Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL SKRIPSI

STUDI INVESTIGASI TANAH GERAK MENGGUNAKAN

PENDEKATAN GENETIKA WILAYAH DAN MONITORING

LINGKUNGAN

(Studi Kasus: Dusun Sabrang Bompon, Kecamatan Kajoran)

Diajukan guna memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi Strata-1

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tidar

Disusun oleh:

LABIBAH TSANIYAH

NPM: 1710503001

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS TIDAR

2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara rawan terhadap bencana alam, hal
ini dapat dilihat dari kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari banyak gugusan
kepulauan, tempat dimana tiga lempeng besar dunia bertemu, yaitu Lempeng Indo
Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik. Interaksi antar lempeng-
lempeng tersebut lebih lanjut menempatkan Indonesia sebagai wilayah yang
memiliki aktivitas kegunungapian dan kegempaan yang cukup tinggi. Lebih dari
itu, proses dinamika lempeng yang cukup intensif juga telah membentuk relief
permukaan bumi yang khas dan sangat bervariasi, dari wilayah pegunungan
dengan lereng-lerengnya yang curam dan seakan mengidentifikasi potensi longsor
yang tinggi hingga wilayah yang landai dengan potensi ancaman banjir,
penurunan tanah, dan tsunami. Potensi bencana alam yang tinggi pada dasarnya
tidak lebih dari sekedar refleksi fenomena alam yang secara geografis sangat khas
untuk wilayah tanah air kita. (Rahman, 2015)

Sedangkan bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh serangkaian


peristiwa yang disebabkan oleh fenomena alam dari sudut geografis yang
menimbulkan terjadinya gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,
kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. (Husein dan Onasis, 2017).

Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)


2019, Jawa Tengah menjadi salah satu wilayah dengan potensi cukup tinggi
terjadinya gerakan tanah. Wilayah Jawa Tengah memiliki beberapa gunung api
dan memiliki topografi wilayah cukup beragam. Tercatat sedikitnya ada 28
kabupaten dengan 47S1 kecamatan memiliki potensi tinggi hingga menengah
terjadi gerakan tanah. Sehingga diperlukan upaya pengembangan kesadaran akan
kerawanan dan kerentanan terjadinya bencana melalui sikap baru yang lebih
proaktif, menyeluruh, dan mendasar dalam menyikapi bencana.

Salah satu daerah yang mengalami kejadian bencana tersebut yaitu wilayah
Kabupaten Magelang. Wilayah Kabupaten Magelang merupakan daerah yang
rawan terhadap bencana, hal ini terpampang nyata dari segi kondisi geografisnya
yang berada pada dataran tinggi serta dikelilingi oleh pegunungan serta perbukitan
yang masuk kedalam daerah rawan bencana dan sangat berpengaruh terhadap
fenomena alam. (Pangaribuan dkk, 2019)

Perbukitan Menoreh merupakan wilayah berbukit yang memiliki potensi


kerawanan yang tinggi terhadap pergerakan tanah. Secara administratif wilayah
Perbukitan Menoreh mencakup sebagian wilayah Provinsi Jawa tengah
(Kabupaten Magelang dan kabupaten Purworejo) dan Provinsi Yogyakarta
(Kabupaten Kulon Progo). (Adhetya dkk, 2019)

