Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

AKHLAK TASAWUF PEMBENTUKAN AKHLAK

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akhlak Tasawuf
Dosen Pengampu: Wahyu Stiawan

Disusun oleh:
Kelompok 6
Shoffiyah Khoirunnisa (1902020020)

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH


FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
1442 H/ 2020 M

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya


sehinnga kami dapat menyelesaikan makalah yan berjudul “PEMBENTUKAN
AKHLAK”
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
AKHLAK TASAWUF dan juga untuk mengetahui penjelasan secara mendalam
tentang pembentukan akhlak.
Kami menyadari bahwa apa yang kami buat dalam makalah ini masih
banyak kesalahan dan kekurangan baik dalam isi maupun penulisanny. Maka dari
itu kami dari penulis mengharapkan kritikan dan saran dri semua pihak untuk
memperbaiki makalah ini, dan kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk kita semua.

Metro, 9 Maret 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................i


KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 1
C. Tujuan .................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Arti Pembentukan Akhlak ..................................................................... 2
B. Metode Pembinaan Akhlak.................................................................... 3
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak .................... 6
D. Manfaat Akhlak yang Mulia .................................................................. 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 11
B. Saran .............................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembentukan Akhlak dapat dilihat dari perilaku dan kebiasaan manusia sehari-
hari, sifat manusia ada yang baik dan ada pula yang buruk. Akhlak manusia
merupakan perbuatan yang tertanam dalam jiwa seseorang, sehingga suatu
perbuatan seseorang merupakan cerminan akhlak dan kepribadiannya. Akhlak
baik atau buruk seseorang tergantung dari pembentukannya.
Pembentukan akhlak sama dengan berbicara tentang tujuan pendidikan, para ahli
mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah pembentukan akhlak.Makalah ini
akan membahas beberapa pengetahuan tentang konsep pembentukan akhlak.

B. Rumusan Masalah
1. Apa arti pembentukan akhlak?
2. Bagaimana metode pembinaan akhlak?
3. Apa faktor- faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak?
4. Apa manfaat akhlak mulia?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui arti pembentukan akhlak
2. Untuk mengetahui metode pembinaan akhlak
3. Untuk mengetahui faktor-faktpr yang mempengaruhi pembentukan akhlak
4. Untuk mengetahui manfaat akhlak mulia.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Arti Pembentukan Akhlak


Pembentukan akhlak sama dengan halnya tujuan pendidikan, banyak para
ahli berpendapat yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah pembentukan
akhlak. Muhammad Athiyah al- Abrasyi mengatakan bahwa pendidikan budi
pekerti dan akhlak adalah jiwa dan tujuan pendidikan islam. Demikian pula
Ahmad D. Marimba berpendapat bahwa tujuan utama pendidikan ilsam adalah
identik dengan tujuan hidup setiap muslim, yaitu untuk menjadi hamba Allah,
yaitu hamba yang percaya dan menyerahkan diri kepada-Nya dengan memeluk
agama islam.
Menurut sebagian ahli bahwa akhlak tidak perlu dibentuk, karena akhlak
adalah insting (garizah) yang dibawa manusia sejak lahir. Bagi golongan ini
masalah akhlak adalah pembawaan dari manusia sendiri, yaitu kecenderungan
kepada kebaikan atau fitrhrah yang ada dalam diri manusia, dan dapat juga berupa
kata hati atau instuisi yang selalu cenderung dengan kebenaran.
Dengan pandangan ini, maka akhlak akan tumbuh dengan sendirinya tanpa
dibentuk. Akhlak adalah gambaran batin sebagaimana terpantul dalam perbuatan
lahir. Selanjutnya ada pula yang mengatakan bahwa akhlak adalah hasil dari
pendidikan, latihan, pembinaan dan perjuangan keras dan sungguh-sungguh. Ibnu
miskawih, Ibn Sina, Al-Ghazali dan lain-lain termasuk kepada kelompok yang
mengatakan bahwa akhlak adalah hasil usaha (Muktasabah). Imam Al-Ghazali
sebagai berikut:

َ ‫صايَا َوال َم َوا ِع‬


‫ظ‬ َ ‫الو‬ َ ‫ت‬ َ َ‫ت اْ ََل ْخ ََل ُق َلَ تَ ْقبَ ُل التَّغَي ُُّر لَب‬
ِ َ‫طل‬ ِ َ‫لَ ْو َكان‬
‫سلَّ َم‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ِ‫س ْو ُل هللا‬ ُ ‫َوالتَأ ْ ِد ْيبَاتُ َو ِل َما قَا َل َر‬
‫َح ِسنُ ْوا اَ ْخ ََل َق ُك ْم‬

2
Artinya: Seandainya akhlak itu tidak dapat menerima perubahan, maka
batalah fungsi wasiat, nasihat dan pendidikan dan tidak ada pula fungsinya
hadits Nabi yang mengatakan“ perbaikilah akhlak kamu sekalian“.

Pada kenyataan di lapangan usaha-usaha pembinaan akhlak melalui


berbagai macam metode terus dikembangkan. Dengan demikian, pembentukan
akhlak dapat diartikan sebagai usaha sungguh-sungguh menggunakan pendidikan
dan pembinaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan konsisten.
Pembentukan akhlak ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa akhlak adalah hasil
usaha pembinaan, bukan terjadi dengan sendirinya. 1

B. Metode Pembinaan Akhlak


Pembinaan akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama dalam islam. Hal
ini dapat dilihat dari salah satu misi kerasulan Nabi Muhammad SAW. Yang
utama adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Perhatian islam yang
demikian terhadap pembinaan akhlak dapat pula dilihat dari perhatian islam
terhadap pembinaan jiwa yang harus didahulukan dari pada pembinaan fisik,
karena dari jiwa yang baik inilah akan lahir perbuatan yang baik yang selanjutnya
akan mempermudah menghasilkan kebaikan dan kebahagiaan pada seluruh
kehidupan manusia, lahir dan batin. Perhatian islam dalam pembinaan akhlak
selanjutnya dapat dianalisis pada muatan akhlak yang terdapat pada seluruh aspek
ajaran islam.Ajaran islam tentang keimanan misalnya sangat berkaitan erat
dengan mengerjakan serangkaian amal salih dan perbuatan terpuji. Seperti dalam
al-Qur’an:

‫إ ِ ن َّ َم ا الْ ُم ْؤ ِم ن ُو َن ال َّ ِذ ي َن آ َم ن ُوا ب ِ اَّللَّ ِ َو َر سُ و لِ ِه ث ُ َّم ل َ ْم‬


ۚ ِ َّ‫ي َ ْر ت َا ب ُوا َو َج ا هَ د ُوا ب ِ أ َ ْم َو ا لِ ِه ْم َو أ َنْ ف ُ ِس ِه ْم ف ِ ي سَ ب ِ ي ِل َّللا‬
‫ص ا ِد ق ُو َن‬َّ ‫ك هُ مُ ال‬ َ ِ ‫أ ُو َٰل َ ئ‬

1
Abuddin Nata. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia(Jakarta:PTRajaGrafindo Persada, 2017),
hlm.133-135

3
Artinya:Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-
orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian
mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan
jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.
(QS. Al-Hujurat[49]:15)

Ayat diatas menjelaskan bahwa iman yang dikehendaki islam bukan iman
yang hanya sampai pada ucapan dan keyakinan, tetapi iman yang disertai dengan
perbuatan dan akhlak yang mulia.2 Pembinaan akhlak dalam islam juga
terintegrasi dengan pelaksanaan rukun iman. Hasil analisis Muhammad Al-
Ghazali terhadap rukun islam yang lima telah menunjukan dengan jelas, bahwa
dalam rukun islam yang lima mengandung konsep pembinaan akhlak.
Misalnya, rukun islam yang pertama adalah mengucapkan dua kalimat
syahadat. Kalimat ini mengandung pernyataan bahwa selama hidupnya manusia
hanya tunduk kepada aturan dan tuntunan Allah. Orang yang tunduk dan patuh
pada aturan Rasul-Nya sudah dapat dipastikan akan menjadi orang yang baik.
Begitu juga pada butir-butir rukun islam yang lain, masing-masing mengandung
konsep tentang akhlak.
Berdasarkan analisis tersebut, dapat dikatakan bahwa islam sangat memberi
perhatian yang besar terhadap pembinaan akhlak, termasuk cara-carnya. Memberi
perhatian yang besar terhadap pembinaan akhlak yang ditempuh islam adalah
menggunakan cara atau sistem intregrated, yaitu sistem yang menggunakan
berbagai sarana peribadahan dan lainnya secara simultan untuk diarahkan pada
pembinaan akhlak. Cara lain yang dapat ditempuh untuk pembinaan akhlak ini
adalah pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan secara bertahap. Berkenaan
dengan ini Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa kepribadian manusia itu pada
dasarnya dapat menerima segala usaha pembentukan melalui pembiasaan.
Dalam tahap-tahap tertentu , pembinaan akhlak khususnya akhlak lahirnya dapat
pula dilakukan dengan cara paksaan yang lama kelamaan akan terpaksa. Cara lain
tak kalah ampuhnya adalah melalui keteladanan. Selain itu pembinaan akhlak juga
dapat ditempuh dengan senantiasa menganggap diri ini sebagai manusia yang

