MAKALAH
Disusun Oleh :
ESTER WILDA SARAGIH (170304133)
DEBORA JUVITA SIAHAAN (170304135)
Ditugaskan Oleh :
Dr. Ir. Salmiah, MS
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia-Nya,
penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun makalah ini
merupakan salah satu syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian mata kuliah
Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS. selaku dosen mata kuliah Ekonomi Manajerial, Program
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna maka dari
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................2
BAB II ISI
2.1 Acuan .........................................................................................................3
2.2 Aturan Baku Menentukan Harga ................................................................5
2.3 Markup Pricing ...........................................................................................7
2.4 Price Discrimination .................................................................................. 8
2.5 First Defree Price Discrimination ...............................................................9
2.6 Third Degree Price Discrimination ...........................................................10
2.7 Second Degree Price Discrimination .......................................................11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Acuan
Untuk membahas suatu permasalahan, ekonom biasanya berangkat dari
kondisi ideal yaitu pasar bersaing sempurna sebagai benchmark. Ekonom bisa
melihat suatu fenomena sebagai sebuah transaksi. Dalam kasus buku di atas, adalah
bagaimana produsen menentukan harga optimal untuk produknya bagi kelompok
konsumen yang berbeda. Pada kasus pasar bersaing sempurna, sebuah produk dijual
kepada semua kelompok konsumen dengan harga sama.
Harga pada kondisi yang ideal adalah harga yang mampu mengalokasikan
sumber daya yang tersedia secara optimal. Harga tersebut akan memberikan
kesejahteraan tertinggi bagi produsen dan konsumen (surplus total). Keuntungan
produsen diukur dengan surplus produsen dan keuntungan konsumen diukur dengan
surplus konsumen. Hanya ada stu harga yang mempunyai karakteristik demikian,
yaitu harga yang terbentuk dalam struktur pasar bersaing sempurna. Hukum
kesejahteraan pertama mengatakan bahwa: pasar bersaing sempurna akan
menghasilkan alokasi yang optimal. Harga tersebut tidak terlalu mahal bagi
konsumen dan tidak terlalu murah bagi produsen, harga pbs adalah harga yang “pas”.
Bagaimana caranya sebuah perusahaan dalam struktur pasar bersaing
sempurna menentukan harga produknya? Dalam struktur pasar bersaing sempurna,
perusahaan tidak menentukan harga produknya. Pasar bekerja dan menentukan harga
untuk semua produsen. Produsen mengambil harga yang disediakan oleh pasar,
masing-masing produsen bertindak sebagai price taker, produsen tidak mempunyai
kekuatan pasar (market power). Dengan harga jual produk yang tersedia (p), masing-
masing produsen menentukan jumlah produksi optimalnya. Masing-masing produsen
akan mendapatkan keuntungan yang optimal jika produsen memproduksi
hinggaongkos untuk memproduksi produk yang terakhir sama dengan harga yang
disediakan pasar (MC = p). Dalam pasar bersaing sempurna, produsen
tidak menentukan harga produknya.
Produsen yang mampu mengendalikan harga (untuk derajat tertentu) disebut
proce taker. Perusahaan yang demikian disebut mempunyai kekuatan pasar. Karena
pada dasarnya willingness to pay konsumen bervariasi, maka perusahaan yang
mempunyai kekuatan pasar akan meningkatkan keuntungan dengan
mendisriminasikan harga berdasarkan masing-masing willingness to pay mereka.
Willingness to pay konsumen terhhadap suatu barang secara spesifik bisa
ditampilkan dengan fungsi permintaan barang tersebut. Fungsi permintaan suatu
barang mengandung informasi elastisitas harga yang menggambarkan dengan tepat
respons penjualan terhadap harga. Statistik ini merupakan informasi yang padat untuk
merealisasikan strategi diskriminasi harga. Tentu saja perusahaan yang menjual
barang yang elastis seperti baju merek Arrow tidak akan menentukan harga tinggi.
jika produsen menjual Arrow dengan harga tinggi, maka konsumen akan
mensubstitusi Arrow dengan Choya, Kenzo, Nino Ceruti dan lain-lainnya. Namun,
untuk produk seperti beras atau ekstasi yang relatif tidak mempunyai substitusi,
penjual bisa menaikkan harga tanpa kehilangan penjualan secara signifikan. Produk-
produk seperti beras dan ekstasi relatif tidak elastis (inelastis).
