Disusun Oleh:
Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah Kesehatan Masyarakat yang penting karena
merupakan penyumbang utama ketiga angka kesakitan dan kematian anak di berbagai Negara
termasuk Indonesia. Diperkirakan lebih dari 1,3 miliar serangan dan 3,2 juta kematian pertahun
pada balita disebabkan oleh diare. Setiap mengalami episode serangan diare rata- rata 3,3 kali
setiap tahun, lebih kurang 80% kematian terjadi pada anak berusia kurang dari 2 tahun.
Penyebab utama kematian akibat diare adalah dehidrasi akibat kehilangan cairan dan
elektrolit melalui tinja. Penyebab kematian yang lainnya adalah disentri, kurang gizi, dan infeksi.
Golongan umur yang paling menderita akibat diare adalah anak- anak karena daya tahan
tubuhnya yang masih lemah. Data survey kesehatan rumah tangga (SKRT) menunjukan angka
kematian diare pada anak balita adalah 6,6% per tahun pada tahun 19980, kemudian 3,7% (tahun
1985), 2,1% (tahun 1992), dan 1,0% (tahun 1995).
Diare merupakan penyebab kurang gizi yang penting terutama pada anak. Diare
menyebabkan anoreksia (kurangnya nafsu makan) sehingga mengurangi asupan gizi, dan diare
dapat mengurangi daya serap usus terhadap sari makanan. Dalam keadaan infeksi, kebutuhan sari
makanan pada anak mengalami diare akan meningkat, sehingga setiap serangan diare akan
menyebabkan kekurangan gizi. Jika hal ini terjadi terus- menerus akan mengakibatkan gangguan
pertumbuhan anak.
1.2. Tujuan
1.3. Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. WHO pada 1984 mendefinisikan
diare sebagai buang air besar cair tiga kali atau lebih dalam sehari semalam (24 Jam). Diare
dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:
a. Keadaan Lingkungan
b. Perilaku Masyarakat
c. Pelayanan Masyarakat
d. Gizi
e. Kependudukan
f. Pendidikan
g. Keadaan sosial dan ekonomi
Penyakit diare dapat ditanggulangi dengan penanganan yang tepat sehingga tidak sampai
menimbulkan kematian terutama pada balita. Diare dibedakan menjadi dua berdasarkan waktu
serangan (onset) yaitu:
e. Gangguan Gizi
Gangguan ini terjadi karena asupan makanan yang kurang dan output yang
berlebihan. Hal ini akan bertambah berat bila pemberian makanan dihentikan, serta
sebelumnya penderita sudah mengalami kekurangan gizi (malnutrisi).