BAB 1
PENDAHULUAN
Menstruasi atau haid mengacu kepada pengeluaran secara periodik darah dan sel-sel tubuh dari vagina
yang berasal dari dinding rahim wanita. Menstruasi dimulai saat pubertas dan menandai kemampuan
seorang wanita untuk mengandung anak, walaupun mungkin faktor-faktor kesehatan lain dapat
membatasi kapasitas ini. Menstruasi biasanya dimulai antara umur 10 dan 16 tahun, tergantung pada
berbagai faktor, termasuk kesehatan wanita, status nutrisi, dan berat tubuh relatif terhadap tinggi
tubuh. Menstruasi berlangsung kira-kira sekali sebulan sampai wanita mencapai usia 45 – 50 tahun,
sekali lagi tergantung pada kesehatan dan pengaruh-pengaruh lainnya. Akhir dari kemampuan wanita
untuk bermenstruasi disebut menopause dan menandai akhir dari masa-masa kehamilan seorang
wanita. Panjang rata-rata daur menstruasi adalah 28 hari, namun berkisar antara 21 hingga 40 hari.
Panjang daur dapat bervariasi pada satu wanita selama saat-saat yang berbeda dalam hidupnya, dan
bahkan dari bulan ke bulan tergantung pada berbagai hal, termasuk kesehatan fisik, emosi, dan nutrisi
wanita tersebut.
Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan tubuh wanita setiap bulannya
untuk kehamilan. Daur ini melibatkan beberapa tahap yang dikendalikan oleh interaksi hormon yang
dikeluarkan oleh hipotalamus, kelenjar dibawah otak depan, dan indung telur. Pada permulaan daur,
lapisan sel rahim mulai berkembang dan menebal. Lapisan ini berperan sebagai penyokong bagi janin
yang sedang tumbuh bila wanita tersebut hamil. Hormon memberi sinyal pada telur di dalam indung
telur untuk mulai berkembang. Tak lama kemudian, sebuah telur dilepaskan dari indung telur wanita
dan mulai bergerak menuju tuba Falopii terus ke rahim. Bila telur tidak dibuahi oleh sperma pada saat
berhubungan intim (atau saat inseminasi buatan), lapisan rahim akan berpisah dari dinding uterus dan
mulai luruh serta akan dikeluarkan melalui vagina. Periode pengeluaran darah, dikenal sebagai periode
menstruasi (atau mens, atau haid), berlangsung selama tiga hingga tujuh hari. Bila seorang wanita
menjadi hamil, menstruasi bulanannya akan berhenti. Oleh karena itu, menghilangnya menstruasi
bulanan merupakan tanda (walaupun tidak selalu) bahwa seorang wanita sedang hamil. Kehamilan
dapat di konfirmasi dengan pemeriksaan darah sederhana.
1.3. Tujuan
1.4. Manfaat
Pembaca dapat memahami definisi, etiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan medis, serta
patofisiologi gangguan yang terjadi pada saat menstruasi.
Pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dapat memahami asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan pada saat menstruasi.
Perawat dapat menerapkan asuhan keperawatan yang tepat pada klien dengan gangguan dalam
menstruasi
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi Menstruasi
Menstruasi adalah perdarahan vagina secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus.
Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan
perubahan terkait pada jaringan sasaran pada saluran reproduksi normal, ovarium memainkan peranan
penting dalam proses ini, karena tampaknya bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan –
perubahan siklik maupun lama siklus menstruasi (Greenspan et al, 1998).
Menstruasi adalah keluarnya darah melalui vagina, yang berasal dari rahim, berlangsung secara teratur,
sebagai aspek dari kerja hormon-hormon retorik (Yanto Kadarusman,2000).
Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan pendarahan dan
terjadi setiap bulannya kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi yang terjadi terus menerus setiap
bulannya disebut sebagai siklus menstruasi. menstruasi biasanya terjadi pada usia 11 tahun dan
berlangsung hingga anda menopause (biasanya terjadi sekitar usia 45 – 55 tahun). Normalnya,
menstruasi berlangsung selama 3 – 7 hari.
B. Siklus menstruasi
Siklus menstruasi bervariasi pada tiap wanita dan hampir 90% wanita memiliki siklus 25 – 35 hari dan
hanya 10-15% yang memiliki panjang siklus 28 hari, namun beberapa wanita memiliki siklus yang tidak
teratur dan hal ini bisa menjadi indikasi adanya masalah kesuburan.
Panjang siklus menstruasi dihitung dari hari pertama periode menstruasi hari dimana pendarahan
dimulai disebut sebagai hari pertama yang kemudian dihitung sampai dengan hari terakhir – yaitu 1 hari
sebelum perdarahan menstruasi bulan berikutnya dimulai.
Seorang wanita memiliki 2 ovarium dimana masing-masing menyimpan sekitar 200.000 hingga 400.000
telur yang belum matang/folikel (follicles). Normalnya, hanya satu atau beberapa sel telur yang tumbuh
setiap periode menstruasi dan sekitar hari ke 14 sebelum menstruasi berikutnya, ketika sel telur
tersebut telah matang maka sel telur tersebut akan dilepaskan dari ovarium dan kemudian berjalan
menuju tuba falopi untuk kemudian dibuahi. Proses pelepasan ini disebut dengan “OVULASI”.
Pada permulaan siklus, sebuah kelenjar didalam otak melepaskan hormon yang disebut Follicle
Stimulating Hormone (FSH) kedalam aliran darah sehingga membuat sel-sel telur tersebut tumbuh
didalam ovarium. Salah satu atau beberapa sel telur kemudian tumbuh lebih cepat daripada sel telur
lainnya dan menjadi dominant hingga kemudian mulai memproduksi hormon yang disebut estrogen
yang dilepaskan kedalam aliran darah. Hormone estrogen bekerjasama dengan hormone FSH membantu
sel telur yang dominan tersebut tumbuh dan kemudian memberi signal kepada rahim agar
mempersiapkan diri untuk menerima sel telur tersebut. Hormone estrogen tersebut juga menghasilkan
lendir yang lebih banyak di vagina untuk membantu kelangsungan hidup sperma setelah berhubungan
intim.
Ketika sel telur telah matang, sebuah hormon dilepaskan dari dalam otak yang disebut dengan
Luteinizing Hormone (LH). Hormone ini dilepas dalam jumlah banyak dan memicu terjadinya pelepasan
sel telur yang telah matang dari dalam ovarium menuju tuba falopi. Jika pada saat ini, sperma yang
sehat masuk kedalam tuba falopi tersebut, maka sel telur tersebut memiliki kesempatan yang besar
untuk dibuahi.
Sel telur yang telah dibuahi memerlukan beberapa hari untuk berjalan menuju tuba falopi, mencapai
rahim dan pada akhirnya “menanamkan diri” didalam rahim. Kemudian, sel telur tersebut akan
membelah diri dan memproduksi hormon Human Chorionic Gonadotrophin (HCG). Hormone tersebut
membantu pertumbuhan embrio didalam rahim.
Jika sel telur yang telah dilepaskan tersebut tidak dibuahi, maka endometrium akan meluruh dan
terjadilah proses menstruasi.
1. Definisi
Gangguan menstruasi adalah kelainan-kelainan pada keadaan menstruasi yang dapat berupa kelainan
atau kelainan dari jumlah darah yang dikeluarkan dan lamanya perdarahan.
2. Macam – macam gangguan menstruasi
Keteganagan prahaid adalah keluhan-keluhan yang biasanya mulai satu minggu sampai beberapa hari
sebelum datangnya haid dan menghilang sesudah haid datang walaupun kadang-kadang berlangsung
terus sampai haid berhenti.