Jadi, perusahaan memerlukan informasi elastisitas produk untuk menentukan
harga produknya. Elastisitas harga merupakan karakteristik atau pola reaksi dari
konsumen terhadap perubahan harga. Harga terbentuk dari interaksi antara penawaran
dan permintaan. Untuk menentukan harga, produsen tentu saja memerlukan informasi
fungsi ongkosnya, terutama fungsi ongkos marjinalnya. Permasalahannya adalah
mungkinkah produsen mendapatkan kedua informasi tersebut? Jika tidak bagaimana
alternatifnya? Dalam realita, kedua informasi tersebut sangat mahal untuk diketahui
dengan presisi tinggi.
Produsen biasanya menetapkan harga dengan melakukan markup dari biaya
rata-ratanya. Ongkos untuk mendapatkan informasi biaya rata-rata suatu produk
relatif lebih murah dibanding dengan mendapatkan informasi ongkos produk
marjinalnya. Jika demikian, optimalkah markup pricing? Jika markup pricing bisa
optimal, bagaimana memilih markup -nya?
2.2 Aturan Baku Menentukan Harga
Produsen yang mempunyai market power dalam menentukan biaya produknya
tetap mmperhitungkan kendala permintaan pasar (konsumen). Produsen mementukan
harga, yaitu dengan menentukan tingkat output optimal yang membuat
keuntungannya juga optimal (maksimum). Optimal berarti maksimum dengan
kendala yang ada. Keuntungan didefenisikan sebagai revenues (R) dikurangi cost (C).
Perusahaan akan mencapai keuntungan optimal, jika syarat berikut ini dipenuhi.
Maks π = R – C
- =0
MR = MC (1)
Jadi aturan baku untuk menentukan harga adalah MR = MC. Artinya,
perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang optimal jika perusahaan tersebut
memproduksi hingga ongkos produk yang diproduksi terakhir sama dengan
pendapatan dari penjualan produk terakhirnya. Argumen ini bisa dibuktikan secra
intuisi sebagai berikut: Jika MR > MC, maka dengan menambah penjualan akan
meningkatkan keuntungan; sedangkan jika MC > MR, kerugian bisa ditekan dengan
engurangi produksi, karena dengan mengurangi produksi, MC akan turun; jadi
kondisi yang optimal adalah MC = MR. Untuk kasus pbs, MR = p, dan p ditentukan
oleh pasar. Dalam struktur pbs, harga adalah faktor given bagi produsen. Oleh karena
itu, masing-masing produsen pada struktur pbs akan memproduksi hingga MC-nya
menyentuh harga pasar. Berapa pun jumlah produksi yang dihasilkan seorang
produsen dalam pbs akan habis terjual pada tingkat harga p. Namun, produsen tidak
akan mampu memproduksi produk dalam jumlah “semaunya” karena kendala law pf
diminishing returns yang dalam proses produksi yang muncul dalam bentuk
increasing marginal cost.
Dalam kasus pbs, masing-masing produsen menghadapi sebuah fungsi
permintaan yang khas, yaitu bahwa produsen akan selalu mampu menjual produknya
pada harga pasae p. Jika produsen menaikkan harga sedikit saja, maka produknya
tidak akan laku sama sekali. Karakteristik ini dikuantitatifkan dengan elastisitas
produk tersebut adalah tak terhingga.
Jika elastisitas suatu produk adalah tak terhingga (sangat elastis) dan jika
produsen menaikkan harga jual produknya, maka revenues-nya akan merosot
signifikan. Oleh karena itu, produsen yang menjual produk yang elastis cenderung
tidak akan menaikkan harga produknya. Argumen ini sangat berguna dalam
menentukan harga suatu produk. Secara umum, bentuk matematis dari argumen
tersebut adalah sebagai berikut:
MR = =P+Q =P( )= P( )
MC = ME = P ( )
P = MC ( ) (2)
Ekspresi ini adalah syarat pricing yang harus dipenuhi sehingga keuntungan
produsen optimal. Jika nilai elastisitas suatu produk adalah tak tehingga maka rumus
tersebut akan menjadi rumus pricing pada pasar bersaing sempurna, yaitu p = MC.