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Penanggulangan Bencana


Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang 2020, bencana di wilayah Kabupaten
Magelang selama 2019 mencapai 581 kejadian, sebagian besar didominasi oleh
kejadian bencana angin kencang dan tanah longsor. Bencana tersebut terjadi di 21
kecamatan. Salah satunya adalah Kecamatan Kajoran yang berpotensi besar
terjadinya tanah longsor ditambah dengan masalah tanah retak bencana tanah
bergerak yang mengancam 8 rumah warga Dusun Sabrang Bompon Desa
Wonogiri Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang yang dihuni sekitar 170
Kepala Keluarga (KK). Tahun lalu hanya ada 3 titik retakan, sedangkan tahun ini
retakannya melebar dengan panjang retakan mencapai 105 cm lebih dan
penurunan tanah mencapai 45 cm. Satu rumah rusak dengan dinding dan lantai
retak terbelah, sementara 6 rumah lainnya terancam longsor. Saat musim kemarau,
tekstur tanah lempung menjadi retak menganga. Sedangkan di musim penghujan
retakan tersebut terisi air sehingga tanah menjadi tak stabil. Ternyata, lokasi
tersebut tidak ada drainase permanen yang menampung dan megalirkan air hujan.
Secara administratif, Desa Wonogiri merupakan salah satu desa yang ada di
kawasan selatan dari Sub-DAS Bompon. Sedangkan Sub-DAS Bompon adalah
bagian dari Sub-DAS Kodil yang mengalir ke Sungai Bogowonto. Material
penyusunan di DAS Bompon terdiri dari material Gunung Sumbing Muda dan
Pegunungan Menoreh. Posisi DAS Bompon berada di wilayah transisi zona Jawa
tengah (proses vulkanik) dan zona Jawa Bagian Selatan (zona pengangkatan).
Kondisi ini mengakibatkan adanya proses endogen dan alterasi yang mengontrol
Sub-DAS Bompon (Wida, Maas, & Hadi, 2019).

Dalam mengkaji permasalahan bencana alam di Indonesia, terdapat satu


jenis proses alam yang dapat dikategorikan dalam bencana alam, yaitu penurunan
tanah atau biasa disebut subsidence. Bencana ini didefinisikan sebagai suatu
mekanisme pergerakan vertikal bertahap yang terjadi di permukaan bumi akibat
pergerakan material di bawah permukaan bumi. Proses yang terjadi dapat dipicu
secara alami seperti akibat pemadatan sedimen, tektonik, atau proses isostasi
maupun adanya peran manusia seperti akibat ekstraksi fluida bawah permukaan
atau penambahan beban di permukaan. (Prayudi dkk, 2019)

Sedangkan tanah longsor merupakan perpindahan material pembentuk


lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran yang
bergerak ke bawah atau keluar lereng. Tanah longsor rawan terjadi pada daerah
yang memiliki curah hujan tinggi dan kontur daerah yang memiliki banyak lereng.
(Muntohar, 2010)

Ancaman bencana alam telah merubah paradigma dalam penanggulangan


bencana mulai dikedepankan, yaitu: (1) dari sebelumnnya reponsif menjadi
berorientasi pencegahan, (2) dari sebelumnya pendekatan sektoral menjadi
multisektoral, (3) dari sebelumnya merupakan inisiatif pemerintah menjadi
tanggung jawab bersama, (4) dari sebelumnnya sentralisasi menjadi lebih
terdesentralisasi, dan (5) dari sebelumnnya terfokus pada tanggap darurat menjadi
lebih berorientasi pada pengurangan resiko bencana. (Fathani, 2018).
Tantangan menuju keberhasilan pengembangan wilayah tidak hanya sebatas
upaya memecahkan problematika rancangan posisi tata letak atau denah
bangunan-bangunan infrastruktur yang diharapkan mampu memberikan fasilitas,
kenyamanan, dan pemenuh kebutuhan para pengguna atau masyarakat penghuni
suatu wilayah. Di samping itu masalah keamanan atau risiko ancaman bencana
alam justru merupakan prioritas utama yang patut diperhitungkan. Penataan ruang
dan pengembangan wilayah tersebut yang komprehensif itu tentu membutuhan
dukungan informasi potensi dan kendala wilayah berlatarbelakang genetika
wilayah itu sendiri secara utuh, artinya semua informasi lengkap tentang seluruh
aspek yang relevan dengan kebutuhan tata ruang tersebut dipenuhi. Informasi
untuk penataan ruang itu meliputi potensi termasuk sifat fisik-mekanik aneka jenis
massa batuan. Fondasi yang layak maupun tidak layak yang bisa mendukung
pilihan tepat tata letak dan desain infrastruktur terbaik berfaktor keamanan tinggi,
maupun informasi kendala wilayah yang menyajikan risiko aneka kebencanaan
alam dari wilayah tersebut untuk diwaspadai. Pengembangan suatu wilayah sangat
tergantung pada karakteristik yang ada pada wilayah tersebut. Secara garis besar,
karakteristik tersebut merupakan manifestasi dari potensi dan kendala wilayah
yang bersangkutan. Kondisi ini terbentuk melalui suatu proses geologi yang
panjang dengan pemetaan yang komprehensif terhadap potensi dan kendala suatu
wilayah serta pemanfaatan sumber daya alam yang terkandung didalamnya. Salah
satu produk proses pemetaan geologi yang secara khusus memenuhi kebutuhan
dasar perencanaan pengembangan wilayah maupun sumber daya alam tersebut
adalah Peta Genetika Wilayah. Setelah implementasi perencanaan tata ruang
dilakukan, ternyata kondisi di lapangan menunjukkan perilaku wilayah yang tidak
mendukung rencana pembangunan semula. Hal ini justru menunjukkan
ketidaksesuaian karakteristiknya yang baru diketahui sangat tidak diharapkan.
Situasi ini kemungkinan terjadi karena informasi tentang faktor pendukung
(potensi) dan penghambat (kendala) di wilayah itu tidak diperoleh sebelumnya
melalui studi komprehensif secara terpadu. Studi komprehensif terpadu tersebut
salah satunya dapat dilakukan melalui analisa faktor geologi lingkungan
mencakup faktor mendasar dalam pengembangan wilayah yaitu morfologi, batuan
dan struktur geologinya. (Cikalana dkk, 2019)