2
Ibid.,hlm.136-137

4
memiliki banyak kekurangannya dari pada banyak kelebihanya. Pembinaan
akhlak secara efektif dapat pula dilakukan dengan memperhatikan faktor kejiwaan
sasaran yang dibina.
Ada beberapa metode pembinaan akhlak yang dapat dilakukan sesuai dengan
presfektif islam, yaitu sebagai berikut:
a. Metode Uswah(Teladan)
Yaitu sesuatu yang pantas untuk dijalani , karena mengandung nilai-nilai
kemanusiaan.
b. Metode Ta’widiah (Pembiasaan)
Secara bahasa pembiasaan asal katanya adalah biasa. Dalam kamus umum
Bahasa Indonesia, biasa artinya lazim atau umum;seperti sediakala, sudah
merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari
c. Metode Mau’izah (Nasehat)
Yaitu kata wa’zhu yang berarti nasehat yang terpuji, memotivasi untuk
melaksanakannya dengan perkataan yang lembut.
d. Metode Qisah (Cerita)
Qisah yang mengandung arti suatu cara dalam menyampaikan materi
pelajaran , dengan menuturkan secara kronologis, tentang bagaimana
terjadinya suatau hal, baik yang sebenarnya terjadi ataupun hanya rekayasa
saja.
e. Metode Amtsal (Perumpamaan)
Yaitu metode yang banyak dipergunakan dalam Al-Qur’an dan hadist
untuk mewujudkan akhlak mulia.3

3Hestu Nugroho Warasto, “Pembentukan Akhlak Siswa”.JURNAL MANDIRI: ilmu


pengetahuan,Seni dan Teknologi, Vol. 2, No. 1, Juni 2018, hlm.71-72

5
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak
Untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak
pada khususnya dan pendidikan umumnya, ada tiga aliran yang populer, yaitu
aliran Nativisme, aliran Empirisme,dan Aliran Konvergensi.
1. Aliran Nativisme
Dalam aliran ini faktor yang paling berpengaruh terhadap
pembentukan diri seseorang adalah faktor pembawaan dari dalam yang
bentuknya dapat berupa kecenderungan , bakat , akal dan lain-lain.
Jika sesorang sudah memiliki pembawaan atau kecenderungan kepada hal
yang baik , maka secara otomatis orang tersebut menjadi baik.
2. Aliran Empirisme
Dalam aliran ini bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap
pembentukan diri seseorang adalah faktor dari lingkungan luar , yaitu
lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan.
Jika pendidikan yang diberikan baik, maka baik pula seseorang. Demikian
dengan sebaliknya, aliran ini tampak begitu percaya kepada peranan yang
dilakukan oleh dunia pendidikan dan pengajaran.
3. Aliran Konvergensi
Dalam aliran ini pembentukan akhlak dipengaruhi faktor internal,
yaitu pembawaan dari individu itu sendiri , dan faktor dari luar yaitu
pendidikan dan pembinaan yang dibuat secar khusus , atau melalui
interaksi dalam lingkungan sosial. Fitrah dan kecenderungan ke arah yang
baik ada didalam diri manusia dibina secara intensif melalui berbagai
metode.
Aliran Konvergensi ini tampak sesuai dengan ajaran islam. Hal ini dapat
dipahami dari ayat dan hadist berikut ini:

‫س ْم َع‬ َ َ‫ون أ ُ َّم َٰ َهتِ ُك ْم ََل تَ ْعلَ ُمون‬


َّ ‫شيْـًٔا َو َج َع َل لَ ُك ُم ٱل‬ ِ ‫ط‬ُ ُ‫ٱَّللُ أَ ْخ َر َج ُكم ِم ۢن ب‬ َّ ‫َو‬
َ‫ص َر َو ْٱْل َ ْفـِدَةَ ۙ لَعَلَّ ُك ْم تَ ْش ُك ُرون‬
َ َٰ ‫َو ْٱْل َ ْب‬
Artinya: dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan
tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.(QS An-Nahl[16]:78)

6
Ayat tersebut memberi petunjuk bahwa manusia memiliki potensi untuk
dididik, yaitu, pengelihatan,pendengaran dan hatisanubari. Potensi tersebut harus
disyukuri dengan cara mengisi ajaran dan pendidikan.
Dan terdapat pada hadist yang menjelaskan:

‫سانِ ِه أَ ْو‬ ْ ‫علَى ْال ِف‬


َ ‫ فَأَبَ َواهُ يُ َه ِودَانِ ِه أَ ْو يُ َم ِج‬،ِ‫ط َرة‬ َ ُ‫ُك ُّل َم ْولُ ْود يُ ْولَد‬
‫َص َرا ِن ِه‬
ِ ‫يُن‬
Artinya: Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan(membawa) fithrah
(rasa ketuhanan dan kecenderungan kepada kebenaran),maka kedua
orang tuanyalah yang membentuk anak itu menjadi Yahudi,Nasrani atau
Majusi.(HR.Bukhari)

Ayat dan hadist tersebut menggambarkan adanya teori konvergensi dan juga
menunjukan dengan jelas bahwa pelaksana utama dalam pendidikan adalah kedua
orang tua. Itulah sebabnya orang tua , khususnya ibu mendapat gelar sebagai
madrasah, yakni sebagai tempat berlangsungnya kegiatan pendidikan pertama
bagi sang anak.
Faktor yang mempengaruhi pembinaan akhlak ada dua, yaitu faktor internal
atau dari dalam yaitu insting,wirotsah(keturunan),kehendak,dan takdir,
sendangkan faktor eksternal atau dari luar yaitu adat kebiasaan, lingkungan dan
pendidikan.4
Dengan demikian faktor-faktor yang mempengaruhi pembinaan akhlak adalah
sebagai berikut:
1. Faktor internal
a. Insting (ghazirah/naluri).
Insting merupakan seperangkat tabi’at yang dibawa manusia sejak lahir
para psikolog menjelaskan bahwa insting berfungsi sebagai motivator
penggerak yang mendorong lahirnya tingkah laku.

4
Abuddin Nata. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia(Jakarta:PTRajaGrafindo Persada, 2017),
hlm.143-146

7
b. Wirotsah(Keturunan)
Peranan keturunan , Keturunan dapat dibawa dari sifat orang tua yang
mewariskan sifat kepada anaknya
c. Kehendak
Kehendak ini juga disebut juga azam yang kemudian diikuti dengan
perbuatan/tindakan. Perbuatan dari kehendak mengandung perasaan,
keinginan, pertimbangan.
d. Takdir
Takdir merupakan ketentuan yang ditetapkan Allah SWT kepada
seluruh makhluk yang diciptakan-Nya dan tidak dapat diubah oleh
manusia, karena sudah menjadi suatu ketetapan.
2. Faktor Eksternal
a. Adat kebiasaan
Hal ini merupakan perbuatan seseorang yang biasa dilakukan secara
berulang-ulang pada kegiatan sehari-harinya
b. Lingkungan
Hal ini merupakan bagian faktor eksternal atau dari luar suatu individu ,
misalnya lingkungan sosial, masyarakat.
c. Pendidikan
Dalam dunia pendidikan sangat berpengaruh terhadap jiwa seseorang
untuk mengarahkannya pada perkembangan kepribadian. Oleh karena
itu, tenaga pendidik profesional harus diadakan, demikian juga
pengajaran yang sesuai bahkan metodologi pengajaran dan pendidikan
sangat perlu diperhatikan dalam proses pengajaran dan pendidikan.5

D. Manfaat Akhlak yang Mulia


Islam menginginkan suatu masyarakat yang berakhlak mulia. Akhlak yang
mulia ini demikian ditekankan karena disamping akan membawa kebahagiaan
bagi individu , juga sekaligus membawa kebahagiaan bagi masyarakat pada
umumnya. Dengan kata lain, bahwa akhlak utama yang ditampilkan seseorang,
manfaatnya adalah untuk suatu individu itu sendiri.

5
Badrudin.Akhlak Tasawuf.(Serang:AIB PRESS,2015), hlm.45-46

8
Al-Qur’an dan hadist telah memberi informasi tentang manfaat akhlak yang
mulia, berikut beberapa ayat Al-qur’an yang menjelaskan manfaat akhlak mulia,
Allah SWT berfirman:

ُ ‫ص ا لِ ًح ا ِم ْن ذ َكَ ر أ َ ْو أ ُنْ ث َ َٰى َو هُ َو ُم ْؤ ِم ٌن ف َ ل َ ن ُ ْح ي ِ ي َ ن َّ ه‬


َ ‫َم ْن عَ ِم َل‬
‫َح ي َ ا ة ً طَ ي ِ ب َ ة ً ۖ َو ل َ ن َ ْج ِز ي َ ن َّ هُ ْم أ َ ْج َر هُ ْم ب ِ أ َ ْح سَ ِن َم ا كَ ا ن ُوا ي َ عْ َم ل ُو َن‬
Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki
maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan
Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan
Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan.(QS. An-Nahl[16]:97)

Dan dijelaskan dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:

َ ‫ص ِل ًحا فَلَ ۥهُ َجزَ آ ًء ْٱل ُح ْسن ََٰى ۖ َو‬


‫سنَقُو ُل لَ ۥهُ ِم ْن‬ َ ‫َوأَ َّما َم ْن َءا َمنَ َو‬
َ َٰ ‫ع ِم َل‬
‫أَ ْم ِرنَا يُس ًْرا‬

Artinya: Adapun orang-orang yang beriman dan beramal saleh, maka


baginya pahala yang terbaik sebagai balasan, dan akan kami titahkan
kepadanya (perintah) yang mudah dari perintah-perintah kami".
(QS. Al-Kahfi[18]:88)

Ayat diatas dengan jelas menggambarkan keuntungan atau manfaat dari


akhlak yang mulia , yang dalam hal ini beriman dan beramal saleh. Mereka akan
memperoleh kehidupan yang baik, mendapatkan rezeki berlimpah, mendapatkan
pahala yang berlipat ganda di akhirat dengan masuknya kecdalam surga.
Selanjutnya dalam hadist juga disebutkan keterangan tentang keuntungan dari
akhlak yang mulia, yaitu :
a. Memperkuat dan menyempurnakan agama
b. Mempermudah perhitugan amal di akhirat

9
c. Menghilangkan kesulitan
d. Selamat hidup di dunia dan akhirat.
Dari uraian diatas merupakan keuntungan yang didapat apabila seseorang
melakukan akhlak mulia, dan masih banyak lagi keuntungan yang didapat dari
akhlak mulia.6

6
Abuddin Nata. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia(Jakarta:PTRajaGrafindo Persada, 2017),
Hlm.147-151

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut sebagian ahli bahwa akhlak tidak perlu dibentuk, karena akhlak
adalah insting (garizah) yang dibawa manusia sejak lahir, akhlak adalah
pembawaan dari manusia sendiri, yaitu kecenderungan kepada kebaikan atau
fitrhrah yang ada dalam diri manusia, dan dapat juga berupa kata hati atau instuisi
yang selalu cenderung dengan kebenaran.
Pembinaan akhlak yang ditempuh islam adalah menggunakan cara atau
sistem intregrated, yaitu sistem yang menggunakan berbagai sarana peribadahan
dan lainnya secara simultan untuk diarahkan pada pembinaan akhlak.
Akhlak yang mulia akan membawa kebahagiaan bagi individu , juga
sekaligus membawa kebahagiaan bagi masyarakat pada umumnya. Dengan kata
lain, bahwa akhlak utama yang ditampilkan seseorang, manfaatnya adalah untuk
suatu individu itu sendiri.

B. Saran
Sebagai seorang muslim kita harus berusaha membentuk akhlak yang mulia
bisa dari kebiasaan kecil, peran orang tua dan pendidikan merupakan suatu
peranan penting untuk membentuk suatu akhlak seorang anak yang akan menjadi
penerus bangsa, dengan membentuk akhlak mulia kita mendapat keuntungan
suatu kebahagiaan bagi diri sendiri dan orang lain, baik didunia maupun nantinya
di akhirat kelak.

11
DAFTAR PUSTAKA

Nata, Abuddin .2017. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia.Jakarta:PT Grafindo Persada

Badrudin.2015.Akhlak Tasawuf.Serang:AIB PRESS

Warasto, H. N.(2018).PEMBENTUKAN AKHLAK SISWA.JURNAL MANDIRI:


Ilmu Pengetahuan, Seni, dan Teknologi, Vol. 2, No. 1 , h. 65 - 86.

12
PENANGGAP MATERI

1. Wahyuni
Apakah akhlak baik itu sudah didapatkan sejak lahir,atau dicari dengan cara
kerja keras, dan bagaimana cara memperoleh akhlak yang baik?
Penanggap : Fera Oktalia
Liza Nur Aini
Yani

2. Fenti Yanasari
Bagaimana keturunan bisa jadi faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan akhlak?
Penanggap : Liza Nur Aini

3. Rizka Ragilia Fitriana


Kenapa pada saat ini kecenderungan kepada aspek-aspek material dan
duniawi sangatlah besar dan mudah daripada kecenderungan akhirat dan
bermaknawi, dan bagaimana cara menyikapi zaman pada saat ini?
Penanggap : Marisa

13

Anda mungkin juga menyukai