Dosen Pengampu:
Oleh:
Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, kami telah menyelesaikan makalah ini.
Makalah yang kami susun berjudul “DEFINISI DAN PENALARAN” dengan berbagai
unsur-unsur lainnya.
Makalah ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak. Semoga bantuan
yang diberikan kepada kami dalam menyelesaikan makalah ini secara langsung maupun tidak
langsung, mendapatkan balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Kami menyadari bahwa dalam
menyusun makalah ini, masih jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan kemampuan yang
kami miliki.
Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, baik dari sgi penyajian maupun
dari segi materi. Oleh karena itu, demi penyempurnaan makalah ini, kritik dan saran para
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULAN....................................................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
A. Definisi.........................................................................................................................................6
1. Pengertian..................................................................................................................................6
2. Syarat-Syarat Definisi yang Baik...............................................................................................6
3. Tujuan Pembuatan Definisi........................................................................................................6
4. Jenis Definisi.............................................................................................................................7
B. Penalaran.......................................................................................................................................9
1. Pengertian..................................................................................................................................9
2. Definisi Penalaran Menurut Para Ahli.......................................................................................9
3. Ciri – Ciri Penalaran................................................................................................................10
4. Metode Penalaran....................................................................................................................10
5. Kesalahan Penalaran................................................................................................................11
BAB III................................................................................................................................................12
PENUTUP...........................................................................................................................................12
3.1 Simpulan....................................................................................................................................12
3.2 Saran..........................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................13
3
BAB I
PENDAHULAN
A. Latar Belakang
Dalam suatu istilah pasti memuat suatu definisi, tetapi setiap pembaca kadang
mengalami kendala dalam menarik suatu definisi. Tak sering pula salah dalam menarik
suatu definisi. Definisi yang baik harus memenuhi syarat-syarat sesuai kaidah yang telah
ditentukan. Definisi terbagi dalam beberapa jenis diantaranya 5 jenis definisi yang paling
umum yang banyak orang tidak mengetahuinya, sehingga perlu memberikan suatu
referensi untuk para pembaca.
Pencarian kesimpulan yang benar harus berlangsung menurut prosedur atau kaidah
hukum, yaitu berdasarkan logika. Sedangkan aplikasi dari logika dapat disebut dengan
pengetahuan ilmiah. Untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dapat dijadikan 2 jenis
penalaran, yaitu penalaran deduktif dan penalaran induktif.
Penalaran deduktif bertolak dari sebuah konklusi atau simpulan yang didapat dari
satu atau lebih pertanyaan yang lebih umum yang dapat dilakukan secara langsung dan
dapat dilakukan secara tidak langsung. Penalaran induktif adalah penalaran yang bertolak
dari pernyataan yang bertolak dari pernyataan-pertanyaan yang khusus dan menghasilkan
simpulan yang umum. Oleh karena itu, simpulan yang diperoleh atau tidak lebih khusus
daripada pernyataan (premis).
Dalam menarik suatu penalaran, terkadang kita mengalami kendala atau tidak disadari
salah dalam menarik penalaran. Banyak juga faktor yang menyebabkan salah nalar,
seperti premis yang tidak sesuai, premis yang terlalu umum, dan masih banyak lagi.
B. Rumusan Masalah
4
6. Apa Ciri-Ciri Penalaran?
7. Apa yang Dimaksud dengan Penalaran Deduktif?
8. Apa yang Dimaksud dengan Penalaran Induktif?
C. Tujuan Penulisan
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
1. Pengertian
Definisi adalah suatu pernyataan mengenai ciri-ciri penting suatu hal, dan
biasanya lebih kompleks dari arti, makna, atau pengertian suatu hal. Ada berbagai
jenis definisi, salah satunya yang umum adalah definisi perkataan dalam kamus
(lexical definition). Definisi mempunyai tugas untuk menetukan batas suatu
pengertian dengan tepat, jelas dan singkat.
