Industri pangan merupakan topik bahasan di berbagai negara.
Khususnya terkait keamanan makanan
karena dapat menimbulkan efek samping berbahaya bagi tubuh jika dikonsumsi terus-menerus dalam jangka waktu lama. Hal itu yang kemudian mendasari penelitian Profesor Mike Gidley dari University of Queensland yang berjudul Health and Wealth from Foods-Challenges and Opportunities. Dalam paparannya, Gidley menjelaskan hubungan antara makanan dan kesehatan tubuh."Ada tiga hal yang mempengaruhi keduanya, yaitu diet, gaya hidup, dan keturunan (genetik). Semua faktor tersebut memiliki pengaruh berbeda pada pribadi masing-masing. Jadi tidak bisa dikatakan satu faktor lebih penting atau berpengaruh dari yang lain," kata Gidley dalam seminar tentang teknologi dan keamanan pangan di Kedutaan Australia, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (15/9/2014).Makanan cepat saji, lanjutnya, sering kali dianggap sebagai penyumbang penyakit berbahaya bagi manusia. Namun, masih banyak masyarakat yang memilih mengonsumsi jenis makanan tersebut."Tidak ada yang salah dengan makanan yang tersedia sesuai order. Tapi makanan cepat saji mengandung lemak tinggi yang berbahaya bagi kesehatan. Jika tahu sebab akibat, Anda akan lebih selektif dalam memilih makanan," urainya.Tak jauh berbeda, Profesor Julian Cox dari University of New South Wales juga menyampaikan, jika kontaminasi makanan tidak bisa dibasmi pada satu titik saja. Dalam paparan berjudul "Food Savety, Salmonella and Poultry" itu dia menjelaskan jika rantai makanan dari bahan baku menjadi produk utuh sangat kompleks."Ayam sering kali dianggap sebagai penyebab utama seseorang terkena bakteri Salmonella. Untuk mengatasinya, tidak bisa hanya berfokus pada titik tertentu saja. Karena rantai makanan untuk menjadi makanan jadi sangat kompleks," kata Cox.Menurut Cox, ada beberapa upaya untuk mengatasi Salmonella yang terdapat pada ayam maupun telur. Kebijakan tersebut bisa diterapkan pada peternakan sebagai hulu maupun penjual ayam sebagai hilir."Bisa saja dari peternakan kita pastikan ayam-ayam tersebut bebas dari Salmonella. Namun harga jualnya USD50. Atau ayam dengan risiko mengandung Salmonella dan dijual dengan harga USD5. Tapi proses masak higenis dan matang dengan sempurna. Dua-duanya bisa dilakukan untuk mencegah Salmonella pada ayam. Tapi perlu diperhatikan dampak pada sisi lain," tuturnya.