Jadi rumus ini adalah rumus umum untuk menentukan harga produk jika nilai
elastisitas produk tersebut diketahui. Rumus ini bisa disebut dengan aturan inverse-
elasticity. Dalam hal ini, optimal pricing berimplikasi bahwa penjual akan
memberikan harga yang lebih tinggi untuk produk yang mempunyai elastisitas
rendah. Sebaliknya, penjual akan memberikan harga yang rendah untuk produk
dengan elastisitas tinggi.
Untuk menentukan harga optimal suatu produk, rumus optimal pricing di
persamaan (2) mensyaratkan nilai MC dan elastisitas produk yang bersangkutan.
Produk dengan elastisitas -2, harga optimalnya adalah 2 MC. Sedangkan jika
elastisitasnya -4, harga produknya adalah 1,33 MC. Semakin elastis suatu barang,
harga yang optimal semakin rendah. Jadi, meskipun produsen mempunyai market
power untuk menentukan harga, produsen harus memperhatikan permintaan
konsumen. Jika produsen menaikkan harga jual produk, mereka akan kehilangan
penjualan, akibatnya pendapatan produsen turun dan rugi. Kerugian ini akan semakin
besar jika elastisitas produknya semakin besar.
P = harga produk
AC = ongkos rata-rata (average total cost)
Pertanyaannya adalah apakah menentukan harga dengan metode markup ini
optimal? Jika ya, bagaimana menentukan markup yang optimal tersebut?
Kondisi optimal perusahaan yang mengoptimalkan keuntungannya adalah:
MC = MR = P ( )
P = MC( ) = MC ( ( ) ) (3)
MC (1 + markup )
Jadi, jika yang digunakan adalah MC bukan AC, atau asumsikan bahwa MC = AC,
maka markup optimalnya adalah:
( )
Misalnya untuk elastisitas harga sama dengan -50 (nilai elastisitas adalah
negatif), maka markup untuk produk tersebut adalah:
–1= -1 = = 0,02 = 2%
Hubungan antara markup yang optimal dan elastisitas harga
Elastisitas harga Markup optimal dari MC (%)
-1,2 500
-1,4 250
-1,8 125
-2,5 67
-5 25
-10 11
-20 5
-50 2
3.1 Kesimpulan
Produsen bisa mengoptimalkan keuntungannya dengan menggunakan
informasi elastisitas produknya untuk segmen pasar tertentu. Untuk itu, pasar perlu
disegmentasi berdasarkan masing-masing elastisitasnya. Konsumen dengan elastisitas
harga rendah akan tetap membeli produk meskipun harga produk tersebut dinaikkan.
Sebaliknya, untuk konsumen dengan elastisitas tinggi, produsen menaikkan harga
akan kehilangan pelanggan. pada dasarnya elastisitas bervariasi secara intertemporal
dan situasional (kondisional). Praktik pricing ini akan mungkin jika produsen
mempunyai market power dan produsen juga mampu mengukur reaksi konsumen jika
produsen mengubah harga produknya. Dengan melakukan diskriminasi harga
berdasarkan masing-masing kelompok elastisitas konsumen, produsen mampu
mengoptimalkan keuntungannya. Dalam hal ini permainannya tidak sepenuhnya zero-
sum game. Jika ongkos marjinal suatu produk relatif konstan dan rendah,
diskriminasi harga dengan perbedaan harga yang signifikan masih mungkin untuk
produsen. Dan, diskriminasi harga tersebut membuat konsumen dengan willingness to
pay rendah bisa mengkonsumsi produk tersebut.
3.2 Saran
Makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan sumber yang
penulis peroleh. Sehingga isi dari makalah ini masih bersifat umum. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan agar pembaca lebih banyak mencari sumber yang berkaitan
dengan topik makalah ini, untuk membandingkan isi dari makalah ini. Bila terjadi
kesalahan penyusunan, dengan tangan terbuka penulis menerima saran dan masukan
yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih
DAFTAR PUSTAKA
Noor, Hendry. 2007. Ekonomi Manajerial. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Sadono,S. 2008. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta