Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MAKALAH

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR DIARE


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi Penyakit Menular
Dosen Pengampu Cecep Heriana, SKM., MPH

Disusun Oleh:

1. Albadri Ramadhan (CMR0160032)


2. Ana Nurjanah (CMR0160033)
3. Anto Lesmana (CMR0160034)
4. Azizah Rizkivauzi (CMR0160036)
Kesehatan Masyarakat Reguler B semester 4

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN


2018
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah Kesehatan Masyarakat yang penting karena
merupakan penyumbang utama ketiga angka kesakitan dan kematian anak di berbagai Negara
termasuk Indonesia. Diperkirakan lebih dari 1,3 miliar serangan dan 3,2 juta kematian pertahun
pada balita disebabkan oleh diare. Setiap mengalami episode serangan diare rata- rata 3,3 kali
setiap tahun, lebih kurang 80% kematian terjadi pada anak berusia kurang dari 2 tahun.

Penyebab utama kematian akibat diare adalah dehidrasi akibat kehilangan cairan dan
elektrolit melalui tinja. Penyebab kematian yang lainnya adalah disentri, kurang gizi, dan infeksi.
Golongan umur yang paling menderita akibat diare adalah anak- anak karena daya tahan
tubuhnya yang masih lemah. Data survey kesehatan rumah tangga (SKRT) menunjukan angka
kematian diare pada anak balita adalah 6,6% per tahun pada tahun 19980, kemudian 3,7% (tahun
1985), 2,1% (tahun 1992), dan 1,0% (tahun 1995).

Diare merupakan penyebab kurang gizi yang penting terutama pada anak. Diare
menyebabkan anoreksia (kurangnya nafsu makan) sehingga mengurangi asupan gizi, dan diare
dapat mengurangi daya serap usus terhadap sari makanan. Dalam keadaan infeksi, kebutuhan sari
makanan pada anak mengalami diare akan meningkat, sehingga setiap serangan diare akan
menyebabkan kekurangan gizi. Jika hal ini terjadi terus- menerus akan mengakibatkan gangguan
pertumbuhan anak.

1.2. Tujuan
1.3. Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian

Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. WHO pada 1984 mendefinisikan
diare sebagai buang air besar cair tiga kali atau lebih dalam sehari semalam (24 Jam). Diare
dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:

a. Keadaan Lingkungan
b. Perilaku Masyarakat
c. Pelayanan Masyarakat
d. Gizi
e. Kependudukan
f. Pendidikan
g. Keadaan sosial dan ekonomi

Penyakit diare dapat ditanggulangi dengan penanganan yang tepat sehingga tidak sampai
menimbulkan kematian terutama pada balita. Diare dibedakan menjadi dua berdasarkan waktu
serangan (onset) yaitu:

a. Diare Akut ( < 2 Minggu)


b. Diare Kronik ( > 2 MInggu)

2.2. Gejala dan Tanda Diare


Beberapa gejala dan tanda diare antara lain:
a. Gejala Umum
1. BAB cair atau lembek dan sering.
2. Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroentiris akut.
3. Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare.
4. Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun, apatis, bahkan
gelisah.
b. Gejala Spesifik
1. Vibrio cholera: diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan berbau amis.
2. Diseneriform: tinja berlendir dan berdarah.

Diare yang berkepanjangan dapat menyebabkan:

1. Dehidrasi (kekurangan cairan)


Tergantung dari persentase cairan tubuh yang hilang, dehidrasi dapat terjadi
ringan, sedang, atau berat.
2. Gangguan sirkulasi
Pada diare akut, kehilangan dapat terjadi dalam waktu yang singkat. Bila
kehilangan cairan ini lebih daro 10% berat badan, pasien dapat mengalami syok
atau pre-syok yang disebabkan oleh berkurangnya folume darah (hypovolemia).

c. Gangguan asam basa (asidosis)


Hal ini terjadi akibat kehilangan cairan elektrolit (bikarbonat) dari dalam tubuh.
Sebagai kompensasinya tubuh akan bernafas cepat untuk membantu meningkatkan
pH arteri.
d. Hipoglikemia (kadar gula rendah)
Hipoglikemia sering terjadi pada anak yang sebelumnya mengalami mal nutrisi
(kurang gizi). Hipoglikemia dapat mengakibatkan koma. Penyebab yang pasti belum
diketahui, kemungkinan karena cairan ekstra seluler menjadi hipotonik dan air masuk
kedalam cairan intra seluler sehingga terjadi edema otak yang mengakibatkan koma.

e. Gangguan Gizi
Gangguan ini terjadi karena asupan makanan yang kurang dan output yang
berlebihan. Hal ini akan bertambah berat bila pemberian makanan dihentikan, serta
sebelumnya penderita sudah mengalami kekurangan gizi (malnutrisi).

Derajat dehidrasi akibat diare dibedakan menjadi 3, yaitu:


1. Tanpa dehidrasi, biasanya anak merasa normal, tidak rewel, masih bias bermain
seperti biasa. Umumnya karena diarenya tidak berat, anak masih mau makan dan
minum seperti biasa.
2. Dehidrasi ringan atau sedang, menyebabkan anak rewel atau gelisah, mata sedikit
cekung, turgor masih kembali dengan cepat jika dicubit.
3. Dehidrasi berat, anak apatis (kesadaran berkabut), mata cekung, pada cubitan kulit
turgor kembali lambat, nafas cepat, anak terlihat lemah.
2.3. Epidemiologi Diare
Sekitar 5 juta anak diseluruh dunia meninggal karena diare akut. Di Indonesia pada tahun
70-80an, prevalensi penyakit diare sekitar 200-400 per 1000 penduduk per tahun. Dari angka
prevalensi tersebut, 70 – 80% menyerang anak dibawah usia 5 tahun (balita). Golongan
umur ini mengalami 2- 3 episode diare per tahun. Diperkirakan kematian anak akibat diare
sekitar 200- 250 rb setiap tahunnya.
Angka CFR diare menurun dari tahun ke tahun, pada tahun 1975 CFR sebesar 40- 50%,
tahun 1980an CFR 24%. Berdasarkan hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT), tahun
1986 CFR sebesar 15%, tahun 1990 CFR sebesar 12%, dan diharapkan pada tahun 1999
akan menurun menjadi 9%.
Di Indonesia, laporan yang masuk ke departemen kesehatan menunjukan bahwa setiap
anak mengalami serangan diare sebanyak 1,6- 2 kali se tahun. Angka kesakitan dan
kematian akibat diare mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
Tabel 23.1 Menggambarkan penurunan angka kesakitan diare dari 29,79 per 1000
penduduk pada yahun 1990 mencapai angka terendah 23, 57 per 1000 penduduk pada tahun
1996, tetapi meningkat lagi menjadi 26,13 per 1000 penduduk pada tahun 1999. Demikian
pula dengan angka kematian, terjadi angka penurunan dari 0,024% pada tahun 1990 menjadi
0,006% pada tahun 1999. Angka ini relative lebih rendah dibandingkan angka hasil SKRT
karena system pencatatan dan pelaporan yang masih lemah.
Masih sering terjadinya wabah atau kejadian luar biasa (KLB) diare menyebabkan
pemberantasannya menjadi suatu hal yang sangat penting. Di Indonesia, KLB diare masih
terus terjadi hamper disetiap musim sepanjang tahun. Data KLB diare dapat dilihat pada
table berikut.
KLB diare menyerang hamper semua provinsi di Indonesia. Angka kematian yang jauh
lebih tinggi daripada kejadian kasus diare biasa membuat perhatian para ahli kesehatan
masyarakat tercurah pada penanggulangan KLB diare secara cepat.
2.1. Etiologi Diare
2.2. Penularan Diare

Anda mungkin juga menyukai