Modifikasi skala bobot pada masing-masing parameter dalam penyusunan


peta ancaman sangat dipengaruhi juga oleh pengalaman individu yang melakukan
pembobotan, sehingga dapat dinyatakan bahawa metode ini bersifat subjektif
(Sinarta dkk. 2016).

Untuk menentukan pemodelan analisis stabilitas lereng disesuaikan dengan

kondisi asli yang ada di lapangan. Supaya terjadi kondisi pendekatan sebenarnya

pada hasil investigasi, serta memudahkkan dalam melakukan model penanganan,

maka digunakan software Plaxis 2D. Plaxis 2D merupakan pemrograman

komputer berdasarkan metode elemen hingga dua dimensi yang digunakan secara

khusus untuk analisis stabilitas dan deformasi untuk berbagai aplikasi dalam

bidang geoteknik. Metode antarmuka grafis yang digunakan dalam program ini

mudah digunakan sehingga pengguna dapat dengan cepat membuat model

geometri serta jaring elemen berdasarkan penampang melintang lereng yang

dianalisis. Adapun metode penelitian dilakukan dengan melakukan investigasi

lapangan secara langsung, pengujian laboratorium, analisis stabilitas perkuatan

lereng dengan software Plaxis 2D serta rekomendasi perbaikan drainase. (Salimah

dkk, 2019)

Metode monitoring lingkungan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan analisis spasial (intepretasi bentuk lahan dan perkembangan lereng),

pengukuran lapangan (mengetahui rembesan air dan bentukan bekas nendatan,

sampel tanah, dan pembuatan data DEM), dan data laboratorium (uji sifaf fisik

tanah). Hasil yang diperoleh bahwa bangunan fisik masih dapat direncanakan
pada lokasi tertentu di zona ancaman longsor tinggi. Site selection ini dapat

digunakan sebagai acuan untuk pembangunan wilayah. (Raharjo dkk, 2018)

Berdasarkan atas studi investigasi lapangan dan studi literatur sebagai

berikut: 1) Pengambilan sample tanah (disturbed sample) pada lokasi longsor 2)

pemeriksaan sifat fisik dan mekanik; 3) Analisis stabilitas lereng 4) Upaya

mitigasi bencana. Sifat-sifat fisik seprti berat volume, berat jenis, kadar air, dan

distribusi butiran tanah. Sedangkan sifat mekanik meliputi kohesi dan sudut geser

dalam dari masa tanah. (Sinarta & Basoka, 2019)

Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya yang komprehensif untuk

mengurangi resiko bencana alam, antara lain yaitu dengan melakukan kegiatan

mitigasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan studi investigasi

dan upaya peningkatan mitigasi bencana tanah gerak yang dapat diidentifikasi

sebagai potensi tanah longsor di Dusun Sabrang Bompon, Kecamtan Kajoran,

Kabupaten Magelang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana diuraikan diatas, maka

rumusan masalah penelitian yaitu :

1. Bagaimana nilai kondisi struktur yang aman ketika berada di zona tanah

gerak berdasarkan pendekatan genetika wilayah dan monitoring

lingkungan?

