Anda di halaman 1dari 27

PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN

LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PEMODELAN LERENG

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lereng merupakan bagian permukaan Bumi yang memiliki tingkat


kemiringan tertentu yang diukur dari bidang horizontal. Dalam operasi
penambangan, kestabilan lereng menjadi masalah yang akan dijumpai pada
penggalian tambang terbuka, tempat penimbunan, stockyard dan sarana lainnya
seperti jalan, fondasi jembatan dan bangunan serta perumahan (Suryartono,2003).
Dari jenis materialnya, lereng dibagi menjadi dua, yaitu lereng tanah dan
lereng batuan. Meskipun yang terlihat merupakan gabungan dari kedua jenis material
tersebut, tapi dalam analisis dan pencegahannya, kedua jenis material tersebut tidak
bisa disamakan karena memiliki parameter dan penyebab yang berbeda (Romana,
1993).
Kestabilan suatu lereng banyak dipengaruhi oleh geometri lereng,
karakteristik fisik dan mekanik material pembentuk, air, struktur geologi, tegangan
alamiah, konsentrasi tegangan lokal, getaran, iklim, kegiatan pekerja dan pengaruh
paparan udara. Faktor- faktor tersebut yang awalnya seimbang dalam keadaan alami
kemudian berubah menjadi tidak seimbang akibat pengaruh dari luar (Arif, 2016).
Pendekatan yang biasa digunakan dalam analisis kestabilan lereng adalah
pendekatan mekanika batuan, mekanika tanah dan kombinasi keduanya. Pendekatan
tersebut memanfaatkan sifat-sifat fisik dan mekanik pada batuan atau tanah untuk
memperoleh nilai Faktor Keamanan dimana tanah atau batuan tersebut dapat
dikatakan stabil. Pendekatan-pendekatan tersebut dapat digunakan dengan
memanfaatkan metode-metode seperti analitik, grafik, stereonet, keseimbangan
batas, numerik, probabilistik, teori blok, sistem pakar maupun pemodelan fisik
GeoStudio adalah sebuah paket aplikasi untuk pemodelan geoteknik dan geo-
lingkungan. Software ini melingkupi SLOPE/ W, SEEP / W, SIGMA / W, QUAKE/
W, TEMP / W dan CTRAN / W (Arif,2016).

MUHAMMAD ROFFY ADITYA LIMBA PUTRI SAFHIRA


09320160112 09320170120
PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PEMODELAN LERENG

1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud
Adapun maksud dari praktikum pemodelan lereng ini yaitu kita dapat
memodelkan lereng menggunakan software GeoSlope.
1.2.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu:
1. Membuat geometri lereng yang baik dan aman
2. Mampu menggunakan aplikasi GeoSlope dalam merancang geometri
lereng.

1.3 Alat dan Bahan

1.3.1 Alat
a. Laptop
b. Terminal Listrik
c. Mouse
1.3.2 Bahan
a. Modul Praktikum

MUHAMMAD ROFFY ADITYA LIMBA PUTRI SAFHIRA


09320160112 09320170120
PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PEMODELAN LERENG

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sifat Fisik dan Sifat Mekanik Batuan

Analisis kemantapan lereng dapat dilakukan dengan metode analitik, numerik


dan juga pemodelan fisik. Untuk persoalan kemantapan lereng yang sederhana,
pemecahan persoalan dengan menggunakan metode analitik dapat dilakukan dengan
menggunakan hukum kesetimbangan gaya dan jika pemecahan persoalan sudah
terlampau rumit, solusi pendekatan dengan metode numerik merupakan salah satu
cara yang lebih baik untuk dilakukan. Namun, pengamatan langsung terhadap
keruntuhan lereng dengan menggunakan metode pemodelan fisik juga merupakan
solusi yang tepat untuk menyelesaikan suatu persoalan kemantapan lereng. Dengan
menggunakan pemodelan fisik, pengamatan dan perhitungan dari dampak yang akan
ditimbulkan akibat longsor dapat dilakukan secara langsung. Pemodelan fisik yang
dilakukan pada penelitian ini adalah dengan membuat sebuah model lereng
menggunakan material tanah homogen dengan beberapa variasi kandungan air yang
dibuat pada sebuah kotak lalu kemudian diputar menggunakan motor listrik dengan
kecepatan tertentu. Dengan mengubah kecepatan putaran, maka akan menghasilkan
percepatan sentrifugal yang dapat mempengaruhi kemantapan model lereng sehingga
dapat membuat model lereng tersebut longsor. Penelitian dengan metode pemodelan
fisik dengan pendekatan percepatan sentrifugal ini dilakukan untuk melihat
fenomena pengaruh air terhadap material penyusun model lereng dan menghitung
konsekuensi dari kelongsoran lereng dimana konsekuensi tersebut dapat digunakan
untuk mengkuantifikasi resiko dari kelongsoran lereng.

2.2 Pemodelan Sentrifugal

Pemodelan fisik skala laboratorium dengan menggunakan alat sentrifugal


telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti. Beberapa diantaranya adalah Hoek
(1965), Joseph (1988), Gomah (1963) dan Misich (1997) dimana pemodelan yang
dilakukan secara umum dilakukan untuk mempelajari perilaku massa batuan untuk
tambang terbuka dan bawah tanah. Hoek (1965) melakukan pengujian terhadap

MUHAMMAD ROFFY ADITYA LIMBA PUTRI SAFHIRA


09320160112 09320170120
PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PEMODELAN LERENG

model yang dibuat pada skala laboratorium untuk mempelajari perambatan rekahan
yang disebabkan oleh dua metode pembebanan yang berbeda yaitu pembebanan
terdistribusi seragam (menggunakan mesin tekan) dan pembebanan yang diakibatkan
oleh percepatan sentrifugal. Penelitian lain yang dikutip dari Joseph (1988) bahwa
Gomah (1963) melakukan percobaan pada lereng batuan homogen dengan
menggunakan alat sentrifugal untuk mempelajari distribusi tegangan sebagai fungsi
dari tegangan akibat percepatan gravitasi, sudut kemiringan lereng dan ketinggian
lereng. Mengutip dari Joseph (1988) bahwa Sugawara (1982) juga menggunakan alat
sentrifugal untuk mempelajari tahapan kelongsoran pada model lereng yang dibuat
dengan menggunakan campuran antara semen, pasir dan air. Model lereng dibuat
dengan sudut kemiringan lereng antara 50° sampai 80°. Kelongsoran yang diperoleh
dari pemodelan fisik tersebut selanjutnya dibandingkan dengan metode elemen
hingga dan diperoleh hasil yang tidak jauh berbeda

2.1 Eksperimentasi Laboratorium

Untuk memperoleh sifat material tanah, pengujian dilakukan di Laboratorium


Mekanika Tanah ITB sedangkan seluruh pekerjaan selain pengujian penentuan sifat
material tanah dilakukan di Laboratorium Geomekanika dan Peralatan Tambang
ITB. Penentuan sifat material tanah Sebelum dilakukan pengujian laboratorium,
material tanah dikeringkan dan diayak terlebih dahulu dengan dengan ayakan 14
mesh (ukuran bukaan 1,4 mm). Pengujian sifat material yang dilakukan antara lain
adalah sifat fisik, distribusi ukuran butir, geser langsung dan kompaksi. Parameter
yang diperoleh dari hasil pengujian sifat material dirangkum. Pengujian geser
langsung dilakukan pada beberapa skenario kandungan air (w). Hal ini dilakukan
untuk melihat perubahan kekuatan geser material (kohesi dan sudut gesek dalam)
terhadap keberadaan air. Uji kompaksi juga dilakukan untuk mengetahui jumlah
kandungan air yang paling optimal yang dapat membuat kondisi material paling
kompak.
Alat uji sentrifugal memiliki diemeter putaran sebesar 3,65 m dengan
kecepatan maksimum 70 rpm yang digerakan oleh motor listrik. Terdapat dua buah
kotak yang terletak di kedua ujung dari lengan putar yang masing-masing berfungsi
sebagai tempat model lereng dan tempat beban (counterweight). Pada poros putar

MUHAMMAD ROFFY ADITYA LIMBA PUTRI SAFHIRA


09320160112 09320170120
PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PEMODELAN LERENG

dipasang sebuah alat ukur kecepatan putar (rpm-meter) yang terkoneksi langsung
pada komputer sehingga kecepatan dapat diamati secara real-time. Alat uji
sentrifugal dapat dilihat pada Gambar 1. Model lereng dibuat dengan spesifikasi:
tebal dasar 10 cm, tinggi 15 cm dan sudut kemiringan 35° (lihat Gambar 2). Arah
muka model lereng dibuat menghadap keluar pusat putaran. Dengan skema seperti
ini maka percepatan sentrifugal yang bekerja searah dengan arah muka lereng
dimana dapat diartikan bahwa percepatan sentrifugal tersebut merepresentasikan
percepatan horisontal yang bekerja pada model lereng. Bagian dasar model lereng
dibuat dilakukan pemadatan secara merata mengikuti nilai OMC yang diperoleh dari
pengujian kompaksi. Bagian badan model lereng dibuat berulang dengan
menggunakan beberapa variasi kandungan air (w). Pemantauan model lereng
dilakukan dengan menggunakan empat buah kamera digital dengan sudut
pengambilan gambar yang berbeda. Pengambilan gambar dilakukan serempak
menggunakan alat pengontrol jarak jauh dengan interval dua detik. Terdapat titik-
titik acuan pada sisi dalam kotak dimana masing-masing titik tersebut memiliki
koordinat lokal (x,y,z) yang berguna pada saat proses digital image correlation.
Selain itu, seluruh proses pengujian juga direkam menggunakan kamera CCTV yang
diletakkan tepat berhadapan dengan model lereng yang diamati Terdapat empat
skenario kandungan air (w) yang digunakan dalam pemodelan yaitu 0%, 5%, 10%
dan 15%. Pengujian pertama kali dilakukan untuk model dengan w=0% hingga
model lereng tersebut longsor dengan percepatan sentrifugal tertentu setelah
percepatan sentrifugal mengalami peningkatan secara bertahap. Setelah lereng
longsor maka model lereng dibuat ulang dan pengujian kembali dilakukan untuk
skenario kandungan air yang lain. Proses kelongsoran lereng dapat teramati dengan
baik pada rekaman kamera CCTV dan volume material yang longsor dapat dihitung
dengan membandingkan kondisi sebelum dan sesudah longsor. Foto sebelum dan
sesudah longsor yang berasal dari empat buah kamera digital kemudian diproses
dengan metode photogrammetry untuk dapat diperoleh kontur tiga dimensi.

2.3 Stabilitas Lereng

Lereng adalah permukaan bumi yang membentuk sudut kemiringan tertentu


dengan bidang horizontal Lereng dapat terbentuk secara alamiah karena proses

MUHAMMAD ROFFY ADITYA LIMBA PUTRI SAFHIRA


09320160112 09320170120
PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PEMODELAN LERENG

geologi ataukarena dibuat oleh manusia. Lereng yang terbentuk secara alamiah
misalnya lereng bukitdan tebing sungai, sedangkan lereng buatan manusia antara lain
yaitu galian dan timbunanuntuk membuat jalan raya dan jalan kereta api, bendungan,
tanggul sungai dan kanal sertatambang terbuka.Suatu longsoran adalah keruntuhan
dari massa tanah yang terletak pada sebuahlereng sehingga terjadi pergerakan massa
tanah ke bawah dan ke luar. Longsoran dapatterjadi dengan berbagai cara, secara
perlahan-lahan atau mendadak serta denganataupun tanpa tanda-tanda yang
terlihat.Setelah gempa bumi, longsoran merupakan bencana alam yang paling banyak
mengakibatkan kerugian materi maupun kematian. Kerugian dapat ditimbulkan oleh
suatulongsoran antara lain yaitu rusaknya lahan pertanian, rumah, bangunan,
jalurtransportsi serta sarana komunikasi.Analisis kestabilan lereng harus berdasarkan
model yang akurat mengenai kondisimaterial bawah permukaan, kondisi air tanah
dan pembebanan yang mungkin bekerja padalereng. Tanpa sebuah model geologi
yang memadai, analisis hanya dapat dilakukandengan menggunakan pendekatan
yang kasar sehingga kegunaan dari hasil analisis dapatdipertanyakan.Beberapa
pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan metode-metode
seperti : metode Taylor, metode janbu, metode Fenellius, metode Bishop. Dalam
menentukan kestabilan atau kemantapan lereng dikenal istilah faktor keamanan
(safety factor) yang merupakan perbandingan antara gaya-gaya yang menahan
gerakan terhadap gaya-gaya yang menggerakkan tanah tersebut dianggap stabil, bila
dirumuskan sebagai berikut :
Faktor kemanan (F) = gaya penahan / gaya penggerak
Dimana untuk keadaan :
a. F > 1,0 : lereng dalam keadaan mantap
b. F = 1,0 : lereng dalam keadaan seimbnag, dan siap untuk longsor
c. F < 1,0 : lereng tidak mantap
Jadi dalam menganalisis kemantapan lereng akan selalu berkaitan dengan
perhitungan untuk mengetahui angka faktor keamanan dari lereng tersebut. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi kemantapan lereng, antara lain :
d. Penyebaran batuan
Penyebaran dan keragaman jenis batuan sangat berkaitan dengan kemantapan
lereng, ini karena kekuatan, sifat fisik dan teknis suatu jenis batuan berbeda dengan
MUHAMMAD ROFFY ADITYA LIMBA PUTRI SAFHIRA
09320160112 09320170120
PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PEMODELAN LERENG

batuan lainnya. Penyamarataan jenis batuan akan mengakibatkan kesalahan hasil


analisis. Misalnya : kemiringan lereng yang terdiri dari pasir tentu akan berbeda
dengan lereng yang terdiri dari lempung atau campurannya.
e. Struktur geologi
Struktur geologi yang mempengaruhi kemantapan lereng dan perlu diperhatikan
dalam analisis adalah struktur regional dan lokal. Struktur ini mencakup sesar, kekar,
bidang perlapisan, sinklin dan antiklin, ketidakselarasan, liniasi, dll. Struktur ini
sangat mempengaruhi kekuatan batuan karena umumnya merupakan bidang lemah
pada batuan tersebut, dan merupakan tempat rembesan air yang mempercepat proses
pelapukan.
f. Morfologi
Keadaan morfologi suatu daerah akan sangat mempengaruhi kemantapan lereng
didaerah tersebut. Morfologi yang terdiri dari keadaan fisik, karakteristik dan bentuk
permukaan bumi, sangat menentukan laju erosi dan pengendapan yang terjadi,
menent ukan arah aliran air permukaan maupun air tanah dan proses pelapukan
batuan.
g. Iklim
Iklim mempengaruhi temperatur dan jumlah hujan, sehingga berpengaruh pula
pada proses pelapukan. Daerah tropis yang panas, lembab dengan curah hujan tinggi
akan menyebabkan proses pelapukan batuan jauh lebih cepat daripada daerah sub-
tropis. Karena itu ketebalan tanah di daerah tropis lebih tebal dan kekuatannya lebih
rendah dari batuan segarnya.
h. Tingkat pelapukan
Tingkat pelapukan mempengaruhi sifat-sifat asli dari batuan, misalnya angka
kohesi, besarnya sudut geser dalam, bobot isi, dll. Semakin tinggi tingkat pelapukan,
maka kekuatan batuan akan menurun.
i. Hasil kerja manusia
Selain faktor alamiah, manusia juga memberikan andil yang tidak kecil.
Misalnya, suatu lereng yang awalnya mantap, karena manusia menebangi pohon
pelindung, pengolahan tanah yang tidak baik, saluran air yang tidak baik,
penggalian / tambang, dan lainnya menyebabkan lereng tersebut menjadi tidak
mantap, sehingga erosi dan longsoran mudah terjadi.
MUHAMMAD ROFFY ADITYA LIMBA PUTRI SAFHIRA
09320160112 09320170120
PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PEMODELAN LERENG

Pada dasarnya longsoran akan terjadi karena dua sebab, yaitu naiknya tegangan geser
(she ar st ree s) dan menurunnya kekuatan geser (shear strenght). Adapun faktor yang
dapat menaikkan tegangan geser adalah :
j. Pengurangan penyanggaan lateral, antara lain karena erosi, longsoran terdahulu
yang menghasilkan lereng baru dan kegiatan manusia.
k. Pertambahan tegangan, antara lain karena penambahan beban, tekanan air
rembesan, dan penumpukan.
l. Gaya dinamik, yang disebabkan oleh gempa dan getaran lainnya.
m. Pengangkatan atau penurunan regional, yang disebabkan oleh gerakan
pembentukan pegunungan dan perubahan sudut kemiringan lereng.
n. Pemindahan penyangga, yang disebabkan oleh pemotongan tebing oleh sungai,
pelapukan dan erosi di bawah permukaan, kegiatan pertambangan dan
terowongan, berkurangnya/hancurnya material dibagian dasar.
o. Tegangan lateral, yang ditimbulkan oleh adanya air di rekahan serta pembekuan
air, penggembungan lapisan lempung dan perpindahan sisa tegangan.

