LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PEMODELAN LERENG
BAB I
PENDAHULUAN
1.2.1 Maksud
Adapun maksud dari praktikum pemodelan lereng ini yaitu kita dapat
memodelkan lereng menggunakan software GeoSlope.
1.2.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu:
1. Membuat geometri lereng yang baik dan aman
2. Mampu menggunakan aplikasi GeoSlope dalam merancang geometri
lereng.
1.3.1 Alat
a. Laptop
b. Terminal Listrik
c. Mouse
1.3.2 Bahan
a. Modul Praktikum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
model yang dibuat pada skala laboratorium untuk mempelajari perambatan rekahan
yang disebabkan oleh dua metode pembebanan yang berbeda yaitu pembebanan
terdistribusi seragam (menggunakan mesin tekan) dan pembebanan yang diakibatkan
oleh percepatan sentrifugal. Penelitian lain yang dikutip dari Joseph (1988) bahwa
Gomah (1963) melakukan percobaan pada lereng batuan homogen dengan
menggunakan alat sentrifugal untuk mempelajari distribusi tegangan sebagai fungsi
dari tegangan akibat percepatan gravitasi, sudut kemiringan lereng dan ketinggian
lereng. Mengutip dari Joseph (1988) bahwa Sugawara (1982) juga menggunakan alat
sentrifugal untuk mempelajari tahapan kelongsoran pada model lereng yang dibuat
dengan menggunakan campuran antara semen, pasir dan air. Model lereng dibuat
dengan sudut kemiringan lereng antara 50° sampai 80°. Kelongsoran yang diperoleh
dari pemodelan fisik tersebut selanjutnya dibandingkan dengan metode elemen
hingga dan diperoleh hasil yang tidak jauh berbeda
dipasang sebuah alat ukur kecepatan putar (rpm-meter) yang terkoneksi langsung
pada komputer sehingga kecepatan dapat diamati secara real-time. Alat uji
sentrifugal dapat dilihat pada Gambar 1. Model lereng dibuat dengan spesifikasi:
tebal dasar 10 cm, tinggi 15 cm dan sudut kemiringan 35° (lihat Gambar 2). Arah
muka model lereng dibuat menghadap keluar pusat putaran. Dengan skema seperti
ini maka percepatan sentrifugal yang bekerja searah dengan arah muka lereng
dimana dapat diartikan bahwa percepatan sentrifugal tersebut merepresentasikan
percepatan horisontal yang bekerja pada model lereng. Bagian dasar model lereng
dibuat dilakukan pemadatan secara merata mengikuti nilai OMC yang diperoleh dari
pengujian kompaksi. Bagian badan model lereng dibuat berulang dengan
menggunakan beberapa variasi kandungan air (w). Pemantauan model lereng
dilakukan dengan menggunakan empat buah kamera digital dengan sudut
pengambilan gambar yang berbeda. Pengambilan gambar dilakukan serempak
menggunakan alat pengontrol jarak jauh dengan interval dua detik. Terdapat titik-
titik acuan pada sisi dalam kotak dimana masing-masing titik tersebut memiliki
koordinat lokal (x,y,z) yang berguna pada saat proses digital image correlation.
Selain itu, seluruh proses pengujian juga direkam menggunakan kamera CCTV yang
diletakkan tepat berhadapan dengan model lereng yang diamati Terdapat empat
skenario kandungan air (w) yang digunakan dalam pemodelan yaitu 0%, 5%, 10%
dan 15%. Pengujian pertama kali dilakukan untuk model dengan w=0% hingga
model lereng tersebut longsor dengan percepatan sentrifugal tertentu setelah
percepatan sentrifugal mengalami peningkatan secara bertahap. Setelah lereng
longsor maka model lereng dibuat ulang dan pengujian kembali dilakukan untuk
skenario kandungan air yang lain. Proses kelongsoran lereng dapat teramati dengan
baik pada rekaman kamera CCTV dan volume material yang longsor dapat dihitung
dengan membandingkan kondisi sebelum dan sesudah longsor. Foto sebelum dan
sesudah longsor yang berasal dari empat buah kamera digital kemudian diproses
dengan metode photogrammetry untuk dapat diperoleh kontur tiga dimensi.
