmu pengetahuan, namun tidak bisa
digunakan untuk pengobatan. Pasalnya, golongan I memiliki risiko ketergantungan
yang tinggi.Untuk narkotika golongan II, bisa digunakan untuk pengobatan dan
kepentingan ilmu pengetahuan. Namun, biasanya dokter hanya memberi
resep narkotika golongan II sebagai pilihan terakhir dalam pengobatan. Pasalnya,
golongan II juga bisa menyebabkan kertegantungan yang kuat.
  Sementara itu, narkotika golongan III bisa digunakan untuk kepentingan ilmu
pengetahuan dan pengobatan karena memiliki risiko yang ringan untuk menyebabkan
ketergantungan. Contoh obat narkotika adalah opium, ganja, dan heroin. Untuk
golongan II, contohnya tebakon, morfina, dan peptidina. Sementara untuk golongan III,
contohnya adalah kodeina, nikokodina, dan nikodikodina.
C. Penyimpanan Obat
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara
dengan cara menempatkan obat - obatan yang diterima pada tempat yang dinilai
aman dari pencurian serta gangguan dari fisik yang dapat merusak mutu obat.

1. Mengapa perlu tempat penyimpanan ?


a. Agar kita dapat menjaga mutu obat
b. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab
c. Menjaga kelangsungan persedian
d. Memudahkan penjagaan dan pengawasan

4
2. Bagaimana menyiapkan ruang tempat obat ?
a. Persyaratan gudang
1) Luas minimal 3 x 4 m2
2) Ruang kering tidak lembab
3) Ada ventilasi agar ada aliran udara dan tidak lembab
4) Cahaya cukup
5) Lantai dari tegel atau semen
6) Dinding dibuat licin
7) Hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam
8) Ada gudang penyimpanan obat
9) Ada pintu dilengkapi kunci ganda
10) Ada lemari khusus untuk narkotika
b. Pengaturan Gudang Obat
Dalam pengaturan gudang yang akan dipakai untuk penyimpanan
haruslah dapat menjaga agar obat:
1) a.Tidak rusak secara fisik dan kimia. oleh karena itu, harus diperhatikan
ruangnya tetap kering, adanya ventilasi untuk aliran udara agar
tidak panas, cahaya yang cukup, gudang harus ditata
berdasarkan sistem arus lurus, arus U, agar memudahkan dalam
bergerak, dan penempatan rak yang tepat serta penggunaan Pallet
akan dapat meningkatkan sirkukasi uara dan gerakan stok obat.
2) Aman. Agar obat tidak hilang maka perlu adanya ruangan khusus
untuk gudang dan pelayanan, dan sebaiknya ada lemari/rak yang
terkunci, serta ada lamari laci khusus untuk narkotika yang selalu
terkunci.Untuk mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan,
penyusunan, pencarian dan pengawasan obat - obat, maka
diperlukan pengaturan tata ruang gudang dengan baik.

D. Pengaturan penyimpanan obat

1. Menurut bentuk sediaan dan Alfabetis


2. Menerapkan sistem FIFO dan FEFO
3. Menggunakan almari, rak dan pallet
4. Menggunakan almari khusus untuk menyimpan narkotika dan
5. psikotropika
6. Menggunakan almari khusus untuk perbekalan farmasi yang
memerlukan
7. penyimpanan pada suhu tertentu
8. Dilengkapi kartu stock obat

E. Pencatatan persediaan obat

1. Pencatatan dan Kartu Stok


 Kartu stok digunakan untuk mencatat mutasi obat (penerimaan, pengeluaran,
hilang, rusak atau kadaluarsa). Data pada kartu stok digunakan untuk menyusun
laporan, perencanaan pengadaan distribusi dan sebagai pembanding terhadap
keadaan fisik obat dalam tempat penyimpanannya.
Kegiatan yang harus dilakukan :
a. Kartu stok diletakkan bersamaan / berdekatan dengan obat bersangkutan.