Penyrbab ketegangan prahaid tidak jelas, tetapi mungkin faktor penting ialah ketidakseimbangan
esterogen dan progesteron dengan akibat retensi cairan dan natrium, penambahan berat badan, dan
kadang-kadang edema. Dalam hubungan dengan kelainan hormonal, pada tegangan prahaid terdapat
defisiensi luteal dan pengurangan produksi progesteron.
Faktor kejiwaan, masalah dalam keluarga, masalah sosial, dll.juga memegang peranan penting. Yang
lebih mudah menderita tegangan prahaid adalah wanita yang lebih peka terhadap perubahan hormonal
dalam siklus haid dan terhadap faktor-faktor psikologis.
Meningkatnya kadar esterogen dan menurunnya kadar progesteron di dalam darah, yang akan
menyebabkan gejala deprese dan khususnya gangguan mental. Kadar esterogen akan mengganggu
proses kimia tubuh ternasuk vitamin B6 (piridoksin) yang dikenal sebagai vitaminanti depresi karena
berfungsi mengontrol produksi serotonin. Serotonin penting sekali bagi otak dan syaraf, dan kurangnya
persediaan zat ini dalam jumlah yang cukup dapat mengakibatkan depresi.
Hormon lain yang dikatakan sebagai penyebab gejala premenstruasi adalah prolaktin. Prolaktin
dihasilkan sebagai oleh kelenjar hipofisis dan dapat mempengaruhi jumlah esterogen dan progesteron
yang dihasilkan pada setiap siklus. Jumlah prolaktin yang terlalu banyak dapat mengganggu
keseimbangan mekanisme tubuh yang mengontrol produksi kedua hormon tersebut. Wanita yang
mengalami sindroma pre-menstruasi tersebut kadar prolaktin dapat tinggi atau normal.
Gangguan metabolisme prostaglandin akibat kurangnya gamma linolenic acid (GLA). Fungsi
prostaglandin adalah untuk mengatur sistem reproduksi (mengatur efek hormon esterogen,
progesterone), sistem saraf, dan sebagai anti peradangan.
Keluhan terdiri dari gangguan emosional berupa iritabilitas, gelisah, insomnia, nyeri kepala, perut
kembung, mual, pembesaran dan rasa nyeri pada mammae, dsb. Sedang pada kasus yang berat terdapat
depresi, rasa ketakutan, gangguan konsentrasi, dan peningkatan gejala-gejal fisik tersebut diatas.
– Progesteron sintetik dosis kecil dapat diberikan selama 8 jam sampai 10 hari sebelum haid
– Pemakaian garam dibatasi dan minum sehari-hari dikurang selama 7-10 hari sebelum haid
– Psikoterapi suportif
B. Disminorea
Disminorea adalah nyeri haid menjelang atau selama haid, sampai membuat wanita tersebut tidak dapat
bekerja dan harus tidur. Nyeri sering bersamaan dengan rasa mual, sakit kepala, perasaan mau pingsan,
lekas marah. Dikenal adanya disminore primer dan sekunder.
Timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu, tepatnya setelah stabilnya
hormon tubuh atau perubahan posisi rahim setelah menikah dan melahirkan. Nyeri haid itu normal,
namun dapat berlebihan jika dipengaruhi oleh faktor psikis dan fisik, dan seperti stres, shock,
penyempitan pembuluh darah, penyakit yang menahun, kurang darah, dan kondisi tubuh yang
menurun. Gejala tersebut tidak membahayakan kesehatan.
Biasanya baru muncul kemudian, yaitu jika ada penyakit atau kelainan yang menetap seperti infeksi
rahim, kista atau polip, tumor sekitar kandungan, kelainan kedudukan rahim yang mengganggu organ
dan jaringan di sekitarnya.
Penyebab pasti disminore primer belum diketahui. Diduga faktor psikis sangat berperan terhadap
timbulnya nyeri. Disminore primer umumnya dijumpai pada wanita dengan siklus haid berovulasi.