a. Merumuskan dengan jelas, lengkap dan singkat semua unsur pokok (isi) pengertian
tertentu.
b.Yaitu unsur-unsur yang perlu dan cukup untuk mengetahui apa sebenarnya barang itu
(tidak lebih dan tidak kurang). Sehingga dengan jelas dapat dibedakan dari semua barang
yang lain.
a. Tujuan Umum
3. Definisi juga dapat memberikan suatu arti baru terhadap kata yang sudah lama,
contoh: kata Bibi, dahulu didefinisikan sebagai adik kandung ayah atau ibu perempuan,
namun saat ini bisa mempunyai arti pembantu rumah tangga.
6
4. Definisi adalah suatu cara yang terbaik dan paling efektif untuk menjamin
ketepatan dan kebenaran dari penggunaan kata tersebut.
b. Tujuan Khusus
1. Definisi yang tepat (Precising definition), yaitu definisi yang biasa digunakan
dalam bahasa mempunyai arti dan tujuan khusus atau tertentu, contoh : Dewasa adalah
orang yang berusia 21 tahun keatas, dan definisi ini berimplikasi atau mempunyai tujuan
khusus pada penetapan hukuman dalam peradilan.
2. Definisi yang bersifat teoritis (Theoritical definition), definisi ini tidak saja
merupakan penjelasan sederhana dari suatu kata tetapi juga merupakan suatu penjelasan
yang bersifat teoritis yang didapat dari ilmu pengetahuan/ penelitian dan juga kehidupan
sehari-hari.
4. Jenis Definisi
Ada 5 jenis definisi, yang kesemuanya mengacu dari 5 tujuan dibuatnya definisi, yaitu :
Suatu definisi yang menetapkan arti untuk suatu kata baru, mencakup penciptaan
suatu kata baru atau pemberian suatu arti baru untuk suatu kata yang lama. Biasanya
bertujuan menggantikan suatu ungkapan yang lebih kompleks dengan ungkapan yang
lebih sederhana. Seringkali karena adanya fenomena dan perkembangan baru definisi
stipulatif diperlukan. Contoh: istilah “tigon” dipakai untuk penyebutan anak hasil
perkawinan antara seekor harimau jantan dengan seekor singa betina. Istilah “liger”
dipakai untuk penyebutan anak hasil perkawinan antara seekor singa jantan dengan
seekor harimau betina.
Kemudian definisi stipulatifpun dipakai untuk menetapkan kode-kode sandi rahasia.
Contoh: istilah tora, tora dipakai selama perang dunia dua sebagai nama kode yang dikirim
oleh admiral yamamoto ke kantor pusat pengendalian perang di Tokyo, kode itu untuk
menandakan bahwa tentara Jepang tidak terhambat dalam beberapa jam sebelum
pengeboman Pearl Harbour.
7
Suatu definisi leksikal dipakai untuk menyampaikan/melaporkan arti yang sudah
dimiliki oleh suatu kata dalam suatu bahasa. Definisi-definisi leksikal mempunyai tujuan
lebih jauh yaitu mengeliminasi ambiguitas yang bisa muncul jika satu dari arti yang
dimaksudkan dicampuradukan dengan arti lainnya. Contoh: definisi-definisi yang
terdapat dalam kamus. Karena suatu definisi leksikal mendaftar bermacam-macam arti
yang dimiliki suatu kata, seseorang yang berusaha merumuskan suatu definisi lebih baik
siap menghindari kata-kata ambigu yang digunakannya dan mendeteksi arti-arti lainnya.
Dalam banyak kasus, masalah terjadi bukan karena perbedaan-perbedaan yang jelas
arti kata-kata seperti tahu, kali, dan bisa tetapi karena ketidakjelasan arti akibat
pencampuradukan arti yang satu dengan arti yang lainnya. Contoh: jika seorang gadis
dikatakan baik, yang dimaksud bisa saja dia sopan, bersahaja, rendah hati, bahkan
menyenangkan. Peran definisi leksikal akan membedakan bermacam-macam
ketidakjelasan semacam itu dan dengan demikian akan mencegah kemungkinan
terjadinya menduanya arti.
