Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini perkembangan teknologi kian pesat seiring dengan bertumbuhnya
jumlah penduduk sekaligus kebutuhannya. Berbagai aspek kehidupan pun turut
beradaptasi mengikuti polah perilaku manusia. Salah satunya adalah aspek
kebutuhan yang kini masuk kategori primer, yaitu listrik.
Kebutuhan manusia terhadap listrik kian meningkat, terutama dalam sektor
teknologi. Pasokan dan penggunaan menjadi hal yang tak dapat dipisahkan dalam
kehidupan sehari-hari. Mulai dari penerangan hingga masak-memasak pun kini
membutuhkan listrik. Barang-barang atau alat yang membutuhkan listrik dalam
prosesnya disebut barang elektronik. Sebut saja lampu, televisi, gawai, laptop,
bahkan peralatan dapur seperti belender, kulkas, dan lain sebagainya. Penerapan
listrik pada teknologi tersebut pun merupakan buah hasil jerih payah para
ilmuwan terdahulu yang meneliti tentang atom pada umumnya dan elektron
beserta sifat-sifatnya pada khususnya. Setiap pemikiran dan eksperimen
menghasilkan penemuan baru terkait hal ini. Tiap generasipun berusaha
menyempurnakan teori-teori yang dikemukakan terlebih dahulu melalui bukti-
bukti empiris dengan bantuan ilmu filsafat pada secara umum dan berbagai
disiplin ilmu sains secara khusus, terutama kimia dan fisika.
Mempelajari dasar-dasar kelistrikan bukan sekedar kewajiban di bangku
pendidikan, melainkan sebagai bentuk mempertahankan warisan sekaligus sebagai
usaha untuk lebih mengefektifkan dan mengefisiensikan penggunaan energi
listrik. Hal ini juga sebagai upaya menjalankan Sustainable Development Goals
atau sumber daya berkelanjutan, yakni dengan mempertimbangkan sifat ramah
lingkungan dan keberlanjutannya bagi makhluk hidup. Kesempatan kali ini kami
diberi tanggung jawab untuk membahas dasar-dasar kelistrikan, yaitu arus listrik,
tegangan, dan rangkaian. Secara garis besar materi ini sering disebut Basic
Electric. Pembahasan materi ini diharapkan mampu memperkuat dasar dari
disiplin ilmu fisika pada bagian kelistrikan sekaligus sebagai pemenuhan tugas
pada mata kuliah Fisika Dasar II.

1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan listrik?
1.2.2 Apa yang dimaksud dengan arus listrik?
1.2.3 Apa yang dimaksud dengan hambatan?
1.2.4 Apa yang dimaksud dengan tegangan atau gaya gerak listrik?
1.2.5 Apa yang dimaksud dengan rangkaian arus searah?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mahasiswa mengetahui dan memahami definisi listrik dalam fisika
1.3.2 Mahasiswa mengetahui dan memahami arus listrik, hambatan, tegangan
atau gaya gerak listrik.
1.3.3 Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami rangkaian arus searah.
1.3.4 Mahasiswa mampu mengaplikasikan bagian disiplin ilmu ini dalam
kehidupansehari-hari.

1.4 Metode Pengumpulan Data


Pada penyusunan makalah ini, penulis menggunakan metode studi pustaka.
Pemilihan metode ini tidak lepas dengan tidak memungkinkannya penulis
melakukan percobaan empiris terlebih dahulu dikarenakan dilain waktu akan
dilaksanakan di Laboratorium Fisika Dasar yang memiliki fasilitas penunjang.
Terlepas dari faktor penghambat tersebut, penulis berusaha menemukan dan
menyeleksi informasi data yang valid. Sehingga dapat dipertanggung jawabkan
dikemudian hari.

2
BAB II
ISI

2.1 Definisi Listrik


Kata listrik (electricity) berasal dari kata Yunani electron, yang berarti
“amber”. Amber adalah dammar pohon yang membatu., dan orang zaman dulu
mengetahui bahwa jika anda menggosok batang amber dengan kain, amber
tersebut akan menarik daun-daun kecil atau debu. Sepotong plastic yang keras,
batang kaca, atau penggaris plastik yang digosok dengan kain juga akan
menunjukkan “efek amber” ini, atau sekarang kita sebut dengan istilah listrik
statis. Pada fenomena tersebut, sebuah benda mejadi bermuatan karena proses
penggosokan dan dikatakan memiliki muatan listrik total.
Lebih lanjut bahwa gejala kelistrikan ini akibat pengaruh komponen penyusun
suatu atom. Penulis mengansumsikan bahwa pembaca terlebih dahulu telah
memahami gejala listrik statis, gaya Coulomb dan hal lainnya melalui materi
kelompok sebelumnya. Definisi di atas hanya sekedar mengingatkan sekaligus
refleksi materi sebelumnya.

2.2 Arus Listrik


Setelah mempelajari muatan listrik pada materi sebelumnya, kali ini akan
dibahas secara lebih mendalam terkait arus listrik. Arus listrik merupakan aliran
muatan listrik. Jumlah aliran muatan listrik bergantung pada jenis bahan yang
dilalui oleh muatan-muatan dan beda potensial dalam bahan tersebut. Dimanapun
terdapat aliran muatan listrik netto yang melalui suatu daerah, maka dikatakan
bahwa daerah tersebut terdapat arus listrik.
Arus listrik ini sendiri berfungsi mengukur berapa banyak muatan listrik yang
mengalir per satuan waktu. Jika dalam selang waktu Δt jumlah muatan listrik yang
mengalir adalah ΔQ, maka besarnya arus listrik didefinisikan sebagai

3
Satuan muatan listrik adalah coulomb dan disingkat C dan satuan arus listrik
adalah ampere, yang disingkat A. Dengan demikian 1 ampere = 1 coulomb/detik.
Biasanya, untuk menentukan arah arus listrik digunakan arah yang sama
dengan aliran muatan listrik positif. Pada logam-logam sebenarnya yang mengalir
adalah elektron-elektron yang memiliki muatan negatif. Muatan positif berupa
atom-atom yang ditinggalkan elektron tidak dapat mengalir karena terikat kuat
membangun logam tersebut. Mengingat definisi arus listrik searah dengan aliran
muataan positif, maka arah arus listrik dalam logam berlawanan dengan arah
aliran elektron. Jadi, ketika kita menggambar arah arus dalam kawat dari kanan ke
kiri sebenarnya yang terjadi adalah aliran elektron dari kiri ke kanan.
Muatan listrik dapat mengalir dari suatu tempat ke tempat yang llain karena
adanya beda potensial. Tempat yang memiliki beda potensial tinggi melepaskan
muatan ke tempat yang memiliki potensial lebih rendah. Besarnya arus yang
mengalir berbanding lurus dengan beda potensial, V, antara dua tempat, atau I =
V. Kesebandingan tersebut dapat ditulis

dengan R didefinisikan sebagai hambatan listrik antara dua titik. Satuan


Hambatan adalah Ohm atau Ω.

Selanjutnya mari kita tinjau arus listrik yang melalui percabangan. Misalkan di
suatutitik percabangan dalam rangkaian listrik, muatan mengalir masuk pada
sebagian cabang dan muatan mengalir keluar pada sebagian cabang yang lain.
Muatan listrik bersifat kekal, yang artinya muatan listrik tidak dapat diciptakan
atau dimusnahkan. Secara matematis dapat diungkapkan sebagai berikut

atau

4
Dengan
m adalah indeks untuk masuk,
k adalah indeks untuk keluar,
N adalah jumlah cabang tempat arus masuk, dan
M adalah jumlah cabang tempat arus keluar.

Jumlah total cabang adalah N+M. Jika muatan yang keluar dan masuk tersebut
dicatat dalam selang waktu Δt maka sisi kiri dan kanan persamaan di atas sama –
sama dapat dibagi Δt dan kita peroleh

Persamaan ini dikenal dengan hukum kekekalan muatan listrik, dan dikenal pula
dengan hukum I Kirchoff . Rumus ini pun menyatakan bahwa tidak ada muatan
listrik yang terakumulasi di titik percabangan. Begitu ada muatan yang mengalir
menuju ke percabangan, maka pasti ada muatan yang mengalir keluar dari
percabangan yang jumlah totalnya sama besar.

2.3 Hambatan Listrik

5
Semua material memiliki hambatan listrik, besi, kayu, batu, karet,air, udara,
dan sebagainya. Maksud dari kalimat tersebut adalah bahwa setiap material
memiliki kemampuan yang berbeda-beda ketika diberi beda potensial dikedua
ujungnya. Benda yang tidak dapat dialiri arus listrik dinamakan isolator.
Sebaliknya, benda yang dapat diliri arus listrik dinamakan konduktor. Hambatan
listrik suatu material memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
i) Makin besar jika bahan makin panjang
ii) Makin kecil jika ukuran penampang bahan makin besar.
Hubungan antara hambatan listrik yng dimiliki bahan dengan ukuran bahan
memenuhi persamaan berikut

dengan
R hambatan yang dimiliki bahan,
L panjang bahan,
A luas penampang, dan
ρ disebut hambatan jenis bahan.

Jika ditarik benang merahnya, maka hambatan listrik merupakan kemempuan


suatu material dalam menghambat atau mengatur banyaknya muatan listrik yang
mengalir pada bahan tersebut.

Terdapat beberapa faktor lain yang menyebabkan hambatan memiliki nilai


kebergantungan, yaitu :
i) Kebergantungan pada suhu
Hambatan suatu material berubah dengan terjadinya perubahan suhu.
Umumnya, makin tinggi suhu maka makin besar hambatan suatu material. Untuk
kebanyakan bahan logam, kebergantungan hambatan pada suhu memenuhi
persamaan

6
dengan
T adalah suhu,
Tₒ adalah suhu acuan,
R adalah hambatan pada suhu T,
α adalah koefisien suhu dari hambatan, dan
Rₒ adalah nilai hambatan pada suhu acuan Tₒ.

Pada kebanyakan zat cair seperti elektrolit, kebergantungan hambatan pada


suhu memenuhi persamaan Arrhenius sebagai berikut

dengan
β adalah konstanta,
R∞ adalah nilai hambatan pada suhu menuju tak berhingga.

Secara umum hambatan logam makin besar jika suhu makin besa. Sebaliknya,
hambatan elektrolit makin kecil ketika suhu makin besar.

Ilustrasi perubahan hambatan logam dan elektrolit terhadap perubahan suhu.


Hambatan logam semakin besar jika suhu makin besar. Sebaliknya, hambatan
elektrolit makin kecil ketika suhu makin besar.

7
ii) Kebergantungan hambatan pada tegangan
Pada sejumlah piranri elektronika, hambatan tidak hanya bergantung pada
dimensi bahan maupun suhu, tetapi juga bergantung pada tegangan listrik yang
ada dalam bahan. Untuk membuktikan sifat tersebut, maka dapat dirujuk ke
hukum Ohm sebagai berikut

Persamaan tersebut sebenarnya benar jika arus merupakan fungsi linier dari
potensial, atau arus berbanding lurus dengan potensial. Namun, pada kebanyakan
bahan semi konduktor seperti diode dan transistor, arus tidak berbanding lurus
dengan potensial. Kadang arus merupakan fungsi kuadratik, fungsi kubik, atau
fungsi lain dari potensial.

iii) Hambatan Komersial


Di pasar kita menjumpai hambatan listrik pada berbagai nilai hamabatan.
Hambatan – hambatan tersebut digunakan dalam perancangan rangkaian
elektronika. Nilai hambatan tersebut pun bervariasi dan tidak tertera pada
komponen dalam bentuk angka. Nilai hambatan dinyatakan dalam kode-kode
warna yang melingkar (gelang warna). Berikut tabel kode – kode gelang warna
jika dikonversi ke dalam angka

8
Cara membaca nilai hambatannya sebagai berikut

Hambatan = (nilai gelang pertama)(nilai gelang kedua) × 10^(nilai gelang


ketiga) ± persentase toleransi

Terdapat beberapa jenis hambatan komersial yang beredar di pasaran, misalnya


dengan gelang 3 warna, gelang 4 warna, dan gelang 5 warna.

iv) Jenis Hambatan Rangkaian


Hambatan merupakan salah satu komponen yang dapat disusun berdasarkan
kebutuhan seseorang. Penyusunannya dapat dilakukan dalam rangkaian dengan 2
jenis, yaitu :
iv.a Rangkaian Seri
Rangkaian hambatan disusun secara seri maksudnya, disusun secara
berderet tanpa mengalami percabangan (berada dalam satu jalur yang sama).

Sifat – sifat rangkaian hambatan seri dapat berupa :

9
i) Rtotal = R₁ + R₂ + R₃ + …
ii) Vtotal = V₁+V₂+V₃+…
iii) Itotal = I₁=I₂=I₃=…

iv.b Rangkaian Paralel


Rangkaian hambatan paralel merupakan rangkaian dengan komponen
hambatan – hambatan yang disusun secara terpisah oleh percabangan.

Sifat – sifat rangkaian paralel dapat berupa :


i) 1/Rρ = 1/R₁+1/R₂+1/R₃+…
ii) Itotal = I₁+I₂+I₃+…
iii) Vtotal = V₁=V₂=V₃=…

2.4 Sumber Potensial Listrik dan Gaya Gerak Listrik (GGL)


Perbedaan potensial listrik pada titik yang berbeda dalam suatu rangkaian
terjadi jika dalam rangkaian terpasang sumber potensial listrik yang dikenal juga
dengan GGL (gaya gerak listrik) atau dalam bahasa Inggris disebut electromotive
force (EMF). Contoh dari GGL sendiri it berupa baterai, aki, dinamo, dan lain –
lain. GGL memiliki dua terminal atau kutub yang memiliki potensial yang
berbeda. Jika kutub-kutub GGL dihubungkan kerangkaian, maka arus listrik
mengalir keluar dari kutub yang memiliki potensial lebih tinggi, menuju
rangkaian, dan mengalir masuk ke kutub yang memiliki potensial lebih rendah.
Kutub GGL yang potensialnya lebih tinggi sering disebut kutub positif dan kutub
yang potensialnya lebihrendah disebut kutub negatif.

