Anda di halaman 1dari 33

My Life My Adventure

JUMAT, 20 NOVEMBER 2015

Asuhan Keperawatan Gangguan Menstruasi

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menstruasi atau haid mengacu kepada pengeluaran secara periodik darah dan sel-sel tubuh dari vagina
yang berasal dari dinding rahim wanita. Menstruasi dimulai saat pubertas dan menandai kemampuan
seorang wanita untuk mengandung anak, walaupun mungkin faktor-faktor kesehatan lain dapat
membatasi kapasitas ini. Menstruasi biasanya dimulai antara umur 10 dan 16 tahun, tergantung pada
berbagai faktor, termasuk kesehatan wanita, status nutrisi, dan berat tubuh relatif terhadap tinggi
tubuh. Menstruasi berlangsung kira-kira sekali sebulan sampai wanita mencapai usia 45 – 50 tahun,
sekali lagi tergantung pada kesehatan dan pengaruh-pengaruh lainnya. Akhir dari kemampuan wanita
untuk bermenstruasi disebut menopause dan menandai akhir dari masa-masa kehamilan seorang
wanita. Panjang rata-rata daur menstruasi adalah 28 hari, namun berkisar antara 21 hingga 40 hari.
Panjang daur dapat bervariasi pada satu wanita selama saat-saat yang berbeda dalam hidupnya, dan
bahkan dari bulan ke bulan tergantung pada berbagai hal, termasuk kesehatan fisik, emosi, dan nutrisi
wanita tersebut.

Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan tubuh wanita setiap bulannya
untuk kehamilan. Daur ini melibatkan beberapa tahap yang dikendalikan oleh interaksi hormon yang
dikeluarkan oleh hipotalamus, kelenjar dibawah otak depan, dan indung telur. Pada permulaan daur,
lapisan sel rahim mulai berkembang dan menebal. Lapisan ini berperan sebagai penyokong bagi janin
yang sedang tumbuh bila wanita tersebut hamil. Hormon memberi sinyal pada telur di dalam indung
telur untuk mulai berkembang. Tak lama kemudian, sebuah telur dilepaskan dari indung telur wanita
dan mulai bergerak menuju tuba Falopii terus ke rahim. Bila telur tidak dibuahi oleh sperma pada saat
berhubungan intim (atau saat inseminasi buatan), lapisan rahim akan berpisah dari dinding uterus dan
mulai luruh serta akan dikeluarkan melalui vagina. Periode pengeluaran darah, dikenal sebagai periode
menstruasi (atau mens, atau haid), berlangsung selama tiga hingga tujuh hari. Bila seorang wanita
menjadi hamil, menstruasi bulanannya akan berhenti. Oleh karena itu, menghilangnya menstruasi
bulanan merupakan tanda (walaupun tidak selalu) bahwa seorang wanita sedang hamil. Kehamilan
dapat di konfirmasi dengan pemeriksaan darah sederhana.

1.2. Rumusan Masalah

Apakah definisi menstruasi ?

Bagaimana siklus menstruasi ?

Apakah definisi dari gangguan dalam menstruasi ?

Apakah definisi dari macam – macam gangguan dalam menstruasi ?

Bagaimana patofisiologi dari macam – macam gangguan dalam menstruasi ?

Bagaimana manifestasi klinis gangguan dalam mentruasi ?

Bagaimana penatalaksanaan medis dari macam – macam gangguan dalam mentruasi ?

Bagaimana Web of Caution dari macam – macam gangguan dalam menstruasi ?

Bagaimana Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan dalam menstruasi ?

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Menjelaskan patofisiologi dan asuhan keperawatan gangguan dalam menstruasi.

1.3.2. Tujuan khusus

Menjelaskan definisi dari menstruasi

Menjelaskan siklus menstruasi

Menjelaskan definisi dari gangguan dalam menstruasi

Menjelaskan definisi dari macam – macam gangguan dalam menstruasi

Menjelaskan patofisiologi dari macam – macam gangguan dalam menstruasi

Menjelaskan manifestasi klinis gangguan dalam mentruasi

Menjelaskan penatalaksanaan medis dari macam – macam gangguan dalam mentruasi

Menjelaskan Web of Caution dari macam – macam gangguan dalam menstruasi


Menjelaskan Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan dalam menstruasi

1.4. Manfaat

Pembaca dapat memahami definisi, etiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan medis, serta
patofisiologi gangguan yang terjadi pada saat menstruasi.

Pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dapat memahami asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan pada saat menstruasi.

Perawat dapat menerapkan asuhan keperawatan yang tepat pada klien dengan gangguan dalam
menstruasi

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi Menstruasi

Menstruasi adalah perdarahan vagina secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus.
Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan
perubahan terkait pada jaringan sasaran pada saluran reproduksi normal, ovarium memainkan peranan
penting dalam proses ini, karena tampaknya bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan –
perubahan siklik maupun lama siklus menstruasi (Greenspan et al, 1998).

Menstruasi adalah keluarnya darah melalui vagina, yang berasal dari rahim, berlangsung secara teratur,
sebagai aspek dari kerja hormon-hormon retorik (Yanto Kadarusman,2000).

Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan pendarahan dan
terjadi setiap bulannya kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi yang terjadi terus menerus setiap
bulannya disebut sebagai siklus menstruasi. menstruasi biasanya terjadi pada usia 11 tahun dan
berlangsung hingga anda menopause (biasanya terjadi sekitar usia 45 – 55 tahun). Normalnya,
menstruasi berlangsung selama 3 – 7 hari.

B. Siklus menstruasi
Siklus menstruasi bervariasi pada tiap wanita dan hampir 90% wanita memiliki siklus 25 – 35 hari dan
hanya 10-15% yang memiliki panjang siklus 28 hari, namun beberapa wanita memiliki siklus yang tidak
teratur dan hal ini bisa menjadi indikasi adanya masalah kesuburan.

Panjang siklus menstruasi dihitung dari hari pertama periode menstruasi hari dimana pendarahan
dimulai disebut sebagai hari pertama yang kemudian dihitung sampai dengan hari terakhir – yaitu 1 hari
sebelum perdarahan menstruasi bulan berikutnya dimulai.

Seorang wanita memiliki 2 ovarium dimana masing-masing menyimpan sekitar 200.000 hingga 400.000
telur yang belum matang/folikel (follicles). Normalnya, hanya satu atau beberapa sel telur yang tumbuh
setiap periode menstruasi dan sekitar hari ke 14 sebelum menstruasi berikutnya, ketika sel telur
tersebut telah matang maka sel telur tersebut akan dilepaskan dari ovarium dan kemudian berjalan
menuju tuba falopi untuk kemudian dibuahi. Proses pelepasan ini disebut dengan “OVULASI”.

Pada permulaan siklus, sebuah kelenjar didalam otak melepaskan hormon yang disebut Follicle
Stimulating Hormone (FSH) kedalam aliran darah sehingga membuat sel-sel telur tersebut tumbuh
didalam ovarium. Salah satu atau beberapa sel telur kemudian tumbuh lebih cepat daripada sel telur
lainnya dan menjadi dominant hingga kemudian mulai memproduksi hormon yang disebut estrogen
yang dilepaskan kedalam aliran darah. Hormone estrogen bekerjasama dengan hormone FSH membantu
sel telur yang dominan tersebut tumbuh dan kemudian memberi signal kepada rahim agar
mempersiapkan diri untuk menerima sel telur tersebut. Hormone estrogen tersebut juga menghasilkan
lendir yang lebih banyak di vagina untuk membantu kelangsungan hidup sperma setelah berhubungan
intim.

Ketika sel telur telah matang, sebuah hormon dilepaskan dari dalam otak yang disebut dengan
Luteinizing Hormone (LH). Hormone ini dilepas dalam jumlah banyak dan memicu terjadinya pelepasan
sel telur yang telah matang dari dalam ovarium menuju tuba falopi. Jika pada saat ini, sperma yang
sehat masuk kedalam tuba falopi tersebut, maka sel telur tersebut memiliki kesempatan yang besar
untuk dibuahi.

Sel telur yang telah dibuahi memerlukan beberapa hari untuk berjalan menuju tuba falopi, mencapai
rahim dan pada akhirnya “menanamkan diri” didalam rahim. Kemudian, sel telur tersebut akan
membelah diri dan memproduksi hormon Human Chorionic Gonadotrophin (HCG). Hormone tersebut
membantu pertumbuhan embrio didalam rahim.

Jika sel telur yang telah dilepaskan tersebut tidak dibuahi, maka endometrium akan meluruh dan
terjadilah proses menstruasi.

C. Gangguan dalam menstruasi

1. Definisi

Gangguan menstruasi adalah kelainan-kelainan pada keadaan menstruasi yang dapat berupa kelainan
atau kelainan dari jumlah darah yang dikeluarkan dan lamanya perdarahan.
2. Macam – macam gangguan menstruasi

A. Premenstrual Tension (Ketegangan Prahaid)

Keteganagan prahaid adalah keluhan-keluhan yang biasanya mulai satu minggu sampai beberapa hari
sebelum datangnya haid dan menghilang sesudah haid datang walaupun kadang-kadang berlangsung
terus sampai haid berhenti.

Penyrbab ketegangan prahaid tidak jelas, tetapi mungkin faktor penting ialah ketidakseimbangan
esterogen dan progesteron dengan akibat retensi cairan dan natrium, penambahan berat badan, dan
kadang-kadang edema. Dalam hubungan dengan kelainan hormonal, pada tegangan prahaid terdapat
defisiensi luteal dan pengurangan produksi progesteron.

Faktor kejiwaan, masalah dalam keluarga, masalah sosial, dll.juga memegang peranan penting. Yang
lebih mudah menderita tegangan prahaid adalah wanita yang lebih peka terhadap perubahan hormonal
dalam siklus haid dan terhadap faktor-faktor psikologis.