5
b. Pencatatan dilakukan secara rutin dari hari ke hari.
c. Setiap terjadi mutasi obat (penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak/kadaluarsa)
langsung dicatat dalam kartu stok.
d. Penerimaan dan pengeluaran dijumlahkan pada setiap akhir bulan.
Informasi yang didapat dalam kartu stok :
a. Jumlah obat yang tersedia (sisa stok)
b. Jumlah obat yang diterima
c. Jumlah obat yang keluar
d. Jumlah obat yang hilang/rusak/kadaluarsa
Petunjuk pengisian kartu stok :
a. Petugas penyimpanan dan penyaluran mencatat segala penerimaan dan
pengeluaran obat di Kartu Stok (formulir I) sesuai dengan apa yang
tercantum didalam dokumen, Dokumen Bukti Mutasi Barang (DBMB), atau
dokumen lain yang sejenis.
b.    Obat disusun menurut ketentuan – ketentuan berikut :
1)   Obat dalam jumlah besar (bulk) disimpan diatas pallet atau diganjal kayu
secara rapi, teratur dengan memperhatikan tanda – tanda khusus (tidak
boleh terbalik, berat, bulat, segi empat dan lain – lain)
2)  Penyimpanan antara kelompok/jenis satu dengan yang lain harus jelas
sehingga memudahkan pengeluaran dan perhitungan
3)  Penyimpanan bersusun dapat dilaksanakan dengan adanya forklift untuk
obat – obat berat
4)    Obat – obat dalam jumlah kecil dan mahal harganya disimpan dalam
lemari terkunci dipegang oleh petugas penyimpanan dan penyaluran.
5)    Satu jenis obat disimpan dalam satu lokasi (rak, lemari dan lain – lain)
6)  Obat dan alat kesehatan yang mempunyai sifat khusus disimpan dalam
tempat khusus. Contoh: eter, film dan lain – lain
c.    Obat – obat disimpan menurut sistem FIFO (First In First Out)
d.    Kartu stok memuat nama obat, satuan, asal (sumber) dan diletakkan bersama
obat pada lokasi penyimpanan
e.    Bagian judul pada kartu stok diisi dengan:
1) Nama obat
2) Kemasan
3) Isi kemasan
4) Nama sumber dana atau dari mana asalnya obat
f.     Kolom – kolom pada kartu stok diisi sebagai berikut:
1)    Tanggal penerimaan atau pengeluaran

6
2)    Nomor dokumen penerimaan atau pengeluaran
3)    Sumber asal obat atau kepada siapa obat dikirim
4)    No. Batch/no. Lot
5)    Tanggal kadaluarsa
6)    Jumlah penerimaan
7)    Jumlah pengeluaran
8)    Sisa stok
9)    Paraf petugas yang mengerjakan
Pencatatan dan Kartu Stok Induk
Fungsi:
1. Kartu stok induk digunakan untuk mencatat mutasi obat (penerimaan,
pengeluaran, hilang, rusak atau kadaluarsa).
2.   Tiap lembar kartu stok hanya diperuntukkan mencatat data mutasi 1 (satu)
jenis obat yang berasal dari semua sumber anggaran.
3.  Tiap baris data hanya diperuntukkan mencatat 1 (satu) kejadian mutasi obat.
4.   Data pada kartu stok induk digunakan sebagai:
a.Alat kendali bagi Kepala Unit Pengelola Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan terhadap keadaan fisik obat dalam tempat penyimpanan.
b. Alat bantu untuk penyusunan laporan, perencanaan pengadaan dan
distribusi serta pengendalian persediaan.
Informasi yang didapat
1.    Jumlah obat yang tersedia (sisa stok)
2.    Jumlah obat yang diterima
3.    Jumlah obat yang keluar
4.    Jumlah obat yang hilang/rusak/kadaluarsa
5.    Jangka waktu kekosongan obat
Kegiatan yang harus dilakukan
a.    Petugas pencatatan dan evaluasi, mencatat segala penerimaan dan
pengeluaran obat di Kartu Stok Induk (Formulir II) berdasarkan BAPPB,
SBBK atau dokumen lain yang sejenis.
b.    Kartu stok induk adalah:;
1.    Sebagai pencerminan obat – obat yang ada di gudang
2.    Alat pembantu bagi ordonatur untuk pengeluaran obat

7
3.    Alat pembantu dalam menentukan kebutuhan
c.    Bagian judul pada Kartu Induk Persediaan Obat diisi dengan:
1. Nama obat tersebut
2. Satuan obat
3. Sumber / asal obat
4. Jumlah persediaan minimum yang harus ada dalam persediaan,
dihitung sebesar stok tunggu (6 bulan)
5. Jumlah persediaan maksimum yang harus ada dalam persediaan,
dihitung sebesar stok kerja + stok tunggu + stok pengaman (± 20 bulan),

F. Pemesanan Obat
Perpesanan adalah proses pengambilan keputusan pengobatan oleh dokter berupa
terapi obat yang diterima pasien dengan memperhatikan ketetapan pasien, jenis obat,
dosis, kekuatan, rute, eaktu da surasi pengobatan. Pemesanan obat atau permintaan obat
berdasarkan rencana kebutuhan obat perbulan/tahunan yang sudah dilaporkan sebelumnya
ke Dinkes untuk meminimalisir penggunaan onat yang tida bertanggung jawab.
Pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi aspek seleksi dan
perumusan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusi, dan penggunaan obat.
Tujuan Pemesanan obat untuk kebutuhan dilakukan oleh petugas farmasi atau gudang obat
dan pemesanan obat untuk kebutuhan pelayanan dilakukan oleh petugas unit pelayanan
terkait petugas farmasi gudang obat.