2. Bagaimana sistem drainase permanen yang aman ketika berada di zona

tanah gerak dengan menggunakan software Plaxis 2D ?


3. Bagaimana perbandingan titik-titik spasial yang berpotensi terjadinya

pergerakan tanah di pemukiman warga Dusun Sabrang Bompon, Kajoran?

4. Apa saja upaya mitigasi dalam penanganan masalah tanah gerak dan

potensi terjadinya kelongsoran dengan metode monitoring lingkungan?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penelitian yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui nilai kondisi struktur yang aman ketika berada di zona tanah

gerak berdasarkan pendekatan genetika wilayah dan monitoring lingkungan.

2. Mengetahui sistem drainase permanen yang aman ketika berada di zona

tanah gerak dengan menggunakan software Plaxis 2D.

3. Mengetahui perbandingan titik-titik spasial yang berpotensi terjadinya

pergerakan tanah di pemukiman warga Dusun Sabrang Bompon, Kecamatan

Kajoran.

4. Mengetahui upaya mitigasi dalam penanganan masalah tanah gerak dan

potensi terjadinya kelongsoran dengan metode monitoring lingkungan.

1.4 Manfaat

Manfaat yang didapatkan dari penelitian yang akan dilaksanakan antara lain:

1. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan agar nantinya mampu

mengimplementasikan dalam penanganan kerusakan formasi lereng akibat

adanya permasalahan tanah gerak.


2. Sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi dinas terkait dalam usaha

penanganan terhadap kasus-kasus bencana alam yang terjadi, terutama bagi

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang.

3. Sebagai bahan referensi dan informasi bagi masyarakat umum, khususnya

para pelajar dan mahasiswa teknik sipil.

1.5 Batasan Masalah

Batasan masalah berguna untuk menghindari perkembangan permasalahan

yang terlalu luas. Batasan masalah dalam penelitian ini meliputi :

1. Studi kasus hanya dilakukan pada kawasan tanah gerak yang berada di

Dusun Sabrang Bompon, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang.

2. Identifikasi lapangan dengan metode monitoring lingkungan yaitu dengan

pendekatan analisis spasial dengan intepretasi bentuk lahan dan

perkembangan lereng, pengukuran lapangan (mengetahui rembesan air dan

bentukan bekas nendatan, sampel tanah, dan pembuatan data DEM), dan

data laboratorium.

3. Untuk menentukan genetika wilayah melalui analisa faktor geologi

lingkungan mencakup faktor mendasar dalam pengembangan wilayah yaitu

morfologi, batuan dan struktur geologi.

5. Untuk upaya mitigasi dalam penanganan masalah tanah gerak dan potensi

terjadinya kelongsoran dengan metode genetika wilayah dan monitoring

lingkungan.
6. Analisis data berdasarkan investigasi lapangan secara langsung, pengujian

laboratorium, analisis stabilitas perkuatan lereng dengan software Plaxis 2D

serta rekomendasi perbaikan drainase.

DAFTAR PUSTAKA

Raharja, Puguh D., Kristiawan W.,Sueno W., Moh Al’Afif, 2018, Peranan

Geomorfologi dalam Perencanaan Bangunan pada Zona Ancaman

Longsor Tinggi di Kawasan Geopark KarangsambungKarangbolong

Bagian Utara, Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi Vol. 10 No. 3,

Desember 2019: 139 – 148.

Haykal, Fikri., Mahesa Ragil S., Abdul Zurrahman B., Febri Perdana R., Wulan

Sri H,Puja Priska C., Laras L.,Tiofani Seti Y.,Melati Oktri P.N., Randi E,

2018, Pengukuran Morfometri Longsor Di Sub Das Bompon Magelang

Jawa Tengah, Jurnal Geografi Fakultas Ilmu Sosial , Vol.7 No. 2

Oktober 2018, Universitas Negeri Padang

Arif., Dian A., Fitri A., Afifu R., Ratna Wahyu Kusuma A., 2019, Identifikasi

Sifat Kimia Tanah pada Longsor Aktif dan Longsor Inaktif (Dormant) di

Desa Margoyoso Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang Jawa

Tengah, Jurnal Geografi Fakultas Ilmu Sosial, Vol 8. No. 1 April 2019,

Universitas Negeri Padang

Prayudi, Sinatra D., Hayat S., Najib., 2019, Pengaplikasian Metode Penginderaan

jauh dan Pendekatan Geologi Sederhana dalam Kajian Masalah

Penurunan Tanah di Wilayah Pesisir Semarang dan Demak: Studi


Komparasi antara Asumsi Umum dan Alternatif, Jurnal Prosiding TAU

SNAR-TEK 2019 Seminar Nasional Rekayasa dan Teknologi, ISSN :

2715-6982, Universitas Diponegoro.

Indarto, Himawan., Hanggoro Tri Cahyo A., 2015, Model Struktur Bangunan

Rumah Sederhana Di Daerah Rawan Longsor –Gunungpati Semarang,

Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan,Nomor1.Volume17–1 Januari2015.,

Universitas Diponegoro.

Cikalana, Adhitya., Dudi Nasrudin U., Noor Fauzir I., 2019, Pendekatan Satuan

Genetika Kewilayahan untuk Valuasi Potensi dan Kendala Pemanfaatan

Sumber Daya Alam dalam Perspektif Tata Ruang Pengembangan

Wilayah Kecamatan Leles Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat,

Prosiding Teknik Pertambangan, ISSN: 2460-6499, Volume 5, No. 2,

Universitas Islam Bandung.

Zakaria, Z., Hayat S., Najib., 2010, Model Starlet, suatu Usulan untuk Mitigasi

Bencana Longsor dengan Pendekatan Genetika Wilayah (Studi Kasus:

Longsoran Citatah, Padalarang, Jawa), Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 5

No. 2 Juni 2010: 93-112, Universitas Padjadjaran.

Pangaribuan, Jauhari., L.M Sabri., Fauzi Janu Ammarohman., 2019, Analisis

Daerah Rawan Bencana Tanah Longsor Di Kabupaten Magelang

Menggunakan Sistem Informasi Geografis Dengan Metode Standar

Nasional Indonesia Dan Analythical Hierarchy Process., Jurnal Geodesi

Undip, ISSN :2337-845X VOL 8 NO 1, Universitas Diponegoro.


Alifahmi., R Irvan Sophian., Dicky Muslim Hayat., 2016, Aktivitas Tanah

Lempung Pada Formasi Bojongmanik Terhadap Kestabilan Lereng di

Daerah Cikopomayak, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, Bulletin

of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 3, Desember 2016 : 269 –

276, Universitas Padjadjaran.

Sinarta, I Nengah., I Wayan Ariyana Basoka., 2019, Keruntuhan Dinding

Penahan Tanah dan Mitigasi Lereng di Dusun Bantas, Desa Songan B,

Kecamatan Kintamani, Jurnal Manajemen Aset Infrastruktur & Fasilitas

– Vol. 3, Edisi Khusus 1, Maret 2019., Universitas Warmadewa.

Saputro, Dani Nugroho., M. Agus Salim Al- Fathoni., Besty Afriandini., 2018,

Peningkatkan Daya Tahan Terhadap Pergerakan Tanah Pada Gedung

Kecil, Rumah, Dan Prasarana Daerah, Prosiding Seminar Nasional dan

Call for Papers ” Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan

Lokal Berkelanjutan V I I I ” 1 4 - 1 5 November 2018 Purwokerto No.

ISBN: 978 - 602 - 1643 - 617., Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Puswanto, Eko., Moh Al’Afif, Puguh Dwi R., Nandian Mareta., 2016, Mekanisme

Deformasi Lempung Bersisik Formasi Karangsambung Prosiding

Geotek Expo Puslit Geoteknologi LIPI, Desember 2016 ISBN: 978-979-

8636-325 ,
LEMBAR ASISTENSI PROPOSAL SKRIPSI

Nama : Labibah Tsaniyah

NPM : 1710503001

Judul : Studi Investigasi Tanah Gerak Menggunakan Pendekatan

Genetika Wilayah Dan Monitoring Lingkungan

(Studi Kasus: Dusun Sabrang Bompon, Kecamatan Kajoran)

Dosen Pembimbing I :
Dosen Pembimbing II :

No
Hari/Tanggal Catatan Paraf
.
1
2
3
4

Anda mungkin juga menyukai