geologi ataukarena dibuat oleh manusia. Lereng yang terbentuk secara alamiah
misalnya lereng bukitdan tebing sungai, sedangkan lereng buatan manusia antara lain
yaitu galian dan timbunanuntuk membuat jalan raya dan jalan kereta api, bendungan,
tanggul sungai dan kanal sertatambang terbuka.Suatu longsoran adalah keruntuhan
dari massa tanah yang terletak pada sebuahlereng sehingga terjadi pergerakan massa
tanah ke bawah dan ke luar. Longsoran dapatterjadi dengan berbagai cara, secara
perlahan-lahan atau mendadak serta denganataupun tanpa tanda-tanda yang
terlihat.Setelah gempa bumi, longsoran merupakan bencana alam yang paling banyak
mengakibatkan kerugian materi maupun kematian. Kerugian dapat ditimbulkan oleh
suatulongsoran antara lain yaitu rusaknya lahan pertanian, rumah, bangunan,
jalurtransportsi serta sarana komunikasi.Analisis kestabilan lereng harus berdasarkan
model yang akurat mengenai kondisimaterial bawah permukaan, kondisi air tanah
dan pembebanan yang mungkin bekerja padalereng. Tanpa sebuah model geologi
yang memadai, analisis hanya dapat dilakukandengan menggunakan pendekatan
yang kasar sehingga kegunaan dari hasil analisis dapatdipertanyakan.Beberapa
pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan metode-metode
seperti : metode Taylor, metode janbu, metode Fenellius, metode Bishop. Dalam
menentukan kestabilan atau kemantapan lereng dikenal istilah faktor keamanan
(safety factor) yang merupakan perbandingan antara gaya-gaya yang menahan
gerakan terhadap gaya-gaya yang menggerakkan tanah tersebut dianggap stabil, bila
dirumuskan sebagai berikut :
Faktor kemanan (F) = gaya penahan / gaya penggerak
Dimana untuk keadaan :
a. F > 1,0 : lereng dalam keadaan mantap
b. F = 1,0 : lereng dalam keadaan seimbnag, dan siap untuk longsor
c. F < 1,0 : lereng tidak mantap
Jadi dalam menganalisis kemantapan lereng akan selalu berkaitan dengan
perhitungan untuk mengetahui angka faktor keamanan dari lereng tersebut. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi kemantapan lereng, antara lain :
d. Penyebaran batuan
Penyebaran dan keragaman jenis batuan sangat berkaitan dengan kemantapan
lereng, ini karena kekuatan, sifat fisik dan teknis suatu jenis batuan berbeda dengan
MUHAMMAD ROFFY ADITYA LIMBA PUTRI SAFHIRA
09320160112 09320170120
PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PEMODELAN LERENG
Pada dasarnya longsoran akan terjadi karena dua sebab, yaitu naiknya tegangan geser
(she ar st ree s) dan menurunnya kekuatan geser (shear strenght). Adapun faktor yang
dapat menaikkan tegangan geser adalah :
j. Pengurangan penyanggaan lateral, antara lain karena erosi, longsoran terdahulu
yang menghasilkan lereng baru dan kegiatan manusia.
k. Pertambahan tegangan, antara lain karena penambahan beban, tekanan air
rembesan, dan penumpukan.
l. Gaya dinamik, yang disebabkan oleh gempa dan getaran lainnya.
m. Pengangkatan atau penurunan regional, yang disebabkan oleh gerakan
pembentukan pegunungan dan perubahan sudut kemiringan lereng.
n. Pemindahan penyangga, yang disebabkan oleh pemotongan tebing oleh sungai,
pelapukan dan erosi di bawah permukaan, kegiatan pertambangan dan
terowongan, berkurangnya/hancurnya material dibagian dasar.
o. Tegangan lateral, yang ditimbulkan oleh adanya air di rekahan serta pembekuan
air, penggembungan lapisan lempung dan perpindahan sisa tegangan.
Pada lereng alam, aspek kritis yang perlu dipelajari adalah kondisi geologi dan
topografi, kemiringan lereng, jenis lapisan tanah, kuat geser, aliran air bawah tanah
dan kecepatan pelapukan.
2. Lereng Buatan (Man Made Slopes)
Lereng buatan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :
a. Lereng buatan tanah asli / lereng galian (Cut Slope)
Lereng ini dibuat dari tanah asli dengan memotong dengan kemiringan tertentu.