Meningkatnya kadar esterogen dan menurunnya kadar progesteron di dalam darah, yang akan
menyebabkan gejala deprese dan khususnya gangguan mental. Kadar esterogen akan mengganggu
proses kimia tubuh ternasuk vitamin B6 (piridoksin) yang dikenal sebagai vitaminanti depresi karena
berfungsi mengontrol produksi serotonin. Serotonin penting sekali bagi otak dan syaraf, dan kurangnya
persediaan zat ini dalam jumlah yang cukup dapat mengakibatkan depresi.

Hormon lain yang dikatakan sebagai penyebab gejala premenstruasi adalah prolaktin. Prolaktin
dihasilkan sebagai oleh kelenjar hipofisis dan dapat mempengaruhi jumlah esterogen dan progesteron
yang dihasilkan pada setiap siklus. Jumlah prolaktin yang terlalu banyak dapat mengganggu
keseimbangan mekanisme tubuh yang mengontrol produksi kedua hormon tersebut. Wanita yang
mengalami sindroma pre-menstruasi tersebut kadar prolaktin dapat tinggi atau normal.

Gangguan metabolisme prostaglandin akibat kurangnya gamma linolenic acid (GLA). Fungsi
prostaglandin adalah untuk mengatur sistem reproduksi (mengatur efek hormon esterogen,
progesterone), sistem saraf, dan sebagai anti peradangan.

Keluhan terdiri dari gangguan emosional berupa iritabilitas, gelisah, insomnia, nyeri kepala, perut
kembung, mual, pembesaran dan rasa nyeri pada mammae, dsb. Sedang pada kasus yang berat terdapat
depresi, rasa ketakutan, gangguan konsentrasi, dan peningkatan gejala-gejal fisik tersebut diatas.

Terapi yang diberikan berupa :

– Progesteron sintetik dosis kecil dapat diberikan selama 8 jam sampai 10 hari sebelum haid

– Metiltestosteron 5mg sebagai tablet isap, jangan lebih dari 7 hari

– Pemberian diuretik selama 5 hari dapat bermanfaat

– Pemakaian garam dibatasi dan minum sehari-hari dikurang selama 7-10 hari sebelum haid
– Psikoterapi suportif

B. Disminorea

Disminorea adalah nyeri haid menjelang atau selama haid, sampai membuat wanita tersebut tidak dapat
bekerja dan harus tidur. Nyeri sering bersamaan dengan rasa mual, sakit kepala, perasaan mau pingsan,
lekas marah. Dikenal adanya disminore primer dan sekunder.

Nyeri haid atau disminorea ada dua macam :

Nyeri haid primer

Timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu, tepatnya setelah stabilnya
hormon tubuh atau perubahan posisi rahim setelah menikah dan melahirkan. Nyeri haid itu normal,
namun dapat berlebihan jika dipengaruhi oleh faktor psikis dan fisik, dan seperti stres, shock,
penyempitan pembuluh darah, penyakit yang menahun, kurang darah, dan kondisi tubuh yang
menurun. Gejala tersebut tidak membahayakan kesehatan.

Nyeri haid sekunder

Biasanya baru muncul kemudian, yaitu jika ada penyakit atau kelainan yang menetap seperti infeksi
rahim, kista atau polip, tumor sekitar kandungan, kelainan kedudukan rahim yang mengganggu organ
dan jaringan di sekitarnya.

Penyebab pasti disminore primer belum diketahui. Diduga faktor psikis sangat berperan terhadap
timbulnya nyeri. Disminore primer umumnya dijumpai pada wanita dengan siklus haid berovulasi.
Penyebab tersering disminore sekunder adalah endometriosis dan infeksi kronik genitalia interna

Pada disminorea primer :

Bila tidak terjadi kehamilan, maka korpus luteum akan mengalami regresi dan hal ini akan
mengakibatkan penurunan kadar progesteron. Penurunan ini akan mengakibatkan labilisasi membran
lisosom, sehingga mudah pecah dan melepaskan enzim fosfolipase A2. Fosfolipase A2 ini akan
menghidrolisis senyawa fosfolipid yang ada di membran sel endometrium menghasilkan asam
arakhidonat. Adanya asam arakhidonat bersama dengan kerusakan endometrium akan merangsang
kaskade asam arakhidonat yang akan menghasilkan prostaglandin, antara lain PGE2 dan PGF2 alfa.
Wanita dengan disminorea primer didapatkan adanya peningkatan kadar PGE dan PGF2 alfa di dalam
darahnya, yang akan merangsang miometrium dengan akibat terjadinya peningkatan kontraksi dan
distrimi uterus. Akibatnya akan terjadi penurunan aliran darah ke uterus dan ini akan mengakibatkan
iskemia. Prostaglandin sendiri dan endoperoksid juga menyebabkan sensitisasi dan selanjutnya
menurunkan ambang rasa sakit pada ujung-ujung syaraf aferen nervus pelvicus terhadap rangsang fisik
dan kimia.
Pada disminorea sekunder :

Adanya kelainan pelvis, misalnya : endometriosis, mioma uteri, stenosis serviks, malposisi uterus atau
adanya IUD dapat menyebabkan kram pada uterus sehingga timbul rasa nyeri

Manifestasi klinis :