2.4 Jenis-Jenis Lereng

1. Lereng Alam (Natural Slopes)


Lereng alam terbentuk karena proses alam. Gangguan terhadap kestabilan terjadi
bilamana tahanan geser tanah tidak dapat mengimbangi gaya-gaya yang
menyebabkan gelincir pada bidang longsor. Lereng alam yang telah stabil selama
bertahun-tahun dapat saja mengalami longsor akibat hal-hal berikut :
a. Gangguan luar akibat pemotongan atau timbunan baru.
b. Gempa.
c. Kenaikan tekanan air pori (akibat naiknya muka air tanah) karena hujan yang
berkepanjangan, pembangunan dan pengisian waduk, gangguan pada sistem
drainase dan lain-lain.
d. Penurunan kuat geser tanah secara progresif akibat deformasi sepanjang bidang
yang berpotensi longsor.
e. Proses pelapukan.

MUHAMMAD ROFFY ADITYA LIMBA PUTRI SAFHIRA


09320160112 09320170120
PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PEMODELAN LERENG

Pada lereng alam, aspek kritis yang perlu dipelajari adalah kondisi geologi dan
topografi, kemiringan lereng, jenis lapisan tanah, kuat geser, aliran air bawah tanah
dan kecepatan pelapukan.
2. Lereng Buatan (Man Made Slopes)
Lereng buatan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :
a. Lereng buatan tanah asli / lereng galian (Cut Slope)
Lereng ini dibuat dari tanah asli dengan memotong dengan kemiringan tertentu.
Untuk pembuatan jalan atau saliran air untuk irigasi. Kestabilan pemotongan
ditentukan oleh kondisi geologi, sifat teknis tanah, tekanan air akibat rembesan, dan
cara pemotongan.
b. Lereng Buatan Tanah yang Dipadatkan/lereng timbunan (Embankment)
Tanah dipadatkan untuk tanggul-tanggul jalan raya, bendungan, badan jalan
kereta api. Sifat teknis tanah timbunan dipengaruhi oleh cara penimbunan dan
derajat kepadatan tanah.

MUHAMMAD ROFFY ADITYA LIMBA PUTRI SAFHIRA


09320160112 09320170120
PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PEMODELAN LERENG

MUHAMMAD ROFFY ADITYA LIMBA PUTRI SAFHIRA


09320160112 09320170120
PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PEMODELAN LERENG

BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

1. Memilih New Project

Gambar 3.1 Tampilan awal GeoStudio 2012

2. Pilih Create

Gambar 3.2 Pilih Create

MUHAMMAD ROFFY ADITYA LIMBA PUTRI SAFHIRA


09320160112 09320170120
PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PEMODELAN LERENG

3. Menulis nama file pada title dan menulis kegiatan di author

Gambar 3.3 Mengisi nama file pada title dan menulis kegiatan di author

4. Memilih add > SLOPE/W Analysis > Limit Equilibrum

Gambar 3.4 Klik add > Slope/W Analysis > Limit Equilibrum

MUHAMMAD ROFFY ADITYA LIMBA PUTRI SAFHIRA


09320160112 09320170120
PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PEMODELAN LERENG

5. Pada PWP Conditions from pilih Piezometric Line kemudian close

Gambar 3.5 Pilih Piezometric Line

6. Pada Menu Bar pilih Set > Unit and Scale

Gambar 3.6 Pilih menu Set > Unit and Scale

MUHAMMAD ROFFY ADITYA LIMBA PUTRI SAFHIRA


09320160112 09320170120
PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PEMODELAN LERENG

7. Tentukan Skalanya lalu pilih Ok

Gambar 3.7 Menentukan skala lalu pilih Ok

8. Pilih Sketch Axes > tentukan batas minimum dan maksimum pada sumbu X,Y
serta tentukan intervalnya

Gambar 3.8 Menentukan minimum dan maksimum pada sumbu X, Y serta


intervalnya.