Untuk pembuatan jalan atau saliran air untuk irigasi. Kestabilan pemotongan
ditentukan oleh kondisi geologi, sifat teknis tanah, tekanan air akibat rembesan, dan
cara pemotongan.
b. Lereng Buatan Tanah yang Dipadatkan/lereng timbunan (Embankment)
Tanah dipadatkan untuk tanggul-tanggul jalan raya, bendungan, badan jalan
kereta api. Sifat teknis tanah timbunan dipengaruhi oleh cara penimbunan dan
derajat kepadatan tanah.
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
2. Pilih Create
Gambar 3.3 Mengisi nama file pada title dan menulis kegiatan di author
Gambar 3.4 Klik add > Slope/W Analysis > Limit Equilibrum
8. Pilih Sketch Axes > tentukan batas minimum dan maksimum pada sumbu X,Y
serta tentukan intervalnya
9. Pilih Draw Points dan buat titik koordinat pembantu untuk pembuatan desain
lereng
15. Isi parameter sesuai dengan material model yang dipilih, klik close
Gambar 3.15 Isi parameter sesuai dengan material mode yang dipilih
17. Pilih Draw > Slip Surface > Entry and exit
Gambar 3.17 Pilih Draw > Slip Surface > Entry and Exit untuk membuat
garis pembatas
20. Kemudian isi nilai sumbu X dan Y pada piezometric line. Setelah selesai pilih
close.
21. Klik Start > Save, untuk memunculkan nilai FS (Factor of Safety)
Gambar 3.21 Klik Start > Save untuk memunculkan nilai FK ( Faktor
keamanan )
Gambar 3.22 Pilih View > Slice Information untuk menampilkan data
24. Pindahkan ke dalam Ms.Excel dengan klik copy data dan copy diagram. Klik
close
26. Apabila pelaporan telah muncul, maka desain dan analisa FS telah selesai.
Gambar 3.26 Tampilan pelaporan dari pemodelan lereng yang telah dibuat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
wn
ρn =
ww−ws
123,4
=
141,7−41,3
= 1,2278 gr/cm3
ϕ=sin −1 ¿ ¿
ϕ=sin −1 ¿ ¿
7,28
ϕ=sin −1( )
14,78
ϕ=sin−1(0,4925575101¿)¿
ϕ=29,50879142o
c. Kohesi
σ ' ci( ( 1+ 2a ) s+ ( 1−a ) mb σ ' 3 n)(s+mb σ ' 3 n)a −1
C=
(1+ a ) (2+ a ) √ 1+¿ ¿ ¿ ¿
C=123,22 ¿¿
123,22( 0,151)
C=
3,75 √ 8,28
3,75
C=0,460
4.2 Pembahasan
Pada mata acara pemodelan lereng kita dapat membuat suatu gambar ilustrasi
terhadap lereng. Dimana pada ilustrasi tersebut ditampilkan lapisan tanah dari suatu
lereng serta tekanan airnya. Lereng tersebut memiliki nilai sudut geser dalam, kohesi
dan kuat tekan. Sehingga gambar diatas merupakan ilustrasi dari lereng yang akan di
analisis longsorannya.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada praktikum mekanika batuan mata acara preparasi sampel dapat kita
simpulkan bahwa preparasi sampel adalah persiapan suatu sampel untuk layak uji di
laboratorium. Peranan preparasi sendiri sangat penting apalagi dalam bidang
mekanika atau geoteknik karena sangat membantu dalam pengujian sampel - sampel
batuan. Preparasi sampel dilakukan untuk membantu pengujian sampel di dalam
laboratorium misalnya pengecilan ukuran sampel batuan menggunakan alat – alat
seperti stone cutter dan coring yang selanjutnya akan dilakukan pengujian seperti
kuat tekan batuan, kuat tarik batuan, kuat geser dan lain-lain.
5.2 Saran
5.3 Doa
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad M, 2017, Analisis sifat fisis dan mekanik batuan karst Maros. Universitas
Negeri Makassar. Makassar
Rahman A, 2018, Uji laboratorium mekanika batuan menggunakan metode
unconfined compressive strength pada batuan inti (core) batupasir.
Akademi Minyak dan Gas Balongan Indramayu. Bandung.
Rai, 1998. Perencanaan dan Pelatihan Teknik Terowongan. Laboratorium
Geoteknik Pusat Antar Universitas Ilmu Rekayasa Institut Teknologi
Bandung. Bandung.
Rai, 1998. Mekanika Batuan. Laboratorium Geoteknik Pusat Antar Universitas Ilmu
Rekayasa Institut Teknologi Bandung. Bandung.
https://docplayer.info/61054192-Makalah-mekanika-batuan.html