Penyebab tersering disminore sekunder adalah endometriosis dan infeksi kronik genitalia interna
Bila tidak terjadi kehamilan, maka korpus luteum akan mengalami regresi dan hal ini akan
mengakibatkan penurunan kadar progesteron. Penurunan ini akan mengakibatkan labilisasi membran
lisosom, sehingga mudah pecah dan melepaskan enzim fosfolipase A2. Fosfolipase A2 ini akan
menghidrolisis senyawa fosfolipid yang ada di membran sel endometrium menghasilkan asam
arakhidonat. Adanya asam arakhidonat bersama dengan kerusakan endometrium akan merangsang
kaskade asam arakhidonat yang akan menghasilkan prostaglandin, antara lain PGE2 dan PGF2 alfa.
Wanita dengan disminorea primer didapatkan adanya peningkatan kadar PGE dan PGF2 alfa di dalam
darahnya, yang akan merangsang miometrium dengan akibat terjadinya peningkatan kontraksi dan
distrimi uterus. Akibatnya akan terjadi penurunan aliran darah ke uterus dan ini akan mengakibatkan
iskemia. Prostaglandin sendiri dan endoperoksid juga menyebabkan sensitisasi dan selanjutnya
menurunkan ambang rasa sakit pada ujung-ujung syaraf aferen nervus pelvicus terhadap rangsang fisik
dan kimia.
Pada disminorea sekunder :
Adanya kelainan pelvis, misalnya : endometriosis, mioma uteri, stenosis serviks, malposisi uterus atau
adanya IUD dapat menyebabkan kram pada uterus sehingga timbul rasa nyeri
Manifestasi klinis :
Disminore Primer
Disminore Sekunder
Neri dimulai saat haid dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah
Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa disminore adalah gangguan yang tidak berbahaya untuk
kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan,
lingkungan penderita. Nasihat-nasihat mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup, dan olahraga
mungkin berguna. Kadang-kadang diperlukan psikoterapi.
Dewasa ini telah banyak beredar obat-obat analgesik yang dapat diberikan sebagai terapi simptomatik.
Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres panas pada perut bawah
untuk mengurangi penderitaan.
Obat analgesik yang sering diberikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin, dan kafein. Obat-obat
paten beredar di pasaran ialah antara novalgin, ponstan, acet-aminophen dan sebagainya.
Terapi hormonal
Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat sementara dengan maksud untuk
membuktikan bahwa gangguan benar-benar disminore primer, atau untuk memungkinkan penderita
melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini dapat dicapai dengan
pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi.
Memegang peranan yang makin penting terhadap disminore primer. Termasuk disini indometasin,
ibuprofen, dan naproksen dalam kurang lebih 70% penderita dapat disembuhkan atau mengalami
banyak perbaikan. Hendaknya pengobatan diberikan sebelum haid mulai 1 sampai 3 hari sebelum haid
dan pada hari pertama haid.
1) Hipermenore (Menorraghia)
Hipermenore adalah perdarahan berkepanjangan atau berlebihan pada waktu menstruasi teratur. Bisa
disebut juga dengan perdarahan haid yang jumlahnya banyak hingga 6-7 hari, ganti pembalut 5-6
kali/hari tetapi masih memiliki siklus-siklus yang teratur.
Pada hipermenore perdarahan menstruasi berat berlangsung sekitar 8-10 hari dengan kehilangan darah
lebih dari 80ml
40-60% wanita yang mengaku mengalami perdarahan hebat saat haid tidak ada patologi pada sistem
reproduksinya dan hal ini disebut perdarahan uterus disfungsional.
Penyebab lokal seperti : myomata, endometril polip, uterus retro versi, first menstrual period after
childbirth or abortion (MPT), tumor sel granulosa di ovarium.
Penggunaan IUCD (Intra Uterine Contraceptive Device). Penggunaan IUCD akan meningkatkan aliran
menstruasi.