MUHAMMAD ROFFY ADITYA LIMBA PUTRI SAFHIRA


09320160112 09320170120
PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PEMODELAN LERENG

9. Pilih Draw Points dan buat titik koordinat pembantu untuk pembuatan desain
lereng

Gambar 3.9 Buat titik kordinat dengan menggunakan Draw Point

10. Pilih Draw Regions dan buat garis desain lereng

Gambar 3.10 Membuat garis dengan Draw Regions

MUHAMMAD ROFFY ADITYA LIMBA PUTRI SAFHIRA


09320160112 09320170120
PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PEMODELAN LERENG

11. Kemudian pilih Define/KeyIn > Materials.

Gambar 3.11 Pilih KeyIn > Materials

12. Tentukan nama perlapisan

Gambar 3.12 Menentukan nama perlapisan

MUHAMMAD ROFFY ADITYA LIMBA PUTRI SAFHIRA


09320160112 09320170120
PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PEMODELAN LERENG

13. Tentukan warna

Gambar 3.13 Menentukan warna perlapisan

14. Tentukan material model

Gambar 3.14 Menentukan model material

MUHAMMAD ROFFY ADITYA LIMBA PUTRI SAFHIRA


09320160112 09320170120
PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PEMODELAN LERENG

15. Isi parameter sesuai dengan material model yang dipilih, klik close

Gambar 3.15 Isi parameter sesuai dengan material mode yang dipilih

16. Pilih Draw Materials kemudian arahkan kursor ke setiap perlapisan

Gambar 3.16 Arahkan kursor kesetiap perlapisan untuk mewarnai material


dengan menggunakan Draw Materials

MUHAMMAD ROFFY ADITYA LIMBA PUTRI SAFHIRA


09320160112 09320170120
PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PEMODELAN LERENG

17. Pilih Draw > Slip Surface > Entry and exit

Gambar 3.17 Pilih Draw > Slip Surface > Entry and Exit untuk membuat
garis pembatas

18. Buat garis pembatas dibagian crest dan toe lereng

Gambar 3.18 Membuat garis pembatas creast dan toe

MUHAMMAD ROFFY ADITYA LIMBA PUTRI SAFHIRA


09320160112 09320170120
PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PEMODELAN LERENG

19. Pilih Define > Pore Water Pressure

Gambar 3.19 Pilih menu Define/KeyIn > Pore Water Preasure

20. Kemudian isi nilai sumbu X dan Y pada piezometric line. Setelah selesai pilih
close.

Gambar 3.20 Mengisi nilai sumbu X dan Y pada piezometric line

MUHAMMAD ROFFY ADITYA LIMBA PUTRI SAFHIRA


09320160112 09320170120
PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PEMODELAN LERENG

21. Klik Start > Save, untuk memunculkan nilai FS (Factor of Safety)

Gambar 3.21 Klik Start > Save untuk memunculkan nilai FK ( Faktor
keamanan )

22. Pilih View > Slice Information

Gambar 3.22 Pilih View > Slice Information untuk menampilkan data

MUHAMMAD ROFFY ADITYA LIMBA PUTRI SAFHIRA


09320160112 09320170120
PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PEMODELAN LERENG

23. Salin data dan diagram

Gambar 3.23 Salin data dan diagram

24. Pindahkan ke dalam Ms.Excel dengan klik copy data dan copy diagram. Klik
close

Gambar 3.24 Tampilan data dan diagram dalam Ms. Excel

MUHAMMAD ROFFY ADITYA LIMBA PUTRI SAFHIRA


09320160112 09320170120
PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PEMODELAN LERENG

25. Pilih view > report > save

Gambar 3.25 Klik view > report > save

26. Apabila pelaporan telah muncul, maka desain dan analisa FS telah selesai.

Gambar 3.26 Tampilan pelaporan dari pemodelan lereng yang telah dibuat.