G. Pemberian Obat
Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang
sebagai perawatan, pengobatan, atau bahkan pencegahan terhadap berbagai gangguan
yang terjadi di dalam tubuh.Obat yang digunakan sebaiknya memenuhi berbagai standar
persyaratan obat, diantaranya yaitu kemurniannya dan efektivitas. Adapun proses
pemberian obat, yaitu:
1. Pemberian resep : Perawat sering kali mengidentifikasi bahwa dokter menuliskan
resep obat tertentu.
2. Pembagian dan penyimpanan: perawat sebaikknya tidak menggunakan nama dagang
obat karena dapat terjadi kekeliruan.
3. Pemberian : anda harus tahu pasti rute pemberian obat dan memastikan dosis sudah
dihitung dengan benar.
4. Pemantauan : Anda harus memeriksa pemberian dan dampak obat pada pasien.

8
Setiap kategori tersebut dapat menjadi tautan lemah tempat kesalahan dapat terjadi.
Kesalahan obat adalah semua peristiwa yang dapat dicegah yang dapat menyebabkan atau
mengakibatkan penggunaan obat yang tidak tepat atau bahaya pada pasien, sementara obat
tersebut dalam kendali tenaga kesehatan professional, pasien, atau konsumen. Saat memberi
obat, kita juga harus benar-benar menguasai metode pemberian. Sebagian besar rumah sakit
memiliki kompetensi pemberian obat untuk staf guna memuktikan bahwa mereka kompeten
dalam keterampilan klinis pemberian obat. Saat kita membawa resep dari dokter ke apotik
setempat, obat yang kita tebus memiliki aturan pakai. Botol obat dan wadah obat diharuskan
oleh hukum untuk dilengkapi dengan lebel aturan pakai. Beberapa instruksi yang dapat
dilihat pada lebel tersebut, yaitu:
a. Satu, setiap hari (1 OD)
b. Satu, dua kali sehari (1 BD)
c. Satu, tiga kali sehari (1 TSD atau 1 TID)
d. Satu, empat klai sehari ( 1 QDS atau 1 QID)

Obat yang harus digunakan BD dapat diprogramkan pada pukul 8.00 dan 2.00 (atau
pukul 7.00 dan 19.00, dsb). TDS berarti setiap 8 jam, dan QDS berarti 6 jam. Adapun label
lain:

a. Satu, di pagi hari (1 OM atau 1 mane)


b. Satu, di malam hari (1 ON atau 1 nocte)
c. Satu atau dua, jika perlu (1 atau 2 PRN)

9
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Obat adalah benda atau zat yang dapat digunakan untuk merawat penyakit,
meredakan/menghilangkan gejala, atau mengubah proses kimia dalam tubuh. Obat ialah
suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam
menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit
atau gejala penyakit, luka atau kelainan fisik dan psikis pada manusia atau hewan.
Kategori obat secara umum yaitu, obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, dan obat
narkotika. Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara
dengan cara menempatkan obat - obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman
dari pencurian serta gangguan dari fisik yang dapat merusak mutu obat.  Kartu stok
digunakan untuk mencatat mutasi obat (penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak atau
kadaluarsa). Data pada kartu stok digunakan untuk menyusun laporan, perencanaan
pengadaan distribusi dan sebagai pembanding terhadap keadaan fisik obat dalam tempat
penyimpanannya. Perpesanan adalah proses pengambilan keputusan pengobatan oleh
dokter berupa terapi obat yang diterima pasien dengan memperhatikan ketetapan pasien,
jenis obat, dosis, kekuatan, rute, eaktu da surasi pengobatan. Proses pemberian obat yaitu,
pemberian resep, pembagian dan penyimpanan, pemberian dan pemantauan.
B. SARAN
Demikianlah makalah ini kami buat, mudah-mudahan apa yang kami paparkan diatas
bisa menjadi tambahan pengetahuan bagi mahasiswi untuk mengenal dan mengetahui
tentang “Pengelolaan Obat Sederhana”. Kami menyadari bahwa apa yang kami paparkan
diatas masih belum sesuai apa yang diharapkan. Kami berharap mahasiswi memberikan
masukkan yang lebih banyak lagi serta dosen pembimbing kami.

10
DAFTAR PUSTAKA

Boyed, Claire. 2014. KETERAMPILAN PENATALAKSANAAN OBAT UNTUK PERAWAT.


Jakarta: BUMI MEDIKA.
Siregar, Charles. 2014. Teori dan Penerapan Farmasi Rumah Sakit. Jakarta. EGC
L.2006. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta .EGC

iii

Anda mungkin juga menyukai