Hypopalsia Uteri, menurut beratnya hipoplasia dapat mengakibatkan amenorrhoe (uterus sangat kecil),
hipermenorrhoe (uterus kecil jadi luka kecil).
Sealama atau sesudah menderita suatu penyakit atau karena terlalu lelah, juga karena tonus otot
kurang.
Hypertensi.
Decompensatio cordis.
Pada siklus ovulasi normal, hipotalamus mensekresi Gonadotropin releasing hormon (GnRH), yang
menstimulasi pituitary agar melepaskan Folicle-stimulating hormone (FSH). Hal ini pada gilirannya
menyebabkan folikel di ovarium tumbuh dan matur pada pertengahan siklus, pelepasan leteinzing
hormon (LH) dan FSH menghasilkan ovulasi. Perkembangan folikel menghasilkan esterogen yang
berfungsi menstimulasi endometrium agar berproliferasi. Setelah ovum dilepaskan kadar FSH dan LH
rendah. Folikel yang telah kehilangan ovum akan berkembang menjadi korpus luteum, dan korpus
luteum akan mensekresi progesteron. Progesteron menyebabkan poliferasi endometrium untuk
berdeferemnsiasi dan stabilisasi. 14 hari setelah ovulasi terjadilah menstruasi. Menstruasi berasal dari
dari peluruhan endometrium sebagai akibat dari penurunan kadar esterogen dan progesteron akibat
involusi korpus luteum.
Siklus anovulasi pada umumnya terjadi 2 tahun pertama setelah menstruasi awal yang disebabkan oleh
HPO axis yang belum matang. Siklus anovulasi juga terjadi pada beberapa kondisi patologis.
Pada siklus anovulasi, perkembangan folikel terjadi dengan adanya stimulasi dari FSH, tetapi dengan
berkurangnya LH, maka ovulasi tidak terjadi. Akibatnya tidak ada korpus luteum yang terbentuk dan
tidak ada progesteron yang disekresi. Endometrium berplroliferasi dengan cepat, ketika folikel tidak
terbentuk produksi esterogen menurun dan mengakibatkan perdarahan. Kebanyakan siklus anovulasi
berlangsung dengan pendarahan yang normal, namun ketidakstabilan poliferasi endometrium yang
berlangsung tidak mengakibatkan pendarahan hebat.
1) Sakit kepala
2) Kelemahan
3) Kelelahan
5) Meriang
6) Penurunan konsentrasi
2) Kondisi sebelumnya
1) Suplemen zat besi (jika kondisi menorrhagia disertai anemia, kelainan darah yang disebabkan oleh
defisiensi sel darah merah atu hemoglobin).
2) Amenore
Amenore bukan suatu penyakit tetapi merupakan gejala. Amenore adalah tidak adanya haid selama 3
bulan atau lebih. Klasifikasi amenore :
1) Amenore primer, tejadi apabila seseorang wanita belum pernah mendapat menstruasi dan tidak
boleh didiagnosa sebelum pasien mencapai usia 18 tahun
3) Amenore yang normal hanya terjadi sebelum masa pubertas, selama kehamilan, selama menyusui
dan setelah menapause.