MUHAMMAD ROFFY ADITYA LIMBA PUTRI SAFHIRA


09320160112 09320170120
PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PEMODELAN LERENG

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Gambar 4.1 Hasil dari pemodelan lereng menggunakan GeoStudio 2012

a. Bobot isi asli

wn
ρn =
ww−ws

123,4
=
141,7−41,3

= 1,2278 gr/cm3

b. Sudut Geser Dalam


ϕ=sin −1 ¿ ¿

ϕ=sin −1 ¿ ¿

ϕ=sin −1 ¿ ¿

7,28
ϕ=sin −1( )
14,78

MUHAMMAD ROFFY ADITYA LIMBA PUTRI SAFHIRA


09320160112 09320170120
PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PEMODELAN LERENG

ϕ=sin−1(0,4925575101¿)¿

ϕ=29,50879142o

c. Kohesi
σ ' ci( ( 1+ 2a ) s+ ( 1−a ) mb σ ' 3 n)(s+mb σ ' 3 n)a −1
C=
(1+ a ) (2+ a ) √ 1+¿ ¿ ¿ ¿

123,22( ( 1+ ( 2× 0,5 ) ) 0,0003+ ( 1−0,5 )( 0,74 × 0,125 ) )(0,0003+(0,74 ×0,125))0,5 −1


C=
( 1+ 0,5 ) ( 2+ 0,5 ) √1+¿ ¿ ¿ ¿ ¿

C=123,22 ¿¿

123,22( 0,151)
C=
3,75 √ 8,28
3,75

C=0,460

4.2 Pembahasan

Pada mata acara pemodelan lereng kita dapat membuat suatu gambar ilustrasi
terhadap lereng. Dimana pada ilustrasi tersebut ditampilkan lapisan tanah dari suatu
lereng serta tekanan airnya. Lereng tersebut memiliki nilai sudut geser dalam, kohesi
dan kuat tekan. Sehingga gambar diatas merupakan ilustrasi dari lereng yang akan di
analisis longsorannya.

MUHAMMAD ROFFY ADITYA LIMBA PUTRI SAFHIRA


09320160112 09320170120
PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PEMODELAN LERENG

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pada praktikum mekanika batuan mata acara preparasi sampel dapat kita
simpulkan bahwa preparasi sampel adalah persiapan suatu sampel untuk layak uji di
laboratorium. Peranan preparasi sendiri sangat penting apalagi dalam bidang
mekanika atau geoteknik karena sangat membantu dalam pengujian sampel - sampel
batuan. Preparasi sampel dilakukan untuk membantu pengujian sampel di dalam
laboratorium misalnya pengecilan ukuran sampel batuan menggunakan alat – alat
seperti stone cutter dan coring yang selanjutnya akan dilakukan pengujian seperti
kuat tekan batuan, kuat tarik batuan, kuat geser dan lain-lain.

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk laboratorium

Saran untuk laboratorium yaitu agar perlengkapan-perlengkapan praktikum di


siapkan serta alat-alatnya di perbanyak.

5.2.2 Saran untuk Asisten

1. Jangan terlalu teiti dalam memeriksa laporan;


2. Agar dapat memberikan pemahaman kepada praktikan mengenai software;

5.3 Doa

1. Semoga asisten selalu dipermudah dalam melakukan segala hal;


2. Semoga asisten selalu diberikan kesehatan;
3. Semoga asisten selalu mendapatkan apa yang diinginkan.

MUHAMMAD ROFFY ADITYA LIMBA PUTRI SAFHIRA


09320160112 09320170120
PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PEMODELAN LERENG

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad M, 2017, Analisis sifat fisis dan mekanik batuan karst Maros. Universitas
Negeri Makassar. Makassar
Rahman A, 2018, Uji laboratorium mekanika batuan menggunakan metode
unconfined compressive strength pada batuan inti (core) batupasir.
Akademi Minyak dan Gas Balongan Indramayu. Bandung.
Rai, 1998. Perencanaan dan Pelatihan Teknik Terowongan. Laboratorium
Geoteknik Pusat Antar Universitas Ilmu Rekayasa Institut Teknologi
Bandung. Bandung.
Rai, 1998. Mekanika Batuan. Laboratorium Geoteknik Pusat Antar Universitas Ilmu
Rekayasa Institut Teknologi Bandung. Bandung.
https://docplayer.info/61054192-Makalah-mekanika-batuan.html

MUHAMMAD ROFFY ADITYA LIMBA PUTRI SAFHIRA


09320160112 09320170120

Anda mungkin juga menyukai