Disminore Primer

Usia lebih muda

Timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur

Sering pada nulipara

Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastik

Nyeri timbul mendahului haid

Nyeri meningkat pada hari pertama dan kedua saat haid

Tidak dijumpai keadaan patologi pelvik

Hanya terjadi pada siklus haid yang ovulatorik

Sering memberikan respons terhadap pengobatan medikamentosa

Pemeriksaan pelvik normal

Sering disertai nausea, muntah, diare, kelelahan, dan nyeri kepala

Disminore Sekunder

Usia lebih tua

Cenderung timbul setelah 2 tahun siklus haid teratur

Tidak berhubungan dengan paritas

Nyeri sering terasa terus-menerus dan tumpul

Neri dimulai saat haid dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah

Berhubungan dengan kelainan pelvik

Tidak berhubungan dengan adanya ovulasi


Seringkali memerlikan tindakan operatif

Terdapat kelainan pelvik

Terapi yang diberikan :

Penerangan dan nasihat

Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa disminore adalah gangguan yang tidak berbahaya untuk
kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan,
lingkungan penderita. Nasihat-nasihat mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup, dan olahraga
mungkin berguna. Kadang-kadang diperlukan psikoterapi.

Pemberian obat analgesik

Dewasa ini telah banyak beredar obat-obat analgesik yang dapat diberikan sebagai terapi simptomatik.
Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres panas pada perut bawah
untuk mengurangi penderitaan.

Obat analgesik yang sering diberikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin, dan kafein. Obat-obat
paten beredar di pasaran ialah antara novalgin, ponstan, acet-aminophen dan sebagainya.

Terapi hormonal

Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat sementara dengan maksud untuk
membuktikan bahwa gangguan benar-benar disminore primer, atau untuk memungkinkan penderita
melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini dapat dicapai dengan
pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi.

Terapi dengan obat nonstreoid antiprostaglandin

Memegang peranan yang makin penting terhadap disminore primer. Termasuk disini indometasin,
ibuprofen, dan naproksen dalam kurang lebih 70% penderita dapat disembuhkan atau mengalami
banyak perbaikan. Hendaknya pengobatan diberikan sebelum haid mulai 1 sampai 3 hari sebelum haid
dan pada hari pertama haid.

C. Perdarahan Uterus Abnormal

1) Hipermenore (Menorraghia)

Hipermenore adalah perdarahan berkepanjangan atau berlebihan pada waktu menstruasi teratur. Bisa
disebut juga dengan perdarahan haid yang jumlahnya banyak hingga 6-7 hari, ganti pembalut 5-6
kali/hari tetapi masih memiliki siklus-siklus yang teratur.

Pada hipermenore perdarahan menstruasi berat berlangsung sekitar 8-10 hari dengan kehilangan darah
lebih dari 80ml
40-60% wanita yang mengaku mengalami perdarahan hebat saat haid tidak ada patologi pada sistem
reproduksinya dan hal ini disebut perdarahan uterus disfungsional.

Penyebab lokal seperti : myomata, endometril polip, uterus retro versi, first menstrual period after
childbirth or abortion (MPT), tumor sel granulosa di ovarium.

Penyakit sistemik, seperti hipertiroidisme dan gangguan perdarahan.

Penggunaan IUCD (Intra Uterine Contraceptive Device). Penggunaan IUCD akan meningkatkan aliran
menstruasi.

Hypopalsia Uteri, menurut beratnya hipoplasia dapat mengakibatkan amenorrhoe (uterus sangat kecil),
hipermenorrhoe (uterus kecil jadi luka kecil).

Astheni, Menorrhagia terjadi karena tonus otot pada umumnya kurang.

Sealama atau sesudah menderita suatu penyakit atau karena terlalu lelah, juga karena tonus otot
kurang.

Hypertensi.

Decompensatio cordis.

Infeksi : endometriosis, salphingitis.

Retroflexio uteri, karena kandungan pembuluh darah balik.

Penyakit darah : Hemofili

Pada siklus ovulasi normal, hipotalamus mensekresi Gonadotropin releasing hormon (GnRH), yang
menstimulasi pituitary agar melepaskan Folicle-stimulating hormone (FSH). Hal ini pada gilirannya
menyebabkan folikel di ovarium tumbuh dan matur pada pertengahan siklus, pelepasan leteinzing
hormon (LH) dan FSH menghasilkan ovulasi. Perkembangan folikel menghasilkan esterogen yang
berfungsi menstimulasi endometrium agar berproliferasi. Setelah ovum dilepaskan kadar FSH dan LH
rendah. Folikel yang telah kehilangan ovum akan berkembang menjadi korpus luteum, dan korpus
luteum akan mensekresi progesteron. Progesteron menyebabkan poliferasi endometrium untuk
berdeferemnsiasi dan stabilisasi. 14 hari setelah ovulasi terjadilah menstruasi. Menstruasi berasal dari
dari peluruhan endometrium sebagai akibat dari penurunan kadar esterogen dan progesteron akibat
involusi korpus luteum.