Disebabkan karena :
2. Kelainan bawaan pada pada sistem kelamin ( misalnya tidak memiliki rahim atau vagina, adanya sekat
pada vagina, serviks yang sempit, lubang pada selaput yang menutupi vagina terlalu sempit / himen
imperforata )
3. Penurunan berat badan yang drastis ( akibat kemiskinan, diet berlebihan, anoreksia nervosa, bulimia,
dan lain – lain )
5. Kelainan kromosom ( misalnya sindroma Turner atau sindroma Swyer ) dimana sel hanya
mengandung 1 kromosom X )
7. Hipoglikemia
8. Disgenesis gonad
9. Hipogonadisme hipogonadotropik
18. Hipotiroidisme
19. Sindroma adrenogenital
Kehamilan
Obesitas
Stres emosional
Menopause
Kelinan endrokin ( misalnya sindorma Cushing yang menghasilkan sejumlah besar hoemon kortisol oleh
kelenjar adrenal )
Kelainan pada rahim, seperti mola hidatidosa ( tumor plasenta ) dan sindrom Asherman ( pembentukan
jaringan parut pada lapisan rahim akibat infeksi atau pembedahan )
Tidak adanya uterus, baik itu sebagai kelainan atau sebagai bagian dari sindrom hemaprodit seperti
testicular feminization, adalah penyebab utama dari amenore primer. Testicular feminization
disebabkan oleh kelainan genetik. Pasien dengan aminore primer yang diakibatkan oleh testicular
feminization menganggap dan menyampaikan dirinya sebagai wanita yang normal, memiliki tubuh
feminin. Vagina kadang – kadang tidak ada atau mengalami kecacatan, tapi biasanya terdapat vagina.
Vagina tersebut berakhir sebagai kantong kosong dan tidak terdapat uterus. Gonad, yang secara
morfologi adalah testis berada di kanal inguinalis. Keadaan seperti ini menyebabkan pasien mengalami
amenore yang permanen.
Amenore primer juga dapat diakibatkan oleh kelainan pada aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium.
Hypogonadotropic amenorrhoea menunjukkan keadaan dimana terdapat sedikit sekali kadar FSH dan
SH dalam serum. Akibatnya, ketidakadekuatan hormon ini menyebabkan kegagalan stimulus terhadap
ovarium untuk melepaskan estrogen dan progesteron. Kegagalan pembentukan estrogen dan
progesteron akan menyebabkan tidak menebalnya endometrium karena tidak ada yang merasang.
Terjadilah amenore. Hal ini adalah tipe keterlambatan pubertas karena disfungsi hipotalamus atau
hipofosis anterior, seperti adenoma pitiutari.
Amenore sekunder disebabkan oleh faktor lain di luar fungsi hipotalamus-hipofosis-ovarium. Hal ini
berarti bahwa aksis hipotalamus-hipofosis-ovarium dapat bekerja secara fungsional. Amenore yang
terjadi mungkin saja disebabkan oleh adanya obstruksi terhadap aliran darah yang akan keluar uterus,
atau bisa juga karena adanya abnormalitas regulasi ovarium sperti kelebihan androgen yang
menyebabkan polycystic ovary syndrome.
Jika penyebabnya adalah kegagalan mengalami pubertas, maka tidak akan ditemukan tanda – tanda
pubertas seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut kemaluan dan rambut ketiak serta
perubahan bentuk tubuh.
Jika penyebanya adalah kehamilan, akan ditemukan morning sickness dan pembesaran perut.
Jika penyebabnya adalah kadar hoemon tiroid yang tinggi maka gejalanya adalah denyut jantung yang
cepat, kecemasan, kulit yang hangat dan lembab.
Sindroma Cushing menyebabkan wajah bulat ( moon face ), perut buncit, dan lengan serta tungkai yang
lurus.
Galaktore ( pembentukan air susu pada wanita yang tidak hamil dan tidak sedang menyusui )
Hirsutisme ( pertumbuhan rambut yang berlebihan, yang mengikuti pola pria ), perubahan suara dan
perubahan ukuran payudara
Pengobatan untuk kasus amenore tergantung kepada penyebabnya. Jika penyebanya adalah penurunan
berat badan yang drastis atau obesitas, penderita dianjurkan untuk menjalani diet yang tepat. Jika
penyebabnya adalah olah raga yang berlebihan, penderita dianjurkan untuk menguranginya.
Jika seorang anak perempuan yang belum pernah mengalami menstruasi ( amenore primer ) dan selama
hasil pemeriksaan normal, maka dilakukan pemeriksaan setiap 3 – 6 bulan untuk memantau
perkembangan pubertasnya.