10
Sebuah GGL dihubungkan dengan sebuah hambatan. Jika beda potensial
antara dua kutub GGL adalah maka beda potensial antara dua ujung hambatan
adalah  juga. Arus yang mengalir dalam hambatan persis sama dengan arus yang
mengalir dalam rangkaian. Hal tersebut memenuhi persamaan berikut

Disisi lain, tegangan merupakan jumlah energi yang dibutuhkan untuk


memindahkan unit muatan listrik dari tempat yang satu ke tempat yang lainnya.
Tegangan listrik dinyatakan dengan satuan Volt (V). Ada juga yang berpendapat
bahwa tegangan listrik merupakan beda potensial pada kedua ujung titik yang
berbeda dalam suatu rangkaian listrik.
Berdasarkan ukuran beda potensialnya, tegangan listrik dapat dibedakan
menjadi 4 tingkatan, yaitu :
i) Tegangan Listrik Ekstra Rendah (extra low voltage)
ii) Tegangan Listrik Rendah (low voltage)
iii) Tegangan Listrik Tinggi (high voltage)
iv) Tegangan Listrik Ekstra Tinggi (extra high voltage)

Jika ditinjau dari aliran arusnya, maka tegangan dapat dibaggi menjadi 2, yaitu :
i) Tegangan Listrik AC (alternating current)
Tegangan jenis AC ini sering disebut juga dengan tegangan listrik bolak –
balik. Tegangan jenis ini sering dijumpai pengaplikasiannya dalam kehidupan
sehari-hari, misalnya listrik rumah tangga PLN, generator, alternator, dan lain –
lain.

ii) Tegangan Listrik DC (direct current)


Tegangan jenis DC sering disebut juga dengan tegangan listrik searah.
Tegangan DC ini memiliki notasi atau tanda titik negatif di ujung satu dan notasi

11
positif di ujung lainnya.Sumber – sumber dari tegangan DC ini antara lain,
elemen volta, baterai, aki, solar cell, maupun power supply. Pengaplikasiannya
dapat kita jumpai pada barang – barang elektronik seperti, gawai, remot TV, dan
lain sebagainya.

2.5 Rangkaian Arus Searah

Rangkaian arus searah merupakan kondisi rangkaian yang sama dengan


kondisi teganga jenis DC (direct current). Aliran elektron pada rangkaian jenis ini
berlangsung secara searah dengan mengalami perpindahan elektron dari potensial
tinggi ke titik potensial yang lebih rendah. Arussearah dulu dianggap sebagai arus
positif yang mengalir dari ujung positif sumber arus listrik ke ujung negatifnya.
Pengamatan yang termutakhir menemukan bahwa sebenarnya arus searah
merupakan arus negatif atau elektron yang mengalir dari kutub negatif ke kutub
positif. Aliran ini menyebabkan terjadinya lubang – lubang bermuatan positif,
yang “tampak” mengalir dari kutub positif ke kutub negatif.

Rangkaian DC yang mengandung GGL dan hambatan

BAB III
PENUTUP

12
3.1 Kesimpulan
Suatu rangkaian terdiri atas berbagai komponen penyusun, misalnya hambatan,
tegangan dan arus listrik. Ketiga hal tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain
dalam menciptakan suatu rangkaian listrik ideal berdasarkan teori dan hasil
eksperimen dengan bukti empiris yang valid.
Kebutuhan listrik yang kian meningkat telah mengubah pola hidup manusia.
Kini listrik menjadi kebutuhan primer dalam kehidupan. Melalui edukasi yang
baik dan benar terkait dasar – dasar kelistrikan diharapkan kedepannya listrik
mampu digunakan lebih efektif dan efisien lagi mengingat maraknya gerakan
sumber daya berkelanjutan atau sustainable development goals. Sehingga manusia
tetap bisa melesetarikan kehidupannya dan lingkungan sekitar.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Mikrajuddin. 2017. FISIKA DASAR II. Bandung : ITB

13
Fahamsyah, Sandi. 2015. Fresh Update Fisika. Jakarta Selatan : Bintang Wahyu

Serway, A. Raymond dan John W. Jewett, Jr. 2010. Fisika untuk Sains dan
Teknik. Jakarta : Salemba Teknika

14

Anda mungkin juga menyukai