4. Definisi Teoritis, definisi yang muncul dalam rangka mengusulkan agar teori yang
ditemukan diterima dengan mudah oleh masyarakat.
Suatu definisi yang menetapkan arti bagi suatu kata dengan mengusulkan suatu teori
yang memberikan suatu ciri tertentu bagi suatu entitas (eksistensi wujud) yang ditunjuk
oleh kata itu. Contoh : istilah panas berarti energi yang dihasilkan oleh gerakan-gerakan
acak molekul-molekul suatu substansi. Definisi diatas tidak hanya menetapkan suatu arti
bagi suatu kata tetapi memberikan penjelasan suatu cara untuk mengerti fenomena fisik
yang panas.
8
5. Definisi Persuasif, yaitu suatu definisi yang dibuat untuk mempengaruhi pikiran,
tingkah laku dan emosi orang yang membaca dan mendengarnya.
Definisi yang dibuat untuk mempengaruhi pikiran, tingkah laku dan emosi orang yang
membaca dan mendengarnya. Contoh: aborsi adalah pembunuhan kejam atas makhluk
manusia yang tidak bersalah.
B. Penalaran
1. Pengertian
a. Keraf (1985: 5) berpendapat bahwa penalaran adalah suatu proses berpikir dengan
menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk, yang menuju kepada suatu
kesimpulan.
9
c. Suria Sumantri (2001: 42) mengemukakan secara singkat bahwa penalaran adalah
suatu aktivitas berpikir dalam pengambilan suatu simpulan yang berupa pengetahuan.
4. Metode Penalaran
a.Metode Induktif
Metode berpikir induktif adalah suatu penalaran yang berpangkal dari peristiwa
khusus sebagai hasi pengamatan empiric dan berakhir pada suatu kesimpulan atau
pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam hal ini panalaran induktif
merupakan kebalikan dari penalaran deduktif.
Contoh: Ani bersekolah dengan memakai seragam merah puti karena masih
,Anton Bersekolah dengan memaki seragam merah putih karena dia masih SD.
Kesimpulan: Semua siswa yang masih SD memaki seragam merah putih saat
bersekolah
b.Metode Deduktif
Metode berpikir deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu
peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir
pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.
10
5. Kesalahan Penalaran
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Definisi adalah suatu pernyataan mengenai ciri-ciri penting suatu hal, dan biasanya
lebih kompleks dari arti, makna, atau pengertian suatu hal. Terdapat lima jenis definisi dilihat
dari tujuannya, yaitu definisi persuasif, teoritis, ketepatan, leksikal, dan stipulatif.
Penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubung-hubungkan data
atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu simpulan.Terdapat dua jenis metode dalam
menalar yaitu penalaran deduktif dan penalaran induktif. Penalaran adalah suatu proses
berpikir manusia untuk menghubung-hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai
pada suatu simpulan. Penalaran induktif adalah penalaran yang bertolak dari pernyataan yang
bertolak dari pernyataan-pernyataan yang khusus dan menghasilkan simpulan yang umum.
3.2 Saran
3.2.1 Penalaran penting bagi mahasiswa dalam memecahkan persoalan dalam kehidupan
sehari-hari.
3.2.2 Mengetahui cara membuat definisi yang baik dan benar sangat penting bagi
mahasiswa agar tidak mengalami kesalahan yang sama kedepannya.
3.2.3 Penting memahami faktor-faktor yang menyebabkan salah nalar terjadi agar dapat
menghindari hal-hal tersebut ketika menarik suatu penalaran.
12
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal dan Amran Tasai.2004. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta:Akademika Pressindo.
13