D. ANATOMI FISIOLOGI
Pada siklus menstruasi normal, terdapat produksi hormon-hormon yang paralel dengan pertumbuhan
lapisan rahim untuk mempersiapkan implantasi (perlekatan) dari janin (proses kehamilan). Gangguan
dari siklus menstruasi tersebut dapat berakibat gangguan kesuburan, abortus berulang, atau keganasan.
Gangguan dari sikluas menstruasi merupakan salah satu alasan seorang wanita berobat ke dokter.
Siklus menstruasi normal berlangsung selama 21-35 hari, 2-8 hari adalah waktu keluarnya darah haid
yang berkisar 20-60 ml per hari. Penelitian menunjukkan wanita dengan siklus mentruasi normal hanya
terdapat pada 2/3 wanita dewasa, sedangkan pada usia reproduksi yang ekstrim (setelah menarche
<pertama kali terjadinya menstruasi> dan menopause) lebih banyak mengalami siklus yang tidak teratur
atau siklus yang tidak mengandung sel telur. Siklus mentruasi ini melibatkan kompleks hipotalamus-
hipofisis-ovarium.
Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis merangsang perkembangan folikel-
folikel di dalam ovarium (indung telur). Pada umumnya hanya 1 folikel yang terangsang namun dapat
perkembangan dapat menjadi lebih dari 1, dan folikel tersebut berkembang menjadi folikel de graaf
yang membuat estrogen. Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan hormon
yang kedua yaitu LH. Produksi hormon LH maupun FSH berada di bawah pengaruh releasing hormones
yang disalurkan hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik
estrogen terhadap hipotalamus. Produksi hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang baik akan
menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang mengandung estrogen. Estrogen mempengaruhi
pertumbuhan dari endometrium. Di bawah pengaruh LH, folikel de graaf menjadi matang sampai terjadi
ovulasi.
Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum yang akan menjadi korpus luteum, di bawah
pengaruh hormon LH dan LTH (luteotrophic hormones, suatu hormon gonadotropik). Korpus luteum
menghasilkan progesteron yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak
ada pembuahan maka korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan
progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan degenerasi, perdarahan, dan pelepasan dari
endometrium. Proses ini disebut haid atau menstruasi. Apabila terdapat pembuahan dalam masa
ovulasi, maka korpus luteum tersebut dipertahankan.
Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu endometrium (selaput rahim)
dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan hormon-hormon ovarium berada dalam kadar paling rendah
Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah menstruasi berakhir,
dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari desidua fungsionalis untuk mempersiapkan
rahim untuk perlekatan janin. Pada fase ini endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke-12 sampai 14
dapat terjadi pelepasan sel telur dari indung telur (disebut ovulasi)
Masa sekresi. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormon progesteron dikeluarkan
dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk membuat kondisi rahim siap untuk implantasi
(perlekatan janin ke rahim)
Siklus ovarium :
Fase folikular. Pada fase ini hormon reproduksi bekerja mematangkan sel telur yang berasal dari 1 folikel
kemudian matang pada pertengahan siklus dan siap untuk proses ovulasi (pengeluaran sel telur dari
indung telur). Waktu rata-rata fase folikular pada manusia berkisar 10-14 hari, dan variabilitasnya
mempengaruhi panjang siklus menstruasi keseluruhan
Fase luteal. Fase luteal adalah fase dari ovulasi hingga menstruasi dengan jangka waktu rata-rata 14 hari
Siklus hormonal dan hubungannya dengan siklus ovarium serta uterus di dalam siklus menstruasi
normal:
Setiap permulaan siklus menstruasi, kadar hormon gonadotropin (FSH, LH) berada pada level yang
rendah dan sudah menurun sejak akhir dari fase luteal siklus sebelumnya
Hormon FSH dari hipotalamus perlahan mengalami peningkatan setelah akhir dari korpus luteum dan
pertumbuhan folikel dimulai pada fase folikular. Hal ini merupakan pemicu untuk pertumbuhan lapisan
endometrium
Peningkatan level estrogen menyebabkan feedback negatif pada pengeluaran FSH hipofisis. Hormon LH
kemudian menurun sebagai akibat dari peningkatan level estradiol, tetapi pada akhir dari fase folikular
level hormon LH meningkat drastis (respon bifasik)
Pada akhir fase folikular, hormon FSH merangsang reseptor (penerima) hormon LH yang terdapat pada
sel granulosa, dan dengan rangsangan dari hormon LH, keluarlah hormon progesteron
Setelah perangsangan oleh hormon estrogen, hipofisis LH terpicu yang menyebabkan terjadinya ovulasi
yang muncul 24-36 jam kemudian. Ovulasi adalah penanda fase transisi dari fase proliferasi ke sekresi,
dari folikular ke luteal
Kedar estrogen menurun pada awal fase luteal dari sesaat sebelum ovulasi sampai fase pertengahan,
dan kemudian meningkat kembali karena sekresi dari korpus luteum
Progesteron meningkat setelah ovulasi dan dapat merupakan penanda bahwa sudah terjadi ovulasi
Kedua hormon estrogen dan progesteron meningkat selama masa hidup korpus luteum dan kemuadian
menurun untuk mempersiapkan siklus berikutnya
E. WOC
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
a. Identitas
Nama
Umur
Alamat
Status
No MR
Penanggung jawab
b. Riwayat Kesehatan
Biasanya klien mengatakan tidak ada mengalami penyakit yang sama seperti saat ini, biasanya klien
mengatakan pola kebiasaan yang tidak sehat, gaya hidup dan nutrisi yan tidak baik.
Biasanya klien merasakan demam,nyeri dibagian abdomen, klien mengatakan tidak bisa
beraktifitas,klien biasanya mengatakan badan terasa demam, klien biasanya mengatakan cemas
terhadap penyakit yang diderita sekarang
- Biasanya klien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama seperti klien.
c. Pemeriksaan fisik
a) Kepala dan wajah : Rambut bisanya berwarna hitam, tidak oedema,tidak ada lesi, wajah
biasanya oval
d) Abdomen (Perut)
Inspeksi : biasanya simetris kiri dan kanan, tidak ada tonjolan, tidak ada kelainan umbilikus dan
adanya pergerakan didindng abdomen
Auskultasi : biasanya suara peristaltik (bising usus) di semua kuadran (bagian diafragma dari stetoskop)
e) Thorak (dada)
Inspeksi : Biasanya ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan tulang belakang
f) Jantung
g) Kesadaran
Kesadaran biasanya kompos mentis. Pada kasus yang lebih parah, klien dapat mengeluh pusing dan
gelisah.
h) ekstermitas
Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis,biasanya tidak ada perubahan gaya berjalan,
deformitas tulang, leg-length inequality dan nyeri spinal.
II. DIAGNOSA
III. INTERVENSI
NO
DIAGNOSA
TUJUAN
INTERVENSI
1.
2.
3.
Nyeri akut
Batasan karakteristik :
- Diaforesis
- Perubahan posisi untuk menghidari nyeri
- Dilatasi pupil
- Gangguan tidur
Intoleransi aktifitas
Batasan karakteristik :
Batasan karakteristik:
- Penurunan produktivitas
- Gelisah
- Melihat sepintas
- Mengekspresikan kekhawatiran
- Tampak waspada
NOC :
- Pain level
- Pain control
- Comfort level
KH :
- Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebeb nyeri, mampu menggunakan teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
- Energy conservation
- Activity tolerance
KH:
- Energy psikomotor
- Anxiety level
- Coping
KH:
NIC :
Pain management
- Lakukan pengakajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi.
- Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
- Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa
lampau
- Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, dan
kebisingan
- Tingkatkan istirahat
NIC
Activity Therapy
Anxiety Reduction
Berbagi
Posting Komentar
Beranda
ABOUT ME
mylife my adventure