Siklus anovulasi pada umumnya terjadi 2 tahun pertama setelah menstruasi awal yang disebabkan oleh
HPO axis yang belum matang. Siklus anovulasi juga terjadi pada beberapa kondisi patologis.

Pada siklus anovulasi, perkembangan folikel terjadi dengan adanya stimulasi dari FSH, tetapi dengan
berkurangnya LH, maka ovulasi tidak terjadi. Akibatnya tidak ada korpus luteum yang terbentuk dan
tidak ada progesteron yang disekresi. Endometrium berplroliferasi dengan cepat, ketika folikel tidak
terbentuk produksi esterogen menurun dan mengakibatkan perdarahan. Kebanyakan siklus anovulasi
berlangsung dengan pendarahan yang normal, namun ketidakstabilan poliferasi endometrium yang
berlangsung tidak mengakibatkan pendarahan hebat.

Manifestasi klinis: Menorrhagia yang berat dapat menyebabkan anemia.

Gejala lain yang dapat menyertainya antara lain :

1) Sakit kepala

2) Kelemahan

3) Kelelahan

4) Kesemutan pada kaki dan tangan

5) Meriang

6) Penurunan konsentrasi

Terapi yang diberikan:

Terapi spesifik untuk menorrhagia diberikan berdasarkan :

1) Umur dan riwayat kesehatan

2) Kondisi sebelumnya

3) Toleransi pada terapi pengobatan spesifik

Terapi untuk menorrhagia, yaitu :

1) Suplemen zat besi (jika kondisi menorrhagia disertai anemia, kelainan darah yang disebabkan oleh
defisiensi sel darah merah atu hemoglobin).

2) Prostaglandin inhibitor seperti medications (NSAID), seperti aspirin atau ibuprofen.

3) Kontrasepsi oral (ovulation inhibitor)

4) Progesteron (terapi hormon)

5) Hysteroctomy (operasi untuk menghilangkan uterus)

2) Amenore

Amenore bukan suatu penyakit tetapi merupakan gejala. Amenore adalah tidak adanya haid selama 3
bulan atau lebih. Klasifikasi amenore :
1) Amenore primer, tejadi apabila seseorang wanita belum pernah mendapat menstruasi dan tidak
boleh didiagnosa sebelum pasien mencapai usia 18 tahun

2) Amenore sekunder ialah hilangnya haid selama menarche

3) Amenore yang normal hanya terjadi sebelum masa pubertas, selama kehamilan, selama menyusui
dan setelah menapause.

Disebabkan karena :

1. Tertundanya menarke ( menstruasi pertama )

2. Kelainan bawaan pada pada sistem kelamin ( misalnya tidak memiliki rahim atau vagina, adanya sekat
pada vagina, serviks yang sempit, lubang pada selaput yang menutupi vagina terlalu sempit / himen
imperforata )

3. Penurunan berat badan yang drastis ( akibat kemiskinan, diet berlebihan, anoreksia nervosa, bulimia,
dan lain – lain )

4. Kelainan bawaan pada sistem kelamin

5. Kelainan kromosom ( misalnya sindroma Turner atau sindroma Swyer ) dimana sel hanya
mengandung 1 kromosom X )

6. Obesitas yang ekstrim

7. Hipoglikemia

8. Disgenesis gonad

9. Hipogonadisme hipogonadotropik

10. Sindroma feminisasi testis

11. Hermafrodit sejati

12. Penyakit menahun

13. Kekurangan gizi

14. Penyakit Cushing

15. Fibrosis kistik

16. Penyakit jantung bawaan ( sianotik )

17. Kraniofaringioma, tumor ovarium, tumor adrenal

18. Hipotiroidisme
19. Sindroma adrenogenital

20. Sindroma Prader-willi

21. Penyakit ovarium polikista

22. hiperplasia adrenal kongenital

Penyebab amenore sekunder :

Kehamilan

Kecemasan akan kehamilan

Penurunan berat badan yang drastis

Olah raga yang berlebihan

Lemak tubuh kurang dari 15 – 17 % extreme

Mengkonsumsi hormon tambahan

Obesitas

Stres emosional

Menopause

Kelinan endrokin ( misalnya sindorma Cushing yang menghasilkan sejumlah besar hoemon kortisol oleh
kelenjar adrenal )

Obat – obatan ( misalnya busulfan, klorambusil, siklofosfamid, pil KB, fenotiazid )

Prosedur dilatasi kuratesa

Kelainan pada rahim, seperti mola hidatidosa ( tumor plasenta ) dan sindrom Asherman ( pembentukan
jaringan parut pada lapisan rahim akibat infeksi atau pembedahan )

Tidak adanya uterus, baik itu sebagai kelainan atau sebagai bagian dari sindrom hemaprodit seperti
testicular feminization, adalah penyebab utama dari amenore primer. Testicular feminization
disebabkan oleh kelainan genetik. Pasien dengan aminore primer yang diakibatkan oleh testicular
feminization menganggap dan menyampaikan dirinya sebagai wanita yang normal, memiliki tubuh
feminin. Vagina kadang – kadang tidak ada atau mengalami kecacatan, tapi biasanya terdapat vagina.
Vagina tersebut berakhir sebagai kantong kosong dan tidak terdapat uterus. Gonad, yang secara
morfologi adalah testis berada di kanal inguinalis. Keadaan seperti ini menyebabkan pasien mengalami
amenore yang permanen.

Amenore primer juga dapat diakibatkan oleh kelainan pada aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium.
Hypogonadotropic amenorrhoea menunjukkan keadaan dimana terdapat sedikit sekali kadar FSH dan
SH dalam serum. Akibatnya, ketidakadekuatan hormon ini menyebabkan kegagalan stimulus terhadap
ovarium untuk melepaskan estrogen dan progesteron. Kegagalan pembentukan estrogen dan
progesteron akan menyebabkan tidak menebalnya endometrium karena tidak ada yang merasang.
Terjadilah amenore. Hal ini adalah tipe keterlambatan pubertas karena disfungsi hipotalamus atau
hipofosis anterior, seperti adenoma pitiutari.

Hypergonadotropic amenorrhoea merupakan salah satu penyebab amenore primer. Hypergonadotropic


amenorrhoea adalah kondisi dimnana terdapat kadar FSH dan LH yang cukup untuk menstimulasi
ovarium tetapi ovarium tidak mampu menghasilkan estrogen dan progesteron. Hal ini menandakan
bahwa ovarium atau gonad tidak berespon terhadap rangsangan FSH dan LH dari hipofisis anterior.
Disgenesis gonad atau prematur menopause adalah penyebab yang mungkin. Pada tes kromosom
seorang individu yang masih muda dapat menunjukkan adanya hypergonadotropic amenorrhoea.
Disgenesis gonad menyebabkan seorang wanita tidak pernah mengalami menstrausi dan tidak memiliki
tanda seks sekunder. Hal ini dikarenakan gonad ( oavarium ) tidak berkembang dan hanya berbentuk
kumpulan jaringan pengikat.

Amenore sekunder disebabkan oleh faktor lain di luar fungsi hipotalamus-hipofosis-ovarium. Hal ini
berarti bahwa aksis hipotalamus-hipofosis-ovarium dapat bekerja secara fungsional. Amenore yang
terjadi mungkin saja disebabkan oleh adanya obstruksi terhadap aliran darah yang akan keluar uterus,
atau bisa juga karena adanya abnormalitas regulasi ovarium sperti kelebihan androgen yang
menyebabkan polycystic ovary syndrome.

Manifestasi klinisnya bervariasi, tergantung penyebabnya.

Jika penyebabnya adalah kegagalan mengalami pubertas, maka tidak akan ditemukan tanda – tanda
pubertas seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut kemaluan dan rambut ketiak serta
perubahan bentuk tubuh.

Jika penyebanya adalah kehamilan, akan ditemukan morning sickness dan pembesaran perut.

Jika penyebabnya adalah kadar hoemon tiroid yang tinggi maka gejalanya adalah denyut jantung yang
cepat, kecemasan, kulit yang hangat dan lembab.

Sindroma Cushing menyebabkan wajah bulat ( moon face ), perut buncit, dan lengan serta tungkai yang
lurus.

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada amenore :


Sakit kepala

Galaktore ( pembentukan air susu pada wanita yang tidak hamil dan tidak sedang menyusui )

Gangguan penglihatan ( pada tumor hipofisa )

Penurunan atau penambahan berat badan yang berarti

Vagina yang kering

Hirsutisme ( pertumbuhan rambut yang berlebihan, yang mengikuti pola pria ), perubahan suara dan
perubahan ukuran payudara

Pengobatan untuk kasus amenore tergantung kepada penyebabnya. Jika penyebanya adalah penurunan
berat badan yang drastis atau obesitas, penderita dianjurkan untuk menjalani diet yang tepat. Jika
penyebabnya adalah olah raga yang berlebihan, penderita dianjurkan untuk menguranginya.

Jika seorang anak perempuan yang belum pernah mengalami menstruasi ( amenore primer ) dan selama
hasil pemeriksaan normal, maka dilakukan pemeriksaan setiap 3 – 6 bulan untuk memantau
perkembangan pubertasnya.

D. ANATOMI FISIOLOGI

Pada siklus menstruasi normal, terdapat produksi hormon-hormon yang paralel dengan pertumbuhan
lapisan rahim untuk mempersiapkan implantasi (perlekatan) dari janin (proses kehamilan). Gangguan
dari siklus menstruasi tersebut dapat berakibat gangguan kesuburan, abortus berulang, atau keganasan.
Gangguan dari sikluas menstruasi merupakan salah satu alasan seorang wanita berobat ke dokter.

Siklus menstruasi normal berlangsung selama 21-35 hari, 2-8 hari adalah waktu keluarnya darah haid
yang berkisar 20-60 ml per hari. Penelitian menunjukkan wanita dengan siklus mentruasi normal hanya
terdapat pada 2/3 wanita dewasa, sedangkan pada usia reproduksi yang ekstrim (setelah menarche
<pertama kali terjadinya menstruasi> dan menopause) lebih banyak mengalami siklus yang tidak teratur
atau siklus yang tidak mengandung sel telur. Siklus mentruasi ini melibatkan kompleks hipotalamus-
hipofisis-ovarium.

Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis merangsang perkembangan folikel-
folikel di dalam ovarium (indung telur). Pada umumnya hanya 1 folikel yang terangsang namun dapat
perkembangan dapat menjadi lebih dari 1, dan folikel tersebut berkembang menjadi folikel de graaf
yang membuat estrogen. Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan hormon
yang kedua yaitu LH. Produksi hormon LH maupun FSH berada di bawah pengaruh releasing hormones
yang disalurkan hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik
estrogen terhadap hipotalamus. Produksi hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang baik akan
menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang mengandung estrogen. Estrogen mempengaruhi
pertumbuhan dari endometrium. Di bawah pengaruh LH, folikel de graaf menjadi matang sampai terjadi
ovulasi.

Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum yang akan menjadi korpus luteum, di bawah
pengaruh hormon LH dan LTH (luteotrophic hormones, suatu hormon gonadotropik). Korpus luteum
menghasilkan progesteron yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak
ada pembuahan maka korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan
progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan degenerasi, perdarahan, dan pelepasan dari
endometrium. Proses ini disebut haid atau menstruasi. Apabila terdapat pembuahan dalam masa
ovulasi, maka korpus luteum tersebut dipertahankan.

Pada tiap siklus dikenal 3 masa utama yaitu:

Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu endometrium (selaput rahim)
dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan hormon-hormon ovarium berada dalam kadar paling rendah

Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah menstruasi berakhir,
dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari desidua fungsionalis untuk mempersiapkan
rahim untuk perlekatan janin. Pada fase ini endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke-12 sampai 14
dapat terjadi pelepasan sel telur dari indung telur (disebut ovulasi)

Masa sekresi. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormon progesteron dikeluarkan
dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk membuat kondisi rahim siap untuk implantasi
(perlekatan janin ke rahim)

Siklus ovarium :

Fase folikular. Pada fase ini hormon reproduksi bekerja mematangkan sel telur yang berasal dari 1 folikel
kemudian matang pada pertengahan siklus dan siap untuk proses ovulasi (pengeluaran sel telur dari
indung telur). Waktu rata-rata fase folikular pada manusia berkisar 10-14 hari, dan variabilitasnya
mempengaruhi panjang siklus menstruasi keseluruhan

Fase luteal. Fase luteal adalah fase dari ovulasi hingga menstruasi dengan jangka waktu rata-rata 14 hari

Siklus hormonal dan hubungannya dengan siklus ovarium serta uterus di dalam siklus menstruasi
normal:

Setiap permulaan siklus menstruasi, kadar hormon gonadotropin (FSH, LH) berada pada level yang
rendah dan sudah menurun sejak akhir dari fase luteal siklus sebelumnya
Hormon FSH dari hipotalamus perlahan mengalami peningkatan setelah akhir dari korpus luteum dan
pertumbuhan folikel dimulai pada fase folikular. Hal ini merupakan pemicu untuk pertumbuhan lapisan
endometrium

Peningkatan level estrogen menyebabkan feedback negatif pada pengeluaran FSH hipofisis. Hormon LH
kemudian menurun sebagai akibat dari peningkatan level estradiol, tetapi pada akhir dari fase folikular
level hormon LH meningkat drastis (respon bifasik)

Pada akhir fase folikular, hormon FSH merangsang reseptor (penerima) hormon LH yang terdapat pada
sel granulosa, dan dengan rangsangan dari hormon LH, keluarlah hormon progesteron

Setelah perangsangan oleh hormon estrogen, hipofisis LH terpicu yang menyebabkan terjadinya ovulasi
yang muncul 24-36 jam kemudian. Ovulasi adalah penanda fase transisi dari fase proliferasi ke sekresi,
dari folikular ke luteal

Kedar estrogen menurun pada awal fase luteal dari sesaat sebelum ovulasi sampai fase pertengahan,
dan kemudian meningkat kembali karena sekresi dari korpus luteum

Progesteron meningkat setelah ovulasi dan dapat merupakan penanda bahwa sudah terjadi ovulasi

Kedua hormon estrogen dan progesteron meningkat selama masa hidup korpus luteum dan kemuadian
menurun untuk mempersiapkan siklus berikutnya

E. WOC

ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN

a. Identitas
Nama

Umur

Alamat

Status

No MR

Penanggung jawab

b. Riwayat Kesehatan

- Riwayat kesehatan dahulu

Biasanya klien mengatakan tidak ada mengalami penyakit yang sama seperti saat ini, biasanya klien
mengatakan pola kebiasaan yang tidak sehat, gaya hidup dan nutrisi yan tidak baik.

- Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya klien merasakan demam,nyeri dibagian abdomen, klien mengatakan tidak bisa
beraktifitas,klien biasanya mengatakan badan terasa demam, klien biasanya mengatakan cemas
terhadap penyakit yang diderita sekarang

- Biasanya klien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama seperti klien.

c. Pemeriksaan fisik

a) Kepala dan wajah : Rambut bisanya berwarna hitam, tidak oedema,tidak ada lesi, wajah
biasanya oval

b) Mata : Sklera biasanya tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis

c) Leher : Biasanya JVP dalam normal

d) Abdomen (Perut)

Inspeksi : biasanya simetris kiri dan kanan, tidak ada tonjolan, tidak ada kelainan umbilikus dan
adanya pergerakan didindng abdomen

Auskultasi : biasanya suara peristaltik (bising usus) di semua kuadran (bagian diafragma dari stetoskop)

Palpasi : biasanya turgor kulit baik, hepar tidak teraba

Perkusi : biasanya tympani

e) Thorak (dada)
Inspeksi : Biasanya ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan tulang belakang

Palpasi : Taktil fremitus seimbang kanan dan kiri

Perkusi : Cuaca resonan pada seluruh lapang paru

Auskultasi : Biasanya vesikuler

f) Jantung

inspeksi : Biasanya Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Biasanya Ictus cordis tidak teraba

Perkusi : Biasanya pekak

Auskultasi : Biasanya irama jantung teratur

g) Kesadaran

Kesadaran biasanya kompos mentis. Pada kasus yang lebih parah, klien dapat mengeluh pusing dan
gelisah.

h) ekstermitas

Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis,biasanya tidak ada perubahan gaya berjalan,
deformitas tulang, leg-length inequality dan nyeri spinal.

V. Pengkakjian bio-psiko-sosisal dan spiritual

1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

· Biasanya pasien tidak menengetahui tentang penyakit

· Biasanya pasien kebiasaan minum alkohol, kafein

2) Pola aktivitas dan latihan


· Jarang berolah raga

· Istirahat kurang dari kebutuhan

3) Pola tidur dan istirahat

· Biasanya tidur terganggu karena adanya nyeri

4) Pola reproduksi seksualitas

· Usia remaja dan dewasa

5) Pola mekanisme koping terhadap stres

· Stres, cemas karena penyakitnya

II. DIAGNOSA

1. Nyeri akut b.d peningkatan kontraksi uterus saat menstruasi

2. Intoleran aktivitas b.d kelemahan akibat anemia

3. Ansietas b.d ketidaktahuan penyebab nyeri abdomen

III. INTERVENSI

NO

DIAGNOSA

TUJUAN

INTERVENSI

1.
2.
3.

Nyeri akut

Batasan karakteristik :

- Perubahan selera makan

- Perubahan tekanan darah

- Perubahan frekuensi jantung

- Perubahan frekuensi pernapasan

- Diaforesis
- Perubahan posisi untuk menghidari nyeri

- Dilatasi pupil

- Sikap tubuh melindungi

- Gangguan tidur
Intoleransi aktifitas

Batasan karakteristik :

· Respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas

· Tekanan frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas

· Ketidaknyamanan setelah beraktivitas

· Menyatakan merasa letih

· Menyatakan merasa lemah


Ansietas

Batasan karakteristik:

- Penurunan produktivitas

- Gerakan yang relevan

- Gelisah

- Melihat sepintas

- Kontak mata yang buruk

- Mengekspresikan kekhawatiran

- Tampak waspada

NOC :

- Pain level

- Pain control

- Comfort level

KH :

- Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebeb nyeri, mampu menggunakan teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)

- Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri

- Mampu mengenali nyeri (skala intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

- Menyatakan rasa nyaman setealah nyeri berkurang


NOC

- Energy conservation

- Activity tolerance

- Self care : ADLs

KH:

- Berpatisipasi dalam aktivitas fisik

- Mempu melakukan aktivitas sehari-hari

- Tanda-tanda vital normeal

- Energy psikomotor

- Sirkulasi status baik

- Mampu berpindah tanpa bantuan


NOC

- Anxiety self control

- Anxiety level

- Coping

KH:

- Klien mampu mengidentifikasi gejala cemas

- Mengungkapkan teknik untuk mengontrol cemas

- Vital sign dalam batas normal

- Tingkat aktivitas menunjukan berkurangnya kecemasan

NIC :

Pain management

- Lakukan pengakajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi.
- Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

- Gunakan teknik komunikasi teraupetik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien

- Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri

- Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

- Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa
lampau

- Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan

- Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, dan
kebisingan

- Kurangi faktor presipitasi nyeri

- Pilih dan lakukan penanganan nyeri

- Kaji tipe dan sumber nyeri

- Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi

- Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

- Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

- Tingkatkan istirahat

- Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

NIC

Activity Therapy

- Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi

- Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan

- Bantu klien untuk membuat jadwal latihan

- Bantu untuk memilih aktivitas yang sesuai dengan kemampuan fisik

- Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas

- Monitor respon fisik,emosi,sosial dan spiritual


NIC

Anxiety Reduction

- Gunakan pendekatan yang menyenangkan

- Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien

- Temani pasien untik memberikan keamanan

- Bantu pasien untuk mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan

- Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi

- Berikan obat mengurangi kecemasan


mylife my adventure di 20.29

Berbagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beranda

Lihat versi web

ABOUT ME

mylife my adventure

Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai